Kualitas Air Sumur Gali (SGL)
KUALITAS AIR BERDASARKAN KONSTRUKSI SUMUR GALI (SGL)
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ANTANG KOTA MAKASSAR
TAHUN 2006
Oleh
Joeharno, SKM
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sebagai Negara berkembang menghadapi banyak masalah kesehatan sebagai Negara yang memasuki era industrialisasi bangsa Indonesia mengalami berbagai transisi epidemiologi, demografi dan lingkungan, transisi yang dapat dilihat dengan adanya masalah yang berkaitan erat dengan "tradisional hazard" akibat belum terpenuhinya sanitasi dasar khususnya penyediaan air bersih (Tempo, Maret 2001).
Air adalah kekayaan alam yang dikaruniakan Allah SWT sebagai sarana hidup dan kehidupan yang amat penting dan menyangkut hajat hidup manusia, hewan, maupun tumbuhan. Kehidupan di alam ini berkepentingan kepada air. Adanya kenyataan bahwa bumi yang kita huni ini dua pertiga adalah laut, lebih memperkuat lagi kedudukan dan kepentingan air bagi seluruh makhluk dan lingkungan dimana ia berada.(Hefni E, 2003).
Masalah penyediaan air bersih ini menjadi salah satu prioritas dalam perbaikan derajat kesehatan masyarakat. Mengingat keberadaan air sangat vital dibutuhkan oleh makhluk hidup. Kehidupan di muka bumi ini hanya dapat berlangsung dengan keberadaan air. Seiring meningkatnya kepadatan penduduk dan pesatnya pembangunan, maka kebutuhan air pun semakin meningkat. Sehingga dituntut tersedianya air yang sehat yang meliputi pengawasan dan penetapan kualitas air untuk berbagai kebutuhan dan kehidupan manusia yang bertujuan untuk menjamin tercapainya air minum maupun air bersih yang memenuhi syarat kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat.
Banyak penduduk yang terpaksa memanfaatkan air yang kurang bagus kualitasnya. Tentu saja hal ini akan berakibat kurang baik bagi kesehatan masyarakat pada jangka pendek, kualitas yang kurang baik dapat mengakibatkan muntaber, diare, kolera, tipus, atau disentri. Hal ini dapat terjadi pada keadaan sanitasi lingkungan yang kurang baik. Bila air tanah dan air permukaan tercemari oleh kotoran, secara otomatis kuman kuman tersebar ke sumber air yang dipakai untuk keperluan rumah tangga. Dalam jangka panjang, air yang berkualitas kurang dapat mengakibatkan penyakit keropos tulang, korosi gigi, anemia, dan kerusakan ginjal. Hal ini terjadi karena terdapatnya logam logam yang berat yang banyak bersifat toksik (racun) dan pengendapan pada ginjal (Kusnaedi, 2002).
Salah satu upaya perlindungan air adalah dibangunnya sarana air bersih baik secara individual maupun berupa bantuan proyek dari pemerintah yang bertujuan untuk menyediakan air yang sehat bagi masyarakat. Salah satunya yang paling umum digunakan adalah sumur gali (Hlida, 2004).
Program cakupan air bersih di kota Makassar Pada tahun 2004 sebesar 82,55% , sedangkan cakupan air minum pada tahun 2004 sebesar 80,85% untuk fisik, cakupan kualitas air bersih sebesar 87,02% terjadi peningkatan dibandingkan dengan tahun 2003 yaitu 83,43 (Dinkes Kota Makassar, 2004).
Menurut data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Makassar, tahun 2004, bahwa jumlah sarana sumur gali yang ada di Kota Makassar sebanyak 42.003 buah, sedangkan untuk Kelurahan Antang jumlah sarana sumur gali sebanyak 800 buah SGL.
Keberadaan sumur gali (SGL) baik dari. segi konstruksinya maupun jarak peletakan terhadap sumber pencemaran masih sangat memprihatinkan disebabkan karena adanya konstruksi SGL yang tidak memenuhi syarat kesehatan dan letaknya kurang diperhatikan, sehingga mempunyai resiko tinggi terjadinya pencemaran kualitas air baik yang berasal dari jamban, sampah dan dari air buangan lainnya (Profil Puskesmas Antang, 2004).
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis ingin mengetahui gambaran kualitas air baik kualitas fisik, kimia dan bakteriologis terhadap konstruksi sumur gali di wilayah kerja Puskesmas Antang.
B. Rumusan Masalah
- Bagaimana gambaran kualitas fisik air berdasarkan konstruksi sumur gali ditinjuau dari aspek keadaan dinding, bibir dan jarak sumur dari sumber pencamaran.
- Bagaimana gambaran kualitas kimia air sumur gali berdasarkan konstruksi sumur gali ditinjau dari aspek keadaan dinding, bibir dan jarak sumur dari sumber pencemaran.
- Bagaimana gambaran kualitas bakteriologis air berdasarkan konstruksi sumur gali ditinjau dari aspek dinding, bibir dan jarak sumur gali dari sumber pencemaran.
C. Tujuan Penelitian
- Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran kualitas air berdasarkan konstruksi sumur gali di wilayah kerja Puskesmas Antang.
- Tujuan Khusus
- Untuk mengetahui gambaran kualitas fisik air berdasarkan konstruksi sumur gali.
- Untuk mengetahui gambaran kualitas kimia air berdasarkan konstruksi sumur gali.
- Untuk mengetahui gambaran kualitas bakteriologis air berdasarkan konstruksi sumur gali.
D. Manfaat Penelitian
- Sebagai bahan informasi bagi pihak instansi yang terkait dalam upaya penyediaan air bersih yang memenuhi syarat kesehatan.
- Sebagai sumbangan ilmiah dan informasi dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan utamanya di bidang kesehatan lingkungan serta dapat menjadi bahan bacaan atau perbandingan bagi peneliti berikutnya.
- Sebagai media untuk menambah pengetahuan dan pengalaman penulis dalam mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Air
1. Siklus Hidrologi
2. Sumber-Sumber Air
B. Kualitas Air
C. Persyaratan Kualitas Air
1. Syarat Fisik
- Suhu
- Warna
- Bau
- Rasa
- Kekeruhan
2. Syarat Kimia
3. Syarat Mikrobiologi
3. Syarat Radioaktif
D. Sumur Gali
1. Pengertian
2. Jenis – jenis Sumur Gali
3. Syarat – syarat Sumur Gali
KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran Variabel yang akan diteliti
- Konstruksi Sumur Gali
- Kualitas fisik air
3. Kualitas kimia air
4. Kualitas bakteriologis air
B. Skema pola Pikir Variabel Yang Diteliti
C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
- Konstruksi sumur gali
- Kualitas fisik air
- Kualitas kimia air
4. Kualitas bakteriologis air
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei dengan pendekatan deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran konstruksi sumur gali terhadap kualitas air mencakup kualitas fisik, kimia dan bakteriologis.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Kelurahan Antang di wilayah kerja Puskesmas Antang.
C. Populasi dan Sampel
- Populasi
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah semua sumur gali yang ada di wilayah kerja Puskesmas Antang sebanyak 800 buah SGL.
- Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sebahagian dari seluruh sumur gali di Kelurahan Antang sebanyak 15 buah sumur gali dengan metode pengambilan sampel dilakukan secara Purpossive sampling dengan kriteria sebagai berikut :
1. Sumur gali digunakan sebagai sumber air minum keluarga
2. Sumur gali telah digunakan minimal 1 tahun
3. Pemilik berada ditempat dan bersedia sumurnya untuk dijadikan sampel
D. Pengolahan dan Penyajian Data
- Pengolahan Data
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS for Windows versi 12.0.
- Penyajian Data
Penyajian data dilakukan dalam bentuk table distribusi frekuensi dan tabel silang antara variabel dependen dan independen yang bertujuan sebaran konstruksi sumur gali dengan syarat kualitas air sumur gali yang disertai penjelasan atau narasi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
- Konstruksi Sumur Gali
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebahagian besar sampel memiliki konstruksi sumur gali yang tidak memenuhi syarat (66,7 %). Hasil ini memberikan indikasi bahwa sebahagian besar sumur di wilayah kerja Puskesmas Antang memiliki konstruksi yang tidak memenuhi syarat.
Kostruksi sumur gali yang ditunjukkan pada penelitian ini sebagian besar tidak memenuhi syarat didukung dengan hasil penelitian tentang jarak sumur dari sumber pencemaran dominan memenuhi syarat (73,3 %) yakni minimal 10 meter, bibir sumur dominan memenuhi syarat (60,0 %) yakni tinggi ≥ 1 meter, dinding sumur dominan memenuhi syarat (73,3 %) dengan tinggi bibir sumur ≥ 3 meter.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa masih terdapat sumur gali dengan konstruksi yang tidak memenuhi syarat (33,3 %) dan hal ini akan mempengaruhi kualitas air yang dihasilkan baik kualitas fisik, kimia maupun bakteriologis.
Konstruksi sumur gali yang tidak memenuhi syarat disebabkan oleh banyak faktor diantaranya adalah aspek pengetahuan yang dimiliki si pemiliki sumur terhadap dampak konstruksi sumur gali yang tidak memenuhi syarat. Selain itu, aspek pengetahuan yang lain mencakup ketidaktahuan pemilik sumur tentang konstruksi sumur yang memenuhi syarat juga turut mempengaruhi.
Aspek lain yang mempengaruhi konstruksi sumur tidak memenuhi syarat adalah keadaan perekonomian masyarakat yang menggunakan sumur sebagai sumber air dimana untuk membuat sumur dengan konstruksi sumur yang memenuhi syarat membutuhkan dana yang lebih besar seperti pengadaan semen dalam pembuatan lantai, dan dinding sumur.
- Kualitas Fisik Air Sumur Gali
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih terdapat sampel dengan kualitas fisik tidak memenuhi syarat sebagai sumber air keluarga (40,0 %). Angka ini masih dirasakan tinggi mengingat pencapaiannya mendekati 50 % sehingga diperlukan upaya yang maksimal dalam pemurnian fisik air sumur gali. Hasil ini juga dapat memberikan indikasi bahwa penyakit yang berhubungan dengan water born disease insidensinya tinggi pada daerah pengambilan sampel.
Kualitas fisik air sumur gali yang tidak memenuhi syarat biasanya dipengaruhi oleh keadaan musim sehingga jika pengambilan sampel dilakukan pada musim penghujan, kemungkinan yang terjadi adalah kualitas fisiknya menurun seperti meningkatnya tingkat kekeruhan sebab banyaknya larutan tersuspensi dalam air.
Faktor lain yang turut mempengaruhi kualitas fisik air adalah jarak sumur gali dengan sumber pencemaran dimana semakin dekat (kurang dari 10 meter) kemungkinan besar terjadinya pencemaran terhadap material kontaminan terjadi dan berlangsung dengan cepat mengingat jarak yang relatif dekat.
Hasil tabulasi silang distribusi kualitas fisik air terhadap konstruksi sumur menunjukkan bahwa sampel yang memiliki konstruksi yang tidak memenuhi syarat lebih dominan memiliki kualitas fisik air yang memenuhi syarat (70,0 %) sedangkan sampel dengan konstruksi sumur memenuhi syarat lebih dominan memiliki kualitas fisik air yang tidak memenuhi syarat (60,0%). Hal ini memberi indikasi bahwa kualitas fisik air tidak dipengaruhi oleh konstruksi sumur gali dimana sumur gali dengan konstruksi tidak memenuhi syarat tidak mempengaruhi kualitas fisik air yakni tidak berbau, tidak berasa, tidak keruh, tidak berwarna dan memiliki suhu yang optimal lebih dominan pada konstruksi sumur yang tidak memenuhi syarat.
- Kualitas Kimia Air Sumur gali
Hasil pemeriksaan kandungan kimia yaitu, pH, Fe dan Cl menunjukkan bahwa syarat kimia air pada air sumur gali lebih dominan tidak memenuhi syarat (53,3 %).
Hasil tabulasi silang distribusi kualitas kimia pada konstruksi sumur gali menunjukkan bahwa sumur dengan konstruksi sumur tidak memenuhi syarat dominan memiliki kualitas kimia yang memenuhi syarat (60,0 %) sedangkan sumur dengan konstruksi tidak memenuhi syarat dominan memiliki kualitas kimia yang tidak memenuhi syarat (80,0 %).
Sumur dengan konstruksi tidak memenuhi syarat namun memiliki kualitas kimia air yang memenuhi syarat dapat memberikan indikasi bahwa sumur pada konstruksi tidak memenuhi syarat biasanya masih bersifat tradisional sehingga hasil yang dihasilkan tidak terpengaruh oleh berbagai kemungkinan pencemaran dari bahan kimia. Selain itu, keadaan tanah turut mempengaruhi dimana pada penelitian ini tidak dibatasi pada keadaan jenis tanah dan jika dihubungkan dengan hal tersebut dapat memberi interpretasi bahwa dominan sumur memiliki konstruk dengan kemampuan filterisasi maksimal terhadap kandungan berbagai bahan kimia sehingga menghasilkan air dengan kualitas kimia yang memenuhi syarat.
- Kualitas Bakteriologis Air Sumur Gali
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dominan sampel air yang diperoleh dari sumur gali tidak memenuhi kualitas bakteriologis (53,3 %). Hal ini memberikan indikasi bahwa air sumur gali dominan tidak layak untuk digunakan sebagai sumber air minum namun karena aspek tertentu seperti ketidaktahuan masyarakat tentang kandungan bakteriologis dalam air sehingga sumber air ini masih tetap dipergunakan.
Kualitas bakteriologis air yang tidak memenuhi syarat dapat dipengaruhi oleh keadaan konstruksi sumur gali dimana konstruksi yang tidak memenuhi syarat memungkinkan air yang dihasilkan dapat terkontaminasi oleh bahan-bahan kontaminan yang mengandung mikrobiologi patogen. Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa sumur dengan konstruksi tidak memenuhi syarat dominan memiliki kualitas bakteriologis yang tidak memenuhi syarat (60,0 %) sedangkan sumur dengan konstruksi yang memenuhi syarat dominan memiliki kualitas bakteriologis yang memenuhi syarat (60,0 %). Hal ini memberikan indikasi bahwa konstruksi sumur gali mempengaruhi kualitas bakteriologis air.
KESIMPULAN DAN SARAN
- Kesimpulan
- Konstruksi sumur gali di wilayah kerja Puskesmas Antang cenderung tidak memenuhi syarat (66,7 %).
- Kualitas fisik air sumur gali di wilayah kerja Puskesmas Antang cenderung memenuhi syarat (60,0 %)
- Kualitas kimia air sumur gali di wilayah kerja Puskesmas Antang cenderung tidak memenuhi syarat (53,3 %)
- Kualitas bakteriologis air sumur gali di wilayah kerja Puskesmas Antang cenderung tidak memenuhi syarat (53,3 %).
- Saran
- Perlunya pemberian informasi tentang syarat konstruksi sumur gali yang memenuhi syarat yang disertai dengan pemberian bantuan material kepada masyarakat
- Pemurnian terhadap kualitas fisik, kimia dan bakteriologis perlu dilaksanakan baik dalam bentuk mekanis maupun kimia sehingga menghasilkan air dengan kualitas yang memenuhi syarat sebagai sumber air minum.
- Perlunya pemberian informasi tentang upaya yang dapat dilakukan masyarakat menyangkut tentang pemurnian fisik, kimia dan bakteriologs air sehingga masyarakat secara mandiri dengan informasi yang diperolehnya dapat melakukan sendiri proses pemurnian terhadap air sumur gali yang dimilikinya dan hal ini pula akan membantu menurunkan angka kejadian penyakit menular yang ditularkan melalui media air (Water borne disease).
DAFTAR PUSTAKA
Arya Wardana, Wisnu. 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Badwi, 2000, Karakteristik Air Sumur Gali Di Kelurahan Lerekang Kecamatan Labakkang Kabupaten Pangkep Tahun 2000, Skripsi STIK Tamalatea Makassar.
Daud, Anwar. 2003. Penyediaan Air Bersih (PAB). Jurusan Kesehatan Lingkungan FKM Universitas Hasanuddin Makassar.
Depkes RI. 1990. Penmenkes No. 416 tentang Persyaratan Kualitas Air Bersih. Jakarta.
Depkes RI, 1996, Sistem Kesehatan Nasional, Jakarta.
Depkes RI, 2003, Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan Indikator Propinsi Sehat dan Kabupaten/Kota Sehat, Jakarta.
Depkes, RI. 2004, Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, Makassar.
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.
Efendy, Nasrul, 1999, Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta.
Entjang, I., 1997, Ilmu Kesehatan Masyarakat, PT. Citra Aditya Bakti, Jakarta
Fandiaz, Srikandi. 1992. Populasi Air dan Udara. Kanisius. Yogyakarta.
FKM UMI, 2006, Panduan Penulisan Proposal Penelitian dan Skripsi, Makassar.
Kusnaedi. 2002. Mengelola Air Untuk Air Minum. Rineka Cipta. Jakarta.
Notoatmodjo, S, 2000. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
Sugiono, Statistika Untuk Penelitian, CV Alfabeta, Bandung, 2002.
Sugiono. 2001. Metode Penelitian Administrasi. Alfabeta. Bandung.
Suripin, 2004, Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air, Penerbit Andi. Yogyakarta.
Sutrisno, Totok C, dkk, 2004. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Rineka Cipta. Jakarta.
Tempo. 2001. Pencegahan Penyakit Berbasis Lingkungan Melalui JPSBK. (http:/www.tempo.co.id/pencegahan medikaansip/03.2001) di akses 19 Maret 20
Dokument lengkap dapat menghubungi
Rhano
Email : joeh_com@yahoo.com
Phone : 085242854524