-->
Kualitas Air Sumur Gali (SGL)
Lihat Detail

Kualitas Air Sumur Gali (SGL)

KUALITAS AIR BERDASARKAN KONSTRUKSI SUMUR GALI (SGL)
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ANTANG KOTA MAKASSAR
TAHUN 2006

Oleh

Joeharno, SKM

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia sebagai Negara berkembang menghadapi banyak masalah kesehatan sebagai Negara yang memasuki era industrialisasi bangsa Indonesia mengalami berbagai transisi epidemiologi, demografi dan lingkungan, transisi yang dapat dilihat dengan adanya masalah yang berkaitan erat dengan "tradisional hazard" akibat belum terpenuhinya sanitasi dasar khususnya penyediaan air bersih (Tempo, Maret 2001).
Air adalah kekayaan alam yang dikaruniakan Allah SWT sebagai sarana hidup dan kehidupan yang amat penting dan menyangkut hajat hidup manusia, hewan, maupun tumbuhan. Kehidupan di alam ini berkepentingan kepada air. Adanya kenyataan bahwa bumi yang kita huni ini dua pertiga adalah laut, lebih memperkuat lagi kedudukan dan kepentingan air bagi seluruh makhluk dan lingkungan dimana ia berada.(Hefni E, 2003).
Masalah penyediaan air bersih ini menjadi salah satu prioritas dalam perbaikan derajat kesehatan masyarakat. Mengingat keberadaan air sangat vital dibutuhkan oleh makhluk hidup. Kehidupan di muka bumi ini hanya dapat berlangsung dengan keberadaan air. Seiring meningkatnya kepadatan penduduk dan pesatnya pembangunan, maka kebutuhan air pun semakin meningkat. Sehingga dituntut tersedianya air yang sehat yang meliputi pengawasan dan penetapan kualitas air untuk berbagai kebutuhan dan kehidupan manusia yang bertujuan untuk menjamin tercapainya air minum maupun air bersih yang memenuhi syarat kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat.
Banyak penduduk yang terpaksa memanfaatkan air yang kurang bagus kualitasnya. Tentu saja hal ini akan berakibat kurang baik bagi kesehatan masyarakat pada jangka pendek, kualitas yang kurang baik dapat mengakibatkan muntaber, diare, kolera, tipus, atau disentri. Hal ini dapat terjadi pada keadaan sanitasi lingkungan yang kurang baik. Bila air tanah dan air permukaan tercemari oleh kotoran, secara otomatis kuman kuman tersebar ke sumber air yang dipakai untuk keperluan rumah tangga. Dalam jangka panjang, air yang berkualitas kurang dapat mengakibatkan penyakit keropos tulang, korosi gigi, anemia, dan kerusakan ginjal. Hal ini terjadi karena terdapatnya logam logam yang berat yang banyak bersifat toksik (racun) dan pengendapan pada ginjal (Kusnaedi, 2002).
Salah satu upaya perlindungan air adalah dibangunnya sarana air bersih baik secara individual maupun berupa bantuan proyek dari pemerintah yang bertujuan untuk menyediakan air yang sehat bagi masyarakat. Salah satunya yang paling umum digunakan adalah sumur gali (Hlida, 2004).
Program cakupan air bersih di kota Makassar Pada tahun 2004 sebesar 82,55% , sedangkan cakupan air minum pada tahun 2004 sebesar 80,85% untuk fisik, cakupan kualitas air bersih sebesar 87,02% terjadi peningkatan dibandingkan dengan tahun 2003 yaitu 83,43 (Dinkes Kota Makassar, 2004).
Menurut data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Makassar, tahun 2004, bahwa jumlah sarana sumur gali yang ada di Kota Makassar sebanyak 42.003 buah, sedangkan untuk Kelurahan Antang jumlah sarana sumur gali sebanyak 800 buah SGL.
Keberadaan sumur gali (SGL) baik dari. segi konstruksinya maupun jarak peletakan terhadap sumber pencemaran masih sangat memprihatinkan disebabkan karena adanya konstruksi SGL yang tidak memenuhi syarat kesehatan dan letaknya kurang diperhatikan, sehingga mempunyai resiko tinggi terjadinya pencemaran kualitas air baik yang berasal dari jamban, sampah dan dari air buangan lainnya (Profil Puskesmas Antang, 2004).
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis ingin mengetahui gambaran kualitas air baik kualitas fisik, kimia dan bakteriologis terhadap konstruksi sumur gali di wilayah kerja Puskesmas Antang.

B. Rumusan Masalah
  1. Bagaimana gambaran kualitas fisik air berdasarkan konstruksi sumur gali ditinjuau dari aspek keadaan dinding, bibir dan jarak sumur dari sumber pencamaran.
  2. Bagaimana gambaran kualitas kimia air sumur gali berdasarkan konstruksi sumur gali ditinjau dari aspek keadaan dinding, bibir dan jarak sumur dari sumber pencemaran.
  3. Bagaimana gambaran kualitas bakteriologis air berdasarkan konstruksi sumur gali ditinjau dari aspek dinding, bibir dan jarak sumur gali dari sumber pencemaran.
C. Tujuan Penelitian
  1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran kualitas air berdasarkan konstruksi sumur gali di wilayah kerja Puskesmas Antang.
  1. Tujuan Khusus
    1. Untuk mengetahui gambaran kualitas fisik air berdasarkan konstruksi sumur gali.
    2. Untuk mengetahui gambaran kualitas kimia air berdasarkan konstruksi sumur gali.
    3. Untuk mengetahui gambaran kualitas bakteriologis air berdasarkan konstruksi sumur gali.

D. Manfaat Penelitian
      1. Sebagai bahan informasi bagi pihak instansi yang terkait dalam upaya penyediaan air bersih yang memenuhi syarat kesehatan.
      2. Sebagai sumbangan ilmiah dan informasi dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan utamanya di bidang kesehatan lingkungan serta dapat menjadi bahan bacaan atau perbandingan bagi peneliti berikutnya.
      3. Sebagai media untuk menambah pengetahuan dan pengalaman penulis dalam mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Air
1. Siklus Hidrologi
2. Sumber-Sumber Air
B. Kualitas Air
C. Persyaratan Kualitas Air
1. Syarat Fisik
    1. Suhu
    2. Warna
    3. Bau
    4. Rasa
    5. Kekeruhan
2. Syarat Kimia
3. Syarat Mikrobiologi
3. Syarat Radioaktif
D. Sumur Gali
1. Pengertian
2. Jenis – jenis Sumur Gali
3. Syarat – syarat Sumur Gali
KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel yang akan diteliti
      1. Konstruksi Sumur Gali
      2. Kualitas fisik air
3. Kualitas kimia air
4. Kualitas bakteriologis air
B. Skema pola Pikir Variabel Yang Diteliti
C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
  1. Konstruksi sumur gali
  2. Kualitas fisik air
  3. Kualitas kimia air
4. Kualitas bakteriologis air
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei dengan pendekatan deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran konstruksi sumur gali terhadap kualitas air mencakup kualitas fisik, kimia dan bakteriologis.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Kelurahan Antang di wilayah kerja Puskesmas Antang.

C. Populasi dan Sampel
  1. Populasi
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah semua sumur gali yang ada di wilayah kerja Puskesmas Antang sebanyak 800 buah SGL.
  1. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sebahagian dari seluruh sumur gali di Kelurahan Antang sebanyak 15 buah sumur gali dengan metode pengambilan sampel dilakukan secara Purpossive sampling dengan kriteria sebagai berikut :
1. Sumur gali digunakan sebagai sumber air minum keluarga
2. Sumur gali telah digunakan minimal 1 tahun
3. Pemilik berada ditempat dan bersedia sumurnya untuk dijadikan sampel

D. Pengolahan dan Penyajian Data
  1. Pengolahan Data
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS for Windows versi 12.0.
  1. Penyajian Data
Penyajian data dilakukan dalam bentuk table distribusi frekuensi dan tabel silang antara variabel dependen dan independen yang bertujuan sebaran konstruksi sumur gali dengan syarat kualitas air sumur gali yang disertai penjelasan atau narasi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    1. Konstruksi Sumur Gali
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebahagian besar sampel memiliki konstruksi sumur gali yang tidak memenuhi syarat (66,7 %). Hasil ini memberikan indikasi bahwa sebahagian besar sumur di wilayah kerja Puskesmas Antang memiliki konstruksi yang tidak memenuhi syarat.
Kostruksi sumur gali yang ditunjukkan pada penelitian ini sebagian besar tidak memenuhi syarat didukung dengan hasil penelitian tentang jarak sumur dari sumber pencemaran dominan memenuhi syarat (73,3 %) yakni minimal 10 meter, bibir sumur dominan memenuhi syarat (60,0 %) yakni tinggi ≥ 1 meter, dinding sumur dominan memenuhi syarat (73,3 %) dengan tinggi bibir sumur ≥ 3 meter.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa masih terdapat sumur gali dengan konstruksi yang tidak memenuhi syarat (33,3 %) dan hal ini akan mempengaruhi kualitas air yang dihasilkan baik kualitas fisik, kimia maupun bakteriologis.
Konstruksi sumur gali yang tidak memenuhi syarat disebabkan oleh banyak faktor diantaranya adalah aspek pengetahuan yang dimiliki si pemiliki sumur terhadap dampak konstruksi sumur gali yang tidak memenuhi syarat. Selain itu, aspek pengetahuan yang lain mencakup ketidaktahuan pemilik sumur tentang konstruksi sumur yang memenuhi syarat juga turut mempengaruhi.
Aspek lain yang mempengaruhi konstruksi sumur tidak memenuhi syarat adalah keadaan perekonomian masyarakat yang menggunakan sumur sebagai sumber air dimana untuk membuat sumur dengan konstruksi sumur yang memenuhi syarat membutuhkan dana yang lebih besar seperti pengadaan semen dalam pembuatan lantai, dan dinding sumur.
    1. Kualitas Fisik Air Sumur Gali
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih terdapat sampel dengan kualitas fisik tidak memenuhi syarat sebagai sumber air keluarga (40,0 %). Angka ini masih dirasakan tinggi mengingat pencapaiannya mendekati 50 % sehingga diperlukan upaya yang maksimal dalam pemurnian fisik air sumur gali. Hasil ini juga dapat memberikan indikasi bahwa penyakit yang berhubungan dengan water born disease insidensinya tinggi pada daerah pengambilan sampel.
Kualitas fisik air sumur gali yang tidak memenuhi syarat biasanya dipengaruhi oleh keadaan musim sehingga jika pengambilan sampel dilakukan pada musim penghujan, kemungkinan yang terjadi adalah kualitas fisiknya menurun seperti meningkatnya tingkat kekeruhan sebab banyaknya larutan tersuspensi dalam air.
Faktor lain yang turut mempengaruhi kualitas fisik air adalah jarak sumur gali dengan sumber pencemaran dimana semakin dekat (kurang dari 10 meter) kemungkinan besar terjadinya pencemaran terhadap material kontaminan terjadi dan berlangsung dengan cepat mengingat jarak yang relatif dekat.
Hasil tabulasi silang distribusi kualitas fisik air terhadap konstruksi sumur menunjukkan bahwa sampel yang memiliki konstruksi yang tidak memenuhi syarat lebih dominan memiliki kualitas fisik air yang memenuhi syarat (70,0 %) sedangkan sampel dengan konstruksi sumur memenuhi syarat lebih dominan memiliki kualitas fisik air yang tidak memenuhi syarat (60,0%). Hal ini memberi indikasi bahwa kualitas fisik air tidak dipengaruhi oleh konstruksi sumur gali dimana sumur gali dengan konstruksi tidak memenuhi syarat tidak mempengaruhi kualitas fisik air yakni tidak berbau, tidak berasa, tidak keruh, tidak berwarna dan memiliki suhu yang optimal lebih dominan pada konstruksi sumur yang tidak memenuhi syarat.
    1. Kualitas Kimia Air Sumur gali
Hasil pemeriksaan kandungan kimia yaitu, pH, Fe dan Cl menunjukkan bahwa syarat kimia air pada air sumur gali lebih dominan tidak memenuhi syarat (53,3 %).
Hasil tabulasi silang distribusi kualitas kimia pada konstruksi sumur gali menunjukkan bahwa sumur dengan konstruksi sumur tidak memenuhi syarat dominan memiliki kualitas kimia yang memenuhi syarat (60,0 %) sedangkan sumur dengan konstruksi tidak memenuhi syarat dominan memiliki kualitas kimia yang tidak memenuhi syarat (80,0 %).
Sumur dengan konstruksi tidak memenuhi syarat namun memiliki kualitas kimia air yang memenuhi syarat dapat memberikan indikasi bahwa sumur pada konstruksi tidak memenuhi syarat biasanya masih bersifat tradisional sehingga hasil yang dihasilkan tidak terpengaruh oleh berbagai kemungkinan pencemaran dari bahan kimia. Selain itu, keadaan tanah turut mempengaruhi dimana pada penelitian ini tidak dibatasi pada keadaan jenis tanah dan jika dihubungkan dengan hal tersebut dapat memberi interpretasi bahwa dominan sumur memiliki konstruk dengan kemampuan filterisasi maksimal terhadap kandungan berbagai bahan kimia sehingga menghasilkan air dengan kualitas kimia yang memenuhi syarat.
    1. Kualitas Bakteriologis Air Sumur Gali
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dominan sampel air yang diperoleh dari sumur gali tidak memenuhi kualitas bakteriologis (53,3 %). Hal ini memberikan indikasi bahwa air sumur gali dominan tidak layak untuk digunakan sebagai sumber air minum namun karena aspek tertentu seperti ketidaktahuan masyarakat tentang kandungan bakteriologis dalam air sehingga sumber air ini masih tetap dipergunakan.
Kualitas bakteriologis air yang tidak memenuhi syarat dapat dipengaruhi oleh keadaan konstruksi sumur gali dimana konstruksi yang tidak memenuhi syarat memungkinkan air yang dihasilkan dapat terkontaminasi oleh bahan-bahan kontaminan yang mengandung mikrobiologi patogen. Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa sumur dengan konstruksi tidak memenuhi syarat dominan memiliki kualitas bakteriologis yang tidak memenuhi syarat (60,0 %) sedangkan sumur dengan konstruksi yang memenuhi syarat dominan memiliki kualitas bakteriologis yang memenuhi syarat (60,0 %). Hal ini memberikan indikasi bahwa konstruksi sumur gali mempengaruhi kualitas bakteriologis air.

KESIMPULAN DAN SARAN

  1. Kesimpulan
    1. Konstruksi sumur gali di wilayah kerja Puskesmas Antang cenderung tidak memenuhi syarat (66,7 %).
    2. Kualitas fisik air sumur gali di wilayah kerja Puskesmas Antang cenderung memenuhi syarat (60,0 %)
    3. Kualitas kimia air sumur gali di wilayah kerja Puskesmas Antang cenderung tidak memenuhi syarat (53,3 %)
    4. Kualitas bakteriologis air sumur gali di wilayah kerja Puskesmas Antang cenderung tidak memenuhi syarat (53,3 %).

  1. Saran
    1. Perlunya pemberian informasi tentang syarat konstruksi sumur gali yang memenuhi syarat yang disertai dengan pemberian bantuan material kepada masyarakat
    2. Pemurnian terhadap kualitas fisik, kimia dan bakteriologis perlu dilaksanakan baik dalam bentuk mekanis maupun kimia sehingga menghasilkan air dengan kualitas yang memenuhi syarat sebagai sumber air minum.
    3. Perlunya pemberian informasi tentang upaya yang dapat dilakukan masyarakat menyangkut tentang pemurnian fisik, kimia dan bakteriologs air sehingga masyarakat secara mandiri dengan informasi yang diperolehnya dapat melakukan sendiri proses pemurnian terhadap air sumur gali yang dimilikinya dan hal ini pula akan membantu menurunkan angka kejadian penyakit menular yang ditularkan melalui media air (Water borne disease).

DAFTAR PUSTAKA

Arya Wardana, Wisnu. 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Badwi, 2000, Karakteristik Air Sumur Gali Di Kelurahan Lerekang Kecamatan Labakkang Kabupaten Pangkep Tahun 2000, Skripsi STIK Tamalatea Makassar.

Daud, Anwar. 2003. Penyediaan Air Bersih (PAB). Jurusan Kesehatan Lingkungan FKM Universitas Hasanuddin Makassar.

Depkes RI. 1990. Penmenkes No. 416 tentang Persyaratan Kualitas Air Bersih. Jakarta.

Depkes RI, 1996, Sistem Kesehatan Nasional, Jakarta.

Depkes RI, 2003, Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan Indikator Propinsi Sehat dan Kabupaten/Kota Sehat, Jakarta.

Depkes, RI. 2004, Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, Makassar.

Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.

Efendy, Nasrul, 1999, Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta.

Entjang, I., 1997, Ilmu Kesehatan Masyarakat, PT. Citra Aditya Bakti, Jakarta

Fandiaz, Srikandi. 1992. Populasi Air dan Udara. Kanisius. Yogyakarta.

FKM UMI, 2006, Panduan Penulisan Proposal Penelitian dan Skripsi, Makassar.

Kusnaedi. 2002. Mengelola Air Untuk Air Minum. Rineka Cipta. Jakarta.

Notoatmodjo, S, 2000. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

Sugiono, Statistika Untuk Penelitian, CV Alfabeta, Bandung, 2002.

Sugiono. 2001. Metode Penelitian Administrasi. Alfabeta. Bandung.

Suripin, 2004, Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air, Penerbit Andi. Yogyakarta.

Sutrisno, Totok C, dkk, 2004. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Rineka Cipta. Jakarta.

Tempo. 2001. Pencegahan Penyakit Berbasis Lingkungan Melalui JPSBK. (http:/www.tempo.co.id/pencegahan medikaansip/03.2001) di akses 19 Maret 20



Dokument lengkap dapat menghubungi

Rhano


Phone : 085242854524

KUALITAS AIR BERDASARKAN KONSTRUKSI SUMUR GALI (SGL)
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ANTANG KOTA MAKASSAR
TAHUN 2006

Oleh

Joeharno, SKM

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia sebagai Negara berkembang menghadapi banyak masalah kesehatan sebagai Negara yang memasuki era industrialisasi bangsa Indonesia mengalami berbagai transisi epidemiologi, demografi dan lingkungan, transisi yang dapat dilihat dengan adanya masalah yang berkaitan erat dengan "tradisional hazard" akibat belum terpenuhinya sanitasi dasar khususnya penyediaan air bersih (Tempo, Maret 2001).
Air adalah kekayaan alam yang dikaruniakan Allah SWT sebagai sarana hidup dan kehidupan yang amat penting dan menyangkut hajat hidup manusia, hewan, maupun tumbuhan. Kehidupan di alam ini berkepentingan kepada air. Adanya kenyataan bahwa bumi yang kita huni ini dua pertiga adalah laut, lebih memperkuat lagi kedudukan dan kepentingan air bagi seluruh makhluk dan lingkungan dimana ia berada.(Hefni E, 2003).
Masalah penyediaan air bersih ini menjadi salah satu prioritas dalam perbaikan derajat kesehatan masyarakat. Mengingat keberadaan air sangat vital dibutuhkan oleh makhluk hidup. Kehidupan di muka bumi ini hanya dapat berlangsung dengan keberadaan air. Seiring meningkatnya kepadatan penduduk dan pesatnya pembangunan, maka kebutuhan air pun semakin meningkat. Sehingga dituntut tersedianya air yang sehat yang meliputi pengawasan dan penetapan kualitas air untuk berbagai kebutuhan dan kehidupan manusia yang bertujuan untuk menjamin tercapainya air minum maupun air bersih yang memenuhi syarat kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat.
Banyak penduduk yang terpaksa memanfaatkan air yang kurang bagus kualitasnya. Tentu saja hal ini akan berakibat kurang baik bagi kesehatan masyarakat pada jangka pendek, kualitas yang kurang baik dapat mengakibatkan muntaber, diare, kolera, tipus, atau disentri. Hal ini dapat terjadi pada keadaan sanitasi lingkungan yang kurang baik. Bila air tanah dan air permukaan tercemari oleh kotoran, secara otomatis kuman kuman tersebar ke sumber air yang dipakai untuk keperluan rumah tangga. Dalam jangka panjang, air yang berkualitas kurang dapat mengakibatkan penyakit keropos tulang, korosi gigi, anemia, dan kerusakan ginjal. Hal ini terjadi karena terdapatnya logam logam yang berat yang banyak bersifat toksik (racun) dan pengendapan pada ginjal (Kusnaedi, 2002).
Salah satu upaya perlindungan air adalah dibangunnya sarana air bersih baik secara individual maupun berupa bantuan proyek dari pemerintah yang bertujuan untuk menyediakan air yang sehat bagi masyarakat. Salah satunya yang paling umum digunakan adalah sumur gali (Hlida, 2004).
Program cakupan air bersih di kota Makassar Pada tahun 2004 sebesar 82,55% , sedangkan cakupan air minum pada tahun 2004 sebesar 80,85% untuk fisik, cakupan kualitas air bersih sebesar 87,02% terjadi peningkatan dibandingkan dengan tahun 2003 yaitu 83,43 (Dinkes Kota Makassar, 2004).
Menurut data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Makassar, tahun 2004, bahwa jumlah sarana sumur gali yang ada di Kota Makassar sebanyak 42.003 buah, sedangkan untuk Kelurahan Antang jumlah sarana sumur gali sebanyak 800 buah SGL.
Keberadaan sumur gali (SGL) baik dari. segi konstruksinya maupun jarak peletakan terhadap sumber pencemaran masih sangat memprihatinkan disebabkan karena adanya konstruksi SGL yang tidak memenuhi syarat kesehatan dan letaknya kurang diperhatikan, sehingga mempunyai resiko tinggi terjadinya pencemaran kualitas air baik yang berasal dari jamban, sampah dan dari air buangan lainnya (Profil Puskesmas Antang, 2004).
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis ingin mengetahui gambaran kualitas air baik kualitas fisik, kimia dan bakteriologis terhadap konstruksi sumur gali di wilayah kerja Puskesmas Antang.

B. Rumusan Masalah
  1. Bagaimana gambaran kualitas fisik air berdasarkan konstruksi sumur gali ditinjuau dari aspek keadaan dinding, bibir dan jarak sumur dari sumber pencamaran.
  2. Bagaimana gambaran kualitas kimia air sumur gali berdasarkan konstruksi sumur gali ditinjau dari aspek keadaan dinding, bibir dan jarak sumur dari sumber pencemaran.
  3. Bagaimana gambaran kualitas bakteriologis air berdasarkan konstruksi sumur gali ditinjau dari aspek dinding, bibir dan jarak sumur gali dari sumber pencemaran.
C. Tujuan Penelitian
  1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran kualitas air berdasarkan konstruksi sumur gali di wilayah kerja Puskesmas Antang.
  1. Tujuan Khusus
    1. Untuk mengetahui gambaran kualitas fisik air berdasarkan konstruksi sumur gali.
    2. Untuk mengetahui gambaran kualitas kimia air berdasarkan konstruksi sumur gali.
    3. Untuk mengetahui gambaran kualitas bakteriologis air berdasarkan konstruksi sumur gali.

D. Manfaat Penelitian
      1. Sebagai bahan informasi bagi pihak instansi yang terkait dalam upaya penyediaan air bersih yang memenuhi syarat kesehatan.
      2. Sebagai sumbangan ilmiah dan informasi dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan utamanya di bidang kesehatan lingkungan serta dapat menjadi bahan bacaan atau perbandingan bagi peneliti berikutnya.
      3. Sebagai media untuk menambah pengetahuan dan pengalaman penulis dalam mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Air
1. Siklus Hidrologi
2. Sumber-Sumber Air
B. Kualitas Air
C. Persyaratan Kualitas Air
1. Syarat Fisik
    1. Suhu
    2. Warna
    3. Bau
    4. Rasa
    5. Kekeruhan
2. Syarat Kimia
3. Syarat Mikrobiologi
3. Syarat Radioaktif
D. Sumur Gali
1. Pengertian
2. Jenis – jenis Sumur Gali
3. Syarat – syarat Sumur Gali
KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel yang akan diteliti
      1. Konstruksi Sumur Gali
      2. Kualitas fisik air
3. Kualitas kimia air
4. Kualitas bakteriologis air
B. Skema pola Pikir Variabel Yang Diteliti
C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
  1. Konstruksi sumur gali
  2. Kualitas fisik air
  3. Kualitas kimia air
4. Kualitas bakteriologis air
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei dengan pendekatan deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran konstruksi sumur gali terhadap kualitas air mencakup kualitas fisik, kimia dan bakteriologis.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Kelurahan Antang di wilayah kerja Puskesmas Antang.

C. Populasi dan Sampel
  1. Populasi
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah semua sumur gali yang ada di wilayah kerja Puskesmas Antang sebanyak 800 buah SGL.
  1. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sebahagian dari seluruh sumur gali di Kelurahan Antang sebanyak 15 buah sumur gali dengan metode pengambilan sampel dilakukan secara Purpossive sampling dengan kriteria sebagai berikut :
1. Sumur gali digunakan sebagai sumber air minum keluarga
2. Sumur gali telah digunakan minimal 1 tahun
3. Pemilik berada ditempat dan bersedia sumurnya untuk dijadikan sampel

D. Pengolahan dan Penyajian Data
  1. Pengolahan Data
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS for Windows versi 12.0.
  1. Penyajian Data
Penyajian data dilakukan dalam bentuk table distribusi frekuensi dan tabel silang antara variabel dependen dan independen yang bertujuan sebaran konstruksi sumur gali dengan syarat kualitas air sumur gali yang disertai penjelasan atau narasi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    1. Konstruksi Sumur Gali
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebahagian besar sampel memiliki konstruksi sumur gali yang tidak memenuhi syarat (66,7 %). Hasil ini memberikan indikasi bahwa sebahagian besar sumur di wilayah kerja Puskesmas Antang memiliki konstruksi yang tidak memenuhi syarat.
Kostruksi sumur gali yang ditunjukkan pada penelitian ini sebagian besar tidak memenuhi syarat didukung dengan hasil penelitian tentang jarak sumur dari sumber pencemaran dominan memenuhi syarat (73,3 %) yakni minimal 10 meter, bibir sumur dominan memenuhi syarat (60,0 %) yakni tinggi ≥ 1 meter, dinding sumur dominan memenuhi syarat (73,3 %) dengan tinggi bibir sumur ≥ 3 meter.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa masih terdapat sumur gali dengan konstruksi yang tidak memenuhi syarat (33,3 %) dan hal ini akan mempengaruhi kualitas air yang dihasilkan baik kualitas fisik, kimia maupun bakteriologis.
Konstruksi sumur gali yang tidak memenuhi syarat disebabkan oleh banyak faktor diantaranya adalah aspek pengetahuan yang dimiliki si pemiliki sumur terhadap dampak konstruksi sumur gali yang tidak memenuhi syarat. Selain itu, aspek pengetahuan yang lain mencakup ketidaktahuan pemilik sumur tentang konstruksi sumur yang memenuhi syarat juga turut mempengaruhi.
Aspek lain yang mempengaruhi konstruksi sumur tidak memenuhi syarat adalah keadaan perekonomian masyarakat yang menggunakan sumur sebagai sumber air dimana untuk membuat sumur dengan konstruksi sumur yang memenuhi syarat membutuhkan dana yang lebih besar seperti pengadaan semen dalam pembuatan lantai, dan dinding sumur.
    1. Kualitas Fisik Air Sumur Gali
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih terdapat sampel dengan kualitas fisik tidak memenuhi syarat sebagai sumber air keluarga (40,0 %). Angka ini masih dirasakan tinggi mengingat pencapaiannya mendekati 50 % sehingga diperlukan upaya yang maksimal dalam pemurnian fisik air sumur gali. Hasil ini juga dapat memberikan indikasi bahwa penyakit yang berhubungan dengan water born disease insidensinya tinggi pada daerah pengambilan sampel.
Kualitas fisik air sumur gali yang tidak memenuhi syarat biasanya dipengaruhi oleh keadaan musim sehingga jika pengambilan sampel dilakukan pada musim penghujan, kemungkinan yang terjadi adalah kualitas fisiknya menurun seperti meningkatnya tingkat kekeruhan sebab banyaknya larutan tersuspensi dalam air.
Faktor lain yang turut mempengaruhi kualitas fisik air adalah jarak sumur gali dengan sumber pencemaran dimana semakin dekat (kurang dari 10 meter) kemungkinan besar terjadinya pencemaran terhadap material kontaminan terjadi dan berlangsung dengan cepat mengingat jarak yang relatif dekat.
Hasil tabulasi silang distribusi kualitas fisik air terhadap konstruksi sumur menunjukkan bahwa sampel yang memiliki konstruksi yang tidak memenuhi syarat lebih dominan memiliki kualitas fisik air yang memenuhi syarat (70,0 %) sedangkan sampel dengan konstruksi sumur memenuhi syarat lebih dominan memiliki kualitas fisik air yang tidak memenuhi syarat (60,0%). Hal ini memberi indikasi bahwa kualitas fisik air tidak dipengaruhi oleh konstruksi sumur gali dimana sumur gali dengan konstruksi tidak memenuhi syarat tidak mempengaruhi kualitas fisik air yakni tidak berbau, tidak berasa, tidak keruh, tidak berwarna dan memiliki suhu yang optimal lebih dominan pada konstruksi sumur yang tidak memenuhi syarat.
    1. Kualitas Kimia Air Sumur gali
Hasil pemeriksaan kandungan kimia yaitu, pH, Fe dan Cl menunjukkan bahwa syarat kimia air pada air sumur gali lebih dominan tidak memenuhi syarat (53,3 %).
Hasil tabulasi silang distribusi kualitas kimia pada konstruksi sumur gali menunjukkan bahwa sumur dengan konstruksi sumur tidak memenuhi syarat dominan memiliki kualitas kimia yang memenuhi syarat (60,0 %) sedangkan sumur dengan konstruksi tidak memenuhi syarat dominan memiliki kualitas kimia yang tidak memenuhi syarat (80,0 %).
Sumur dengan konstruksi tidak memenuhi syarat namun memiliki kualitas kimia air yang memenuhi syarat dapat memberikan indikasi bahwa sumur pada konstruksi tidak memenuhi syarat biasanya masih bersifat tradisional sehingga hasil yang dihasilkan tidak terpengaruh oleh berbagai kemungkinan pencemaran dari bahan kimia. Selain itu, keadaan tanah turut mempengaruhi dimana pada penelitian ini tidak dibatasi pada keadaan jenis tanah dan jika dihubungkan dengan hal tersebut dapat memberi interpretasi bahwa dominan sumur memiliki konstruk dengan kemampuan filterisasi maksimal terhadap kandungan berbagai bahan kimia sehingga menghasilkan air dengan kualitas kimia yang memenuhi syarat.
    1. Kualitas Bakteriologis Air Sumur Gali
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dominan sampel air yang diperoleh dari sumur gali tidak memenuhi kualitas bakteriologis (53,3 %). Hal ini memberikan indikasi bahwa air sumur gali dominan tidak layak untuk digunakan sebagai sumber air minum namun karena aspek tertentu seperti ketidaktahuan masyarakat tentang kandungan bakteriologis dalam air sehingga sumber air ini masih tetap dipergunakan.
Kualitas bakteriologis air yang tidak memenuhi syarat dapat dipengaruhi oleh keadaan konstruksi sumur gali dimana konstruksi yang tidak memenuhi syarat memungkinkan air yang dihasilkan dapat terkontaminasi oleh bahan-bahan kontaminan yang mengandung mikrobiologi patogen. Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa sumur dengan konstruksi tidak memenuhi syarat dominan memiliki kualitas bakteriologis yang tidak memenuhi syarat (60,0 %) sedangkan sumur dengan konstruksi yang memenuhi syarat dominan memiliki kualitas bakteriologis yang memenuhi syarat (60,0 %). Hal ini memberikan indikasi bahwa konstruksi sumur gali mempengaruhi kualitas bakteriologis air.

KESIMPULAN DAN SARAN

  1. Kesimpulan
    1. Konstruksi sumur gali di wilayah kerja Puskesmas Antang cenderung tidak memenuhi syarat (66,7 %).
    2. Kualitas fisik air sumur gali di wilayah kerja Puskesmas Antang cenderung memenuhi syarat (60,0 %)
    3. Kualitas kimia air sumur gali di wilayah kerja Puskesmas Antang cenderung tidak memenuhi syarat (53,3 %)
    4. Kualitas bakteriologis air sumur gali di wilayah kerja Puskesmas Antang cenderung tidak memenuhi syarat (53,3 %).

  1. Saran
    1. Perlunya pemberian informasi tentang syarat konstruksi sumur gali yang memenuhi syarat yang disertai dengan pemberian bantuan material kepada masyarakat
    2. Pemurnian terhadap kualitas fisik, kimia dan bakteriologis perlu dilaksanakan baik dalam bentuk mekanis maupun kimia sehingga menghasilkan air dengan kualitas yang memenuhi syarat sebagai sumber air minum.
    3. Perlunya pemberian informasi tentang upaya yang dapat dilakukan masyarakat menyangkut tentang pemurnian fisik, kimia dan bakteriologs air sehingga masyarakat secara mandiri dengan informasi yang diperolehnya dapat melakukan sendiri proses pemurnian terhadap air sumur gali yang dimilikinya dan hal ini pula akan membantu menurunkan angka kejadian penyakit menular yang ditularkan melalui media air (Water borne disease).

DAFTAR PUSTAKA

Arya Wardana, Wisnu. 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Badwi, 2000, Karakteristik Air Sumur Gali Di Kelurahan Lerekang Kecamatan Labakkang Kabupaten Pangkep Tahun 2000, Skripsi STIK Tamalatea Makassar.

Daud, Anwar. 2003. Penyediaan Air Bersih (PAB). Jurusan Kesehatan Lingkungan FKM Universitas Hasanuddin Makassar.

Depkes RI. 1990. Penmenkes No. 416 tentang Persyaratan Kualitas Air Bersih. Jakarta.

Depkes RI, 1996, Sistem Kesehatan Nasional, Jakarta.

Depkes RI, 2003, Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan Indikator Propinsi Sehat dan Kabupaten/Kota Sehat, Jakarta.

Depkes, RI. 2004, Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, Makassar.

Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.

Efendy, Nasrul, 1999, Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta.

Entjang, I., 1997, Ilmu Kesehatan Masyarakat, PT. Citra Aditya Bakti, Jakarta

Fandiaz, Srikandi. 1992. Populasi Air dan Udara. Kanisius. Yogyakarta.

FKM UMI, 2006, Panduan Penulisan Proposal Penelitian dan Skripsi, Makassar.

Kusnaedi. 2002. Mengelola Air Untuk Air Minum. Rineka Cipta. Jakarta.

Notoatmodjo, S, 2000. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

Sugiono, Statistika Untuk Penelitian, CV Alfabeta, Bandung, 2002.

Sugiono. 2001. Metode Penelitian Administrasi. Alfabeta. Bandung.

Suripin, 2004, Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air, Penerbit Andi. Yogyakarta.

Sutrisno, Totok C, dkk, 2004. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Rineka Cipta. Jakarta.

Tempo. 2001. Pencegahan Penyakit Berbasis Lingkungan Melalui JPSBK. (http:/www.tempo.co.id/pencegahan medikaansip/03.2001) di akses 19 Maret 20



Dokument lengkap dapat menghubungi

Rhano


Phone : 085242854524

KUALITAS AIR BERDASARKAN KONSTRUKSI SUMUR GALI (SGL)
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ANTANG KOTA MAKASSAR
TAHUN 2006

Oleh

Joeharno, SKM

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia sebagai Negara berkembang menghadapi banyak masalah kesehatan sebagai Negara yang memasuki era industrialisasi bangsa Indonesia mengalami berbagai transisi epidemiologi, demografi dan lingkungan, transisi yang dapat dilihat dengan adanya masalah yang berkaitan erat dengan "tradisional hazard" akibat belum terpenuhinya sanitasi dasar khususnya penyediaan air bersih (Tempo, Maret 2001).
Air adalah kekayaan alam yang dikaruniakan Allah SWT sebagai sarana hidup dan kehidupan yang amat penting dan menyangkut hajat hidup manusia, hewan, maupun tumbuhan. Kehidupan di alam ini berkepentingan kepada air. Adanya kenyataan bahwa bumi yang kita huni ini dua pertiga adalah laut, lebih memperkuat lagi kedudukan dan kepentingan air bagi seluruh makhluk dan lingkungan dimana ia berada.(Hefni E, 2003).
Masalah penyediaan air bersih ini menjadi salah satu prioritas dalam perbaikan derajat kesehatan masyarakat. Mengingat keberadaan air sangat vital dibutuhkan oleh makhluk hidup. Kehidupan di muka bumi ini hanya dapat berlangsung dengan keberadaan air. Seiring meningkatnya kepadatan penduduk dan pesatnya pembangunan, maka kebutuhan air pun semakin meningkat. Sehingga dituntut tersedianya air yang sehat yang meliputi pengawasan dan penetapan kualitas air untuk berbagai kebutuhan dan kehidupan manusia yang bertujuan untuk menjamin tercapainya air minum maupun air bersih yang memenuhi syarat kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat.
Banyak penduduk yang terpaksa memanfaatkan air yang kurang bagus kualitasnya. Tentu saja hal ini akan berakibat kurang baik bagi kesehatan masyarakat pada jangka pendek, kualitas yang kurang baik dapat mengakibatkan muntaber, diare, kolera, tipus, atau disentri. Hal ini dapat terjadi pada keadaan sanitasi lingkungan yang kurang baik. Bila air tanah dan air permukaan tercemari oleh kotoran, secara otomatis kuman kuman tersebar ke sumber air yang dipakai untuk keperluan rumah tangga. Dalam jangka panjang, air yang berkualitas kurang dapat mengakibatkan penyakit keropos tulang, korosi gigi, anemia, dan kerusakan ginjal. Hal ini terjadi karena terdapatnya logam logam yang berat yang banyak bersifat toksik (racun) dan pengendapan pada ginjal (Kusnaedi, 2002).
Salah satu upaya perlindungan air adalah dibangunnya sarana air bersih baik secara individual maupun berupa bantuan proyek dari pemerintah yang bertujuan untuk menyediakan air yang sehat bagi masyarakat. Salah satunya yang paling umum digunakan adalah sumur gali (Hlida, 2004).
Program cakupan air bersih di kota Makassar Pada tahun 2004 sebesar 82,55% , sedangkan cakupan air minum pada tahun 2004 sebesar 80,85% untuk fisik, cakupan kualitas air bersih sebesar 87,02% terjadi peningkatan dibandingkan dengan tahun 2003 yaitu 83,43 (Dinkes Kota Makassar, 2004).
Menurut data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Makassar, tahun 2004, bahwa jumlah sarana sumur gali yang ada di Kota Makassar sebanyak 42.003 buah, sedangkan untuk Kelurahan Antang jumlah sarana sumur gali sebanyak 800 buah SGL.
Keberadaan sumur gali (SGL) baik dari. segi konstruksinya maupun jarak peletakan terhadap sumber pencemaran masih sangat memprihatinkan disebabkan karena adanya konstruksi SGL yang tidak memenuhi syarat kesehatan dan letaknya kurang diperhatikan, sehingga mempunyai resiko tinggi terjadinya pencemaran kualitas air baik yang berasal dari jamban, sampah dan dari air buangan lainnya (Profil Puskesmas Antang, 2004).
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis ingin mengetahui gambaran kualitas air baik kualitas fisik, kimia dan bakteriologis terhadap konstruksi sumur gali di wilayah kerja Puskesmas Antang.

B. Rumusan Masalah
  1. Bagaimana gambaran kualitas fisik air berdasarkan konstruksi sumur gali ditinjuau dari aspek keadaan dinding, bibir dan jarak sumur dari sumber pencamaran.
  2. Bagaimana gambaran kualitas kimia air sumur gali berdasarkan konstruksi sumur gali ditinjau dari aspek keadaan dinding, bibir dan jarak sumur dari sumber pencemaran.
  3. Bagaimana gambaran kualitas bakteriologis air berdasarkan konstruksi sumur gali ditinjau dari aspek dinding, bibir dan jarak sumur gali dari sumber pencemaran.
C. Tujuan Penelitian
  1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran kualitas air berdasarkan konstruksi sumur gali di wilayah kerja Puskesmas Antang.
  1. Tujuan Khusus
    1. Untuk mengetahui gambaran kualitas fisik air berdasarkan konstruksi sumur gali.
    2. Untuk mengetahui gambaran kualitas kimia air berdasarkan konstruksi sumur gali.
    3. Untuk mengetahui gambaran kualitas bakteriologis air berdasarkan konstruksi sumur gali.

D. Manfaat Penelitian
      1. Sebagai bahan informasi bagi pihak instansi yang terkait dalam upaya penyediaan air bersih yang memenuhi syarat kesehatan.
      2. Sebagai sumbangan ilmiah dan informasi dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan utamanya di bidang kesehatan lingkungan serta dapat menjadi bahan bacaan atau perbandingan bagi peneliti berikutnya.
      3. Sebagai media untuk menambah pengetahuan dan pengalaman penulis dalam mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Air
1. Siklus Hidrologi
2. Sumber-Sumber Air
B. Kualitas Air
C. Persyaratan Kualitas Air
1. Syarat Fisik
    1. Suhu
    2. Warna
    3. Bau
    4. Rasa
    5. Kekeruhan
2. Syarat Kimia
3. Syarat Mikrobiologi
3. Syarat Radioaktif
D. Sumur Gali
1. Pengertian
2. Jenis – jenis Sumur Gali
3. Syarat – syarat Sumur Gali
KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel yang akan diteliti
      1. Konstruksi Sumur Gali
      2. Kualitas fisik air
3. Kualitas kimia air
4. Kualitas bakteriologis air
B. Skema pola Pikir Variabel Yang Diteliti
C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
  1. Konstruksi sumur gali
  2. Kualitas fisik air
  3. Kualitas kimia air
4. Kualitas bakteriologis air
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei dengan pendekatan deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran konstruksi sumur gali terhadap kualitas air mencakup kualitas fisik, kimia dan bakteriologis.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Kelurahan Antang di wilayah kerja Puskesmas Antang.

C. Populasi dan Sampel
  1. Populasi
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah semua sumur gali yang ada di wilayah kerja Puskesmas Antang sebanyak 800 buah SGL.
  1. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sebahagian dari seluruh sumur gali di Kelurahan Antang sebanyak 15 buah sumur gali dengan metode pengambilan sampel dilakukan secara Purpossive sampling dengan kriteria sebagai berikut :
1. Sumur gali digunakan sebagai sumber air minum keluarga
2. Sumur gali telah digunakan minimal 1 tahun
3. Pemilik berada ditempat dan bersedia sumurnya untuk dijadikan sampel

D. Pengolahan dan Penyajian Data
  1. Pengolahan Data
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS for Windows versi 12.0.
  1. Penyajian Data
Penyajian data dilakukan dalam bentuk table distribusi frekuensi dan tabel silang antara variabel dependen dan independen yang bertujuan sebaran konstruksi sumur gali dengan syarat kualitas air sumur gali yang disertai penjelasan atau narasi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    1. Konstruksi Sumur Gali
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebahagian besar sampel memiliki konstruksi sumur gali yang tidak memenuhi syarat (66,7 %). Hasil ini memberikan indikasi bahwa sebahagian besar sumur di wilayah kerja Puskesmas Antang memiliki konstruksi yang tidak memenuhi syarat.
Kostruksi sumur gali yang ditunjukkan pada penelitian ini sebagian besar tidak memenuhi syarat didukung dengan hasil penelitian tentang jarak sumur dari sumber pencemaran dominan memenuhi syarat (73,3 %) yakni minimal 10 meter, bibir sumur dominan memenuhi syarat (60,0 %) yakni tinggi ≥ 1 meter, dinding sumur dominan memenuhi syarat (73,3 %) dengan tinggi bibir sumur ≥ 3 meter.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa masih terdapat sumur gali dengan konstruksi yang tidak memenuhi syarat (33,3 %) dan hal ini akan mempengaruhi kualitas air yang dihasilkan baik kualitas fisik, kimia maupun bakteriologis.
Konstruksi sumur gali yang tidak memenuhi syarat disebabkan oleh banyak faktor diantaranya adalah aspek pengetahuan yang dimiliki si pemiliki sumur terhadap dampak konstruksi sumur gali yang tidak memenuhi syarat. Selain itu, aspek pengetahuan yang lain mencakup ketidaktahuan pemilik sumur tentang konstruksi sumur yang memenuhi syarat juga turut mempengaruhi.
Aspek lain yang mempengaruhi konstruksi sumur tidak memenuhi syarat adalah keadaan perekonomian masyarakat yang menggunakan sumur sebagai sumber air dimana untuk membuat sumur dengan konstruksi sumur yang memenuhi syarat membutuhkan dana yang lebih besar seperti pengadaan semen dalam pembuatan lantai, dan dinding sumur.
    1. Kualitas Fisik Air Sumur Gali
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih terdapat sampel dengan kualitas fisik tidak memenuhi syarat sebagai sumber air keluarga (40,0 %). Angka ini masih dirasakan tinggi mengingat pencapaiannya mendekati 50 % sehingga diperlukan upaya yang maksimal dalam pemurnian fisik air sumur gali. Hasil ini juga dapat memberikan indikasi bahwa penyakit yang berhubungan dengan water born disease insidensinya tinggi pada daerah pengambilan sampel.
Kualitas fisik air sumur gali yang tidak memenuhi syarat biasanya dipengaruhi oleh keadaan musim sehingga jika pengambilan sampel dilakukan pada musim penghujan, kemungkinan yang terjadi adalah kualitas fisiknya menurun seperti meningkatnya tingkat kekeruhan sebab banyaknya larutan tersuspensi dalam air.
Faktor lain yang turut mempengaruhi kualitas fisik air adalah jarak sumur gali dengan sumber pencemaran dimana semakin dekat (kurang dari 10 meter) kemungkinan besar terjadinya pencemaran terhadap material kontaminan terjadi dan berlangsung dengan cepat mengingat jarak yang relatif dekat.
Hasil tabulasi silang distribusi kualitas fisik air terhadap konstruksi sumur menunjukkan bahwa sampel yang memiliki konstruksi yang tidak memenuhi syarat lebih dominan memiliki kualitas fisik air yang memenuhi syarat (70,0 %) sedangkan sampel dengan konstruksi sumur memenuhi syarat lebih dominan memiliki kualitas fisik air yang tidak memenuhi syarat (60,0%). Hal ini memberi indikasi bahwa kualitas fisik air tidak dipengaruhi oleh konstruksi sumur gali dimana sumur gali dengan konstruksi tidak memenuhi syarat tidak mempengaruhi kualitas fisik air yakni tidak berbau, tidak berasa, tidak keruh, tidak berwarna dan memiliki suhu yang optimal lebih dominan pada konstruksi sumur yang tidak memenuhi syarat.
    1. Kualitas Kimia Air Sumur gali
Hasil pemeriksaan kandungan kimia yaitu, pH, Fe dan Cl menunjukkan bahwa syarat kimia air pada air sumur gali lebih dominan tidak memenuhi syarat (53,3 %).
Hasil tabulasi silang distribusi kualitas kimia pada konstruksi sumur gali menunjukkan bahwa sumur dengan konstruksi sumur tidak memenuhi syarat dominan memiliki kualitas kimia yang memenuhi syarat (60,0 %) sedangkan sumur dengan konstruksi tidak memenuhi syarat dominan memiliki kualitas kimia yang tidak memenuhi syarat (80,0 %).
Sumur dengan konstruksi tidak memenuhi syarat namun memiliki kualitas kimia air yang memenuhi syarat dapat memberikan indikasi bahwa sumur pada konstruksi tidak memenuhi syarat biasanya masih bersifat tradisional sehingga hasil yang dihasilkan tidak terpengaruh oleh berbagai kemungkinan pencemaran dari bahan kimia. Selain itu, keadaan tanah turut mempengaruhi dimana pada penelitian ini tidak dibatasi pada keadaan jenis tanah dan jika dihubungkan dengan hal tersebut dapat memberi interpretasi bahwa dominan sumur memiliki konstruk dengan kemampuan filterisasi maksimal terhadap kandungan berbagai bahan kimia sehingga menghasilkan air dengan kualitas kimia yang memenuhi syarat.
    1. Kualitas Bakteriologis Air Sumur Gali
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dominan sampel air yang diperoleh dari sumur gali tidak memenuhi kualitas bakteriologis (53,3 %). Hal ini memberikan indikasi bahwa air sumur gali dominan tidak layak untuk digunakan sebagai sumber air minum namun karena aspek tertentu seperti ketidaktahuan masyarakat tentang kandungan bakteriologis dalam air sehingga sumber air ini masih tetap dipergunakan.
Kualitas bakteriologis air yang tidak memenuhi syarat dapat dipengaruhi oleh keadaan konstruksi sumur gali dimana konstruksi yang tidak memenuhi syarat memungkinkan air yang dihasilkan dapat terkontaminasi oleh bahan-bahan kontaminan yang mengandung mikrobiologi patogen. Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa sumur dengan konstruksi tidak memenuhi syarat dominan memiliki kualitas bakteriologis yang tidak memenuhi syarat (60,0 %) sedangkan sumur dengan konstruksi yang memenuhi syarat dominan memiliki kualitas bakteriologis yang memenuhi syarat (60,0 %). Hal ini memberikan indikasi bahwa konstruksi sumur gali mempengaruhi kualitas bakteriologis air.

KESIMPULAN DAN SARAN

  1. Kesimpulan
    1. Konstruksi sumur gali di wilayah kerja Puskesmas Antang cenderung tidak memenuhi syarat (66,7 %).
    2. Kualitas fisik air sumur gali di wilayah kerja Puskesmas Antang cenderung memenuhi syarat (60,0 %)
    3. Kualitas kimia air sumur gali di wilayah kerja Puskesmas Antang cenderung tidak memenuhi syarat (53,3 %)
    4. Kualitas bakteriologis air sumur gali di wilayah kerja Puskesmas Antang cenderung tidak memenuhi syarat (53,3 %).

  1. Saran
    1. Perlunya pemberian informasi tentang syarat konstruksi sumur gali yang memenuhi syarat yang disertai dengan pemberian bantuan material kepada masyarakat
    2. Pemurnian terhadap kualitas fisik, kimia dan bakteriologis perlu dilaksanakan baik dalam bentuk mekanis maupun kimia sehingga menghasilkan air dengan kualitas yang memenuhi syarat sebagai sumber air minum.
    3. Perlunya pemberian informasi tentang upaya yang dapat dilakukan masyarakat menyangkut tentang pemurnian fisik, kimia dan bakteriologs air sehingga masyarakat secara mandiri dengan informasi yang diperolehnya dapat melakukan sendiri proses pemurnian terhadap air sumur gali yang dimilikinya dan hal ini pula akan membantu menurunkan angka kejadian penyakit menular yang ditularkan melalui media air (Water borne disease).

DAFTAR PUSTAKA

Arya Wardana, Wisnu. 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Badwi, 2000, Karakteristik Air Sumur Gali Di Kelurahan Lerekang Kecamatan Labakkang Kabupaten Pangkep Tahun 2000, Skripsi STIK Tamalatea Makassar.

Daud, Anwar. 2003. Penyediaan Air Bersih (PAB). Jurusan Kesehatan Lingkungan FKM Universitas Hasanuddin Makassar.

Depkes RI. 1990. Penmenkes No. 416 tentang Persyaratan Kualitas Air Bersih. Jakarta.

Depkes RI, 1996, Sistem Kesehatan Nasional, Jakarta.

Depkes RI, 2003, Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan Indikator Propinsi Sehat dan Kabupaten/Kota Sehat, Jakarta.

Depkes, RI. 2004, Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, Makassar.

Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.

Efendy, Nasrul, 1999, Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta.

Entjang, I., 1997, Ilmu Kesehatan Masyarakat, PT. Citra Aditya Bakti, Jakarta

Fandiaz, Srikandi. 1992. Populasi Air dan Udara. Kanisius. Yogyakarta.

FKM UMI, 2006, Panduan Penulisan Proposal Penelitian dan Skripsi, Makassar.

Kusnaedi. 2002. Mengelola Air Untuk Air Minum. Rineka Cipta. Jakarta.

Notoatmodjo, S, 2000. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

Sugiono, Statistika Untuk Penelitian, CV Alfabeta, Bandung, 2002.

Sugiono. 2001. Metode Penelitian Administrasi. Alfabeta. Bandung.

Suripin, 2004, Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air, Penerbit Andi. Yogyakarta.

Sutrisno, Totok C, dkk, 2004. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Rineka Cipta. Jakarta.

Tempo. 2001. Pencegahan Penyakit Berbasis Lingkungan Melalui JPSBK. (http:/www.tempo.co.id/pencegahan medikaansip/03.2001) di akses 19 Maret 20



Dokument lengkap dapat menghubungi

Rhano


Phone : 085242854524

Permintaan Pelayanan Kesehatan Pada Nelayan Penyelam
Lihat Detail

Permintaan Pelayanan Kesehatan Pada Nelayan Penyelam

Skripsi


STUDI PERMINTAAN PELAYANAN KESEHATAN PADA NELAYAN PENYELAM DI PULAU BARRANG LOMPO

KOTA MAKASSAR TAHUN 2005


Maryam. SKM


Abstrak

Dalam pembangunan kesehatan setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya tanpa memandang suku, golongan, agama, dan status sosial ekonomi termasuk kaum nelayan. Setiap kecamatan di Indonesia telah memiliki paling sedikit satu buah Puskesmas dengan lebih dari 40 % desa telah dilayani oleh sarana pelayanan kesehatan pemerintah. Pada akhir tahun 2001 tersedia 7.477 Puskesmas, 21.587 Puskesmas Pembantu dan 6.392 Puskesmas Keliling. Sedangkan untuk data kunjungan Puskesmas Pattingaloang tahun 2004 kunjungan rawat jalan sebanyak 22.837 dengan rata-rata kunjungan perhari 74 kunjungan, dimana masing-masing untuk kunjungan puskesmas sebanyak 43 perhari sedangkan untuk kunjungan puskesmas pembantu sebanyak 31 kunjungan Jika dibandingkan dengan data nasional dan Propinsi Sulawesi Selatan, pemanfaatan rawat jalan di Puskesmas Pattingaloang masih rendah. Dari data tersebut ternyata puskesmas belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat, maka untuk mengoptimalkan suatu sarana kesehatan didasarkan atas permintaan (demand) masyarakat dan bukan berdasarkan suplay dari pemerintah agar tidak terjadi under utilization.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang permintaan pelayanan kesehatan berdasarkan pendapatan, ketersediaan tenaga kesehatan, pengetahuan dan tarif pelayanan pada masyarakat nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar tahun 2005

Jenis penelitian merupakan penelitian survei dengan pendekatan deskriptif, jumlah responden 85 yang diperolah dari rumus besar sampel dan sampel ditarik secara proporsive sampling.

Hasil penelitian ini didapatkan informasi bahwa permintaan (demand) masyarakat terhadap pelayanan kesehatan adalah rendah dimana responden dengan tingkat pendapatan kurang 20,0 %. dilihat dari ketersediaan tenaga berada pada kategori kurang 25,9 %, dilihat dari tingkat pengetahuan responden kurang 20,0 % dan berdasarkan tarif tidak terjangkau 58,8 %.

Berdasarkan hasil penelitian disarankan agar penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang dapat dijangkau kemampuan ekonomi masyarakat dengan menyelenggarakan pelayanan gratis, penempatan tenaga kesehatan lebih diutamakan pada daerah kepulauan disertai dengan peningkatan upah/honor/gaji bagi tenaga kesehatan, dan perlu pemberian penyuluhan yang dilakukan secara berkala dalam rangka peningkatan pengetahuan nelayan penyelam tentang kesehatan penyelaman..


Daftar Pustaka : 23 (1987 – 2004)


PENDAHULUAN


  1. Latar Belakang

Nelayan acapkali diasosiasikan dengan kemiskinan dan karenanya budaya nelayan atau kebiasaan masyarakat pesisir diidentikkan dengan kemiskinan atau budaya orang miskin, jaringan aktivitasnya sangat terbatas pada penangkapan ikan dan sumber daya laut. Sementara jaringan sosialnya sangat terbatas pada network ponggawa-sawi (Razak, 2000).

Kemiskinan rumah tangga mencerminkan ketidak mampuan rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan hidup, terutama kebutuhan dasar serta kebutuhan dalam meningkatkan kualitas hidup yaitu kesehatan.

Upaya pembangunan kesehatan setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya tanpa memandang suku, golongan, agama dan status sosial ekonomi termasuk kaum nelayan.

Oleh karena itu, maka pembangunan kesehatan yang diselenggarakan dalam dekade ini telah berhasil menyediakan sarana kesehatan di seluruh pelosok tanah air. Menurut R. Hapsara (2004), Setiap kecamatan di Indonesia telah memiliki paling sedikit satu buah Puskesmas dengan lebih dari 40 % desa telah dilayanani oleh sarana pelayanan kesehatan pemerintah. Pada akhir tahun 2001 tersedia 7.477 Puskesmas, 21.587 puskesmas pembantu dan 6.392 Pusksmas Keliling. Di Sulawesi Selatan saat ini telah tersedia kurang lebih 300 Puskesmas baik itu puskesmas rawat jalan maupun puskesmas rawat inap (Dinas Kesehatan Propinsi Sul-Sel, 2004).

Berdasarkan statistik kesejahteraan rakyat tahun 2003 rata-rata 35.5 % masyarakat desa dan kota yang memanfaatkan sarana dan fasilitas Puskesmas

Indikator kesejahteraan rakyat membuktikan bahwa 38,6 % dari masyarakat yang sakit berobat di Puskesmas, 3,5 % di Klinik KIA/Balai Pengobatan dan 3,1 % berobat di tempat lain (BPS, 2003).

Di Sulawesi Selatan kunjungan di Balai pengobatan rata-rata 43 Kunjungan perhari lebih rendah di banding rata-rata Nasional sedangkan frekwensi kunjungan rata-rata 2,45 kali. Di Kota Makassar jumlah kunjungan rawat jalan puskesmas sebanyak 457.231 kunjungan dengan rata-rata kunjungan rawat jalan perhari sebesar 755 kunjungan (Dinas Kesehatan Propinsi Sul Sel 2003).

Selanjutnya berdasarkan data kunjungan Puskesmas Pattingalloang tahun 2003 didapatkan jumlah kunjungan rawat jalan sebanyak 22.500 dengan rata-rata kunjungan perhari 61 kunjungan (termasuk kunjungan Puskesmas Pembantu). Sedangkan untuk data kunjungan Puskesmas Pattingalloang tahun 2004 kunjungan rawat jalan sebanyak 22.837 dengan rata-rata kunjungan perhari 74 kunjungan, dimana masing-masing untuk kunjungan puskesmas sebanyak 43 perhari sedangkan untuk kunjungan puskesmas pembantu sebanyak 31 kunjungan. Jika dibandingkan dengan data nasional dan propinsi Sulawesi Selatan, pemanfaatan rawat jalan di Puskesmas Patingalloang masih rendah (Puskesmas Pattingaloang, 2004).

Kelumpuhan pada penyelam diakibatkan oleh penyelam sering tidak mempunyai rencana yang matang pada saat melakukan panyelaman. Selain alat yang digunakan tidak memenuhi standar kesehatan, para penyelam kadang tidak melakukan pemeriksaan kesehatan akan dan setelah melakukan penyelaman padahal seharusnya mereka memanfaatkan puskesmas atau puskesmas pembantu untuk melakukan pemeriksaan awal dan berkala sehingga mereka terhindar dari resiko penyakit akibat menyelam (Amin, 2000).

Di wilayah kerja Puskesmas Pattingaloang, sampai akhir tahun 2004, dari 231 nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo, tercatat 50 kasus penyakit akibat menyelam 22 orang diantaranya mengalami kelumpuhan dan 10 orang meninggal setelah mengalami kelumpuhan serta banyak lagi yang belum tercatat (Puskesmas Pattingaloang, 2004).

Di samping kerja puskesmas, sangat membantu pula dengan adanya Puskesmas Pembantu di Pulau Barrang Lompo, dimana memiliki peran untuk meningkatkan pelayanan kesehatan pada masyarakat, nelayan termasuk nelayan penyelam, memberikan fisioterapai kepada nelayan penyelam yang mengalami kelumpuhan, memberikan penyuluhan akan pentingnya pemeriksaan kesehatan sebelum dan sesudah menyelam serta memberikan pengobatan (Puskesmas Pattingaloang, 2004).

Berdasarkan asumsi di atas penulis tertarik untuk meneliti tentang studi permintaan pelayanan kesehatan pada nelayan penyelam di pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005.


  1. Batasan Masalah

Banyak faktor yang mempengaruhi permintaan pelayanan kesehatan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo namun penelitian ini, peneliti hanya membatasi pada faktor pendapatan, ketersediaan tenaga kesehatan, pengetahuan dan tarif demi efektivitas penelitian ini.


C. Rumusan Masalah

Bagaimana faktor pendapatan, ketersediaan tenaga kesehatan, pengetahuan dan tarif dapat mempengaruhi permintaan pelayanan kesehatan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005.


D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor yang dapat mempengaruhi permintaan pelayanan kesehatan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005.

2. Tujuan Khusus

  1. Untuk mengetahui permintaan pelayanan kesehatan di tinjau dari tingkat pendapatan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005.

  2. Untuk mengetahui permintan pelayanan kesehatan di tinjau dari ketersediaan tenaga kesehatan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005

  3. Untuk mengetahui permintaan pelayanan kesehatan di tinjau dari tingkat pengetahuan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005

  4. Untuk mengetahui permintaan pelayanan kesehatan di tinjau dari tingkat tarif pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005


E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat institusional

2. Manfaat ilmiah

3. Manfaat praktis


TINJAUAN PUSTAKA


  1. Tinjaun Umum Tentang Pelayanan Kesehatan

  2. Tinjauan Umum Tentang Permintaan

  3. Tinjauan Umum Tentang Puskesmas

  4. Tinjauan Umum Tentang Nelayan Penyelam

  5. Tinjauan Umum Variabel Yang Diteliti

  1. Pendapatan

  2. Ketersediaan tenaga kesehatan

  3. Pengetahuan

  4. Tarif



KERANGKA KONSEP


  1. Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti
  2. Kerangka Konsep

  3. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

  1. Permintaan

  2. Pendapatan

  3. Ketersediaan tenaga kesehatan

  4. Pengetahuan

  5. Tarif


METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah survei deskriptif dengan pendekatan observasional,.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Pulau Barrang Lompo pada wilayah kerja Puskesmas Pattingaloang. Kec. Ujung Tanah Kota Makassar

C. Populasi dan sampel

  1. Populasi adalah semua nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo sebanyak 231 orang

  2. Sampel

    1. Besar sampel adalah nelayan penyelam yang terjaring sebagai sampel dengan rumus penentuan besar sampel.

Sehingga, besarnya sampel dalam penelitian ini adalah 85 responden.

    1. Penarikan sampel

Penarikan sampel dengan teknik Purpossive Sampling dengan kriteria sebagai berikut :

1) Responden merupakan nelayan penyelam yang berdomisili di Pulau Barrang Lompo

2) Sudah melakukan penyelaman atau bekerja sebagai penyelam selama 3 – 4 tahun

3) Responden dijumpai pada saat penelitian

4) Responden bersedia diwawancarai dengan menggunakan kuesioner.

D. Pengumpulan Data

  1. Data primer.

  2. Data sekunder

E. Pengolahan dan Penyajian Data

  1. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan sistem komputerisasi dengan menggunakan program SPSS Versi 12.0.

2. Penyajian Data

Penyajian data dilakukan dalam bentuk tabel distribusi dan narasi.


HASIL DAN PEMBAHASAN


  1. Permintaan pelayanan kesehatan ditinjau dari pendapatan

Salah satu faktor yang memberikan kontribusi terhadap permintaan pelayanan kesehatan adalah pendapatan, dimana dalam penelitian ini sebagian besar pendapatan nelayan penyelam berada dibawah UMP (Upah Minimum Penghasilan) yaitu dibawah Rp. 510.000,-. Adanya kondisi tersebut dikarenakan setiap hasil penjualan taripang atau ikan harus dibagi hasil dengan juragan, sawi dan nelayan pencari ikan atau taripang tergantung porsi tangkapan yang didapat.

Pendapatan merupakan pertimbangan dalam memilih pelayanan kesehatan, dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendapatan cukup dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi pada nelayan penyelam pulau Barrang Lompo adalah 13 responden (61,9 %) sedangkan permintaan rendah ada 8 responden (38,1 %), dari hasil ini menunjukkan bahwa dengan pendapatan cukup masyarakat nelayan penyelam kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada karena mereka lebih memilih dokter peraktek atau berobat ke Kota Makassar dari pada menggunakan pelayanan kesehatan yang ada karena kadang mereka menerima pelayanan yang kesehatan yang tidak lengkap dan prima akibat keterbatasan sarana dan tenaga yang ada pada Puskesmas Pembantu.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan tingkat pendapatan rendah dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi ada 50 responden (78,1 %), sementara yang permintaan pelayanan kesehatan rendah ada 14 responden (21,9 %) dan ini disebabkan kekurang mampuan ekonomi masyarakat nelayan penyelam, dimana pendapatan rata-rata dibawah upah minimum untuk mengakses kebutuhan kesehatannya walaupun permintaan mereka tinggi, sehingga mereka lebih banyak memilih alternatif berobat kedukun.

  1. Permintaan pelayanan kesehatan ditinjau dari ketersediaan tenaga kesehatan

Tenaga kesehatan pada daerah terpencil seperti daerah yang dibatasi dengan laut yaitu Pulau Barrang Lompo sangat sedikit karena kurangnya tenaga yang ingin bertugas ke daerah tersebut dengan berbagai macam alasan. Hal ini sangat mempengaruhi permintaan pelayanan kesehatan masyarakat nelayan penyelam yang ada.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan tenaga cukup terhadap permintaan pelayanan kesehatan tinggi ada 47 responden (74,6 %) dan permintaan kesehatan rendah ada 16 responden (25,4 %), ini dikarenakan oleh banyaknya tenaga kesehatan yang tidak menjalankan fungsinya sebagai pelayanan kesehatan. Sedangkan ketersediaan tenaga kesehatan kurang terdiri dari 22 responden dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi ada 16 (72,7 %) dan permintaan pelayanan kesehatan rendah ada 6 responden (27,3 %), dimana dipengaruhi oleh keinginan yang besar untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan yang memadai serta tenaga kesehatan yang kurang sulit untuk mengkaper kebutuhan kesehatan sehingga mereka lebih banyak memilih berobat pada dukun atau sejenisnya.

Ketersediaan tenaga kesehatan yang memadai dalam sebuah puskesmas, maka masyarakat memiliki minat yang tinggi karena berpikir bahwa dengan sekali kunjungan pada puskesmas, mereka telah mendapatkan semua pelayanan kesehatan termasuk pemeriksaan kesehatan penunjang tanpa berpikir untuk berobat ditempat lain setelah kunjungan tersebut.

  1. Permintaan pelayanan kesehatan ditinjau dari tingkat pengetahuan

Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior) karena jika seseorang tidak mengetahui tentang sebuah objek, maka objek tersebut tidak akan menarik bagi seseorang. Demikian pula dengan permintaan pelayanaan kesehatan khususnya puskesmas apalagi itu adalah puskesmas pembantu. Pada saat masyarakat tidak mengetahui tentang manfaat dari puskesmas maka masyarakat akan memandang sebelah mata pada pelayanan kesehatan yang disediakan, yang artinya masyarakat tidak akan meminta atau memanfaatkan pelayanan yang disediakan karena kurangnya pengetahuan yang dimiliki.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan responden masih kurang tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan dimana dari 68 responden yang memiliki pengetahuan cukup, dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi 52 responden (76,5 %) dan yang permintaan pelayanan rendah 16 responden (23,5 %) pula. Sedangkan responden dengan pengetahuan kurang terdiri dari 49 responden dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi ada 11 responden (64,7 %) dan permintaan rendah ada 6 responden (35,3 %). Ini menggambarkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat nelayan penyelam pulau Barrang Lompo sangat berpengaruh akan permintaan pelayanan kesehatan dan pengetahuan sangat memberi andil dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan.

  1. Permintaan pelayanan kesehatan ditinjau dari aspek tarif pelayanan kesehatan

Berdasarkan keseluruhan responden yang menggunakan pelayanan kesehatan sebagian besar mengatakan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang terjangkau 35 responden dan yang mengatakan tidak terjangkau atau mahal ada 50 responden ini berarti bahwa tarif pelayanan kesehatan pada masyarakat penyelam dipulau Barrang Lompo pada puskesmas pembantu adalah mahal atau sulit dijangkau oleh masyarakat nelayan penyelam.

Hasil penelitian juga dapat dilihat bahwa dari tingginya permintaan pada masyarakat nelayan yang tidak menjangkau tarif ada 37 responden (74,0 %) dan memiliki permintaan rendah ada 13 responden (26,0 %), ini dikarenakan masyarakat nelayan kesulitan memanfaatkan pelayanan kesehatan akibat tingginya tarif pelayanan sehingga permintaan pelayanan kesehatan rendah dan mereka memilih mencari tempat berobat lain seperti dukun atau tidak berobat sama sekali. Sedangkan yang menjangkau tarif pelayanan kesehatan dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi ada 26 responden (74,3 %) dan dengan permintaan pelayanan kesehatan rendah ada 9 responden (25,7 %). Rendahnya permintaan pelayanan kesehatan pada masyarakat nelayan penyelam yang menjangkau biaya pengobatan karena mereka lebih memilih pengobatan yang lebih lengkap baik tenaga maupun saranan kesehatannya.



KESIMPULAN DAN SARAN


        1. Kesimpulan

  1. Permintaan pelayanan kesehatan oleh masyarakat nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar ditinjau dari tingkat pendapatan berada pada kategori kurang, dari 64 responden yang memiliki pendapatan kurang dengan permintaan pelayanan rendah 14 responden (21,9 %)

  2. Permintaan pelayanan kesehatan oleh masyarakat nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar ditinjau dari ketersediaan tenaga berada pada kategori kurang, dari 22 responden yang mengatakan tenaga kesehatan kurang tersedia dengan permintaan pelayanan kesehatan rendah sebanyak 6 responden (27,3 %)

  3. Permintaan pelayanan kesehatan oleh masyarakat nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar ditinjau dari tingkat pengetahuan nelayan penyelam berada pada kategori pengetahuan kurang, dari 17 responden dengan tingkat pengetahuan kurang terhadap permintaan pelayanan kesehatan rendah sebanyak 6 responden (35,3 %)

  4. Permintaan pelayanan kesehatan oleh masyarakat nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar ditinjau dari tarif pelayanan kesehatan berada pada kategori tidak terjangkau, dari 50 responden yang tidak dapat menjangkau pelayanan kesehatan terhadap permintaan pelayanan kesehatan rendah sebanyak 13 responden (26,0%)


        1. Saran

    1. Perlunya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dapat dijangkau oleh kemampuan ekonomi masyarakat misalnya dengan menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi nelayan penyelam secara gratis.

    2. Kepada Dinas Kesehatan Kota Makassar dalam penempatan tenaga kesehatan lebih mengutamakan daerah kepulauan serta diharapkan adanya bimbingan dan supervisi secara rutin dan teratur guna memperbaiki kekurangan petugas yang ada

    3. Perlunya peningkatan upah/honor/gaji bagi tenaga kesehatan yang mengelenggarakan pelayanan kesehatan penyelam khususnya yang bekerja pada daerah yang lebih terpencil seperti daerah kepulauan.

    4. Masyarakat nelayan penyelam diberikan penyuluhan secara berkala dalam meningkatkan pengetahuan akan kesehatan terutama penyakit akibat menyelam serta cara menghindari serta mengatasinya.


DAFTAR PUSTAKA


Amin. Imran. 2000. Studi Kapasitas Paru Penyelam Tradisional di Pulau Kambuna Kepulauan Sembilan Kabupaten Sinjai Utara. Sinjai.


Azwar. Asrul. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Binarupa Aksara. Edisi Ketiga. Jakarta.


Biro Pusat Statistik Propinsi Sulawesi Selatan. 2004. Sulawesi Selatan Dalam Angka 2003. Makassar.


Dharma. 1994. Trend Pengelolaan Pelayanan Penunjang. Cermin Dunia Kodekteran. Edisi Khusus No. 91. Jakarta.


Departemen Kesehatan RI. 1991. Puskesmas dan kegiatan Pokoknya Bagi Perkarya Kesehatan Puskesmas. Jakarta.


Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan. 2004. Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan Tahun 2003. Makassar.


Gani. Ascobat. 1989. Ekonomi Kesehatan. Makalah di Sampaikan Pada Lokakarya Ekonomi Kesehatan. Cimaman. 11 Oktober 1989.


Ilyas. Asrul. 2002. Permintaan (Demand) Masyarakat Terhadap Pelayanan Kesehatan Puskesmas Taretta Di Kecamatan Amali Kabupaten Bone. Skripsi STIK TM. Makassar


Isharsuntoro. 1995. Bahan Kursus Selam SCUBA. Yayasan Primus. Surabaya.


Mils. Anne dan Gilson. Terjemahan Budi Susetya dkk. 1990. Ekonomi Kesehatan Untuk Negara-negara Sedang Berkembang. Cetakan Pertama. Dian Rakyat. Jakarta.


MSDC. 2003. Pendidikan dan Pelatihan Selam. Universitas Hasanuddin. Makassar.


. 2003. Aspek Medis Penyelaman. Universitas Hasanuddin. Makassar.


Notoadmotjo, Soekidjo. 1993. Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan Pertama. Rineka Cipta. Jakarta.


Notoadmotjo. Soekidjo. 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta. Jakarta


Ngatimin. H. M. Rusli. 1987. Upaya Menciptakan Masyarakat Sehat di Pedesaan. Desertasi Fakultas Pascasarjana UNHAS. Ujung Pandang.


Perhimpunan Kesehatan Hiperbarik Indonesia. PKHI. 2002. Pengantar Ilmu Kesehatan Penyelam. Surabaya.


R. Jayukusli. 1997. Studi Keluhan Pada Penyelam di Pulau Barrang Lompo Kecamatan Ujung tanah. Makassar.


R. Hapsara. Habib. R. 2004. Pembangunan Kesehatan di Indonesia, Prinsip Dasar. Kebijakan, Perencanaan dan Kajian Masa Depannya. Universitas Gadjah Mada Press. Jogjakarta.


Razak. Amran. 2000. Permintaan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Pesisir. Kalam Media Pustaka. Makassar.


Puskesmas Pattingaloang. 2004. Profil Puskesmas Pattingaloang Tahun 2003.


Trisnantoro. 1995. Analisis Demand. Makalah Ekonomi Manajerial Rumah Sakit Program Pengembangan Eksekutif Manajemen Rumah Sakit. Universitas Gadjah Mada 2-10. Yogyakarta.



Dokument lengkap dapat menghubungi


Rhano


Email : joeh_com@yahoo.com


Phone : 085242854524

Skripsi


STUDI PERMINTAAN PELAYANAN KESEHATAN PADA NELAYAN PENYELAM DI PULAU BARRANG LOMPO

KOTA MAKASSAR TAHUN 2005


Maryam. SKM


Abstrak

Dalam pembangunan kesehatan setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya tanpa memandang suku, golongan, agama, dan status sosial ekonomi termasuk kaum nelayan. Setiap kecamatan di Indonesia telah memiliki paling sedikit satu buah Puskesmas dengan lebih dari 40 % desa telah dilayani oleh sarana pelayanan kesehatan pemerintah. Pada akhir tahun 2001 tersedia 7.477 Puskesmas, 21.587 Puskesmas Pembantu dan 6.392 Puskesmas Keliling. Sedangkan untuk data kunjungan Puskesmas Pattingaloang tahun 2004 kunjungan rawat jalan sebanyak 22.837 dengan rata-rata kunjungan perhari 74 kunjungan, dimana masing-masing untuk kunjungan puskesmas sebanyak 43 perhari sedangkan untuk kunjungan puskesmas pembantu sebanyak 31 kunjungan Jika dibandingkan dengan data nasional dan Propinsi Sulawesi Selatan, pemanfaatan rawat jalan di Puskesmas Pattingaloang masih rendah. Dari data tersebut ternyata puskesmas belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat, maka untuk mengoptimalkan suatu sarana kesehatan didasarkan atas permintaan (demand) masyarakat dan bukan berdasarkan suplay dari pemerintah agar tidak terjadi under utilization.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang permintaan pelayanan kesehatan berdasarkan pendapatan, ketersediaan tenaga kesehatan, pengetahuan dan tarif pelayanan pada masyarakat nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar tahun 2005

Jenis penelitian merupakan penelitian survei dengan pendekatan deskriptif, jumlah responden 85 yang diperolah dari rumus besar sampel dan sampel ditarik secara proporsive sampling.

Hasil penelitian ini didapatkan informasi bahwa permintaan (demand) masyarakat terhadap pelayanan kesehatan adalah rendah dimana responden dengan tingkat pendapatan kurang 20,0 %. dilihat dari ketersediaan tenaga berada pada kategori kurang 25,9 %, dilihat dari tingkat pengetahuan responden kurang 20,0 % dan berdasarkan tarif tidak terjangkau 58,8 %.

Berdasarkan hasil penelitian disarankan agar penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang dapat dijangkau kemampuan ekonomi masyarakat dengan menyelenggarakan pelayanan gratis, penempatan tenaga kesehatan lebih diutamakan pada daerah kepulauan disertai dengan peningkatan upah/honor/gaji bagi tenaga kesehatan, dan perlu pemberian penyuluhan yang dilakukan secara berkala dalam rangka peningkatan pengetahuan nelayan penyelam tentang kesehatan penyelaman..


Daftar Pustaka : 23 (1987 – 2004)


PENDAHULUAN


  1. Latar Belakang

Nelayan acapkali diasosiasikan dengan kemiskinan dan karenanya budaya nelayan atau kebiasaan masyarakat pesisir diidentikkan dengan kemiskinan atau budaya orang miskin, jaringan aktivitasnya sangat terbatas pada penangkapan ikan dan sumber daya laut. Sementara jaringan sosialnya sangat terbatas pada network ponggawa-sawi (Razak, 2000).

Kemiskinan rumah tangga mencerminkan ketidak mampuan rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan hidup, terutama kebutuhan dasar serta kebutuhan dalam meningkatkan kualitas hidup yaitu kesehatan.

Upaya pembangunan kesehatan setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya tanpa memandang suku, golongan, agama dan status sosial ekonomi termasuk kaum nelayan.

Oleh karena itu, maka pembangunan kesehatan yang diselenggarakan dalam dekade ini telah berhasil menyediakan sarana kesehatan di seluruh pelosok tanah air. Menurut R. Hapsara (2004), Setiap kecamatan di Indonesia telah memiliki paling sedikit satu buah Puskesmas dengan lebih dari 40 % desa telah dilayanani oleh sarana pelayanan kesehatan pemerintah. Pada akhir tahun 2001 tersedia 7.477 Puskesmas, 21.587 puskesmas pembantu dan 6.392 Pusksmas Keliling. Di Sulawesi Selatan saat ini telah tersedia kurang lebih 300 Puskesmas baik itu puskesmas rawat jalan maupun puskesmas rawat inap (Dinas Kesehatan Propinsi Sul-Sel, 2004).

Berdasarkan statistik kesejahteraan rakyat tahun 2003 rata-rata 35.5 % masyarakat desa dan kota yang memanfaatkan sarana dan fasilitas Puskesmas

Indikator kesejahteraan rakyat membuktikan bahwa 38,6 % dari masyarakat yang sakit berobat di Puskesmas, 3,5 % di Klinik KIA/Balai Pengobatan dan 3,1 % berobat di tempat lain (BPS, 2003).

Di Sulawesi Selatan kunjungan di Balai pengobatan rata-rata 43 Kunjungan perhari lebih rendah di banding rata-rata Nasional sedangkan frekwensi kunjungan rata-rata 2,45 kali. Di Kota Makassar jumlah kunjungan rawat jalan puskesmas sebanyak 457.231 kunjungan dengan rata-rata kunjungan rawat jalan perhari sebesar 755 kunjungan (Dinas Kesehatan Propinsi Sul Sel 2003).

Selanjutnya berdasarkan data kunjungan Puskesmas Pattingalloang tahun 2003 didapatkan jumlah kunjungan rawat jalan sebanyak 22.500 dengan rata-rata kunjungan perhari 61 kunjungan (termasuk kunjungan Puskesmas Pembantu). Sedangkan untuk data kunjungan Puskesmas Pattingalloang tahun 2004 kunjungan rawat jalan sebanyak 22.837 dengan rata-rata kunjungan perhari 74 kunjungan, dimana masing-masing untuk kunjungan puskesmas sebanyak 43 perhari sedangkan untuk kunjungan puskesmas pembantu sebanyak 31 kunjungan. Jika dibandingkan dengan data nasional dan propinsi Sulawesi Selatan, pemanfaatan rawat jalan di Puskesmas Patingalloang masih rendah (Puskesmas Pattingaloang, 2004).

Kelumpuhan pada penyelam diakibatkan oleh penyelam sering tidak mempunyai rencana yang matang pada saat melakukan panyelaman. Selain alat yang digunakan tidak memenuhi standar kesehatan, para penyelam kadang tidak melakukan pemeriksaan kesehatan akan dan setelah melakukan penyelaman padahal seharusnya mereka memanfaatkan puskesmas atau puskesmas pembantu untuk melakukan pemeriksaan awal dan berkala sehingga mereka terhindar dari resiko penyakit akibat menyelam (Amin, 2000).

Di wilayah kerja Puskesmas Pattingaloang, sampai akhir tahun 2004, dari 231 nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo, tercatat 50 kasus penyakit akibat menyelam 22 orang diantaranya mengalami kelumpuhan dan 10 orang meninggal setelah mengalami kelumpuhan serta banyak lagi yang belum tercatat (Puskesmas Pattingaloang, 2004).

Di samping kerja puskesmas, sangat membantu pula dengan adanya Puskesmas Pembantu di Pulau Barrang Lompo, dimana memiliki peran untuk meningkatkan pelayanan kesehatan pada masyarakat, nelayan termasuk nelayan penyelam, memberikan fisioterapai kepada nelayan penyelam yang mengalami kelumpuhan, memberikan penyuluhan akan pentingnya pemeriksaan kesehatan sebelum dan sesudah menyelam serta memberikan pengobatan (Puskesmas Pattingaloang, 2004).

Berdasarkan asumsi di atas penulis tertarik untuk meneliti tentang studi permintaan pelayanan kesehatan pada nelayan penyelam di pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005.


  1. Batasan Masalah

Banyak faktor yang mempengaruhi permintaan pelayanan kesehatan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo namun penelitian ini, peneliti hanya membatasi pada faktor pendapatan, ketersediaan tenaga kesehatan, pengetahuan dan tarif demi efektivitas penelitian ini.


C. Rumusan Masalah

Bagaimana faktor pendapatan, ketersediaan tenaga kesehatan, pengetahuan dan tarif dapat mempengaruhi permintaan pelayanan kesehatan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005.


D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor yang dapat mempengaruhi permintaan pelayanan kesehatan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005.

2. Tujuan Khusus

  1. Untuk mengetahui permintaan pelayanan kesehatan di tinjau dari tingkat pendapatan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005.

  2. Untuk mengetahui permintan pelayanan kesehatan di tinjau dari ketersediaan tenaga kesehatan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005

  3. Untuk mengetahui permintaan pelayanan kesehatan di tinjau dari tingkat pengetahuan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005

  4. Untuk mengetahui permintaan pelayanan kesehatan di tinjau dari tingkat tarif pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005


E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat institusional

2. Manfaat ilmiah

3. Manfaat praktis


TINJAUAN PUSTAKA


  1. Tinjaun Umum Tentang Pelayanan Kesehatan

  2. Tinjauan Umum Tentang Permintaan

  3. Tinjauan Umum Tentang Puskesmas

  4. Tinjauan Umum Tentang Nelayan Penyelam

  5. Tinjauan Umum Variabel Yang Diteliti

  1. Pendapatan

  2. Ketersediaan tenaga kesehatan

  3. Pengetahuan

  4. Tarif



KERANGKA KONSEP


  1. Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti
  2. Kerangka Konsep

  3. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

  1. Permintaan

  2. Pendapatan

  3. Ketersediaan tenaga kesehatan

  4. Pengetahuan

  5. Tarif


METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah survei deskriptif dengan pendekatan observasional,.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Pulau Barrang Lompo pada wilayah kerja Puskesmas Pattingaloang. Kec. Ujung Tanah Kota Makassar

C. Populasi dan sampel

  1. Populasi adalah semua nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo sebanyak 231 orang

  2. Sampel

    1. Besar sampel adalah nelayan penyelam yang terjaring sebagai sampel dengan rumus penentuan besar sampel.

Sehingga, besarnya sampel dalam penelitian ini adalah 85 responden.

    1. Penarikan sampel

Penarikan sampel dengan teknik Purpossive Sampling dengan kriteria sebagai berikut :

1) Responden merupakan nelayan penyelam yang berdomisili di Pulau Barrang Lompo

2) Sudah melakukan penyelaman atau bekerja sebagai penyelam selama 3 – 4 tahun

3) Responden dijumpai pada saat penelitian

4) Responden bersedia diwawancarai dengan menggunakan kuesioner.

D. Pengumpulan Data

  1. Data primer.

  2. Data sekunder

E. Pengolahan dan Penyajian Data

  1. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan sistem komputerisasi dengan menggunakan program SPSS Versi 12.0.

2. Penyajian Data

Penyajian data dilakukan dalam bentuk tabel distribusi dan narasi.


HASIL DAN PEMBAHASAN


  1. Permintaan pelayanan kesehatan ditinjau dari pendapatan

Salah satu faktor yang memberikan kontribusi terhadap permintaan pelayanan kesehatan adalah pendapatan, dimana dalam penelitian ini sebagian besar pendapatan nelayan penyelam berada dibawah UMP (Upah Minimum Penghasilan) yaitu dibawah Rp. 510.000,-. Adanya kondisi tersebut dikarenakan setiap hasil penjualan taripang atau ikan harus dibagi hasil dengan juragan, sawi dan nelayan pencari ikan atau taripang tergantung porsi tangkapan yang didapat.

Pendapatan merupakan pertimbangan dalam memilih pelayanan kesehatan, dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendapatan cukup dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi pada nelayan penyelam pulau Barrang Lompo adalah 13 responden (61,9 %) sedangkan permintaan rendah ada 8 responden (38,1 %), dari hasil ini menunjukkan bahwa dengan pendapatan cukup masyarakat nelayan penyelam kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada karena mereka lebih memilih dokter peraktek atau berobat ke Kota Makassar dari pada menggunakan pelayanan kesehatan yang ada karena kadang mereka menerima pelayanan yang kesehatan yang tidak lengkap dan prima akibat keterbatasan sarana dan tenaga yang ada pada Puskesmas Pembantu.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan tingkat pendapatan rendah dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi ada 50 responden (78,1 %), sementara yang permintaan pelayanan kesehatan rendah ada 14 responden (21,9 %) dan ini disebabkan kekurang mampuan ekonomi masyarakat nelayan penyelam, dimana pendapatan rata-rata dibawah upah minimum untuk mengakses kebutuhan kesehatannya walaupun permintaan mereka tinggi, sehingga mereka lebih banyak memilih alternatif berobat kedukun.

  1. Permintaan pelayanan kesehatan ditinjau dari ketersediaan tenaga kesehatan

Tenaga kesehatan pada daerah terpencil seperti daerah yang dibatasi dengan laut yaitu Pulau Barrang Lompo sangat sedikit karena kurangnya tenaga yang ingin bertugas ke daerah tersebut dengan berbagai macam alasan. Hal ini sangat mempengaruhi permintaan pelayanan kesehatan masyarakat nelayan penyelam yang ada.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan tenaga cukup terhadap permintaan pelayanan kesehatan tinggi ada 47 responden (74,6 %) dan permintaan kesehatan rendah ada 16 responden (25,4 %), ini dikarenakan oleh banyaknya tenaga kesehatan yang tidak menjalankan fungsinya sebagai pelayanan kesehatan. Sedangkan ketersediaan tenaga kesehatan kurang terdiri dari 22 responden dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi ada 16 (72,7 %) dan permintaan pelayanan kesehatan rendah ada 6 responden (27,3 %), dimana dipengaruhi oleh keinginan yang besar untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan yang memadai serta tenaga kesehatan yang kurang sulit untuk mengkaper kebutuhan kesehatan sehingga mereka lebih banyak memilih berobat pada dukun atau sejenisnya.

Ketersediaan tenaga kesehatan yang memadai dalam sebuah puskesmas, maka masyarakat memiliki minat yang tinggi karena berpikir bahwa dengan sekali kunjungan pada puskesmas, mereka telah mendapatkan semua pelayanan kesehatan termasuk pemeriksaan kesehatan penunjang tanpa berpikir untuk berobat ditempat lain setelah kunjungan tersebut.

  1. Permintaan pelayanan kesehatan ditinjau dari tingkat pengetahuan

Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior) karena jika seseorang tidak mengetahui tentang sebuah objek, maka objek tersebut tidak akan menarik bagi seseorang. Demikian pula dengan permintaan pelayanaan kesehatan khususnya puskesmas apalagi itu adalah puskesmas pembantu. Pada saat masyarakat tidak mengetahui tentang manfaat dari puskesmas maka masyarakat akan memandang sebelah mata pada pelayanan kesehatan yang disediakan, yang artinya masyarakat tidak akan meminta atau memanfaatkan pelayanan yang disediakan karena kurangnya pengetahuan yang dimiliki.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan responden masih kurang tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan dimana dari 68 responden yang memiliki pengetahuan cukup, dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi 52 responden (76,5 %) dan yang permintaan pelayanan rendah 16 responden (23,5 %) pula. Sedangkan responden dengan pengetahuan kurang terdiri dari 49 responden dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi ada 11 responden (64,7 %) dan permintaan rendah ada 6 responden (35,3 %). Ini menggambarkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat nelayan penyelam pulau Barrang Lompo sangat berpengaruh akan permintaan pelayanan kesehatan dan pengetahuan sangat memberi andil dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan.

  1. Permintaan pelayanan kesehatan ditinjau dari aspek tarif pelayanan kesehatan

Berdasarkan keseluruhan responden yang menggunakan pelayanan kesehatan sebagian besar mengatakan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang terjangkau 35 responden dan yang mengatakan tidak terjangkau atau mahal ada 50 responden ini berarti bahwa tarif pelayanan kesehatan pada masyarakat penyelam dipulau Barrang Lompo pada puskesmas pembantu adalah mahal atau sulit dijangkau oleh masyarakat nelayan penyelam.

Hasil penelitian juga dapat dilihat bahwa dari tingginya permintaan pada masyarakat nelayan yang tidak menjangkau tarif ada 37 responden (74,0 %) dan memiliki permintaan rendah ada 13 responden (26,0 %), ini dikarenakan masyarakat nelayan kesulitan memanfaatkan pelayanan kesehatan akibat tingginya tarif pelayanan sehingga permintaan pelayanan kesehatan rendah dan mereka memilih mencari tempat berobat lain seperti dukun atau tidak berobat sama sekali. Sedangkan yang menjangkau tarif pelayanan kesehatan dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi ada 26 responden (74,3 %) dan dengan permintaan pelayanan kesehatan rendah ada 9 responden (25,7 %). Rendahnya permintaan pelayanan kesehatan pada masyarakat nelayan penyelam yang menjangkau biaya pengobatan karena mereka lebih memilih pengobatan yang lebih lengkap baik tenaga maupun saranan kesehatannya.



KESIMPULAN DAN SARAN


        1. Kesimpulan

  1. Permintaan pelayanan kesehatan oleh masyarakat nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar ditinjau dari tingkat pendapatan berada pada kategori kurang, dari 64 responden yang memiliki pendapatan kurang dengan permintaan pelayanan rendah 14 responden (21,9 %)

  2. Permintaan pelayanan kesehatan oleh masyarakat nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar ditinjau dari ketersediaan tenaga berada pada kategori kurang, dari 22 responden yang mengatakan tenaga kesehatan kurang tersedia dengan permintaan pelayanan kesehatan rendah sebanyak 6 responden (27,3 %)

  3. Permintaan pelayanan kesehatan oleh masyarakat nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar ditinjau dari tingkat pengetahuan nelayan penyelam berada pada kategori pengetahuan kurang, dari 17 responden dengan tingkat pengetahuan kurang terhadap permintaan pelayanan kesehatan rendah sebanyak 6 responden (35,3 %)

  4. Permintaan pelayanan kesehatan oleh masyarakat nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar ditinjau dari tarif pelayanan kesehatan berada pada kategori tidak terjangkau, dari 50 responden yang tidak dapat menjangkau pelayanan kesehatan terhadap permintaan pelayanan kesehatan rendah sebanyak 13 responden (26,0%)


        1. Saran

    1. Perlunya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dapat dijangkau oleh kemampuan ekonomi masyarakat misalnya dengan menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi nelayan penyelam secara gratis.

    2. Kepada Dinas Kesehatan Kota Makassar dalam penempatan tenaga kesehatan lebih mengutamakan daerah kepulauan serta diharapkan adanya bimbingan dan supervisi secara rutin dan teratur guna memperbaiki kekurangan petugas yang ada

    3. Perlunya peningkatan upah/honor/gaji bagi tenaga kesehatan yang mengelenggarakan pelayanan kesehatan penyelam khususnya yang bekerja pada daerah yang lebih terpencil seperti daerah kepulauan.

    4. Masyarakat nelayan penyelam diberikan penyuluhan secara berkala dalam meningkatkan pengetahuan akan kesehatan terutama penyakit akibat menyelam serta cara menghindari serta mengatasinya.


DAFTAR PUSTAKA


Amin. Imran. 2000. Studi Kapasitas Paru Penyelam Tradisional di Pulau Kambuna Kepulauan Sembilan Kabupaten Sinjai Utara. Sinjai.


Azwar. Asrul. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Binarupa Aksara. Edisi Ketiga. Jakarta.


Biro Pusat Statistik Propinsi Sulawesi Selatan. 2004. Sulawesi Selatan Dalam Angka 2003. Makassar.


Dharma. 1994. Trend Pengelolaan Pelayanan Penunjang. Cermin Dunia Kodekteran. Edisi Khusus No. 91. Jakarta.


Departemen Kesehatan RI. 1991. Puskesmas dan kegiatan Pokoknya Bagi Perkarya Kesehatan Puskesmas. Jakarta.


Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan. 2004. Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan Tahun 2003. Makassar.


Gani. Ascobat. 1989. Ekonomi Kesehatan. Makalah di Sampaikan Pada Lokakarya Ekonomi Kesehatan. Cimaman. 11 Oktober 1989.


Ilyas. Asrul. 2002. Permintaan (Demand) Masyarakat Terhadap Pelayanan Kesehatan Puskesmas Taretta Di Kecamatan Amali Kabupaten Bone. Skripsi STIK TM. Makassar


Isharsuntoro. 1995. Bahan Kursus Selam SCUBA. Yayasan Primus. Surabaya.


Mils. Anne dan Gilson. Terjemahan Budi Susetya dkk. 1990. Ekonomi Kesehatan Untuk Negara-negara Sedang Berkembang. Cetakan Pertama. Dian Rakyat. Jakarta.


MSDC. 2003. Pendidikan dan Pelatihan Selam. Universitas Hasanuddin. Makassar.


. 2003. Aspek Medis Penyelaman. Universitas Hasanuddin. Makassar.


Notoadmotjo, Soekidjo. 1993. Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan Pertama. Rineka Cipta. Jakarta.


Notoadmotjo. Soekidjo. 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta. Jakarta


Ngatimin. H. M. Rusli. 1987. Upaya Menciptakan Masyarakat Sehat di Pedesaan. Desertasi Fakultas Pascasarjana UNHAS. Ujung Pandang.


Perhimpunan Kesehatan Hiperbarik Indonesia. PKHI. 2002. Pengantar Ilmu Kesehatan Penyelam. Surabaya.


R. Jayukusli. 1997. Studi Keluhan Pada Penyelam di Pulau Barrang Lompo Kecamatan Ujung tanah. Makassar.


R. Hapsara. Habib. R. 2004. Pembangunan Kesehatan di Indonesia, Prinsip Dasar. Kebijakan, Perencanaan dan Kajian Masa Depannya. Universitas Gadjah Mada Press. Jogjakarta.


Razak. Amran. 2000. Permintaan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Pesisir. Kalam Media Pustaka. Makassar.


Puskesmas Pattingaloang. 2004. Profil Puskesmas Pattingaloang Tahun 2003.


Trisnantoro. 1995. Analisis Demand. Makalah Ekonomi Manajerial Rumah Sakit Program Pengembangan Eksekutif Manajemen Rumah Sakit. Universitas Gadjah Mada 2-10. Yogyakarta.



Dokument lengkap dapat menghubungi


Rhano


Email : joeh_com@yahoo.com


Phone : 085242854524

Skripsi


STUDI PERMINTAAN PELAYANAN KESEHATAN PADA NELAYAN PENYELAM DI PULAU BARRANG LOMPO

KOTA MAKASSAR TAHUN 2005


Maryam. SKM


Abstrak

Dalam pembangunan kesehatan setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya tanpa memandang suku, golongan, agama, dan status sosial ekonomi termasuk kaum nelayan. Setiap kecamatan di Indonesia telah memiliki paling sedikit satu buah Puskesmas dengan lebih dari 40 % desa telah dilayani oleh sarana pelayanan kesehatan pemerintah. Pada akhir tahun 2001 tersedia 7.477 Puskesmas, 21.587 Puskesmas Pembantu dan 6.392 Puskesmas Keliling. Sedangkan untuk data kunjungan Puskesmas Pattingaloang tahun 2004 kunjungan rawat jalan sebanyak 22.837 dengan rata-rata kunjungan perhari 74 kunjungan, dimana masing-masing untuk kunjungan puskesmas sebanyak 43 perhari sedangkan untuk kunjungan puskesmas pembantu sebanyak 31 kunjungan Jika dibandingkan dengan data nasional dan Propinsi Sulawesi Selatan, pemanfaatan rawat jalan di Puskesmas Pattingaloang masih rendah. Dari data tersebut ternyata puskesmas belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat, maka untuk mengoptimalkan suatu sarana kesehatan didasarkan atas permintaan (demand) masyarakat dan bukan berdasarkan suplay dari pemerintah agar tidak terjadi under utilization.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang permintaan pelayanan kesehatan berdasarkan pendapatan, ketersediaan tenaga kesehatan, pengetahuan dan tarif pelayanan pada masyarakat nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar tahun 2005

Jenis penelitian merupakan penelitian survei dengan pendekatan deskriptif, jumlah responden 85 yang diperolah dari rumus besar sampel dan sampel ditarik secara proporsive sampling.

Hasil penelitian ini didapatkan informasi bahwa permintaan (demand) masyarakat terhadap pelayanan kesehatan adalah rendah dimana responden dengan tingkat pendapatan kurang 20,0 %. dilihat dari ketersediaan tenaga berada pada kategori kurang 25,9 %, dilihat dari tingkat pengetahuan responden kurang 20,0 % dan berdasarkan tarif tidak terjangkau 58,8 %.

Berdasarkan hasil penelitian disarankan agar penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang dapat dijangkau kemampuan ekonomi masyarakat dengan menyelenggarakan pelayanan gratis, penempatan tenaga kesehatan lebih diutamakan pada daerah kepulauan disertai dengan peningkatan upah/honor/gaji bagi tenaga kesehatan, dan perlu pemberian penyuluhan yang dilakukan secara berkala dalam rangka peningkatan pengetahuan nelayan penyelam tentang kesehatan penyelaman..


Daftar Pustaka : 23 (1987 – 2004)


PENDAHULUAN


  1. Latar Belakang

Nelayan acapkali diasosiasikan dengan kemiskinan dan karenanya budaya nelayan atau kebiasaan masyarakat pesisir diidentikkan dengan kemiskinan atau budaya orang miskin, jaringan aktivitasnya sangat terbatas pada penangkapan ikan dan sumber daya laut. Sementara jaringan sosialnya sangat terbatas pada network ponggawa-sawi (Razak, 2000).

Kemiskinan rumah tangga mencerminkan ketidak mampuan rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan hidup, terutama kebutuhan dasar serta kebutuhan dalam meningkatkan kualitas hidup yaitu kesehatan.

Upaya pembangunan kesehatan setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya tanpa memandang suku, golongan, agama dan status sosial ekonomi termasuk kaum nelayan.

Oleh karena itu, maka pembangunan kesehatan yang diselenggarakan dalam dekade ini telah berhasil menyediakan sarana kesehatan di seluruh pelosok tanah air. Menurut R. Hapsara (2004), Setiap kecamatan di Indonesia telah memiliki paling sedikit satu buah Puskesmas dengan lebih dari 40 % desa telah dilayanani oleh sarana pelayanan kesehatan pemerintah. Pada akhir tahun 2001 tersedia 7.477 Puskesmas, 21.587 puskesmas pembantu dan 6.392 Pusksmas Keliling. Di Sulawesi Selatan saat ini telah tersedia kurang lebih 300 Puskesmas baik itu puskesmas rawat jalan maupun puskesmas rawat inap (Dinas Kesehatan Propinsi Sul-Sel, 2004).

Berdasarkan statistik kesejahteraan rakyat tahun 2003 rata-rata 35.5 % masyarakat desa dan kota yang memanfaatkan sarana dan fasilitas Puskesmas

Indikator kesejahteraan rakyat membuktikan bahwa 38,6 % dari masyarakat yang sakit berobat di Puskesmas, 3,5 % di Klinik KIA/Balai Pengobatan dan 3,1 % berobat di tempat lain (BPS, 2003).

Di Sulawesi Selatan kunjungan di Balai pengobatan rata-rata 43 Kunjungan perhari lebih rendah di banding rata-rata Nasional sedangkan frekwensi kunjungan rata-rata 2,45 kali. Di Kota Makassar jumlah kunjungan rawat jalan puskesmas sebanyak 457.231 kunjungan dengan rata-rata kunjungan rawat jalan perhari sebesar 755 kunjungan (Dinas Kesehatan Propinsi Sul Sel 2003).

Selanjutnya berdasarkan data kunjungan Puskesmas Pattingalloang tahun 2003 didapatkan jumlah kunjungan rawat jalan sebanyak 22.500 dengan rata-rata kunjungan perhari 61 kunjungan (termasuk kunjungan Puskesmas Pembantu). Sedangkan untuk data kunjungan Puskesmas Pattingalloang tahun 2004 kunjungan rawat jalan sebanyak 22.837 dengan rata-rata kunjungan perhari 74 kunjungan, dimana masing-masing untuk kunjungan puskesmas sebanyak 43 perhari sedangkan untuk kunjungan puskesmas pembantu sebanyak 31 kunjungan. Jika dibandingkan dengan data nasional dan propinsi Sulawesi Selatan, pemanfaatan rawat jalan di Puskesmas Patingalloang masih rendah (Puskesmas Pattingaloang, 2004).

Kelumpuhan pada penyelam diakibatkan oleh penyelam sering tidak mempunyai rencana yang matang pada saat melakukan panyelaman. Selain alat yang digunakan tidak memenuhi standar kesehatan, para penyelam kadang tidak melakukan pemeriksaan kesehatan akan dan setelah melakukan penyelaman padahal seharusnya mereka memanfaatkan puskesmas atau puskesmas pembantu untuk melakukan pemeriksaan awal dan berkala sehingga mereka terhindar dari resiko penyakit akibat menyelam (Amin, 2000).

Di wilayah kerja Puskesmas Pattingaloang, sampai akhir tahun 2004, dari 231 nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo, tercatat 50 kasus penyakit akibat menyelam 22 orang diantaranya mengalami kelumpuhan dan 10 orang meninggal setelah mengalami kelumpuhan serta banyak lagi yang belum tercatat (Puskesmas Pattingaloang, 2004).

Di samping kerja puskesmas, sangat membantu pula dengan adanya Puskesmas Pembantu di Pulau Barrang Lompo, dimana memiliki peran untuk meningkatkan pelayanan kesehatan pada masyarakat, nelayan termasuk nelayan penyelam, memberikan fisioterapai kepada nelayan penyelam yang mengalami kelumpuhan, memberikan penyuluhan akan pentingnya pemeriksaan kesehatan sebelum dan sesudah menyelam serta memberikan pengobatan (Puskesmas Pattingaloang, 2004).

Berdasarkan asumsi di atas penulis tertarik untuk meneliti tentang studi permintaan pelayanan kesehatan pada nelayan penyelam di pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005.


  1. Batasan Masalah

Banyak faktor yang mempengaruhi permintaan pelayanan kesehatan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo namun penelitian ini, peneliti hanya membatasi pada faktor pendapatan, ketersediaan tenaga kesehatan, pengetahuan dan tarif demi efektivitas penelitian ini.


C. Rumusan Masalah

Bagaimana faktor pendapatan, ketersediaan tenaga kesehatan, pengetahuan dan tarif dapat mempengaruhi permintaan pelayanan kesehatan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005.


D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor yang dapat mempengaruhi permintaan pelayanan kesehatan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005.

2. Tujuan Khusus

  1. Untuk mengetahui permintaan pelayanan kesehatan di tinjau dari tingkat pendapatan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005.

  2. Untuk mengetahui permintan pelayanan kesehatan di tinjau dari ketersediaan tenaga kesehatan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005

  3. Untuk mengetahui permintaan pelayanan kesehatan di tinjau dari tingkat pengetahuan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005

  4. Untuk mengetahui permintaan pelayanan kesehatan di tinjau dari tingkat tarif pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005


E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat institusional

2. Manfaat ilmiah

3. Manfaat praktis


TINJAUAN PUSTAKA


  1. Tinjaun Umum Tentang Pelayanan Kesehatan

  2. Tinjauan Umum Tentang Permintaan

  3. Tinjauan Umum Tentang Puskesmas

  4. Tinjauan Umum Tentang Nelayan Penyelam

  5. Tinjauan Umum Variabel Yang Diteliti

  1. Pendapatan

  2. Ketersediaan tenaga kesehatan

  3. Pengetahuan

  4. Tarif



KERANGKA KONSEP


  1. Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti
  2. Kerangka Konsep

  3. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

  1. Permintaan

  2. Pendapatan

  3. Ketersediaan tenaga kesehatan

  4. Pengetahuan

  5. Tarif


METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah survei deskriptif dengan pendekatan observasional,.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Pulau Barrang Lompo pada wilayah kerja Puskesmas Pattingaloang. Kec. Ujung Tanah Kota Makassar

C. Populasi dan sampel

  1. Populasi adalah semua nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo sebanyak 231 orang

  2. Sampel

    1. Besar sampel adalah nelayan penyelam yang terjaring sebagai sampel dengan rumus penentuan besar sampel.

Sehingga, besarnya sampel dalam penelitian ini adalah 85 responden.

    1. Penarikan sampel

Penarikan sampel dengan teknik Purpossive Sampling dengan kriteria sebagai berikut :

1) Responden merupakan nelayan penyelam yang berdomisili di Pulau Barrang Lompo

2) Sudah melakukan penyelaman atau bekerja sebagai penyelam selama 3 – 4 tahun

3) Responden dijumpai pada saat penelitian

4) Responden bersedia diwawancarai dengan menggunakan kuesioner.

D. Pengumpulan Data

  1. Data primer.

  2. Data sekunder

E. Pengolahan dan Penyajian Data

  1. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan sistem komputerisasi dengan menggunakan program SPSS Versi 12.0.

2. Penyajian Data

Penyajian data dilakukan dalam bentuk tabel distribusi dan narasi.


HASIL DAN PEMBAHASAN


  1. Permintaan pelayanan kesehatan ditinjau dari pendapatan

Salah satu faktor yang memberikan kontribusi terhadap permintaan pelayanan kesehatan adalah pendapatan, dimana dalam penelitian ini sebagian besar pendapatan nelayan penyelam berada dibawah UMP (Upah Minimum Penghasilan) yaitu dibawah Rp. 510.000,-. Adanya kondisi tersebut dikarenakan setiap hasil penjualan taripang atau ikan harus dibagi hasil dengan juragan, sawi dan nelayan pencari ikan atau taripang tergantung porsi tangkapan yang didapat.

Pendapatan merupakan pertimbangan dalam memilih pelayanan kesehatan, dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendapatan cukup dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi pada nelayan penyelam pulau Barrang Lompo adalah 13 responden (61,9 %) sedangkan permintaan rendah ada 8 responden (38,1 %), dari hasil ini menunjukkan bahwa dengan pendapatan cukup masyarakat nelayan penyelam kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada karena mereka lebih memilih dokter peraktek atau berobat ke Kota Makassar dari pada menggunakan pelayanan kesehatan yang ada karena kadang mereka menerima pelayanan yang kesehatan yang tidak lengkap dan prima akibat keterbatasan sarana dan tenaga yang ada pada Puskesmas Pembantu.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan tingkat pendapatan rendah dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi ada 50 responden (78,1 %), sementara yang permintaan pelayanan kesehatan rendah ada 14 responden (21,9 %) dan ini disebabkan kekurang mampuan ekonomi masyarakat nelayan penyelam, dimana pendapatan rata-rata dibawah upah minimum untuk mengakses kebutuhan kesehatannya walaupun permintaan mereka tinggi, sehingga mereka lebih banyak memilih alternatif berobat kedukun.

  1. Permintaan pelayanan kesehatan ditinjau dari ketersediaan tenaga kesehatan

Tenaga kesehatan pada daerah terpencil seperti daerah yang dibatasi dengan laut yaitu Pulau Barrang Lompo sangat sedikit karena kurangnya tenaga yang ingin bertugas ke daerah tersebut dengan berbagai macam alasan. Hal ini sangat mempengaruhi permintaan pelayanan kesehatan masyarakat nelayan penyelam yang ada.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan tenaga cukup terhadap permintaan pelayanan kesehatan tinggi ada 47 responden (74,6 %) dan permintaan kesehatan rendah ada 16 responden (25,4 %), ini dikarenakan oleh banyaknya tenaga kesehatan yang tidak menjalankan fungsinya sebagai pelayanan kesehatan. Sedangkan ketersediaan tenaga kesehatan kurang terdiri dari 22 responden dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi ada 16 (72,7 %) dan permintaan pelayanan kesehatan rendah ada 6 responden (27,3 %), dimana dipengaruhi oleh keinginan yang besar untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan yang memadai serta tenaga kesehatan yang kurang sulit untuk mengkaper kebutuhan kesehatan sehingga mereka lebih banyak memilih berobat pada dukun atau sejenisnya.

Ketersediaan tenaga kesehatan yang memadai dalam sebuah puskesmas, maka masyarakat memiliki minat yang tinggi karena berpikir bahwa dengan sekali kunjungan pada puskesmas, mereka telah mendapatkan semua pelayanan kesehatan termasuk pemeriksaan kesehatan penunjang tanpa berpikir untuk berobat ditempat lain setelah kunjungan tersebut.

  1. Permintaan pelayanan kesehatan ditinjau dari tingkat pengetahuan

Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior) karena jika seseorang tidak mengetahui tentang sebuah objek, maka objek tersebut tidak akan menarik bagi seseorang. Demikian pula dengan permintaan pelayanaan kesehatan khususnya puskesmas apalagi itu adalah puskesmas pembantu. Pada saat masyarakat tidak mengetahui tentang manfaat dari puskesmas maka masyarakat akan memandang sebelah mata pada pelayanan kesehatan yang disediakan, yang artinya masyarakat tidak akan meminta atau memanfaatkan pelayanan yang disediakan karena kurangnya pengetahuan yang dimiliki.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan responden masih kurang tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan dimana dari 68 responden yang memiliki pengetahuan cukup, dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi 52 responden (76,5 %) dan yang permintaan pelayanan rendah 16 responden (23,5 %) pula. Sedangkan responden dengan pengetahuan kurang terdiri dari 49 responden dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi ada 11 responden (64,7 %) dan permintaan rendah ada 6 responden (35,3 %). Ini menggambarkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat nelayan penyelam pulau Barrang Lompo sangat berpengaruh akan permintaan pelayanan kesehatan dan pengetahuan sangat memberi andil dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan.

  1. Permintaan pelayanan kesehatan ditinjau dari aspek tarif pelayanan kesehatan

Berdasarkan keseluruhan responden yang menggunakan pelayanan kesehatan sebagian besar mengatakan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang terjangkau 35 responden dan yang mengatakan tidak terjangkau atau mahal ada 50 responden ini berarti bahwa tarif pelayanan kesehatan pada masyarakat penyelam dipulau Barrang Lompo pada puskesmas pembantu adalah mahal atau sulit dijangkau oleh masyarakat nelayan penyelam.

Hasil penelitian juga dapat dilihat bahwa dari tingginya permintaan pada masyarakat nelayan yang tidak menjangkau tarif ada 37 responden (74,0 %) dan memiliki permintaan rendah ada 13 responden (26,0 %), ini dikarenakan masyarakat nelayan kesulitan memanfaatkan pelayanan kesehatan akibat tingginya tarif pelayanan sehingga permintaan pelayanan kesehatan rendah dan mereka memilih mencari tempat berobat lain seperti dukun atau tidak berobat sama sekali. Sedangkan yang menjangkau tarif pelayanan kesehatan dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi ada 26 responden (74,3 %) dan dengan permintaan pelayanan kesehatan rendah ada 9 responden (25,7 %). Rendahnya permintaan pelayanan kesehatan pada masyarakat nelayan penyelam yang menjangkau biaya pengobatan karena mereka lebih memilih pengobatan yang lebih lengkap baik tenaga maupun saranan kesehatannya.



KESIMPULAN DAN SARAN


        1. Kesimpulan

  1. Permintaan pelayanan kesehatan oleh masyarakat nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar ditinjau dari tingkat pendapatan berada pada kategori kurang, dari 64 responden yang memiliki pendapatan kurang dengan permintaan pelayanan rendah 14 responden (21,9 %)

  2. Permintaan pelayanan kesehatan oleh masyarakat nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar ditinjau dari ketersediaan tenaga berada pada kategori kurang, dari 22 responden yang mengatakan tenaga kesehatan kurang tersedia dengan permintaan pelayanan kesehatan rendah sebanyak 6 responden (27,3 %)

  3. Permintaan pelayanan kesehatan oleh masyarakat nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar ditinjau dari tingkat pengetahuan nelayan penyelam berada pada kategori pengetahuan kurang, dari 17 responden dengan tingkat pengetahuan kurang terhadap permintaan pelayanan kesehatan rendah sebanyak 6 responden (35,3 %)

  4. Permintaan pelayanan kesehatan oleh masyarakat nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar ditinjau dari tarif pelayanan kesehatan berada pada kategori tidak terjangkau, dari 50 responden yang tidak dapat menjangkau pelayanan kesehatan terhadap permintaan pelayanan kesehatan rendah sebanyak 13 responden (26,0%)


        1. Saran

    1. Perlunya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dapat dijangkau oleh kemampuan ekonomi masyarakat misalnya dengan menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi nelayan penyelam secara gratis.

    2. Kepada Dinas Kesehatan Kota Makassar dalam penempatan tenaga kesehatan lebih mengutamakan daerah kepulauan serta diharapkan adanya bimbingan dan supervisi secara rutin dan teratur guna memperbaiki kekurangan petugas yang ada

    3. Perlunya peningkatan upah/honor/gaji bagi tenaga kesehatan yang mengelenggarakan pelayanan kesehatan penyelam khususnya yang bekerja pada daerah yang lebih terpencil seperti daerah kepulauan.

    4. Masyarakat nelayan penyelam diberikan penyuluhan secara berkala dalam meningkatkan pengetahuan akan kesehatan terutama penyakit akibat menyelam serta cara menghindari serta mengatasinya.


DAFTAR PUSTAKA


Amin. Imran. 2000. Studi Kapasitas Paru Penyelam Tradisional di Pulau Kambuna Kepulauan Sembilan Kabupaten Sinjai Utara. Sinjai.


Azwar. Asrul. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Binarupa Aksara. Edisi Ketiga. Jakarta.


Biro Pusat Statistik Propinsi Sulawesi Selatan. 2004. Sulawesi Selatan Dalam Angka 2003. Makassar.


Dharma. 1994. Trend Pengelolaan Pelayanan Penunjang. Cermin Dunia Kodekteran. Edisi Khusus No. 91. Jakarta.


Departemen Kesehatan RI. 1991. Puskesmas dan kegiatan Pokoknya Bagi Perkarya Kesehatan Puskesmas. Jakarta.


Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan. 2004. Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan Tahun 2003. Makassar.


Gani. Ascobat. 1989. Ekonomi Kesehatan. Makalah di Sampaikan Pada Lokakarya Ekonomi Kesehatan. Cimaman. 11 Oktober 1989.


Ilyas. Asrul. 2002. Permintaan (Demand) Masyarakat Terhadap Pelayanan Kesehatan Puskesmas Taretta Di Kecamatan Amali Kabupaten Bone. Skripsi STIK TM. Makassar


Isharsuntoro. 1995. Bahan Kursus Selam SCUBA. Yayasan Primus. Surabaya.


Mils. Anne dan Gilson. Terjemahan Budi Susetya dkk. 1990. Ekonomi Kesehatan Untuk Negara-negara Sedang Berkembang. Cetakan Pertama. Dian Rakyat. Jakarta.


MSDC. 2003. Pendidikan dan Pelatihan Selam. Universitas Hasanuddin. Makassar.


. 2003. Aspek Medis Penyelaman. Universitas Hasanuddin. Makassar.


Notoadmotjo, Soekidjo. 1993. Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan Pertama. Rineka Cipta. Jakarta.


Notoadmotjo. Soekidjo. 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta. Jakarta


Ngatimin. H. M. Rusli. 1987. Upaya Menciptakan Masyarakat Sehat di Pedesaan. Desertasi Fakultas Pascasarjana UNHAS. Ujung Pandang.


Perhimpunan Kesehatan Hiperbarik Indonesia. PKHI. 2002. Pengantar Ilmu Kesehatan Penyelam. Surabaya.


R. Jayukusli. 1997. Studi Keluhan Pada Penyelam di Pulau Barrang Lompo Kecamatan Ujung tanah. Makassar.


R. Hapsara. Habib. R. 2004. Pembangunan Kesehatan di Indonesia, Prinsip Dasar. Kebijakan, Perencanaan dan Kajian Masa Depannya. Universitas Gadjah Mada Press. Jogjakarta.


Razak. Amran. 2000. Permintaan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Pesisir. Kalam Media Pustaka. Makassar.


Puskesmas Pattingaloang. 2004. Profil Puskesmas Pattingaloang Tahun 2003.


Trisnantoro. 1995. Analisis Demand. Makalah Ekonomi Manajerial Rumah Sakit Program Pengembangan Eksekutif Manajemen Rumah Sakit. Universitas Gadjah Mada 2-10. Yogyakarta.



Dokument lengkap dapat menghubungi


Rhano


Email : joeh_com@yahoo.com


Phone : 085242854524

Mangan dn pH Air SGL
Lihat Detail

Mangan dn pH Air SGL

Skripsi


STUDI KUALITAS AIR SUMUR GALI DITINJAU DARI PARAMETER MANGAN DAN DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR DI RW 3 KAMPUNG BUAKKANG MATTA KELURAHAN PACCERAKKANG KECAMATAN BIRINGKANAYA KOTA MAKASSAR

TAHUN 2006



RINGKASAN


Nismawati A. SKM


Studi Kualitas Air Sumur Gali Ditinjau Dari Parameter Mangan dan Derajat Keasaman (pH) Air Di RW 3 Kampung Buakkang Mata Kelurahan Paccerakkang Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar Tahun 2006”

Vii + 66 halaman + 9 tabel + 6 lampiran


Air merupakan zat kehidupan dimana tidak satupun makhluk hidup di planet bumi yang tidak membutuhkan air. Air yang dibutuhkan oleh manusia adalah air bersih baik untuk keperluan hidup sehari-hari, kebutuhan industri, kebersihan dan sanitasi kota, kebutuhan pertanian dan lain sebaginya. Oleh sebab itu, dalam rangka penggunaan air yang memenuhi syarat maka air harus melalui pengontrolan standar baku kemurnian air. Salah satu jenis ukuran kualitas air adalah kandung kimiawi yang pada penelitian ini mencakup konsentrasi mangan (Mn) dan derajat keasaman (pH).

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survey dengan rancangan deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran kadar pH dan mangan (Mg) berdasarkan keadaan konstruksi bangunan sumur gali. Pengumpulan data penelitian dilaksanakan secara observasi (pengamatan) menggunakan lembar observasi terhadap keadaan konstruksi sumur gali dan pemeriksaan laboratorium pada sample air SGL. Data yang dikumpulkan kemudian diolah dengan menggunakan bantuan komputer program Microsoft Excell Profesional 2003 dan Statistical Package of Social Science (SPSS) versi 12.0 yang kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi disertai penjelasan.

Hasil penelitian diperoleh Keadaan konstruksi sumur gali (SGL) yang dimanfaatkan masyarakat di Kelurahan Pacerakkang yang tidak memenuhi syarat sebanyak 11 (61,1%) sedangkan yang memenuhi syarat hanya mencapai 7 buah sumur (38,9%), Kadar mangan (Mn) pada sumur gali (SGL) yang dimanfaatkan masyarakat di Kelurahan Pacerakkang yang memenuhi syarat sebanyak 12 (66,7%) dengan kadar Mn yang diperoleh berdasarkan pemeriksaan laboratorium <> 0,5 mg/liter, Derajat keasaman (pH) pada sumur gali (SGL) yang dimanfaatkan masyarakat di Kelurahan Pacerakkang pada kategori tidak memenuhi syarat sebanyak 11 (61,1%) dengan kadar pH <>

Saran yang diajukan pada penelitian mencakup : pemenuhan kebutuhan masyarakat akan air bersih maka perlunya dilaksanakan pengadaan sumber air bersih lain yang lebih memenuhi syarat kualitas dan kuantitas seperti dengan membuka jaringan air ledeng khususnya masyarakat di Kelurahan Pacerakkang dan pemurnian air terutama air yang bersumber dari sumur gali harus dilaksanakan melalui proses filtrasi, nitrasi dan sebagainya sehingga dapat menghasilkan air yang lebih berkualitas dan tidak memberi dampak kesehatan kepada masyarakat pengguna air SGL.


Daftar Pustaka : 21 (1991 – 2004)


DAFTAR TABEL


No.

Judul

Halaman

5.1

Keadaan Konstruksi Sumur Gali berdasarkan Jarak, Konstruksi Lantai, Bibir, dan Dinding Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006



50

5.2

Distribusi Sumur Gali (SGL) berdasarkan Konstruksi Lantai Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006


51

5.3

Distribusi Sumur Gali (SGL) berdasarkan Konstruksi Bibir Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006


51

5.4

Distribusi Sumur Gali (SGL) berdasarkan Konstruksi Dinding Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006


52

5.5

Distribusi Sumur Gali (SGL) berdasarkan Jarak Dari Sumber Pencemaran Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006


52

5.6

Distribusi Sumur Gali (SGL) berdasarkan Keadaan Konstruksi Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006


53

5.7

Hasil Pengukuran Kadar Mangan (Mn) dan Derajat Keasaman (pH) Air Sumur Gali Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006


54

5.8

Distribusi Sumur Gali (SGL) berdasarkan Konsentrasi Mangan (Mn) Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006


55

5.9

Distribusi Sumur Gali (SGL) Berdasarkan Derajat Keasaman (pH) Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006


55


DAFTAR LAMPIRAN


  1. Master Tabel

  2. Lay Out SPSS Olah Data Master Tabel

  3. Surat Pengantar Izin Penelitian dari FKM UMI Makassar

  4. Surat Rekomendasi Izin Penelitian dari Gubernur Propinsi Sulawesi Selatan Cq. Balitbangda

  5. Surat Rekomendasi Izin Penelitian dari Walikota Makassar

  6. Surat Rekomendasi Izin Penelitian dari Camat Biringkanaya

  7. Surat Keterangan Telah Penelitian dari Lurah Paccerakkang Kecamatan Biringkanaya Makassar


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR PERSETUJUAN ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL vii

ABSTRAK viii

BAB I PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang 1

  2. Rumusan Masalah 7

  3. Tujuan Penelitian 7

  4. Manfaat Penelitian 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

  1. Air 9

  2. Kualitas Air 15

  3. Sumur Gali 30

  4. Parameter Mangan (Mn) dalam Air 35

  5. Derajat Keasaman (pH) Air 37

BAB III KERANGKA KONSEP

  1. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian 39

  2. Skema Pola Pikir Variabel Penelitian 43

  3. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif 44

BAB IV METODE PENELITIAN

  1. Jenis Penelitian 46

  2. Lokasi Penelitian 46

  3. Populasi dan Sampel 46

  4. Pengolahan dan Penyajian Data 47

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

  1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 48

  2. Hasil Penelitian 49

  3. Pembahasan 56

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

  1. Kesimpulan 65

  2. Saran 66

DAFTAR PUSTAKA

LEMBAR OBSERVASI


Dokument lengkap dapat menghubungi


Rhano


Email : joeh_com@yahoo.com


Phone : 085242854524


Skripsi


STUDI KUALITAS AIR SUMUR GALI DITINJAU DARI PARAMETER MANGAN DAN DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR DI RW 3 KAMPUNG BUAKKANG MATTA KELURAHAN PACCERAKKANG KECAMATAN BIRINGKANAYA KOTA MAKASSAR

TAHUN 2006



RINGKASAN


Nismawati A. SKM


Studi Kualitas Air Sumur Gali Ditinjau Dari Parameter Mangan dan Derajat Keasaman (pH) Air Di RW 3 Kampung Buakkang Mata Kelurahan Paccerakkang Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar Tahun 2006”

Vii + 66 halaman + 9 tabel + 6 lampiran


Air merupakan zat kehidupan dimana tidak satupun makhluk hidup di planet bumi yang tidak membutuhkan air. Air yang dibutuhkan oleh manusia adalah air bersih baik untuk keperluan hidup sehari-hari, kebutuhan industri, kebersihan dan sanitasi kota, kebutuhan pertanian dan lain sebaginya. Oleh sebab itu, dalam rangka penggunaan air yang memenuhi syarat maka air harus melalui pengontrolan standar baku kemurnian air. Salah satu jenis ukuran kualitas air adalah kandung kimiawi yang pada penelitian ini mencakup konsentrasi mangan (Mn) dan derajat keasaman (pH).

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survey dengan rancangan deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran kadar pH dan mangan (Mg) berdasarkan keadaan konstruksi bangunan sumur gali. Pengumpulan data penelitian dilaksanakan secara observasi (pengamatan) menggunakan lembar observasi terhadap keadaan konstruksi sumur gali dan pemeriksaan laboratorium pada sample air SGL. Data yang dikumpulkan kemudian diolah dengan menggunakan bantuan komputer program Microsoft Excell Profesional 2003 dan Statistical Package of Social Science (SPSS) versi 12.0 yang kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi disertai penjelasan.

Hasil penelitian diperoleh Keadaan konstruksi sumur gali (SGL) yang dimanfaatkan masyarakat di Kelurahan Pacerakkang yang tidak memenuhi syarat sebanyak 11 (61,1%) sedangkan yang memenuhi syarat hanya mencapai 7 buah sumur (38,9%), Kadar mangan (Mn) pada sumur gali (SGL) yang dimanfaatkan masyarakat di Kelurahan Pacerakkang yang memenuhi syarat sebanyak 12 (66,7%) dengan kadar Mn yang diperoleh berdasarkan pemeriksaan laboratorium <> 0,5 mg/liter, Derajat keasaman (pH) pada sumur gali (SGL) yang dimanfaatkan masyarakat di Kelurahan Pacerakkang pada kategori tidak memenuhi syarat sebanyak 11 (61,1%) dengan kadar pH <>

Saran yang diajukan pada penelitian mencakup : pemenuhan kebutuhan masyarakat akan air bersih maka perlunya dilaksanakan pengadaan sumber air bersih lain yang lebih memenuhi syarat kualitas dan kuantitas seperti dengan membuka jaringan air ledeng khususnya masyarakat di Kelurahan Pacerakkang dan pemurnian air terutama air yang bersumber dari sumur gali harus dilaksanakan melalui proses filtrasi, nitrasi dan sebagainya sehingga dapat menghasilkan air yang lebih berkualitas dan tidak memberi dampak kesehatan kepada masyarakat pengguna air SGL.


Daftar Pustaka : 21 (1991 – 2004)


DAFTAR TABEL


No.

Judul

Halaman

5.1

Keadaan Konstruksi Sumur Gali berdasarkan Jarak, Konstruksi Lantai, Bibir, dan Dinding Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006



50

5.2

Distribusi Sumur Gali (SGL) berdasarkan Konstruksi Lantai Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006


51

5.3

Distribusi Sumur Gali (SGL) berdasarkan Konstruksi Bibir Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006


51

5.4

Distribusi Sumur Gali (SGL) berdasarkan Konstruksi Dinding Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006


52

5.5

Distribusi Sumur Gali (SGL) berdasarkan Jarak Dari Sumber Pencemaran Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006


52

5.6

Distribusi Sumur Gali (SGL) berdasarkan Keadaan Konstruksi Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006


53

5.7

Hasil Pengukuran Kadar Mangan (Mn) dan Derajat Keasaman (pH) Air Sumur Gali Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006


54

5.8

Distribusi Sumur Gali (SGL) berdasarkan Konsentrasi Mangan (Mn) Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006


55

5.9

Distribusi Sumur Gali (SGL) Berdasarkan Derajat Keasaman (pH) Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006


55


DAFTAR LAMPIRAN


  1. Master Tabel

  2. Lay Out SPSS Olah Data Master Tabel

  3. Surat Pengantar Izin Penelitian dari FKM UMI Makassar

  4. Surat Rekomendasi Izin Penelitian dari Gubernur Propinsi Sulawesi Selatan Cq. Balitbangda

  5. Surat Rekomendasi Izin Penelitian dari Walikota Makassar

  6. Surat Rekomendasi Izin Penelitian dari Camat Biringkanaya

  7. Surat Keterangan Telah Penelitian dari Lurah Paccerakkang Kecamatan Biringkanaya Makassar


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR PERSETUJUAN ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL vii

ABSTRAK viii

BAB I PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang 1

  2. Rumusan Masalah 7

  3. Tujuan Penelitian 7

  4. Manfaat Penelitian 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

  1. Air 9

  2. Kualitas Air 15

  3. Sumur Gali 30

  4. Parameter Mangan (Mn) dalam Air 35

  5. Derajat Keasaman (pH) Air 37

BAB III KERANGKA KONSEP

  1. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian 39

  2. Skema Pola Pikir Variabel Penelitian 43

  3. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif 44

BAB IV METODE PENELITIAN

  1. Jenis Penelitian 46

  2. Lokasi Penelitian 46

  3. Populasi dan Sampel 46

  4. Pengolahan dan Penyajian Data 47

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

  1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 48

  2. Hasil Penelitian 49

  3. Pembahasan 56

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

  1. Kesimpulan 65

  2. Saran 66

DAFTAR PUSTAKA

LEMBAR OBSERVASI


Dokument lengkap dapat menghubungi


Rhano


Email : joeh_com@yahoo.com


Phone : 085242854524


Skripsi


STUDI KUALITAS AIR SUMUR GALI DITINJAU DARI PARAMETER MANGAN DAN DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR DI RW 3 KAMPUNG BUAKKANG MATTA KELURAHAN PACCERAKKANG KECAMATAN BIRINGKANAYA KOTA MAKASSAR

TAHUN 2006



RINGKASAN


Nismawati A. SKM


Studi Kualitas Air Sumur Gali Ditinjau Dari Parameter Mangan dan Derajat Keasaman (pH) Air Di RW 3 Kampung Buakkang Mata Kelurahan Paccerakkang Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar Tahun 2006”

Vii + 66 halaman + 9 tabel + 6 lampiran


Air merupakan zat kehidupan dimana tidak satupun makhluk hidup di planet bumi yang tidak membutuhkan air. Air yang dibutuhkan oleh manusia adalah air bersih baik untuk keperluan hidup sehari-hari, kebutuhan industri, kebersihan dan sanitasi kota, kebutuhan pertanian dan lain sebaginya. Oleh sebab itu, dalam rangka penggunaan air yang memenuhi syarat maka air harus melalui pengontrolan standar baku kemurnian air. Salah satu jenis ukuran kualitas air adalah kandung kimiawi yang pada penelitian ini mencakup konsentrasi mangan (Mn) dan derajat keasaman (pH).

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survey dengan rancangan deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran kadar pH dan mangan (Mg) berdasarkan keadaan konstruksi bangunan sumur gali. Pengumpulan data penelitian dilaksanakan secara observasi (pengamatan) menggunakan lembar observasi terhadap keadaan konstruksi sumur gali dan pemeriksaan laboratorium pada sample air SGL. Data yang dikumpulkan kemudian diolah dengan menggunakan bantuan komputer program Microsoft Excell Profesional 2003 dan Statistical Package of Social Science (SPSS) versi 12.0 yang kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi disertai penjelasan.

Hasil penelitian diperoleh Keadaan konstruksi sumur gali (SGL) yang dimanfaatkan masyarakat di Kelurahan Pacerakkang yang tidak memenuhi syarat sebanyak 11 (61,1%) sedangkan yang memenuhi syarat hanya mencapai 7 buah sumur (38,9%), Kadar mangan (Mn) pada sumur gali (SGL) yang dimanfaatkan masyarakat di Kelurahan Pacerakkang yang memenuhi syarat sebanyak 12 (66,7%) dengan kadar Mn yang diperoleh berdasarkan pemeriksaan laboratorium <> 0,5 mg/liter, Derajat keasaman (pH) pada sumur gali (SGL) yang dimanfaatkan masyarakat di Kelurahan Pacerakkang pada kategori tidak memenuhi syarat sebanyak 11 (61,1%) dengan kadar pH <>

Saran yang diajukan pada penelitian mencakup : pemenuhan kebutuhan masyarakat akan air bersih maka perlunya dilaksanakan pengadaan sumber air bersih lain yang lebih memenuhi syarat kualitas dan kuantitas seperti dengan membuka jaringan air ledeng khususnya masyarakat di Kelurahan Pacerakkang dan pemurnian air terutama air yang bersumber dari sumur gali harus dilaksanakan melalui proses filtrasi, nitrasi dan sebagainya sehingga dapat menghasilkan air yang lebih berkualitas dan tidak memberi dampak kesehatan kepada masyarakat pengguna air SGL.


Daftar Pustaka : 21 (1991 – 2004)


DAFTAR TABEL


No.

Judul

Halaman

5.1

Keadaan Konstruksi Sumur Gali berdasarkan Jarak, Konstruksi Lantai, Bibir, dan Dinding Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006



50

5.2

Distribusi Sumur Gali (SGL) berdasarkan Konstruksi Lantai Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006


51

5.3

Distribusi Sumur Gali (SGL) berdasarkan Konstruksi Bibir Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006


51

5.4

Distribusi Sumur Gali (SGL) berdasarkan Konstruksi Dinding Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006


52

5.5

Distribusi Sumur Gali (SGL) berdasarkan Jarak Dari Sumber Pencemaran Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006


52

5.6

Distribusi Sumur Gali (SGL) berdasarkan Keadaan Konstruksi Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006


53

5.7

Hasil Pengukuran Kadar Mangan (Mn) dan Derajat Keasaman (pH) Air Sumur Gali Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006


54

5.8

Distribusi Sumur Gali (SGL) berdasarkan Konsentrasi Mangan (Mn) Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006


55

5.9

Distribusi Sumur Gali (SGL) Berdasarkan Derajat Keasaman (pH) Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006


55


DAFTAR LAMPIRAN


  1. Master Tabel

  2. Lay Out SPSS Olah Data Master Tabel

  3. Surat Pengantar Izin Penelitian dari FKM UMI Makassar

  4. Surat Rekomendasi Izin Penelitian dari Gubernur Propinsi Sulawesi Selatan Cq. Balitbangda

  5. Surat Rekomendasi Izin Penelitian dari Walikota Makassar

  6. Surat Rekomendasi Izin Penelitian dari Camat Biringkanaya

  7. Surat Keterangan Telah Penelitian dari Lurah Paccerakkang Kecamatan Biringkanaya Makassar


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR PERSETUJUAN ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL vii

ABSTRAK viii

BAB I PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang 1

  2. Rumusan Masalah 7

  3. Tujuan Penelitian 7

  4. Manfaat Penelitian 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

  1. Air 9

  2. Kualitas Air 15

  3. Sumur Gali 30

  4. Parameter Mangan (Mn) dalam Air 35

  5. Derajat Keasaman (pH) Air 37

BAB III KERANGKA KONSEP

  1. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian 39

  2. Skema Pola Pikir Variabel Penelitian 43

  3. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif 44

BAB IV METODE PENELITIAN

  1. Jenis Penelitian 46

  2. Lokasi Penelitian 46

  3. Populasi dan Sampel 46

  4. Pengolahan dan Penyajian Data 47

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

  1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 48

  2. Hasil Penelitian 49

  3. Pembahasan 56

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

  1. Kesimpulan 65

  2. Saran 66

DAFTAR PUSTAKA

LEMBAR OBSERVASI


Dokument lengkap dapat menghubungi


Rhano


Email : joeh_com@yahoo.com


Phone : 085242854524


Kumpulan Judul Skripsi
Lihat Detail

Kumpulan Judul Skripsi

Bagi pengunjung yang berminat untuk memperoleh informasi tentang laporan skripsi, berikut adalah beberapa judul yang memuat masalah penting dalam skripsi khususnya bidang kesehatan.

Bidang Administrasi Kesehatan Masyarakat
1. Mutu pelayanan kesehatan rumah sakit
2. Mutu pelayanan petugas kesehatan rumah sakit
3. Kinerja petugas dinas kesehatan
4. Mutu pelayanan kesehatan puskesmas
5. Mutu pelayanan petugas kesehatan puskesmas
6. Kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan di rumah sakit
7. Pemanfaatan pelayanan kesehatan masyarakat pesisir
8. Pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas
9. Pemanfaatan pelayanan antenatal care
10. Mutu Pelayanan Antenatal Care

Bidang Epidemiologi
1. Analisis Faktor Risiko Ca Servik
2. Analisis Faktor Risiko PJK
3. Hubungan Rokok dan PJK
4. Ketidakteraturan berobat penderita kusta
5. Ketidakteraturan berobat penderita TB Paru
6. Tingkat kunjungan ibu hamil dalam pemanfaatan pelayanan antenatal care
7. Faktor risiko primigravida
8. Faktor risiko Stroke
9
. Faktor risiko DM
10. Faktor risiko TB Paru Relaps
11. Kelengkapan imunisasi bayi

Bidang Gizi Kesehatan Masyarakat
1. Status Gizi Bayi
2. Faktor Risiko BBLR
3. Penilaian status gizi bayi/balita
4. Pola makan mahasiswa dan Status gizi
5. Pemberian ASI Eksklusif 0 - 6 bulan
6. Penerapan pola pemberian makanan tambahan anak usia 6 - 24 bulan
7. Tingkat pemberian MP-ASI
8. Tingkat pemberian MP-ASI Lokal

Bidang Kesehatan Lingkungan
1. Tingkat kepadatan lalat
2. Diare hubungannya dengan sanitasi lingkungan
3. ISPA hubungannya dengan kondisi rumah
4. Keadaan Fasilitas sanitasi dasar masyarakat
5. TB Paru hubungannya dengan kondisi rumah
6. Keadaan fasilitas sanitasi dasar rumah sakit

Bidang Kesehatan Kerja
1. Sikap pekerja terhadap K3
2. Perilaku penggunaan APD pada Polantas
3. Perilaku Pekerja dalam Penggunaan APD di Lingkungan kerja

Judul lengkapnya tidak dapat dimuat jadi hanya disampaikan point penting yang memuat masalah seputar penelitian dan kiranya dapat membantu.

Berminat silahkah hubungi nomor : 085242854524
Atau menghubungi alamat email : joeh_com@yahoo.com

Makasih atas kunjungan dan kontaknya.
Bagi pengunjung yang berminat untuk memperoleh informasi tentang laporan skripsi, berikut adalah beberapa judul yang memuat masalah penting dalam skripsi khususnya bidang kesehatan.

Bidang Administrasi Kesehatan Masyarakat
1. Mutu pelayanan kesehatan rumah sakit
2. Mutu pelayanan petugas kesehatan rumah sakit
3. Kinerja petugas dinas kesehatan
4. Mutu pelayanan kesehatan puskesmas
5. Mutu pelayanan petugas kesehatan puskesmas
6. Kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan di rumah sakit
7. Pemanfaatan pelayanan kesehatan masyarakat pesisir
8. Pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas
9. Pemanfaatan pelayanan antenatal care
10. Mutu Pelayanan Antenatal Care

Bidang Epidemiologi
1. Analisis Faktor Risiko Ca Servik
2. Analisis Faktor Risiko PJK
3. Hubungan Rokok dan PJK
4. Ketidakteraturan berobat penderita kusta
5. Ketidakteraturan berobat penderita TB Paru
6. Tingkat kunjungan ibu hamil dalam pemanfaatan pelayanan antenatal care
7. Faktor risiko primigravida
8. Faktor risiko Stroke
9
. Faktor risiko DM
10. Faktor risiko TB Paru Relaps
11. Kelengkapan imunisasi bayi

Bidang Gizi Kesehatan Masyarakat
1. Status Gizi Bayi
2. Faktor Risiko BBLR
3. Penilaian status gizi bayi/balita
4. Pola makan mahasiswa dan Status gizi
5. Pemberian ASI Eksklusif 0 - 6 bulan
6. Penerapan pola pemberian makanan tambahan anak usia 6 - 24 bulan
7. Tingkat pemberian MP-ASI
8. Tingkat pemberian MP-ASI Lokal

Bidang Kesehatan Lingkungan
1. Tingkat kepadatan lalat
2. Diare hubungannya dengan sanitasi lingkungan
3. ISPA hubungannya dengan kondisi rumah
4. Keadaan Fasilitas sanitasi dasar masyarakat
5. TB Paru hubungannya dengan kondisi rumah
6. Keadaan fasilitas sanitasi dasar rumah sakit

Bidang Kesehatan Kerja
1. Sikap pekerja terhadap K3
2. Perilaku penggunaan APD pada Polantas
3. Perilaku Pekerja dalam Penggunaan APD di Lingkungan kerja

Judul lengkapnya tidak dapat dimuat jadi hanya disampaikan point penting yang memuat masalah seputar penelitian dan kiranya dapat membantu.

Berminat silahkah hubungi nomor : 085242854524
Atau menghubungi alamat email : joeh_com@yahoo.com

Makasih atas kunjungan dan kontaknya.
Bagi pengunjung yang berminat untuk memperoleh informasi tentang laporan skripsi, berikut adalah beberapa judul yang memuat masalah penting dalam skripsi khususnya bidang kesehatan.

Bidang Administrasi Kesehatan Masyarakat
1. Mutu pelayanan kesehatan rumah sakit
2. Mutu pelayanan petugas kesehatan rumah sakit
3. Kinerja petugas dinas kesehatan
4. Mutu pelayanan kesehatan puskesmas
5. Mutu pelayanan petugas kesehatan puskesmas
6. Kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan di rumah sakit
7. Pemanfaatan pelayanan kesehatan masyarakat pesisir
8. Pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas
9. Pemanfaatan pelayanan antenatal care
10. Mutu Pelayanan Antenatal Care

Bidang Epidemiologi
1. Analisis Faktor Risiko Ca Servik
2. Analisis Faktor Risiko PJK
3. Hubungan Rokok dan PJK
4. Ketidakteraturan berobat penderita kusta
5. Ketidakteraturan berobat penderita TB Paru
6. Tingkat kunjungan ibu hamil dalam pemanfaatan pelayanan antenatal care
7. Faktor risiko primigravida
8. Faktor risiko Stroke
9
. Faktor risiko DM
10. Faktor risiko TB Paru Relaps
11. Kelengkapan imunisasi bayi

Bidang Gizi Kesehatan Masyarakat
1. Status Gizi Bayi
2. Faktor Risiko BBLR
3. Penilaian status gizi bayi/balita
4. Pola makan mahasiswa dan Status gizi
5. Pemberian ASI Eksklusif 0 - 6 bulan
6. Penerapan pola pemberian makanan tambahan anak usia 6 - 24 bulan
7. Tingkat pemberian MP-ASI
8. Tingkat pemberian MP-ASI Lokal

Bidang Kesehatan Lingkungan
1. Tingkat kepadatan lalat
2. Diare hubungannya dengan sanitasi lingkungan
3. ISPA hubungannya dengan kondisi rumah
4. Keadaan Fasilitas sanitasi dasar masyarakat
5. TB Paru hubungannya dengan kondisi rumah
6. Keadaan fasilitas sanitasi dasar rumah sakit

Bidang Kesehatan Kerja
1. Sikap pekerja terhadap K3
2. Perilaku penggunaan APD pada Polantas
3. Perilaku Pekerja dalam Penggunaan APD di Lingkungan kerja

Judul lengkapnya tidak dapat dimuat jadi hanya disampaikan point penting yang memuat masalah seputar penelitian dan kiranya dapat membantu.

Berminat silahkah hubungi nomor : 085242854524
Atau menghubungi alamat email : joeh_com@yahoo.com

Makasih atas kunjungan dan kontaknya.