Kinerja Kader Posyandu
Skripsi
STUDI TENTANG FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS POMPANUA KECAMATAN AJANGALE
KABUPATEN BONE TAHUN 2006
Oleh
Sahrul, SKM
ABSTRAK
“Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kinerja Kader Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Pompanua Kecamatan Ajangale Kabupaten Bone Tahun 2006”
xiii + 14 tabel + 82 halaman + 7 lampiran
Posyandu sebagai sebuah wadah UKBM (upaya kesehatan bersumber daya masyarakat) mempunyai peranan yang sangat besar dan strategis didalam masyarakat secara umum dan khususnya bidang kesehatan. Masih tingginya masalah kesehatan yang terjadi didalam sebuah komunitas masyarakat tidak terlepas dari peranan yang dilakukan kader disebuah posyandu. Kader sebagai salah satu sub system dalam posyandu yang bertugas untuk mengatur jalannya program dalam posyandu, kader harus lebih tahu atau lebih menguasai tentang kegiatan yang harus dijalankan atau dilaksanakan. Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja kader posyandu diantaranya yang diteliti pada penelitian ini adalah pengetahuan, pelatihan, pekerjaan, status perkawinan dan motivasi.
Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional dengan pendekatan Cross Sectional Study dengan tujuan penyelenggaraan penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja kader dalam penyelenggaraan kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Pompanua. Besar sampel penelitian yang diperoleh sebanyak 49 kader posyandu dengan penentuan besar sampel secara purposive sampling. Pengumpulan data variabel penelitian melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner penelitian. Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan menggunakan bantuan komputer program Microsoft Excel 2003 dan SPSS for windows versi 12.0 yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dengan tujuan untuk mengetahui gambaran dari variabel penelitian dan tabel silang antara variabel dependen dan independen yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel penelitian. Analisis data penelitian dengan menggunakan analisis Chi Square Test dengan memperhitungkan nilai probabilitas (p value) dengan interpretasi p value < α = 0,05 sehingga Ho ditolak.
Hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat hubungan pengetahuan, pelatihan dan motivasi kerja dengan kinerja kader posyandu sehingga kader dengan pengetahuan yang cukup, pelatihan cukup dan memperoleh motivasi yang cukup memiliki kinerja yang cukup dan tidak terdapat hubungan status kerja dan status perkawinan dengan kinerja kader posyandu sehingga jenis kerja yang dilakukan kader dan kader dengan status kawin tidak mempengaruhi kader untuk tetap aktif dalam berbagai kegiatan posyandu.
Saran yang diajukan pada penelitian ini adalah dalam rangka peningkatan keaktifan kader sebagai wujud kinerja kader terhadap pelaksanaan kegiatan posyandu, peningkatan pemahaman dan pengetahuan perlu menjadi bahan pertimbangan yang dapat dilaksanakan melalui pemberian informasi yang cukup kepada kader atau dengan menyelenggarakan pelatihan kepada kader yang bersangkutan dan pemberian imbalan sebagai wujud motivator sudah merupakan kebutuhan kader mengingat semakin tingginya tingkat kebutuhan masyarakat sehingga dalam rangka peningkatan keaktifan kader, aspek ini perlu mendapat perhatian dikarenakana setiap aktivitas memerlukan suatu bentuk penghargaan pada aktivitas kerja yang dilaksanakan.
Daftar pustaka : 32 (1979 – 2004)
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN ii
RINGKASAN iii
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR LAMPIRAN xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Batasan Masalah 6
C. Rumusan Masalah 7
D. Tujuan Penelitian 7
E. Manfaat Penelitian 8
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Keadaan Geografi 9
Keadaan Demografi 9
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Kinerja 11
B. Tinjauan Umum Kader 14
C. Tinjauan Umum Tentang Posyandu 18
D. Tinjauan Tentang Variabel Yang Diteliti 26
BAB IV KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti 41
B. Pola Pikir Variabel Yang Diteliti 46
C. Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif 47
D. Hipotesis Penelitian 49
BAB V METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian 50
B. Populasi dan Sampel 50
C. Pengumpulan Data 51
D. Pengolahan dan Penyajian Data 51
E. Analisis Data 52
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian 53
Pembahasan 63
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan 81
Saran 82
DAFTAR PUSTAKA
KUESIONER PENELITIAN
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
No. | Judul | Halaman |
2.1 | Distribusi Penduduk Menurut Kepala Keluarga dan Jenis Kelamin Di Wilayah Kerja Puskesmas Ajangale Tahun 2005 |
10 |
6.1 | Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur Di Wilayah Kerja Puskesmas Pompanua Kecamatan Ajangale Kabupaten Bone Tahun 2006 |
54 |
6.2 | Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Di Wilayah Kerja Puskesmas Pompanua Kecamatan Ajangale Kabupaten BoneTahun 2006 |
55 |
6.3 | Distribusi Responden Berdasarkan Ikatan Perkawinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Pompanua Kecamatan Ajangale Kabupaten Bone Tahun 2006 |
55 |
6.4 | Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Di Wilayah Kerja Puskesmas Pompanua Kecamatan Ajangale Kabupaten Bone Tahun 2006 |
56 |
6.5 | Distribusi Responden Berdasarkan Pelatihan Di Wilayah Kerja Puskesmas Pompanua Kecamatan Ajangale Kabupaten Bone Tahun 2006 |
56 |
6.6 | Distribusi Responden Berdasarkan Status Pekerjaan Di Wilayah Kerja Puskesmas Pompanua Kecamatan Ajangale Kabupaten Bone Tahun 2006 |
57 |
6.7 | Distribusi Responden Berdasarkan Status Perkawinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Pompanua Kecamatan Ajangale Kabupaten Bone Tahun 2006 |
57 |
6.8 | Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi Kerja Di Wilayah Kerja Puskesmas Pompanua Kecamatan Ajangale Kabupaten Bone Tahun 2006 |
58 |
6.9 | Distribusi Responden Berdasarkan Kinerja Di Wilayah Kerja Puskesmas Pompanua Kecamatan Ajangale Kabupaten Bone Tahun 2006 |
58 |
6.10 | Hubungan Pengetahuan dan Kinerja Kader Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Pompanua Kecamatan Ajangale Kabupaten Bone Tahun 2006 |
59 |
6.11 | Hubungan Pelatihan dan Kinerja Kader Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Pompanua Kecamatan Ajangale Kabupaten Bone Tahun 2006 |
60 |
6.12 | Hubungan Status Kerja dan Kinerja Kader Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Pompanua Kecamatan Ajangale Kabupaten Bone Tahun 2006 |
61 |
6.13 | Hubungan Status Kawin dan Kinerja Kader Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Pompanua Kecamatan Ajangale Kabupaten Bone Tahun 2006 |
62 |
6.14 | Hubungan Status Pekerjaan dan Kinerja Kader Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Pompanua Kecamatan Ajangale Kabupaten Bone Tahun 2006 |
63 |
Dokument lengkap dapat menghubungi
Rhano
Email : joeh_com@yahoo.com
Phone : 085242854524
Skripsi
STUDI TENTANG FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS POMPANUA KECAMATAN AJANGALE
KABUPATEN BONE TAHUN 2006
Oleh
Sahrul, SKM
ABSTRAK
“Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kinerja Kader Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Pompanua Kecamatan Ajangale Kabupaten Bone Tahun 2006”
xiii + 14 tabel + 82 halaman + 7 lampiran
Posyandu sebagai sebuah wadah UKBM (upaya kesehatan bersumber daya masyarakat) mempunyai peranan yang sangat besar dan strategis didalam masyarakat secara umum dan khususnya bidang kesehatan. Masih tingginya masalah kesehatan yang terjadi didalam sebuah komunitas masyarakat tidak terlepas dari peranan yang dilakukan kader disebuah posyandu. Kader sebagai salah satu sub system dalam posyandu yang bertugas untuk mengatur jalannya program dalam posyandu, kader harus lebih tahu atau lebih menguasai tentang kegiatan yang harus dijalankan atau dilaksanakan. Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja kader posyandu diantaranya yang diteliti pada penelitian ini adalah pengetahuan, pelatihan, pekerjaan, status perkawinan dan motivasi.
Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional dengan pendekatan Cross Sectional Study dengan tujuan penyelenggaraan penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja kader dalam penyelenggaraan kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Pompanua. Besar sampel penelitian yang diperoleh sebanyak 49 kader posyandu dengan penentuan besar sampel secara purposive sampling. Pengumpulan data variabel penelitian melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner penelitian. Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan menggunakan bantuan komputer program Microsoft Excel 2003 dan SPSS for windows versi 12.0 yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dengan tujuan untuk mengetahui gambaran dari variabel penelitian dan tabel silang antara variabel dependen dan independen yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel penelitian. Analisis data penelitian dengan menggunakan analisis Chi Square Test dengan memperhitungkan nilai probabilitas (p value) dengan interpretasi p value < α = 0,05 sehingga Ho ditolak.
Hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat hubungan pengetahuan, pelatihan dan motivasi kerja dengan kinerja kader posyandu sehingga kader dengan pengetahuan yang cukup, pelatihan cukup dan memperoleh motivasi yang cukup memiliki kinerja yang cukup dan tidak terdapat hubungan status kerja dan status perkawinan dengan kinerja kader posyandu sehingga jenis kerja yang dilakukan kader dan kader dengan status kawin tidak mempengaruhi kader untuk tetap aktif dalam berbagai kegiatan posyandu.
Saran yang diajukan pada penelitian ini adalah dalam rangka peningkatan keaktifan kader sebagai wujud kinerja kader terhadap pelaksanaan kegiatan posyandu, peningkatan pemahaman dan pengetahuan perlu menjadi bahan pertimbangan yang dapat dilaksanakan melalui pemberian informasi yang cukup kepada kader atau dengan menyelenggarakan pelatihan kepada kader yang bersangkutan dan pemberian imbalan sebagai wujud motivator sudah merupakan kebutuhan kader mengingat semakin tingginya tingkat kebutuhan masyarakat sehingga dalam rangka peningkatan keaktifan kader, aspek ini perlu mendapat perhatian dikarenakana setiap aktivitas memerlukan suatu bentuk penghargaan pada aktivitas kerja yang dilaksanakan.
Daftar pustaka : 32 (1979 – 2004)
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN ii
RINGKASAN iii
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR LAMPIRAN xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Batasan Masalah 6
C. Rumusan Masalah 7
D. Tujuan Penelitian 7
E. Manfaat Penelitian 8
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Keadaan Geografi 9
Keadaan Demografi 9
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Kinerja 11
B. Tinjauan Umum Kader 14
C. Tinjauan Umum Tentang Posyandu 18
D. Tinjauan Tentang Variabel Yang Diteliti 26
BAB IV KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti 41
B. Pola Pikir Variabel Yang Diteliti 46
C. Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif 47
D. Hipotesis Penelitian 49
BAB V METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian 50
B. Populasi dan Sampel 50
C. Pengumpulan Data 51
D. Pengolahan dan Penyajian Data 51
E. Analisis Data 52
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian 53
Pembahasan 63
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan 81
Saran 82
DAFTAR PUSTAKA
KUESIONER PENELITIAN
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
No. | Judul | Halaman |
2.1 | Distribusi Penduduk Menurut Kepala Keluarga dan Jenis Kelamin Di Wilayah Kerja Puskesmas Ajangale Tahun 2005 |
10 |
6.1 | Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur Di Wilayah Kerja Puskesmas Pompanua Kecamatan Ajangale Kabupaten Bone Tahun 2006 |
54 |
6.2 | Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Di Wilayah Kerja Puskesmas Pompanua Kecamatan Ajangale Kabupaten BoneTahun 2006 |
55 |
6.3 | Distribusi Responden Berdasarkan Ikatan Perkawinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Pompanua Kecamatan Ajangale Kabupaten Bone Tahun 2006 |
55 |
6.4 | Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Di Wilayah Kerja Puskesmas Pompanua Kecamatan Ajangale Kabupaten Bone Tahun 2006 |
56 |
6.5 | Distribusi Responden Berdasarkan Pelatihan Di Wilayah Kerja Puskesmas Pompanua Kecamatan Ajangale Kabupaten Bone Tahun 2006 |
56 |
6.6 | Distribusi Responden Berdasarkan Status Pekerjaan Di Wilayah Kerja Puskesmas Pompanua Kecamatan Ajangale Kabupaten Bone Tahun 2006 |
57 |
6.7 | Distribusi Responden Berdasarkan Status Perkawinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Pompanua Kecamatan Ajangale Kabupaten Bone Tahun 2006 |
57 |
6.8 | Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi Kerja Di Wilayah Kerja Puskesmas Pompanua Kecamatan Ajangale Kabupaten Bone Tahun 2006 |
58 |
6.9 | Distribusi Responden Berdasarkan Kinerja Di Wilayah Kerja Puskesmas Pompanua Kecamatan Ajangale Kabupaten Bone Tahun 2006 |
58 |
6.10 | Hubungan Pengetahuan dan Kinerja Kader Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Pompanua Kecamatan Ajangale Kabupaten Bone Tahun 2006 |
59 |
6.11 | Hubungan Pelatihan dan Kinerja Kader Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Pompanua Kecamatan Ajangale Kabupaten Bone Tahun 2006 |
60 |
6.12 | Hubungan Status Kerja dan Kinerja Kader Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Pompanua Kecamatan Ajangale Kabupaten Bone Tahun 2006 |
61 |
6.13 | Hubungan Status Kawin dan Kinerja Kader Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Pompanua Kecamatan Ajangale Kabupaten Bone Tahun 2006 |
62 |
6.14 | Hubungan Status Pekerjaan dan Kinerja Kader Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Pompanua Kecamatan Ajangale Kabupaten Bone Tahun 2006 |
63 |
Dokument lengkap dapat menghubungi
Rhano
Email : joeh_com@yahoo.com
Phone : 085242854524
Skripsi
STUDI TENTANG FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS POMPANUA KECAMATAN AJANGALE
KABUPATEN BONE TAHUN 2006
Oleh
Sahrul, SKM
ABSTRAK
“Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kinerja Kader Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Pompanua Kecamatan Ajangale Kabupaten Bone Tahun 2006”
xiii + 14 tabel + 82 halaman + 7 lampiran
Posyandu sebagai sebuah wadah UKBM (upaya kesehatan bersumber daya masyarakat) mempunyai peranan yang sangat besar dan strategis didalam masyarakat secara umum dan khususnya bidang kesehatan. Masih tingginya masalah kesehatan yang terjadi didalam sebuah komunitas masyarakat tidak terlepas dari peranan yang dilakukan kader disebuah posyandu. Kader sebagai salah satu sub system dalam posyandu yang bertugas untuk mengatur jalannya program dalam posyandu, kader harus lebih tahu atau lebih menguasai tentang kegiatan yang harus dijalankan atau dilaksanakan. Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja kader posyandu diantaranya yang diteliti pada penelitian ini adalah pengetahuan, pelatihan, pekerjaan, status perkawinan dan motivasi.
Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional dengan pendekatan Cross Sectional Study dengan tujuan penyelenggaraan penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja kader dalam penyelenggaraan kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Pompanua. Besar sampel penelitian yang diperoleh sebanyak 49 kader posyandu dengan penentuan besar sampel secara purposive sampling. Pengumpulan data variabel penelitian melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner penelitian. Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan menggunakan bantuan komputer program Microsoft Excel 2003 dan SPSS for windows versi 12.0 yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dengan tujuan untuk mengetahui gambaran dari variabel penelitian dan tabel silang antara variabel dependen dan independen yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel penelitian. Analisis data penelitian dengan menggunakan analisis Chi Square Test dengan memperhitungkan nilai probabilitas (p value) dengan interpretasi p value < α = 0,05 sehingga Ho ditolak.
Hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat hubungan pengetahuan, pelatihan dan motivasi kerja dengan kinerja kader posyandu sehingga kader dengan pengetahuan yang cukup, pelatihan cukup dan memperoleh motivasi yang cukup memiliki kinerja yang cukup dan tidak terdapat hubungan status kerja dan status perkawinan dengan kinerja kader posyandu sehingga jenis kerja yang dilakukan kader dan kader dengan status kawin tidak mempengaruhi kader untuk tetap aktif dalam berbagai kegiatan posyandu.
Saran yang diajukan pada penelitian ini adalah dalam rangka peningkatan keaktifan kader sebagai wujud kinerja kader terhadap pelaksanaan kegiatan posyandu, peningkatan pemahaman dan pengetahuan perlu menjadi bahan pertimbangan yang dapat dilaksanakan melalui pemberian informasi yang cukup kepada kader atau dengan menyelenggarakan pelatihan kepada kader yang bersangkutan dan pemberian imbalan sebagai wujud motivator sudah merupakan kebutuhan kader mengingat semakin tingginya tingkat kebutuhan masyarakat sehingga dalam rangka peningkatan keaktifan kader, aspek ini perlu mendapat perhatian dikarenakana setiap aktivitas memerlukan suatu bentuk penghargaan pada aktivitas kerja yang dilaksanakan.
Daftar pustaka : 32 (1979 – 2004)
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN ii
RINGKASAN iii
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR LAMPIRAN xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Batasan Masalah 6
C. Rumusan Masalah 7
D. Tujuan Penelitian 7
E. Manfaat Penelitian 8
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Keadaan Geografi 9
Keadaan Demografi 9
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Kinerja 11
B. Tinjauan Umum Kader 14
C. Tinjauan Umum Tentang Posyandu 18
D. Tinjauan Tentang Variabel Yang Diteliti 26
BAB IV KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti 41
B. Pola Pikir Variabel Yang Diteliti 46
C. Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif 47
D. Hipotesis Penelitian 49
BAB V METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian 50
B. Populasi dan Sampel 50
C. Pengumpulan Data 51
D. Pengolahan dan Penyajian Data 51
E. Analisis Data 52
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian 53
Pembahasan 63
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan 81
Saran 82
DAFTAR PUSTAKA
KUESIONER PENELITIAN
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
No. | Judul | Halaman |
2.1 | Distribusi Penduduk Menurut Kepala Keluarga dan Jenis Kelamin Di Wilayah Kerja Puskesmas Ajangale Tahun 2005 |
10 |
6.1 | Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur Di Wilayah Kerja Puskesmas Pompanua Kecamatan Ajangale Kabupaten Bone Tahun 2006 |
54 |
6.2 | Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Di Wilayah Kerja Puskesmas Pompanua Kecamatan Ajangale Kabupaten BoneTahun 2006 |
55 |
6.3 | Distribusi Responden Berdasarkan Ikatan Perkawinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Pompanua Kecamatan Ajangale Kabupaten Bone Tahun 2006 |
55 |
6.4 | Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Di Wilayah Kerja Puskesmas Pompanua Kecamatan Ajangale Kabupaten Bone Tahun 2006 |
56 |
6.5 | Distribusi Responden Berdasarkan Pelatihan Di Wilayah Kerja Puskesmas Pompanua Kecamatan Ajangale Kabupaten Bone Tahun 2006 |
56 |
6.6 | Distribusi Responden Berdasarkan Status Pekerjaan Di Wilayah Kerja Puskesmas Pompanua Kecamatan Ajangale Kabupaten Bone Tahun 2006 |
57 |
6.7 | Distribusi Responden Berdasarkan Status Perkawinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Pompanua Kecamatan Ajangale Kabupaten Bone Tahun 2006 |
57 |
6.8 | Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi Kerja Di Wilayah Kerja Puskesmas Pompanua Kecamatan Ajangale Kabupaten Bone Tahun 2006 |
58 |
6.9 | Distribusi Responden Berdasarkan Kinerja Di Wilayah Kerja Puskesmas Pompanua Kecamatan Ajangale Kabupaten Bone Tahun 2006 |
58 |
6.10 | Hubungan Pengetahuan dan Kinerja Kader Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Pompanua Kecamatan Ajangale Kabupaten Bone Tahun 2006 |
59 |
6.11 | Hubungan Pelatihan dan Kinerja Kader Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Pompanua Kecamatan Ajangale Kabupaten Bone Tahun 2006 |
60 |
6.12 | Hubungan Status Kerja dan Kinerja Kader Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Pompanua Kecamatan Ajangale Kabupaten Bone Tahun 2006 |
61 |
6.13 | Hubungan Status Kawin dan Kinerja Kader Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Pompanua Kecamatan Ajangale Kabupaten Bone Tahun 2006 |
62 |
6.14 | Hubungan Status Pekerjaan dan Kinerja Kader Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Pompanua Kecamatan Ajangale Kabupaten Bone Tahun 2006 |
63 |
Dokument lengkap dapat menghubungi
Rhano
Email : joeh_com@yahoo.com
Phone : 085242854524
Kualitas Air Sumur Gali (SGL)
- Bagaimana gambaran kualitas fisik air berdasarkan konstruksi sumur gali ditinjuau dari aspek keadaan dinding, bibir dan jarak sumur dari sumber pencamaran.
- Bagaimana gambaran kualitas kimia air sumur gali berdasarkan konstruksi sumur gali ditinjau dari aspek keadaan dinding, bibir dan jarak sumur dari sumber pencemaran.
- Bagaimana gambaran kualitas bakteriologis air berdasarkan konstruksi sumur gali ditinjau dari aspek dinding, bibir dan jarak sumur gali dari sumber pencemaran.
- Tujuan Umum
- Tujuan Khusus
- Untuk mengetahui gambaran kualitas fisik air berdasarkan konstruksi sumur gali.
- Untuk mengetahui gambaran kualitas kimia air berdasarkan konstruksi sumur gali.
- Untuk mengetahui gambaran kualitas bakteriologis air berdasarkan konstruksi sumur gali.
- Sebagai bahan informasi bagi pihak instansi yang terkait dalam upaya penyediaan air bersih yang memenuhi syarat kesehatan.
- Sebagai sumbangan ilmiah dan informasi dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan utamanya di bidang kesehatan lingkungan serta dapat menjadi bahan bacaan atau perbandingan bagi peneliti berikutnya.
- Sebagai media untuk menambah pengetahuan dan pengalaman penulis dalam mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah.
- Suhu
- Warna
- Bau
- Rasa
- Kekeruhan
- Konstruksi Sumur Gali
- Kualitas fisik air
- Konstruksi sumur gali
- Kualitas fisik air
- Kualitas kimia air
- Populasi
- Sampel
- Pengolahan Data
- Penyajian Data
- Konstruksi Sumur Gali
- Kualitas Fisik Air Sumur Gali
- Kualitas Kimia Air Sumur gali
- Kualitas Bakteriologis Air Sumur Gali
- Kesimpulan
- Konstruksi sumur gali di wilayah kerja Puskesmas Antang cenderung tidak memenuhi syarat (66,7 %).
- Kualitas fisik air sumur gali di wilayah kerja Puskesmas Antang cenderung memenuhi syarat (60,0 %)
- Kualitas kimia air sumur gali di wilayah kerja Puskesmas Antang cenderung tidak memenuhi syarat (53,3 %)
- Kualitas bakteriologis air sumur gali di wilayah kerja Puskesmas Antang cenderung tidak memenuhi syarat (53,3 %).
- Saran
- Perlunya pemberian informasi tentang syarat konstruksi sumur gali yang memenuhi syarat yang disertai dengan pemberian bantuan material kepada masyarakat
- Pemurnian terhadap kualitas fisik, kimia dan bakteriologis perlu dilaksanakan baik dalam bentuk mekanis maupun kimia sehingga menghasilkan air dengan kualitas yang memenuhi syarat sebagai sumber air minum.
- Perlunya pemberian informasi tentang upaya yang dapat dilakukan masyarakat menyangkut tentang pemurnian fisik, kimia dan bakteriologs air sehingga masyarakat secara mandiri dengan informasi yang diperolehnya dapat melakukan sendiri proses pemurnian terhadap air sumur gali yang dimilikinya dan hal ini pula akan membantu menurunkan angka kejadian penyakit menular yang ditularkan melalui media air (Water borne disease).
- Bagaimana gambaran kualitas fisik air berdasarkan konstruksi sumur gali ditinjuau dari aspek keadaan dinding, bibir dan jarak sumur dari sumber pencamaran.
- Bagaimana gambaran kualitas kimia air sumur gali berdasarkan konstruksi sumur gali ditinjau dari aspek keadaan dinding, bibir dan jarak sumur dari sumber pencemaran.
- Bagaimana gambaran kualitas bakteriologis air berdasarkan konstruksi sumur gali ditinjau dari aspek dinding, bibir dan jarak sumur gali dari sumber pencemaran.
- Tujuan Umum
- Tujuan Khusus
- Untuk mengetahui gambaran kualitas fisik air berdasarkan konstruksi sumur gali.
- Untuk mengetahui gambaran kualitas kimia air berdasarkan konstruksi sumur gali.
- Untuk mengetahui gambaran kualitas bakteriologis air berdasarkan konstruksi sumur gali.
- Sebagai bahan informasi bagi pihak instansi yang terkait dalam upaya penyediaan air bersih yang memenuhi syarat kesehatan.
- Sebagai sumbangan ilmiah dan informasi dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan utamanya di bidang kesehatan lingkungan serta dapat menjadi bahan bacaan atau perbandingan bagi peneliti berikutnya.
- Sebagai media untuk menambah pengetahuan dan pengalaman penulis dalam mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah.
- Suhu
- Warna
- Bau
- Rasa
- Kekeruhan
- Konstruksi Sumur Gali
- Kualitas fisik air
- Konstruksi sumur gali
- Kualitas fisik air
- Kualitas kimia air
- Populasi
- Sampel
- Pengolahan Data
- Penyajian Data
- Konstruksi Sumur Gali
- Kualitas Fisik Air Sumur Gali
- Kualitas Kimia Air Sumur gali
- Kualitas Bakteriologis Air Sumur Gali
- Kesimpulan
- Konstruksi sumur gali di wilayah kerja Puskesmas Antang cenderung tidak memenuhi syarat (66,7 %).
- Kualitas fisik air sumur gali di wilayah kerja Puskesmas Antang cenderung memenuhi syarat (60,0 %)
- Kualitas kimia air sumur gali di wilayah kerja Puskesmas Antang cenderung tidak memenuhi syarat (53,3 %)
- Kualitas bakteriologis air sumur gali di wilayah kerja Puskesmas Antang cenderung tidak memenuhi syarat (53,3 %).
- Saran
- Perlunya pemberian informasi tentang syarat konstruksi sumur gali yang memenuhi syarat yang disertai dengan pemberian bantuan material kepada masyarakat
- Pemurnian terhadap kualitas fisik, kimia dan bakteriologis perlu dilaksanakan baik dalam bentuk mekanis maupun kimia sehingga menghasilkan air dengan kualitas yang memenuhi syarat sebagai sumber air minum.
- Perlunya pemberian informasi tentang upaya yang dapat dilakukan masyarakat menyangkut tentang pemurnian fisik, kimia dan bakteriologs air sehingga masyarakat secara mandiri dengan informasi yang diperolehnya dapat melakukan sendiri proses pemurnian terhadap air sumur gali yang dimilikinya dan hal ini pula akan membantu menurunkan angka kejadian penyakit menular yang ditularkan melalui media air (Water borne disease).
- Bagaimana gambaran kualitas fisik air berdasarkan konstruksi sumur gali ditinjuau dari aspek keadaan dinding, bibir dan jarak sumur dari sumber pencamaran.
- Bagaimana gambaran kualitas kimia air sumur gali berdasarkan konstruksi sumur gali ditinjau dari aspek keadaan dinding, bibir dan jarak sumur dari sumber pencemaran.
- Bagaimana gambaran kualitas bakteriologis air berdasarkan konstruksi sumur gali ditinjau dari aspek dinding, bibir dan jarak sumur gali dari sumber pencemaran.
- Tujuan Umum
- Tujuan Khusus
- Untuk mengetahui gambaran kualitas fisik air berdasarkan konstruksi sumur gali.
- Untuk mengetahui gambaran kualitas kimia air berdasarkan konstruksi sumur gali.
- Untuk mengetahui gambaran kualitas bakteriologis air berdasarkan konstruksi sumur gali.
- Sebagai bahan informasi bagi pihak instansi yang terkait dalam upaya penyediaan air bersih yang memenuhi syarat kesehatan.
- Sebagai sumbangan ilmiah dan informasi dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan utamanya di bidang kesehatan lingkungan serta dapat menjadi bahan bacaan atau perbandingan bagi peneliti berikutnya.
- Sebagai media untuk menambah pengetahuan dan pengalaman penulis dalam mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah.
- Suhu
- Warna
- Bau
- Rasa
- Kekeruhan
- Konstruksi Sumur Gali
- Kualitas fisik air
- Konstruksi sumur gali
- Kualitas fisik air
- Kualitas kimia air
- Populasi
- Sampel
- Pengolahan Data
- Penyajian Data
- Konstruksi Sumur Gali
- Kualitas Fisik Air Sumur Gali
- Kualitas Kimia Air Sumur gali
- Kualitas Bakteriologis Air Sumur Gali
- Kesimpulan
- Konstruksi sumur gali di wilayah kerja Puskesmas Antang cenderung tidak memenuhi syarat (66,7 %).
- Kualitas fisik air sumur gali di wilayah kerja Puskesmas Antang cenderung memenuhi syarat (60,0 %)
- Kualitas kimia air sumur gali di wilayah kerja Puskesmas Antang cenderung tidak memenuhi syarat (53,3 %)
- Kualitas bakteriologis air sumur gali di wilayah kerja Puskesmas Antang cenderung tidak memenuhi syarat (53,3 %).
- Saran
- Perlunya pemberian informasi tentang syarat konstruksi sumur gali yang memenuhi syarat yang disertai dengan pemberian bantuan material kepada masyarakat
- Pemurnian terhadap kualitas fisik, kimia dan bakteriologis perlu dilaksanakan baik dalam bentuk mekanis maupun kimia sehingga menghasilkan air dengan kualitas yang memenuhi syarat sebagai sumber air minum.
- Perlunya pemberian informasi tentang upaya yang dapat dilakukan masyarakat menyangkut tentang pemurnian fisik, kimia dan bakteriologs air sehingga masyarakat secara mandiri dengan informasi yang diperolehnya dapat melakukan sendiri proses pemurnian terhadap air sumur gali yang dimilikinya dan hal ini pula akan membantu menurunkan angka kejadian penyakit menular yang ditularkan melalui media air (Water borne disease).
Permintaan Pelayanan Kesehatan Pada Nelayan Penyelam
Skripsi
STUDI PERMINTAAN PELAYANAN KESEHATAN PADA NELAYAN PENYELAM DI PULAU BARRANG LOMPO
KOTA MAKASSAR TAHUN 2005
Maryam. SKM
Abstrak
Dalam pembangunan kesehatan setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya tanpa memandang suku, golongan, agama, dan status sosial ekonomi termasuk kaum nelayan. Setiap kecamatan di Indonesia telah memiliki paling sedikit satu buah Puskesmas dengan lebih dari 40 % desa telah dilayani oleh sarana pelayanan kesehatan pemerintah. Pada akhir tahun 2001 tersedia 7.477 Puskesmas, 21.587 Puskesmas Pembantu dan 6.392 Puskesmas Keliling. Sedangkan untuk data kunjungan Puskesmas Pattingaloang tahun 2004 kunjungan rawat jalan sebanyak 22.837 dengan rata-rata kunjungan perhari 74 kunjungan, dimana masing-masing untuk kunjungan puskesmas sebanyak 43 perhari sedangkan untuk kunjungan puskesmas pembantu sebanyak 31 kunjungan Jika dibandingkan dengan data nasional dan Propinsi Sulawesi Selatan, pemanfaatan rawat jalan di Puskesmas Pattingaloang masih rendah. Dari data tersebut ternyata puskesmas belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat, maka untuk mengoptimalkan suatu sarana kesehatan didasarkan atas permintaan (demand) masyarakat dan bukan berdasarkan suplay dari pemerintah agar tidak terjadi under utilization.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang permintaan pelayanan kesehatan berdasarkan pendapatan, ketersediaan tenaga kesehatan, pengetahuan dan tarif pelayanan pada masyarakat nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar tahun 2005
Jenis penelitian merupakan penelitian survei dengan pendekatan deskriptif, jumlah responden 85 yang diperolah dari rumus besar sampel dan sampel ditarik secara proporsive sampling.
Hasil penelitian ini didapatkan informasi bahwa permintaan (demand) masyarakat terhadap pelayanan kesehatan adalah rendah dimana responden dengan tingkat pendapatan kurang 20,0 %. dilihat dari ketersediaan tenaga berada pada kategori kurang 25,9 %, dilihat dari tingkat pengetahuan responden kurang 20,0 % dan berdasarkan tarif tidak terjangkau 58,8 %.
Berdasarkan hasil penelitian disarankan agar penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang dapat dijangkau kemampuan ekonomi masyarakat dengan menyelenggarakan pelayanan gratis, penempatan tenaga kesehatan lebih diutamakan pada daerah kepulauan disertai dengan peningkatan upah/honor/gaji bagi tenaga kesehatan, dan perlu pemberian penyuluhan yang dilakukan secara berkala dalam rangka peningkatan pengetahuan nelayan penyelam tentang kesehatan penyelaman..
Daftar Pustaka : 23 (1987 – 2004)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Nelayan acapkali diasosiasikan dengan kemiskinan dan karenanya budaya nelayan atau kebiasaan masyarakat pesisir diidentikkan dengan kemiskinan atau budaya orang miskin, jaringan aktivitasnya sangat terbatas pada penangkapan ikan dan sumber daya laut. Sementara jaringan sosialnya sangat terbatas pada network ponggawa-sawi (Razak, 2000).
Kemiskinan rumah tangga mencerminkan ketidak mampuan rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan hidup, terutama kebutuhan dasar serta kebutuhan dalam meningkatkan kualitas hidup yaitu kesehatan.
Upaya pembangunan kesehatan setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya tanpa memandang suku, golongan, agama dan status sosial ekonomi termasuk kaum nelayan.
Oleh karena itu, maka pembangunan kesehatan yang diselenggarakan dalam dekade ini telah berhasil menyediakan sarana kesehatan di seluruh pelosok tanah air. Menurut R. Hapsara (2004), Setiap kecamatan di Indonesia telah memiliki paling sedikit satu buah Puskesmas dengan lebih dari 40 % desa telah dilayanani oleh sarana pelayanan kesehatan pemerintah. Pada akhir tahun 2001 tersedia 7.477 Puskesmas, 21.587 puskesmas pembantu dan 6.392 Pusksmas Keliling. Di Sulawesi Selatan saat ini telah tersedia kurang lebih 300 Puskesmas baik itu puskesmas rawat jalan maupun puskesmas rawat inap (Dinas Kesehatan Propinsi Sul-Sel, 2004).
Berdasarkan statistik kesejahteraan rakyat tahun 2003 rata-rata 35.5 % masyarakat desa dan kota yang memanfaatkan sarana dan fasilitas Puskesmas
Indikator kesejahteraan rakyat membuktikan bahwa 38,6 % dari masyarakat yang sakit berobat di Puskesmas, 3,5 % di Klinik KIA/Balai Pengobatan dan 3,1 % berobat di tempat lain (BPS, 2003).
Di Sulawesi Selatan kunjungan di Balai pengobatan rata-rata 43 Kunjungan perhari lebih rendah di banding rata-rata Nasional sedangkan frekwensi kunjungan rata-rata 2,45 kali. Di Kota Makassar jumlah kunjungan rawat jalan puskesmas sebanyak 457.231 kunjungan dengan rata-rata kunjungan rawat jalan perhari sebesar 755 kunjungan (Dinas Kesehatan Propinsi Sul Sel 2003).
Selanjutnya berdasarkan data kunjungan Puskesmas Pattingalloang tahun 2003 didapatkan jumlah kunjungan rawat jalan sebanyak 22.500 dengan rata-rata kunjungan perhari 61 kunjungan (termasuk kunjungan Puskesmas Pembantu). Sedangkan untuk data kunjungan Puskesmas Pattingalloang tahun 2004 kunjungan rawat jalan sebanyak 22.837 dengan rata-rata kunjungan perhari 74 kunjungan, dimana masing-masing untuk kunjungan puskesmas sebanyak 43 perhari sedangkan untuk kunjungan puskesmas pembantu sebanyak 31 kunjungan. Jika dibandingkan dengan data nasional dan propinsi Sulawesi Selatan, pemanfaatan rawat jalan di Puskesmas Patingalloang masih rendah (Puskesmas Pattingaloang, 2004).
Kelumpuhan pada penyelam diakibatkan oleh penyelam sering tidak mempunyai rencana yang matang pada saat melakukan panyelaman. Selain alat yang digunakan tidak memenuhi standar kesehatan, para penyelam kadang tidak melakukan pemeriksaan kesehatan akan dan setelah melakukan penyelaman padahal seharusnya mereka memanfaatkan puskesmas atau puskesmas pembantu untuk melakukan pemeriksaan awal dan berkala sehingga mereka terhindar dari resiko penyakit akibat menyelam (Amin, 2000).
Di wilayah kerja Puskesmas Pattingaloang, sampai akhir tahun 2004, dari 231 nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo, tercatat 50 kasus penyakit akibat menyelam 22 orang diantaranya mengalami kelumpuhan dan 10 orang meninggal setelah mengalami kelumpuhan serta banyak lagi yang belum tercatat (Puskesmas Pattingaloang, 2004).
Di samping kerja puskesmas, sangat membantu pula dengan adanya Puskesmas Pembantu di Pulau Barrang Lompo, dimana memiliki peran untuk meningkatkan pelayanan kesehatan pada masyarakat, nelayan termasuk nelayan penyelam, memberikan fisioterapai kepada nelayan penyelam yang mengalami kelumpuhan, memberikan penyuluhan akan pentingnya pemeriksaan kesehatan sebelum dan sesudah menyelam serta memberikan pengobatan (Puskesmas Pattingaloang, 2004).
Berdasarkan asumsi di atas penulis tertarik untuk meneliti tentang studi permintaan pelayanan kesehatan pada nelayan penyelam di pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005.
Batasan Masalah
Banyak faktor yang mempengaruhi permintaan pelayanan kesehatan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo namun penelitian ini, peneliti hanya membatasi pada faktor pendapatan, ketersediaan tenaga kesehatan, pengetahuan dan tarif demi efektivitas penelitian ini.
C. Rumusan Masalah
Bagaimana faktor pendapatan, ketersediaan tenaga kesehatan, pengetahuan dan tarif dapat mempengaruhi permintaan pelayanan kesehatan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005.
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor yang dapat mempengaruhi permintaan pelayanan kesehatan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005.
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui permintaan pelayanan kesehatan di tinjau dari tingkat pendapatan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005.
Untuk mengetahui permintan pelayanan kesehatan di tinjau dari ketersediaan tenaga kesehatan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005
Untuk mengetahui permintaan pelayanan kesehatan di tinjau dari tingkat pengetahuan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005
Untuk mengetahui permintaan pelayanan kesehatan di tinjau dari tingkat tarif pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat institusional
2. Manfaat ilmiah
3. Manfaat praktis
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjaun Umum Tentang Pelayanan Kesehatan
Tinjauan Umum Tentang Permintaan
Tinjauan Umum Tentang Puskesmas
Tinjauan Umum Tentang Nelayan Penyelam
Tinjauan Umum Variabel Yang Diteliti
Pendapatan
Ketersediaan tenaga kesehatan
Pengetahuan
Tarif
KERANGKA KONSEP
Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti
Kerangka Konsep
Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
Permintaan
Pendapatan
Ketersediaan tenaga kesehatan
Pengetahuan
Tarif
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah survei deskriptif dengan pendekatan observasional,.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Pulau Barrang Lompo pada wilayah kerja Puskesmas Pattingaloang. Kec. Ujung Tanah Kota Makassar
C. Populasi dan sampel
Populasi adalah semua nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo sebanyak 231 orang
Sampel
Besar sampel adalah nelayan penyelam yang terjaring sebagai sampel dengan rumus penentuan besar sampel.
Sehingga, besarnya sampel dalam penelitian ini adalah 85 responden.
Penarikan sampel
Penarikan sampel dengan teknik Purpossive Sampling dengan kriteria sebagai berikut :
1) Responden merupakan nelayan penyelam yang berdomisili di Pulau Barrang Lompo
2) Sudah melakukan penyelaman atau bekerja sebagai penyelam selama 3 – 4 tahun
3) Responden dijumpai pada saat penelitian
4) Responden bersedia diwawancarai dengan menggunakan kuesioner.
D. Pengumpulan Data
Data primer.
Data sekunder
E. Pengolahan dan Penyajian Data
Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan sistem komputerisasi dengan menggunakan program SPSS Versi 12.0.
2. Penyajian Data
Penyajian data dilakukan dalam bentuk tabel distribusi dan narasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Permintaan pelayanan kesehatan ditinjau dari pendapatan
Salah satu faktor yang memberikan kontribusi terhadap permintaan pelayanan kesehatan adalah pendapatan, dimana dalam penelitian ini sebagian besar pendapatan nelayan penyelam berada dibawah UMP (Upah Minimum Penghasilan) yaitu dibawah Rp. 510.000,-. Adanya kondisi tersebut dikarenakan setiap hasil penjualan taripang atau ikan harus dibagi hasil dengan juragan, sawi dan nelayan pencari ikan atau taripang tergantung porsi tangkapan yang didapat.
Pendapatan merupakan pertimbangan dalam memilih pelayanan kesehatan, dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendapatan cukup dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi pada nelayan penyelam pulau Barrang Lompo adalah 13 responden (61,9 %) sedangkan permintaan rendah ada 8 responden (38,1 %), dari hasil ini menunjukkan bahwa dengan pendapatan cukup masyarakat nelayan penyelam kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada karena mereka lebih memilih dokter peraktek atau berobat ke Kota Makassar dari pada menggunakan pelayanan kesehatan yang ada karena kadang mereka menerima pelayanan yang kesehatan yang tidak lengkap dan prima akibat keterbatasan sarana dan tenaga yang ada pada Puskesmas Pembantu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan tingkat pendapatan rendah dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi ada 50 responden (78,1 %), sementara yang permintaan pelayanan kesehatan rendah ada 14 responden (21,9 %) dan ini disebabkan kekurang mampuan ekonomi masyarakat nelayan penyelam, dimana pendapatan rata-rata dibawah upah minimum untuk mengakses kebutuhan kesehatannya walaupun permintaan mereka tinggi, sehingga mereka lebih banyak memilih alternatif berobat kedukun.
Permintaan pelayanan kesehatan ditinjau dari ketersediaan tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan pada daerah terpencil seperti daerah yang dibatasi dengan laut yaitu Pulau Barrang Lompo sangat sedikit karena kurangnya tenaga yang ingin bertugas ke daerah tersebut dengan berbagai macam alasan. Hal ini sangat mempengaruhi permintaan pelayanan kesehatan masyarakat nelayan penyelam yang ada.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan tenaga cukup terhadap permintaan pelayanan kesehatan tinggi ada 47 responden (74,6 %) dan permintaan kesehatan rendah ada 16 responden (25,4 %), ini dikarenakan oleh banyaknya tenaga kesehatan yang tidak menjalankan fungsinya sebagai pelayanan kesehatan. Sedangkan ketersediaan tenaga kesehatan kurang terdiri dari 22 responden dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi ada 16 (72,7 %) dan permintaan pelayanan kesehatan rendah ada 6 responden (27,3 %), dimana dipengaruhi oleh keinginan yang besar untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan yang memadai serta tenaga kesehatan yang kurang sulit untuk mengkaper kebutuhan kesehatan sehingga mereka lebih banyak memilih berobat pada dukun atau sejenisnya.
Ketersediaan tenaga kesehatan yang memadai dalam sebuah puskesmas, maka masyarakat memiliki minat yang tinggi karena berpikir bahwa dengan sekali kunjungan pada puskesmas, mereka telah mendapatkan semua pelayanan kesehatan termasuk pemeriksaan kesehatan penunjang tanpa berpikir untuk berobat ditempat lain setelah kunjungan tersebut.
Permintaan pelayanan kesehatan ditinjau dari tingkat pengetahuan
Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior) karena jika seseorang tidak mengetahui tentang sebuah objek, maka objek tersebut tidak akan menarik bagi seseorang. Demikian pula dengan permintaan pelayanaan kesehatan khususnya puskesmas apalagi itu adalah puskesmas pembantu. Pada saat masyarakat tidak mengetahui tentang manfaat dari puskesmas maka masyarakat akan memandang sebelah mata pada pelayanan kesehatan yang disediakan, yang artinya masyarakat tidak akan meminta atau memanfaatkan pelayanan yang disediakan karena kurangnya pengetahuan yang dimiliki.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan responden masih kurang tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan dimana dari 68 responden yang memiliki pengetahuan cukup, dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi 52 responden (76,5 %) dan yang permintaan pelayanan rendah 16 responden (23,5 %) pula. Sedangkan responden dengan pengetahuan kurang terdiri dari 49 responden dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi ada 11 responden (64,7 %) dan permintaan rendah ada 6 responden (35,3 %). Ini menggambarkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat nelayan penyelam pulau Barrang Lompo sangat berpengaruh akan permintaan pelayanan kesehatan dan pengetahuan sangat memberi andil dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Permintaan pelayanan kesehatan ditinjau dari aspek tarif pelayanan kesehatan
Berdasarkan keseluruhan responden yang menggunakan pelayanan kesehatan sebagian besar mengatakan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang terjangkau 35 responden dan yang mengatakan tidak terjangkau atau mahal ada 50 responden ini berarti bahwa tarif pelayanan kesehatan pada masyarakat penyelam dipulau Barrang Lompo pada puskesmas pembantu adalah mahal atau sulit dijangkau oleh masyarakat nelayan penyelam.
Hasil penelitian juga dapat dilihat bahwa dari tingginya permintaan pada masyarakat nelayan yang tidak menjangkau tarif ada 37 responden (74,0 %) dan memiliki permintaan rendah ada 13 responden (26,0 %), ini dikarenakan masyarakat nelayan kesulitan memanfaatkan pelayanan kesehatan akibat tingginya tarif pelayanan sehingga permintaan pelayanan kesehatan rendah dan mereka memilih mencari tempat berobat lain seperti dukun atau tidak berobat sama sekali. Sedangkan yang menjangkau tarif pelayanan kesehatan dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi ada 26 responden (74,3 %) dan dengan permintaan pelayanan kesehatan rendah ada 9 responden (25,7 %). Rendahnya permintaan pelayanan kesehatan pada masyarakat nelayan penyelam yang menjangkau biaya pengobatan karena mereka lebih memilih pengobatan yang lebih lengkap baik tenaga maupun saranan kesehatannya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Permintaan pelayanan kesehatan oleh masyarakat nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar ditinjau dari tingkat pendapatan berada pada kategori kurang, dari 64 responden yang memiliki pendapatan kurang dengan permintaan pelayanan rendah 14 responden (21,9 %)
Permintaan pelayanan kesehatan oleh masyarakat nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar ditinjau dari ketersediaan tenaga berada pada kategori kurang, dari 22 responden yang mengatakan tenaga kesehatan kurang tersedia dengan permintaan pelayanan kesehatan rendah sebanyak 6 responden (27,3 %)
Permintaan pelayanan kesehatan oleh masyarakat nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar ditinjau dari tingkat pengetahuan nelayan penyelam berada pada kategori pengetahuan kurang, dari 17 responden dengan tingkat pengetahuan kurang terhadap permintaan pelayanan kesehatan rendah sebanyak 6 responden (35,3 %)
Permintaan pelayanan kesehatan oleh masyarakat nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar ditinjau dari tarif pelayanan kesehatan berada pada kategori tidak terjangkau, dari 50 responden yang tidak dapat menjangkau pelayanan kesehatan terhadap permintaan pelayanan kesehatan rendah sebanyak 13 responden (26,0%)
Saran
Perlunya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dapat dijangkau oleh kemampuan ekonomi masyarakat misalnya dengan menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi nelayan penyelam secara gratis.
Kepada Dinas Kesehatan Kota Makassar dalam penempatan tenaga kesehatan lebih mengutamakan daerah kepulauan serta diharapkan adanya bimbingan dan supervisi secara rutin dan teratur guna memperbaiki kekurangan petugas yang ada
Perlunya peningkatan upah/honor/gaji bagi tenaga kesehatan yang mengelenggarakan pelayanan kesehatan penyelam khususnya yang bekerja pada daerah yang lebih terpencil seperti daerah kepulauan.
Masyarakat nelayan penyelam diberikan penyuluhan secara berkala dalam meningkatkan pengetahuan akan kesehatan terutama penyakit akibat menyelam serta cara menghindari serta mengatasinya.
DAFTAR PUSTAKA
Amin. Imran. 2000. Studi Kapasitas Paru Penyelam Tradisional di Pulau Kambuna Kepulauan Sembilan Kabupaten Sinjai Utara. Sinjai.
Azwar. Asrul. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Binarupa Aksara. Edisi Ketiga. Jakarta.
Biro Pusat Statistik Propinsi Sulawesi Selatan. 2004. Sulawesi Selatan Dalam Angka 2003. Makassar.
Dharma. 1994. Trend Pengelolaan Pelayanan Penunjang. Cermin Dunia Kodekteran. Edisi Khusus No. 91. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 1991. Puskesmas dan kegiatan Pokoknya Bagi Perkarya Kesehatan Puskesmas. Jakarta.
Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan. 2004. Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan Tahun 2003. Makassar.
Gani. Ascobat. 1989. Ekonomi Kesehatan. Makalah di Sampaikan Pada Lokakarya Ekonomi Kesehatan. Cimaman. 11 Oktober 1989.
Ilyas. Asrul. 2002. Permintaan (Demand) Masyarakat Terhadap Pelayanan Kesehatan Puskesmas Taretta Di Kecamatan Amali Kabupaten Bone. Skripsi STIK TM. Makassar
Isharsuntoro. 1995. Bahan Kursus Selam SCUBA. Yayasan Primus. Surabaya.
Mils. Anne dan Gilson. Terjemahan Budi Susetya dkk. 1990. Ekonomi Kesehatan Untuk Negara-negara Sedang Berkembang. Cetakan Pertama. Dian Rakyat. Jakarta.
MSDC. 2003. Pendidikan dan Pelatihan Selam. Universitas Hasanuddin. Makassar.
. 2003. Aspek Medis Penyelaman. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Notoadmotjo, Soekidjo. 1993. Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan Pertama. Rineka Cipta. Jakarta.
Notoadmotjo. Soekidjo. 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta. Jakarta
Ngatimin. H. M. Rusli. 1987. Upaya Menciptakan Masyarakat Sehat di Pedesaan. Desertasi Fakultas Pascasarjana UNHAS. Ujung Pandang.
Perhimpunan Kesehatan Hiperbarik Indonesia. PKHI. 2002. Pengantar Ilmu Kesehatan Penyelam. Surabaya.
R. Jayukusli. 1997. Studi Keluhan Pada Penyelam di Pulau Barrang Lompo Kecamatan Ujung tanah. Makassar.
R. Hapsara. Habib. R. 2004. Pembangunan Kesehatan di Indonesia, Prinsip Dasar. Kebijakan, Perencanaan dan Kajian Masa Depannya. Universitas Gadjah Mada Press. Jogjakarta.
Razak. Amran. 2000. Permintaan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Pesisir. Kalam Media Pustaka. Makassar.
Puskesmas Pattingaloang. 2004. Profil Puskesmas Pattingaloang Tahun 2003.
Trisnantoro. 1995. Analisis Demand. Makalah Ekonomi Manajerial Rumah Sakit Program Pengembangan Eksekutif Manajemen Rumah Sakit. Universitas Gadjah Mada 2-10. Yogyakarta.
Dokument lengkap dapat menghubungi
Rhano
Email : joeh_com@yahoo.com
Phone : 085242854524
Skripsi
STUDI PERMINTAAN PELAYANAN KESEHATAN PADA NELAYAN PENYELAM DI PULAU BARRANG LOMPO
KOTA MAKASSAR TAHUN 2005
Maryam. SKM
Abstrak
Dalam pembangunan kesehatan setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya tanpa memandang suku, golongan, agama, dan status sosial ekonomi termasuk kaum nelayan. Setiap kecamatan di Indonesia telah memiliki paling sedikit satu buah Puskesmas dengan lebih dari 40 % desa telah dilayani oleh sarana pelayanan kesehatan pemerintah. Pada akhir tahun 2001 tersedia 7.477 Puskesmas, 21.587 Puskesmas Pembantu dan 6.392 Puskesmas Keliling. Sedangkan untuk data kunjungan Puskesmas Pattingaloang tahun 2004 kunjungan rawat jalan sebanyak 22.837 dengan rata-rata kunjungan perhari 74 kunjungan, dimana masing-masing untuk kunjungan puskesmas sebanyak 43 perhari sedangkan untuk kunjungan puskesmas pembantu sebanyak 31 kunjungan Jika dibandingkan dengan data nasional dan Propinsi Sulawesi Selatan, pemanfaatan rawat jalan di Puskesmas Pattingaloang masih rendah. Dari data tersebut ternyata puskesmas belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat, maka untuk mengoptimalkan suatu sarana kesehatan didasarkan atas permintaan (demand) masyarakat dan bukan berdasarkan suplay dari pemerintah agar tidak terjadi under utilization.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang permintaan pelayanan kesehatan berdasarkan pendapatan, ketersediaan tenaga kesehatan, pengetahuan dan tarif pelayanan pada masyarakat nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar tahun 2005
Jenis penelitian merupakan penelitian survei dengan pendekatan deskriptif, jumlah responden 85 yang diperolah dari rumus besar sampel dan sampel ditarik secara proporsive sampling.
Hasil penelitian ini didapatkan informasi bahwa permintaan (demand) masyarakat terhadap pelayanan kesehatan adalah rendah dimana responden dengan tingkat pendapatan kurang 20,0 %. dilihat dari ketersediaan tenaga berada pada kategori kurang 25,9 %, dilihat dari tingkat pengetahuan responden kurang 20,0 % dan berdasarkan tarif tidak terjangkau 58,8 %.
Berdasarkan hasil penelitian disarankan agar penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang dapat dijangkau kemampuan ekonomi masyarakat dengan menyelenggarakan pelayanan gratis, penempatan tenaga kesehatan lebih diutamakan pada daerah kepulauan disertai dengan peningkatan upah/honor/gaji bagi tenaga kesehatan, dan perlu pemberian penyuluhan yang dilakukan secara berkala dalam rangka peningkatan pengetahuan nelayan penyelam tentang kesehatan penyelaman..
Daftar Pustaka : 23 (1987 – 2004)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Nelayan acapkali diasosiasikan dengan kemiskinan dan karenanya budaya nelayan atau kebiasaan masyarakat pesisir diidentikkan dengan kemiskinan atau budaya orang miskin, jaringan aktivitasnya sangat terbatas pada penangkapan ikan dan sumber daya laut. Sementara jaringan sosialnya sangat terbatas pada network ponggawa-sawi (Razak, 2000).
Kemiskinan rumah tangga mencerminkan ketidak mampuan rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan hidup, terutama kebutuhan dasar serta kebutuhan dalam meningkatkan kualitas hidup yaitu kesehatan.
Upaya pembangunan kesehatan setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya tanpa memandang suku, golongan, agama dan status sosial ekonomi termasuk kaum nelayan.
Oleh karena itu, maka pembangunan kesehatan yang diselenggarakan dalam dekade ini telah berhasil menyediakan sarana kesehatan di seluruh pelosok tanah air. Menurut R. Hapsara (2004), Setiap kecamatan di Indonesia telah memiliki paling sedikit satu buah Puskesmas dengan lebih dari 40 % desa telah dilayanani oleh sarana pelayanan kesehatan pemerintah. Pada akhir tahun 2001 tersedia 7.477 Puskesmas, 21.587 puskesmas pembantu dan 6.392 Pusksmas Keliling. Di Sulawesi Selatan saat ini telah tersedia kurang lebih 300 Puskesmas baik itu puskesmas rawat jalan maupun puskesmas rawat inap (Dinas Kesehatan Propinsi Sul-Sel, 2004).
Berdasarkan statistik kesejahteraan rakyat tahun 2003 rata-rata 35.5 % masyarakat desa dan kota yang memanfaatkan sarana dan fasilitas Puskesmas
Indikator kesejahteraan rakyat membuktikan bahwa 38,6 % dari masyarakat yang sakit berobat di Puskesmas, 3,5 % di Klinik KIA/Balai Pengobatan dan 3,1 % berobat di tempat lain (BPS, 2003).
Di Sulawesi Selatan kunjungan di Balai pengobatan rata-rata 43 Kunjungan perhari lebih rendah di banding rata-rata Nasional sedangkan frekwensi kunjungan rata-rata 2,45 kali. Di Kota Makassar jumlah kunjungan rawat jalan puskesmas sebanyak 457.231 kunjungan dengan rata-rata kunjungan rawat jalan perhari sebesar 755 kunjungan (Dinas Kesehatan Propinsi Sul Sel 2003).
Selanjutnya berdasarkan data kunjungan Puskesmas Pattingalloang tahun 2003 didapatkan jumlah kunjungan rawat jalan sebanyak 22.500 dengan rata-rata kunjungan perhari 61 kunjungan (termasuk kunjungan Puskesmas Pembantu). Sedangkan untuk data kunjungan Puskesmas Pattingalloang tahun 2004 kunjungan rawat jalan sebanyak 22.837 dengan rata-rata kunjungan perhari 74 kunjungan, dimana masing-masing untuk kunjungan puskesmas sebanyak 43 perhari sedangkan untuk kunjungan puskesmas pembantu sebanyak 31 kunjungan. Jika dibandingkan dengan data nasional dan propinsi Sulawesi Selatan, pemanfaatan rawat jalan di Puskesmas Patingalloang masih rendah (Puskesmas Pattingaloang, 2004).
Kelumpuhan pada penyelam diakibatkan oleh penyelam sering tidak mempunyai rencana yang matang pada saat melakukan panyelaman. Selain alat yang digunakan tidak memenuhi standar kesehatan, para penyelam kadang tidak melakukan pemeriksaan kesehatan akan dan setelah melakukan penyelaman padahal seharusnya mereka memanfaatkan puskesmas atau puskesmas pembantu untuk melakukan pemeriksaan awal dan berkala sehingga mereka terhindar dari resiko penyakit akibat menyelam (Amin, 2000).
Di wilayah kerja Puskesmas Pattingaloang, sampai akhir tahun 2004, dari 231 nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo, tercatat 50 kasus penyakit akibat menyelam 22 orang diantaranya mengalami kelumpuhan dan 10 orang meninggal setelah mengalami kelumpuhan serta banyak lagi yang belum tercatat (Puskesmas Pattingaloang, 2004).
Di samping kerja puskesmas, sangat membantu pula dengan adanya Puskesmas Pembantu di Pulau Barrang Lompo, dimana memiliki peran untuk meningkatkan pelayanan kesehatan pada masyarakat, nelayan termasuk nelayan penyelam, memberikan fisioterapai kepada nelayan penyelam yang mengalami kelumpuhan, memberikan penyuluhan akan pentingnya pemeriksaan kesehatan sebelum dan sesudah menyelam serta memberikan pengobatan (Puskesmas Pattingaloang, 2004).
Berdasarkan asumsi di atas penulis tertarik untuk meneliti tentang studi permintaan pelayanan kesehatan pada nelayan penyelam di pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005.
Batasan Masalah
Banyak faktor yang mempengaruhi permintaan pelayanan kesehatan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo namun penelitian ini, peneliti hanya membatasi pada faktor pendapatan, ketersediaan tenaga kesehatan, pengetahuan dan tarif demi efektivitas penelitian ini.
C. Rumusan Masalah
Bagaimana faktor pendapatan, ketersediaan tenaga kesehatan, pengetahuan dan tarif dapat mempengaruhi permintaan pelayanan kesehatan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005.
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor yang dapat mempengaruhi permintaan pelayanan kesehatan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005.
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui permintaan pelayanan kesehatan di tinjau dari tingkat pendapatan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005.
Untuk mengetahui permintan pelayanan kesehatan di tinjau dari ketersediaan tenaga kesehatan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005
Untuk mengetahui permintaan pelayanan kesehatan di tinjau dari tingkat pengetahuan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005
Untuk mengetahui permintaan pelayanan kesehatan di tinjau dari tingkat tarif pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat institusional
2. Manfaat ilmiah
3. Manfaat praktis
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjaun Umum Tentang Pelayanan Kesehatan
Tinjauan Umum Tentang Permintaan
Tinjauan Umum Tentang Puskesmas
Tinjauan Umum Tentang Nelayan Penyelam
Tinjauan Umum Variabel Yang Diteliti
Pendapatan
Ketersediaan tenaga kesehatan
Pengetahuan
Tarif
KERANGKA KONSEP
Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti
Kerangka Konsep
Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
Permintaan
Pendapatan
Ketersediaan tenaga kesehatan
Pengetahuan
Tarif
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah survei deskriptif dengan pendekatan observasional,.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Pulau Barrang Lompo pada wilayah kerja Puskesmas Pattingaloang. Kec. Ujung Tanah Kota Makassar
C. Populasi dan sampel
Populasi adalah semua nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo sebanyak 231 orang
Sampel
Besar sampel adalah nelayan penyelam yang terjaring sebagai sampel dengan rumus penentuan besar sampel.
Sehingga, besarnya sampel dalam penelitian ini adalah 85 responden.
Penarikan sampel
Penarikan sampel dengan teknik Purpossive Sampling dengan kriteria sebagai berikut :
1) Responden merupakan nelayan penyelam yang berdomisili di Pulau Barrang Lompo
2) Sudah melakukan penyelaman atau bekerja sebagai penyelam selama 3 – 4 tahun
3) Responden dijumpai pada saat penelitian
4) Responden bersedia diwawancarai dengan menggunakan kuesioner.
D. Pengumpulan Data
Data primer.
Data sekunder
E. Pengolahan dan Penyajian Data
Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan sistem komputerisasi dengan menggunakan program SPSS Versi 12.0.
2. Penyajian Data
Penyajian data dilakukan dalam bentuk tabel distribusi dan narasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Permintaan pelayanan kesehatan ditinjau dari pendapatan
Salah satu faktor yang memberikan kontribusi terhadap permintaan pelayanan kesehatan adalah pendapatan, dimana dalam penelitian ini sebagian besar pendapatan nelayan penyelam berada dibawah UMP (Upah Minimum Penghasilan) yaitu dibawah Rp. 510.000,-. Adanya kondisi tersebut dikarenakan setiap hasil penjualan taripang atau ikan harus dibagi hasil dengan juragan, sawi dan nelayan pencari ikan atau taripang tergantung porsi tangkapan yang didapat.
Pendapatan merupakan pertimbangan dalam memilih pelayanan kesehatan, dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendapatan cukup dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi pada nelayan penyelam pulau Barrang Lompo adalah 13 responden (61,9 %) sedangkan permintaan rendah ada 8 responden (38,1 %), dari hasil ini menunjukkan bahwa dengan pendapatan cukup masyarakat nelayan penyelam kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada karena mereka lebih memilih dokter peraktek atau berobat ke Kota Makassar dari pada menggunakan pelayanan kesehatan yang ada karena kadang mereka menerima pelayanan yang kesehatan yang tidak lengkap dan prima akibat keterbatasan sarana dan tenaga yang ada pada Puskesmas Pembantu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan tingkat pendapatan rendah dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi ada 50 responden (78,1 %), sementara yang permintaan pelayanan kesehatan rendah ada 14 responden (21,9 %) dan ini disebabkan kekurang mampuan ekonomi masyarakat nelayan penyelam, dimana pendapatan rata-rata dibawah upah minimum untuk mengakses kebutuhan kesehatannya walaupun permintaan mereka tinggi, sehingga mereka lebih banyak memilih alternatif berobat kedukun.
Permintaan pelayanan kesehatan ditinjau dari ketersediaan tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan pada daerah terpencil seperti daerah yang dibatasi dengan laut yaitu Pulau Barrang Lompo sangat sedikit karena kurangnya tenaga yang ingin bertugas ke daerah tersebut dengan berbagai macam alasan. Hal ini sangat mempengaruhi permintaan pelayanan kesehatan masyarakat nelayan penyelam yang ada.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan tenaga cukup terhadap permintaan pelayanan kesehatan tinggi ada 47 responden (74,6 %) dan permintaan kesehatan rendah ada 16 responden (25,4 %), ini dikarenakan oleh banyaknya tenaga kesehatan yang tidak menjalankan fungsinya sebagai pelayanan kesehatan. Sedangkan ketersediaan tenaga kesehatan kurang terdiri dari 22 responden dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi ada 16 (72,7 %) dan permintaan pelayanan kesehatan rendah ada 6 responden (27,3 %), dimana dipengaruhi oleh keinginan yang besar untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan yang memadai serta tenaga kesehatan yang kurang sulit untuk mengkaper kebutuhan kesehatan sehingga mereka lebih banyak memilih berobat pada dukun atau sejenisnya.
Ketersediaan tenaga kesehatan yang memadai dalam sebuah puskesmas, maka masyarakat memiliki minat yang tinggi karena berpikir bahwa dengan sekali kunjungan pada puskesmas, mereka telah mendapatkan semua pelayanan kesehatan termasuk pemeriksaan kesehatan penunjang tanpa berpikir untuk berobat ditempat lain setelah kunjungan tersebut.
Permintaan pelayanan kesehatan ditinjau dari tingkat pengetahuan
Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior) karena jika seseorang tidak mengetahui tentang sebuah objek, maka objek tersebut tidak akan menarik bagi seseorang. Demikian pula dengan permintaan pelayanaan kesehatan khususnya puskesmas apalagi itu adalah puskesmas pembantu. Pada saat masyarakat tidak mengetahui tentang manfaat dari puskesmas maka masyarakat akan memandang sebelah mata pada pelayanan kesehatan yang disediakan, yang artinya masyarakat tidak akan meminta atau memanfaatkan pelayanan yang disediakan karena kurangnya pengetahuan yang dimiliki.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan responden masih kurang tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan dimana dari 68 responden yang memiliki pengetahuan cukup, dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi 52 responden (76,5 %) dan yang permintaan pelayanan rendah 16 responden (23,5 %) pula. Sedangkan responden dengan pengetahuan kurang terdiri dari 49 responden dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi ada 11 responden (64,7 %) dan permintaan rendah ada 6 responden (35,3 %). Ini menggambarkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat nelayan penyelam pulau Barrang Lompo sangat berpengaruh akan permintaan pelayanan kesehatan dan pengetahuan sangat memberi andil dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Permintaan pelayanan kesehatan ditinjau dari aspek tarif pelayanan kesehatan
Berdasarkan keseluruhan responden yang menggunakan pelayanan kesehatan sebagian besar mengatakan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang terjangkau 35 responden dan yang mengatakan tidak terjangkau atau mahal ada 50 responden ini berarti bahwa tarif pelayanan kesehatan pada masyarakat penyelam dipulau Barrang Lompo pada puskesmas pembantu adalah mahal atau sulit dijangkau oleh masyarakat nelayan penyelam.
Hasil penelitian juga dapat dilihat bahwa dari tingginya permintaan pada masyarakat nelayan yang tidak menjangkau tarif ada 37 responden (74,0 %) dan memiliki permintaan rendah ada 13 responden (26,0 %), ini dikarenakan masyarakat nelayan kesulitan memanfaatkan pelayanan kesehatan akibat tingginya tarif pelayanan sehingga permintaan pelayanan kesehatan rendah dan mereka memilih mencari tempat berobat lain seperti dukun atau tidak berobat sama sekali. Sedangkan yang menjangkau tarif pelayanan kesehatan dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi ada 26 responden (74,3 %) dan dengan permintaan pelayanan kesehatan rendah ada 9 responden (25,7 %). Rendahnya permintaan pelayanan kesehatan pada masyarakat nelayan penyelam yang menjangkau biaya pengobatan karena mereka lebih memilih pengobatan yang lebih lengkap baik tenaga maupun saranan kesehatannya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Permintaan pelayanan kesehatan oleh masyarakat nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar ditinjau dari tingkat pendapatan berada pada kategori kurang, dari 64 responden yang memiliki pendapatan kurang dengan permintaan pelayanan rendah 14 responden (21,9 %)
Permintaan pelayanan kesehatan oleh masyarakat nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar ditinjau dari ketersediaan tenaga berada pada kategori kurang, dari 22 responden yang mengatakan tenaga kesehatan kurang tersedia dengan permintaan pelayanan kesehatan rendah sebanyak 6 responden (27,3 %)
Permintaan pelayanan kesehatan oleh masyarakat nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar ditinjau dari tingkat pengetahuan nelayan penyelam berada pada kategori pengetahuan kurang, dari 17 responden dengan tingkat pengetahuan kurang terhadap permintaan pelayanan kesehatan rendah sebanyak 6 responden (35,3 %)
Permintaan pelayanan kesehatan oleh masyarakat nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar ditinjau dari tarif pelayanan kesehatan berada pada kategori tidak terjangkau, dari 50 responden yang tidak dapat menjangkau pelayanan kesehatan terhadap permintaan pelayanan kesehatan rendah sebanyak 13 responden (26,0%)
Saran
Perlunya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dapat dijangkau oleh kemampuan ekonomi masyarakat misalnya dengan menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi nelayan penyelam secara gratis.
Kepada Dinas Kesehatan Kota Makassar dalam penempatan tenaga kesehatan lebih mengutamakan daerah kepulauan serta diharapkan adanya bimbingan dan supervisi secara rutin dan teratur guna memperbaiki kekurangan petugas yang ada
Perlunya peningkatan upah/honor/gaji bagi tenaga kesehatan yang mengelenggarakan pelayanan kesehatan penyelam khususnya yang bekerja pada daerah yang lebih terpencil seperti daerah kepulauan.
Masyarakat nelayan penyelam diberikan penyuluhan secara berkala dalam meningkatkan pengetahuan akan kesehatan terutama penyakit akibat menyelam serta cara menghindari serta mengatasinya.
DAFTAR PUSTAKA
Amin. Imran. 2000. Studi Kapasitas Paru Penyelam Tradisional di Pulau Kambuna Kepulauan Sembilan Kabupaten Sinjai Utara. Sinjai.
Azwar. Asrul. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Binarupa Aksara. Edisi Ketiga. Jakarta.
Biro Pusat Statistik Propinsi Sulawesi Selatan. 2004. Sulawesi Selatan Dalam Angka 2003. Makassar.
Dharma. 1994. Trend Pengelolaan Pelayanan Penunjang. Cermin Dunia Kodekteran. Edisi Khusus No. 91. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 1991. Puskesmas dan kegiatan Pokoknya Bagi Perkarya Kesehatan Puskesmas. Jakarta.
Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan. 2004. Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan Tahun 2003. Makassar.
Gani. Ascobat. 1989. Ekonomi Kesehatan. Makalah di Sampaikan Pada Lokakarya Ekonomi Kesehatan. Cimaman. 11 Oktober 1989.
Ilyas. Asrul. 2002. Permintaan (Demand) Masyarakat Terhadap Pelayanan Kesehatan Puskesmas Taretta Di Kecamatan Amali Kabupaten Bone. Skripsi STIK TM. Makassar
Isharsuntoro. 1995. Bahan Kursus Selam SCUBA. Yayasan Primus. Surabaya.
Mils. Anne dan Gilson. Terjemahan Budi Susetya dkk. 1990. Ekonomi Kesehatan Untuk Negara-negara Sedang Berkembang. Cetakan Pertama. Dian Rakyat. Jakarta.
MSDC. 2003. Pendidikan dan Pelatihan Selam. Universitas Hasanuddin. Makassar.
. 2003. Aspek Medis Penyelaman. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Notoadmotjo, Soekidjo. 1993. Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan Pertama. Rineka Cipta. Jakarta.
Notoadmotjo. Soekidjo. 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta. Jakarta
Ngatimin. H. M. Rusli. 1987. Upaya Menciptakan Masyarakat Sehat di Pedesaan. Desertasi Fakultas Pascasarjana UNHAS. Ujung Pandang.
Perhimpunan Kesehatan Hiperbarik Indonesia. PKHI. 2002. Pengantar Ilmu Kesehatan Penyelam. Surabaya.
R. Jayukusli. 1997. Studi Keluhan Pada Penyelam di Pulau Barrang Lompo Kecamatan Ujung tanah. Makassar.
R. Hapsara. Habib. R. 2004. Pembangunan Kesehatan di Indonesia, Prinsip Dasar. Kebijakan, Perencanaan dan Kajian Masa Depannya. Universitas Gadjah Mada Press. Jogjakarta.
Razak. Amran. 2000. Permintaan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Pesisir. Kalam Media Pustaka. Makassar.
Puskesmas Pattingaloang. 2004. Profil Puskesmas Pattingaloang Tahun 2003.
Trisnantoro. 1995. Analisis Demand. Makalah Ekonomi Manajerial Rumah Sakit Program Pengembangan Eksekutif Manajemen Rumah Sakit. Universitas Gadjah Mada 2-10. Yogyakarta.
Dokument lengkap dapat menghubungi
Rhano
Email : joeh_com@yahoo.com
Phone : 085242854524
Skripsi
STUDI PERMINTAAN PELAYANAN KESEHATAN PADA NELAYAN PENYELAM DI PULAU BARRANG LOMPO
KOTA MAKASSAR TAHUN 2005
Maryam. SKM
Abstrak
Dalam pembangunan kesehatan setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya tanpa memandang suku, golongan, agama, dan status sosial ekonomi termasuk kaum nelayan. Setiap kecamatan di Indonesia telah memiliki paling sedikit satu buah Puskesmas dengan lebih dari 40 % desa telah dilayani oleh sarana pelayanan kesehatan pemerintah. Pada akhir tahun 2001 tersedia 7.477 Puskesmas, 21.587 Puskesmas Pembantu dan 6.392 Puskesmas Keliling. Sedangkan untuk data kunjungan Puskesmas Pattingaloang tahun 2004 kunjungan rawat jalan sebanyak 22.837 dengan rata-rata kunjungan perhari 74 kunjungan, dimana masing-masing untuk kunjungan puskesmas sebanyak 43 perhari sedangkan untuk kunjungan puskesmas pembantu sebanyak 31 kunjungan Jika dibandingkan dengan data nasional dan Propinsi Sulawesi Selatan, pemanfaatan rawat jalan di Puskesmas Pattingaloang masih rendah. Dari data tersebut ternyata puskesmas belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat, maka untuk mengoptimalkan suatu sarana kesehatan didasarkan atas permintaan (demand) masyarakat dan bukan berdasarkan suplay dari pemerintah agar tidak terjadi under utilization.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang permintaan pelayanan kesehatan berdasarkan pendapatan, ketersediaan tenaga kesehatan, pengetahuan dan tarif pelayanan pada masyarakat nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar tahun 2005
Jenis penelitian merupakan penelitian survei dengan pendekatan deskriptif, jumlah responden 85 yang diperolah dari rumus besar sampel dan sampel ditarik secara proporsive sampling.
Hasil penelitian ini didapatkan informasi bahwa permintaan (demand) masyarakat terhadap pelayanan kesehatan adalah rendah dimana responden dengan tingkat pendapatan kurang 20,0 %. dilihat dari ketersediaan tenaga berada pada kategori kurang 25,9 %, dilihat dari tingkat pengetahuan responden kurang 20,0 % dan berdasarkan tarif tidak terjangkau 58,8 %.
Berdasarkan hasil penelitian disarankan agar penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang dapat dijangkau kemampuan ekonomi masyarakat dengan menyelenggarakan pelayanan gratis, penempatan tenaga kesehatan lebih diutamakan pada daerah kepulauan disertai dengan peningkatan upah/honor/gaji bagi tenaga kesehatan, dan perlu pemberian penyuluhan yang dilakukan secara berkala dalam rangka peningkatan pengetahuan nelayan penyelam tentang kesehatan penyelaman..
Daftar Pustaka : 23 (1987 – 2004)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Nelayan acapkali diasosiasikan dengan kemiskinan dan karenanya budaya nelayan atau kebiasaan masyarakat pesisir diidentikkan dengan kemiskinan atau budaya orang miskin, jaringan aktivitasnya sangat terbatas pada penangkapan ikan dan sumber daya laut. Sementara jaringan sosialnya sangat terbatas pada network ponggawa-sawi (Razak, 2000).
Kemiskinan rumah tangga mencerminkan ketidak mampuan rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan hidup, terutama kebutuhan dasar serta kebutuhan dalam meningkatkan kualitas hidup yaitu kesehatan.
Upaya pembangunan kesehatan setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya tanpa memandang suku, golongan, agama dan status sosial ekonomi termasuk kaum nelayan.
Oleh karena itu, maka pembangunan kesehatan yang diselenggarakan dalam dekade ini telah berhasil menyediakan sarana kesehatan di seluruh pelosok tanah air. Menurut R. Hapsara (2004), Setiap kecamatan di Indonesia telah memiliki paling sedikit satu buah Puskesmas dengan lebih dari 40 % desa telah dilayanani oleh sarana pelayanan kesehatan pemerintah. Pada akhir tahun 2001 tersedia 7.477 Puskesmas, 21.587 puskesmas pembantu dan 6.392 Pusksmas Keliling. Di Sulawesi Selatan saat ini telah tersedia kurang lebih 300 Puskesmas baik itu puskesmas rawat jalan maupun puskesmas rawat inap (Dinas Kesehatan Propinsi Sul-Sel, 2004).
Berdasarkan statistik kesejahteraan rakyat tahun 2003 rata-rata 35.5 % masyarakat desa dan kota yang memanfaatkan sarana dan fasilitas Puskesmas
Indikator kesejahteraan rakyat membuktikan bahwa 38,6 % dari masyarakat yang sakit berobat di Puskesmas, 3,5 % di Klinik KIA/Balai Pengobatan dan 3,1 % berobat di tempat lain (BPS, 2003).
Di Sulawesi Selatan kunjungan di Balai pengobatan rata-rata 43 Kunjungan perhari lebih rendah di banding rata-rata Nasional sedangkan frekwensi kunjungan rata-rata 2,45 kali. Di Kota Makassar jumlah kunjungan rawat jalan puskesmas sebanyak 457.231 kunjungan dengan rata-rata kunjungan rawat jalan perhari sebesar 755 kunjungan (Dinas Kesehatan Propinsi Sul Sel 2003).
Selanjutnya berdasarkan data kunjungan Puskesmas Pattingalloang tahun 2003 didapatkan jumlah kunjungan rawat jalan sebanyak 22.500 dengan rata-rata kunjungan perhari 61 kunjungan (termasuk kunjungan Puskesmas Pembantu). Sedangkan untuk data kunjungan Puskesmas Pattingalloang tahun 2004 kunjungan rawat jalan sebanyak 22.837 dengan rata-rata kunjungan perhari 74 kunjungan, dimana masing-masing untuk kunjungan puskesmas sebanyak 43 perhari sedangkan untuk kunjungan puskesmas pembantu sebanyak 31 kunjungan. Jika dibandingkan dengan data nasional dan propinsi Sulawesi Selatan, pemanfaatan rawat jalan di Puskesmas Patingalloang masih rendah (Puskesmas Pattingaloang, 2004).
Kelumpuhan pada penyelam diakibatkan oleh penyelam sering tidak mempunyai rencana yang matang pada saat melakukan panyelaman. Selain alat yang digunakan tidak memenuhi standar kesehatan, para penyelam kadang tidak melakukan pemeriksaan kesehatan akan dan setelah melakukan penyelaman padahal seharusnya mereka memanfaatkan puskesmas atau puskesmas pembantu untuk melakukan pemeriksaan awal dan berkala sehingga mereka terhindar dari resiko penyakit akibat menyelam (Amin, 2000).
Di wilayah kerja Puskesmas Pattingaloang, sampai akhir tahun 2004, dari 231 nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo, tercatat 50 kasus penyakit akibat menyelam 22 orang diantaranya mengalami kelumpuhan dan 10 orang meninggal setelah mengalami kelumpuhan serta banyak lagi yang belum tercatat (Puskesmas Pattingaloang, 2004).
Di samping kerja puskesmas, sangat membantu pula dengan adanya Puskesmas Pembantu di Pulau Barrang Lompo, dimana memiliki peran untuk meningkatkan pelayanan kesehatan pada masyarakat, nelayan termasuk nelayan penyelam, memberikan fisioterapai kepada nelayan penyelam yang mengalami kelumpuhan, memberikan penyuluhan akan pentingnya pemeriksaan kesehatan sebelum dan sesudah menyelam serta memberikan pengobatan (Puskesmas Pattingaloang, 2004).
Berdasarkan asumsi di atas penulis tertarik untuk meneliti tentang studi permintaan pelayanan kesehatan pada nelayan penyelam di pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005.
Batasan Masalah
Banyak faktor yang mempengaruhi permintaan pelayanan kesehatan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo namun penelitian ini, peneliti hanya membatasi pada faktor pendapatan, ketersediaan tenaga kesehatan, pengetahuan dan tarif demi efektivitas penelitian ini.
C. Rumusan Masalah
Bagaimana faktor pendapatan, ketersediaan tenaga kesehatan, pengetahuan dan tarif dapat mempengaruhi permintaan pelayanan kesehatan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005.
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor yang dapat mempengaruhi permintaan pelayanan kesehatan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005.
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui permintaan pelayanan kesehatan di tinjau dari tingkat pendapatan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005.
Untuk mengetahui permintan pelayanan kesehatan di tinjau dari ketersediaan tenaga kesehatan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005
Untuk mengetahui permintaan pelayanan kesehatan di tinjau dari tingkat pengetahuan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005
Untuk mengetahui permintaan pelayanan kesehatan di tinjau dari tingkat tarif pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat institusional
2. Manfaat ilmiah
3. Manfaat praktis
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjaun Umum Tentang Pelayanan Kesehatan
Tinjauan Umum Tentang Permintaan
Tinjauan Umum Tentang Puskesmas
Tinjauan Umum Tentang Nelayan Penyelam
Tinjauan Umum Variabel Yang Diteliti
Pendapatan
Ketersediaan tenaga kesehatan
Pengetahuan
Tarif
KERANGKA KONSEP
Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti
Kerangka Konsep
Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
Permintaan
Pendapatan
Ketersediaan tenaga kesehatan
Pengetahuan
Tarif
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah survei deskriptif dengan pendekatan observasional,.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Pulau Barrang Lompo pada wilayah kerja Puskesmas Pattingaloang. Kec. Ujung Tanah Kota Makassar
C. Populasi dan sampel
Populasi adalah semua nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo sebanyak 231 orang
Sampel
Besar sampel adalah nelayan penyelam yang terjaring sebagai sampel dengan rumus penentuan besar sampel.
Sehingga, besarnya sampel dalam penelitian ini adalah 85 responden.
Penarikan sampel
Penarikan sampel dengan teknik Purpossive Sampling dengan kriteria sebagai berikut :
1) Responden merupakan nelayan penyelam yang berdomisili di Pulau Barrang Lompo
2) Sudah melakukan penyelaman atau bekerja sebagai penyelam selama 3 – 4 tahun
3) Responden dijumpai pada saat penelitian
4) Responden bersedia diwawancarai dengan menggunakan kuesioner.
D. Pengumpulan Data
Data primer.
Data sekunder
E. Pengolahan dan Penyajian Data
Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan sistem komputerisasi dengan menggunakan program SPSS Versi 12.0.
2. Penyajian Data
Penyajian data dilakukan dalam bentuk tabel distribusi dan narasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Permintaan pelayanan kesehatan ditinjau dari pendapatan
Salah satu faktor yang memberikan kontribusi terhadap permintaan pelayanan kesehatan adalah pendapatan, dimana dalam penelitian ini sebagian besar pendapatan nelayan penyelam berada dibawah UMP (Upah Minimum Penghasilan) yaitu dibawah Rp. 510.000,-. Adanya kondisi tersebut dikarenakan setiap hasil penjualan taripang atau ikan harus dibagi hasil dengan juragan, sawi dan nelayan pencari ikan atau taripang tergantung porsi tangkapan yang didapat.
Pendapatan merupakan pertimbangan dalam memilih pelayanan kesehatan, dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendapatan cukup dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi pada nelayan penyelam pulau Barrang Lompo adalah 13 responden (61,9 %) sedangkan permintaan rendah ada 8 responden (38,1 %), dari hasil ini menunjukkan bahwa dengan pendapatan cukup masyarakat nelayan penyelam kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada karena mereka lebih memilih dokter peraktek atau berobat ke Kota Makassar dari pada menggunakan pelayanan kesehatan yang ada karena kadang mereka menerima pelayanan yang kesehatan yang tidak lengkap dan prima akibat keterbatasan sarana dan tenaga yang ada pada Puskesmas Pembantu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan tingkat pendapatan rendah dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi ada 50 responden (78,1 %), sementara yang permintaan pelayanan kesehatan rendah ada 14 responden (21,9 %) dan ini disebabkan kekurang mampuan ekonomi masyarakat nelayan penyelam, dimana pendapatan rata-rata dibawah upah minimum untuk mengakses kebutuhan kesehatannya walaupun permintaan mereka tinggi, sehingga mereka lebih banyak memilih alternatif berobat kedukun.
Permintaan pelayanan kesehatan ditinjau dari ketersediaan tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan pada daerah terpencil seperti daerah yang dibatasi dengan laut yaitu Pulau Barrang Lompo sangat sedikit karena kurangnya tenaga yang ingin bertugas ke daerah tersebut dengan berbagai macam alasan. Hal ini sangat mempengaruhi permintaan pelayanan kesehatan masyarakat nelayan penyelam yang ada.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan tenaga cukup terhadap permintaan pelayanan kesehatan tinggi ada 47 responden (74,6 %) dan permintaan kesehatan rendah ada 16 responden (25,4 %), ini dikarenakan oleh banyaknya tenaga kesehatan yang tidak menjalankan fungsinya sebagai pelayanan kesehatan. Sedangkan ketersediaan tenaga kesehatan kurang terdiri dari 22 responden dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi ada 16 (72,7 %) dan permintaan pelayanan kesehatan rendah ada 6 responden (27,3 %), dimana dipengaruhi oleh keinginan yang besar untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan yang memadai serta tenaga kesehatan yang kurang sulit untuk mengkaper kebutuhan kesehatan sehingga mereka lebih banyak memilih berobat pada dukun atau sejenisnya.
Ketersediaan tenaga kesehatan yang memadai dalam sebuah puskesmas, maka masyarakat memiliki minat yang tinggi karena berpikir bahwa dengan sekali kunjungan pada puskesmas, mereka telah mendapatkan semua pelayanan kesehatan termasuk pemeriksaan kesehatan penunjang tanpa berpikir untuk berobat ditempat lain setelah kunjungan tersebut.
Permintaan pelayanan kesehatan ditinjau dari tingkat pengetahuan
Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior) karena jika seseorang tidak mengetahui tentang sebuah objek, maka objek tersebut tidak akan menarik bagi seseorang. Demikian pula dengan permintaan pelayanaan kesehatan khususnya puskesmas apalagi itu adalah puskesmas pembantu. Pada saat masyarakat tidak mengetahui tentang manfaat dari puskesmas maka masyarakat akan memandang sebelah mata pada pelayanan kesehatan yang disediakan, yang artinya masyarakat tidak akan meminta atau memanfaatkan pelayanan yang disediakan karena kurangnya pengetahuan yang dimiliki.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan responden masih kurang tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan dimana dari 68 responden yang memiliki pengetahuan cukup, dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi 52 responden (76,5 %) dan yang permintaan pelayanan rendah 16 responden (23,5 %) pula. Sedangkan responden dengan pengetahuan kurang terdiri dari 49 responden dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi ada 11 responden (64,7 %) dan permintaan rendah ada 6 responden (35,3 %). Ini menggambarkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat nelayan penyelam pulau Barrang Lompo sangat berpengaruh akan permintaan pelayanan kesehatan dan pengetahuan sangat memberi andil dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Permintaan pelayanan kesehatan ditinjau dari aspek tarif pelayanan kesehatan
Berdasarkan keseluruhan responden yang menggunakan pelayanan kesehatan sebagian besar mengatakan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang terjangkau 35 responden dan yang mengatakan tidak terjangkau atau mahal ada 50 responden ini berarti bahwa tarif pelayanan kesehatan pada masyarakat penyelam dipulau Barrang Lompo pada puskesmas pembantu adalah mahal atau sulit dijangkau oleh masyarakat nelayan penyelam.
Hasil penelitian juga dapat dilihat bahwa dari tingginya permintaan pada masyarakat nelayan yang tidak menjangkau tarif ada 37 responden (74,0 %) dan memiliki permintaan rendah ada 13 responden (26,0 %), ini dikarenakan masyarakat nelayan kesulitan memanfaatkan pelayanan kesehatan akibat tingginya tarif pelayanan sehingga permintaan pelayanan kesehatan rendah dan mereka memilih mencari tempat berobat lain seperti dukun atau tidak berobat sama sekali. Sedangkan yang menjangkau tarif pelayanan kesehatan dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi ada 26 responden (74,3 %) dan dengan permintaan pelayanan kesehatan rendah ada 9 responden (25,7 %). Rendahnya permintaan pelayanan kesehatan pada masyarakat nelayan penyelam yang menjangkau biaya pengobatan karena mereka lebih memilih pengobatan yang lebih lengkap baik tenaga maupun saranan kesehatannya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Permintaan pelayanan kesehatan oleh masyarakat nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar ditinjau dari tingkat pendapatan berada pada kategori kurang, dari 64 responden yang memiliki pendapatan kurang dengan permintaan pelayanan rendah 14 responden (21,9 %)
Permintaan pelayanan kesehatan oleh masyarakat nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar ditinjau dari ketersediaan tenaga berada pada kategori kurang, dari 22 responden yang mengatakan tenaga kesehatan kurang tersedia dengan permintaan pelayanan kesehatan rendah sebanyak 6 responden (27,3 %)
Permintaan pelayanan kesehatan oleh masyarakat nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar ditinjau dari tingkat pengetahuan nelayan penyelam berada pada kategori pengetahuan kurang, dari 17 responden dengan tingkat pengetahuan kurang terhadap permintaan pelayanan kesehatan rendah sebanyak 6 responden (35,3 %)
Permintaan pelayanan kesehatan oleh masyarakat nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar ditinjau dari tarif pelayanan kesehatan berada pada kategori tidak terjangkau, dari 50 responden yang tidak dapat menjangkau pelayanan kesehatan terhadap permintaan pelayanan kesehatan rendah sebanyak 13 responden (26,0%)
Saran
Perlunya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dapat dijangkau oleh kemampuan ekonomi masyarakat misalnya dengan menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi nelayan penyelam secara gratis.
Kepada Dinas Kesehatan Kota Makassar dalam penempatan tenaga kesehatan lebih mengutamakan daerah kepulauan serta diharapkan adanya bimbingan dan supervisi secara rutin dan teratur guna memperbaiki kekurangan petugas yang ada
Perlunya peningkatan upah/honor/gaji bagi tenaga kesehatan yang mengelenggarakan pelayanan kesehatan penyelam khususnya yang bekerja pada daerah yang lebih terpencil seperti daerah kepulauan.
Masyarakat nelayan penyelam diberikan penyuluhan secara berkala dalam meningkatkan pengetahuan akan kesehatan terutama penyakit akibat menyelam serta cara menghindari serta mengatasinya.
DAFTAR PUSTAKA
Amin. Imran. 2000. Studi Kapasitas Paru Penyelam Tradisional di Pulau Kambuna Kepulauan Sembilan Kabupaten Sinjai Utara. Sinjai.
Azwar. Asrul. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Binarupa Aksara. Edisi Ketiga. Jakarta.
Biro Pusat Statistik Propinsi Sulawesi Selatan. 2004. Sulawesi Selatan Dalam Angka 2003. Makassar.
Dharma. 1994. Trend Pengelolaan Pelayanan Penunjang. Cermin Dunia Kodekteran. Edisi Khusus No. 91. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 1991. Puskesmas dan kegiatan Pokoknya Bagi Perkarya Kesehatan Puskesmas. Jakarta.
Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan. 2004. Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan Tahun 2003. Makassar.
Gani. Ascobat. 1989. Ekonomi Kesehatan. Makalah di Sampaikan Pada Lokakarya Ekonomi Kesehatan. Cimaman. 11 Oktober 1989.
Ilyas. Asrul. 2002. Permintaan (Demand) Masyarakat Terhadap Pelayanan Kesehatan Puskesmas Taretta Di Kecamatan Amali Kabupaten Bone. Skripsi STIK TM. Makassar
Isharsuntoro. 1995. Bahan Kursus Selam SCUBA. Yayasan Primus. Surabaya.
Mils. Anne dan Gilson. Terjemahan Budi Susetya dkk. 1990. Ekonomi Kesehatan Untuk Negara-negara Sedang Berkembang. Cetakan Pertama. Dian Rakyat. Jakarta.
MSDC. 2003. Pendidikan dan Pelatihan Selam. Universitas Hasanuddin. Makassar.
. 2003. Aspek Medis Penyelaman. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Notoadmotjo, Soekidjo. 1993. Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan Pertama. Rineka Cipta. Jakarta.
Notoadmotjo. Soekidjo. 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta. Jakarta
Ngatimin. H. M. Rusli. 1987. Upaya Menciptakan Masyarakat Sehat di Pedesaan. Desertasi Fakultas Pascasarjana UNHAS. Ujung Pandang.
Perhimpunan Kesehatan Hiperbarik Indonesia. PKHI. 2002. Pengantar Ilmu Kesehatan Penyelam. Surabaya.
R. Jayukusli. 1997. Studi Keluhan Pada Penyelam di Pulau Barrang Lompo Kecamatan Ujung tanah. Makassar.
R. Hapsara. Habib. R. 2004. Pembangunan Kesehatan di Indonesia, Prinsip Dasar. Kebijakan, Perencanaan dan Kajian Masa Depannya. Universitas Gadjah Mada Press. Jogjakarta.
Razak. Amran. 2000. Permintaan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Pesisir. Kalam Media Pustaka. Makassar.
Puskesmas Pattingaloang. 2004. Profil Puskesmas Pattingaloang Tahun 2003.
Trisnantoro. 1995. Analisis Demand. Makalah Ekonomi Manajerial Rumah Sakit Program Pengembangan Eksekutif Manajemen Rumah Sakit. Universitas Gadjah Mada 2-10. Yogyakarta.
Dokument lengkap dapat menghubungi
Rhano
Email : joeh_com@yahoo.com
Phone : 085242854524