-->
Permintaan Pelayanan Kesehatan Pada Nelayan Penyelam
Lihat Detail

Permintaan Pelayanan Kesehatan Pada Nelayan Penyelam

Skripsi


STUDI PERMINTAAN PELAYANAN KESEHATAN PADA NELAYAN PENYELAM DI PULAU BARRANG LOMPO

KOTA MAKASSAR TAHUN 2005


Maryam. SKM


Abstrak

Dalam pembangunan kesehatan setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya tanpa memandang suku, golongan, agama, dan status sosial ekonomi termasuk kaum nelayan. Setiap kecamatan di Indonesia telah memiliki paling sedikit satu buah Puskesmas dengan lebih dari 40 % desa telah dilayani oleh sarana pelayanan kesehatan pemerintah. Pada akhir tahun 2001 tersedia 7.477 Puskesmas, 21.587 Puskesmas Pembantu dan 6.392 Puskesmas Keliling. Sedangkan untuk data kunjungan Puskesmas Pattingaloang tahun 2004 kunjungan rawat jalan sebanyak 22.837 dengan rata-rata kunjungan perhari 74 kunjungan, dimana masing-masing untuk kunjungan puskesmas sebanyak 43 perhari sedangkan untuk kunjungan puskesmas pembantu sebanyak 31 kunjungan Jika dibandingkan dengan data nasional dan Propinsi Sulawesi Selatan, pemanfaatan rawat jalan di Puskesmas Pattingaloang masih rendah. Dari data tersebut ternyata puskesmas belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat, maka untuk mengoptimalkan suatu sarana kesehatan didasarkan atas permintaan (demand) masyarakat dan bukan berdasarkan suplay dari pemerintah agar tidak terjadi under utilization.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang permintaan pelayanan kesehatan berdasarkan pendapatan, ketersediaan tenaga kesehatan, pengetahuan dan tarif pelayanan pada masyarakat nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar tahun 2005

Jenis penelitian merupakan penelitian survei dengan pendekatan deskriptif, jumlah responden 85 yang diperolah dari rumus besar sampel dan sampel ditarik secara proporsive sampling.

Hasil penelitian ini didapatkan informasi bahwa permintaan (demand) masyarakat terhadap pelayanan kesehatan adalah rendah dimana responden dengan tingkat pendapatan kurang 20,0 %. dilihat dari ketersediaan tenaga berada pada kategori kurang 25,9 %, dilihat dari tingkat pengetahuan responden kurang 20,0 % dan berdasarkan tarif tidak terjangkau 58,8 %.

Berdasarkan hasil penelitian disarankan agar penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang dapat dijangkau kemampuan ekonomi masyarakat dengan menyelenggarakan pelayanan gratis, penempatan tenaga kesehatan lebih diutamakan pada daerah kepulauan disertai dengan peningkatan upah/honor/gaji bagi tenaga kesehatan, dan perlu pemberian penyuluhan yang dilakukan secara berkala dalam rangka peningkatan pengetahuan nelayan penyelam tentang kesehatan penyelaman..


Daftar Pustaka : 23 (1987 – 2004)


PENDAHULUAN


  1. Latar Belakang

Nelayan acapkali diasosiasikan dengan kemiskinan dan karenanya budaya nelayan atau kebiasaan masyarakat pesisir diidentikkan dengan kemiskinan atau budaya orang miskin, jaringan aktivitasnya sangat terbatas pada penangkapan ikan dan sumber daya laut. Sementara jaringan sosialnya sangat terbatas pada network ponggawa-sawi (Razak, 2000).

Kemiskinan rumah tangga mencerminkan ketidak mampuan rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan hidup, terutama kebutuhan dasar serta kebutuhan dalam meningkatkan kualitas hidup yaitu kesehatan.

Upaya pembangunan kesehatan setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya tanpa memandang suku, golongan, agama dan status sosial ekonomi termasuk kaum nelayan.

Oleh karena itu, maka pembangunan kesehatan yang diselenggarakan dalam dekade ini telah berhasil menyediakan sarana kesehatan di seluruh pelosok tanah air. Menurut R. Hapsara (2004), Setiap kecamatan di Indonesia telah memiliki paling sedikit satu buah Puskesmas dengan lebih dari 40 % desa telah dilayanani oleh sarana pelayanan kesehatan pemerintah. Pada akhir tahun 2001 tersedia 7.477 Puskesmas, 21.587 puskesmas pembantu dan 6.392 Pusksmas Keliling. Di Sulawesi Selatan saat ini telah tersedia kurang lebih 300 Puskesmas baik itu puskesmas rawat jalan maupun puskesmas rawat inap (Dinas Kesehatan Propinsi Sul-Sel, 2004).

Berdasarkan statistik kesejahteraan rakyat tahun 2003 rata-rata 35.5 % masyarakat desa dan kota yang memanfaatkan sarana dan fasilitas Puskesmas

Indikator kesejahteraan rakyat membuktikan bahwa 38,6 % dari masyarakat yang sakit berobat di Puskesmas, 3,5 % di Klinik KIA/Balai Pengobatan dan 3,1 % berobat di tempat lain (BPS, 2003).

Di Sulawesi Selatan kunjungan di Balai pengobatan rata-rata 43 Kunjungan perhari lebih rendah di banding rata-rata Nasional sedangkan frekwensi kunjungan rata-rata 2,45 kali. Di Kota Makassar jumlah kunjungan rawat jalan puskesmas sebanyak 457.231 kunjungan dengan rata-rata kunjungan rawat jalan perhari sebesar 755 kunjungan (Dinas Kesehatan Propinsi Sul Sel 2003).

Selanjutnya berdasarkan data kunjungan Puskesmas Pattingalloang tahun 2003 didapatkan jumlah kunjungan rawat jalan sebanyak 22.500 dengan rata-rata kunjungan perhari 61 kunjungan (termasuk kunjungan Puskesmas Pembantu). Sedangkan untuk data kunjungan Puskesmas Pattingalloang tahun 2004 kunjungan rawat jalan sebanyak 22.837 dengan rata-rata kunjungan perhari 74 kunjungan, dimana masing-masing untuk kunjungan puskesmas sebanyak 43 perhari sedangkan untuk kunjungan puskesmas pembantu sebanyak 31 kunjungan. Jika dibandingkan dengan data nasional dan propinsi Sulawesi Selatan, pemanfaatan rawat jalan di Puskesmas Patingalloang masih rendah (Puskesmas Pattingaloang, 2004).

Kelumpuhan pada penyelam diakibatkan oleh penyelam sering tidak mempunyai rencana yang matang pada saat melakukan panyelaman. Selain alat yang digunakan tidak memenuhi standar kesehatan, para penyelam kadang tidak melakukan pemeriksaan kesehatan akan dan setelah melakukan penyelaman padahal seharusnya mereka memanfaatkan puskesmas atau puskesmas pembantu untuk melakukan pemeriksaan awal dan berkala sehingga mereka terhindar dari resiko penyakit akibat menyelam (Amin, 2000).

Di wilayah kerja Puskesmas Pattingaloang, sampai akhir tahun 2004, dari 231 nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo, tercatat 50 kasus penyakit akibat menyelam 22 orang diantaranya mengalami kelumpuhan dan 10 orang meninggal setelah mengalami kelumpuhan serta banyak lagi yang belum tercatat (Puskesmas Pattingaloang, 2004).

Di samping kerja puskesmas, sangat membantu pula dengan adanya Puskesmas Pembantu di Pulau Barrang Lompo, dimana memiliki peran untuk meningkatkan pelayanan kesehatan pada masyarakat, nelayan termasuk nelayan penyelam, memberikan fisioterapai kepada nelayan penyelam yang mengalami kelumpuhan, memberikan penyuluhan akan pentingnya pemeriksaan kesehatan sebelum dan sesudah menyelam serta memberikan pengobatan (Puskesmas Pattingaloang, 2004).

Berdasarkan asumsi di atas penulis tertarik untuk meneliti tentang studi permintaan pelayanan kesehatan pada nelayan penyelam di pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005.


  1. Batasan Masalah

Banyak faktor yang mempengaruhi permintaan pelayanan kesehatan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo namun penelitian ini, peneliti hanya membatasi pada faktor pendapatan, ketersediaan tenaga kesehatan, pengetahuan dan tarif demi efektivitas penelitian ini.


C. Rumusan Masalah

Bagaimana faktor pendapatan, ketersediaan tenaga kesehatan, pengetahuan dan tarif dapat mempengaruhi permintaan pelayanan kesehatan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005.


D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor yang dapat mempengaruhi permintaan pelayanan kesehatan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005.

2. Tujuan Khusus

  1. Untuk mengetahui permintaan pelayanan kesehatan di tinjau dari tingkat pendapatan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005.

  2. Untuk mengetahui permintan pelayanan kesehatan di tinjau dari ketersediaan tenaga kesehatan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005

  3. Untuk mengetahui permintaan pelayanan kesehatan di tinjau dari tingkat pengetahuan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005

  4. Untuk mengetahui permintaan pelayanan kesehatan di tinjau dari tingkat tarif pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005


E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat institusional

2. Manfaat ilmiah

3. Manfaat praktis


TINJAUAN PUSTAKA


  1. Tinjaun Umum Tentang Pelayanan Kesehatan

  2. Tinjauan Umum Tentang Permintaan

  3. Tinjauan Umum Tentang Puskesmas

  4. Tinjauan Umum Tentang Nelayan Penyelam

  5. Tinjauan Umum Variabel Yang Diteliti

  1. Pendapatan

  2. Ketersediaan tenaga kesehatan

  3. Pengetahuan

  4. Tarif



KERANGKA KONSEP


  1. Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti
  2. Kerangka Konsep

  3. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

  1. Permintaan

  2. Pendapatan

  3. Ketersediaan tenaga kesehatan

  4. Pengetahuan

  5. Tarif


METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah survei deskriptif dengan pendekatan observasional,.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Pulau Barrang Lompo pada wilayah kerja Puskesmas Pattingaloang. Kec. Ujung Tanah Kota Makassar

C. Populasi dan sampel

  1. Populasi adalah semua nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo sebanyak 231 orang

  2. Sampel

    1. Besar sampel adalah nelayan penyelam yang terjaring sebagai sampel dengan rumus penentuan besar sampel.

Sehingga, besarnya sampel dalam penelitian ini adalah 85 responden.

    1. Penarikan sampel

Penarikan sampel dengan teknik Purpossive Sampling dengan kriteria sebagai berikut :

1) Responden merupakan nelayan penyelam yang berdomisili di Pulau Barrang Lompo

2) Sudah melakukan penyelaman atau bekerja sebagai penyelam selama 3 – 4 tahun

3) Responden dijumpai pada saat penelitian

4) Responden bersedia diwawancarai dengan menggunakan kuesioner.

D. Pengumpulan Data

  1. Data primer.

  2. Data sekunder

E. Pengolahan dan Penyajian Data

  1. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan sistem komputerisasi dengan menggunakan program SPSS Versi 12.0.

2. Penyajian Data

Penyajian data dilakukan dalam bentuk tabel distribusi dan narasi.


HASIL DAN PEMBAHASAN


  1. Permintaan pelayanan kesehatan ditinjau dari pendapatan

Salah satu faktor yang memberikan kontribusi terhadap permintaan pelayanan kesehatan adalah pendapatan, dimana dalam penelitian ini sebagian besar pendapatan nelayan penyelam berada dibawah UMP (Upah Minimum Penghasilan) yaitu dibawah Rp. 510.000,-. Adanya kondisi tersebut dikarenakan setiap hasil penjualan taripang atau ikan harus dibagi hasil dengan juragan, sawi dan nelayan pencari ikan atau taripang tergantung porsi tangkapan yang didapat.

Pendapatan merupakan pertimbangan dalam memilih pelayanan kesehatan, dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendapatan cukup dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi pada nelayan penyelam pulau Barrang Lompo adalah 13 responden (61,9 %) sedangkan permintaan rendah ada 8 responden (38,1 %), dari hasil ini menunjukkan bahwa dengan pendapatan cukup masyarakat nelayan penyelam kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada karena mereka lebih memilih dokter peraktek atau berobat ke Kota Makassar dari pada menggunakan pelayanan kesehatan yang ada karena kadang mereka menerima pelayanan yang kesehatan yang tidak lengkap dan prima akibat keterbatasan sarana dan tenaga yang ada pada Puskesmas Pembantu.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan tingkat pendapatan rendah dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi ada 50 responden (78,1 %), sementara yang permintaan pelayanan kesehatan rendah ada 14 responden (21,9 %) dan ini disebabkan kekurang mampuan ekonomi masyarakat nelayan penyelam, dimana pendapatan rata-rata dibawah upah minimum untuk mengakses kebutuhan kesehatannya walaupun permintaan mereka tinggi, sehingga mereka lebih banyak memilih alternatif berobat kedukun.

  1. Permintaan pelayanan kesehatan ditinjau dari ketersediaan tenaga kesehatan

Tenaga kesehatan pada daerah terpencil seperti daerah yang dibatasi dengan laut yaitu Pulau Barrang Lompo sangat sedikit karena kurangnya tenaga yang ingin bertugas ke daerah tersebut dengan berbagai macam alasan. Hal ini sangat mempengaruhi permintaan pelayanan kesehatan masyarakat nelayan penyelam yang ada.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan tenaga cukup terhadap permintaan pelayanan kesehatan tinggi ada 47 responden (74,6 %) dan permintaan kesehatan rendah ada 16 responden (25,4 %), ini dikarenakan oleh banyaknya tenaga kesehatan yang tidak menjalankan fungsinya sebagai pelayanan kesehatan. Sedangkan ketersediaan tenaga kesehatan kurang terdiri dari 22 responden dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi ada 16 (72,7 %) dan permintaan pelayanan kesehatan rendah ada 6 responden (27,3 %), dimana dipengaruhi oleh keinginan yang besar untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan yang memadai serta tenaga kesehatan yang kurang sulit untuk mengkaper kebutuhan kesehatan sehingga mereka lebih banyak memilih berobat pada dukun atau sejenisnya.

Ketersediaan tenaga kesehatan yang memadai dalam sebuah puskesmas, maka masyarakat memiliki minat yang tinggi karena berpikir bahwa dengan sekali kunjungan pada puskesmas, mereka telah mendapatkan semua pelayanan kesehatan termasuk pemeriksaan kesehatan penunjang tanpa berpikir untuk berobat ditempat lain setelah kunjungan tersebut.

  1. Permintaan pelayanan kesehatan ditinjau dari tingkat pengetahuan

Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior) karena jika seseorang tidak mengetahui tentang sebuah objek, maka objek tersebut tidak akan menarik bagi seseorang. Demikian pula dengan permintaan pelayanaan kesehatan khususnya puskesmas apalagi itu adalah puskesmas pembantu. Pada saat masyarakat tidak mengetahui tentang manfaat dari puskesmas maka masyarakat akan memandang sebelah mata pada pelayanan kesehatan yang disediakan, yang artinya masyarakat tidak akan meminta atau memanfaatkan pelayanan yang disediakan karena kurangnya pengetahuan yang dimiliki.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan responden masih kurang tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan dimana dari 68 responden yang memiliki pengetahuan cukup, dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi 52 responden (76,5 %) dan yang permintaan pelayanan rendah 16 responden (23,5 %) pula. Sedangkan responden dengan pengetahuan kurang terdiri dari 49 responden dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi ada 11 responden (64,7 %) dan permintaan rendah ada 6 responden (35,3 %). Ini menggambarkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat nelayan penyelam pulau Barrang Lompo sangat berpengaruh akan permintaan pelayanan kesehatan dan pengetahuan sangat memberi andil dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan.

  1. Permintaan pelayanan kesehatan ditinjau dari aspek tarif pelayanan kesehatan

Berdasarkan keseluruhan responden yang menggunakan pelayanan kesehatan sebagian besar mengatakan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang terjangkau 35 responden dan yang mengatakan tidak terjangkau atau mahal ada 50 responden ini berarti bahwa tarif pelayanan kesehatan pada masyarakat penyelam dipulau Barrang Lompo pada puskesmas pembantu adalah mahal atau sulit dijangkau oleh masyarakat nelayan penyelam.

Hasil penelitian juga dapat dilihat bahwa dari tingginya permintaan pada masyarakat nelayan yang tidak menjangkau tarif ada 37 responden (74,0 %) dan memiliki permintaan rendah ada 13 responden (26,0 %), ini dikarenakan masyarakat nelayan kesulitan memanfaatkan pelayanan kesehatan akibat tingginya tarif pelayanan sehingga permintaan pelayanan kesehatan rendah dan mereka memilih mencari tempat berobat lain seperti dukun atau tidak berobat sama sekali. Sedangkan yang menjangkau tarif pelayanan kesehatan dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi ada 26 responden (74,3 %) dan dengan permintaan pelayanan kesehatan rendah ada 9 responden (25,7 %). Rendahnya permintaan pelayanan kesehatan pada masyarakat nelayan penyelam yang menjangkau biaya pengobatan karena mereka lebih memilih pengobatan yang lebih lengkap baik tenaga maupun saranan kesehatannya.



KESIMPULAN DAN SARAN


        1. Kesimpulan

  1. Permintaan pelayanan kesehatan oleh masyarakat nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar ditinjau dari tingkat pendapatan berada pada kategori kurang, dari 64 responden yang memiliki pendapatan kurang dengan permintaan pelayanan rendah 14 responden (21,9 %)

  2. Permintaan pelayanan kesehatan oleh masyarakat nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar ditinjau dari ketersediaan tenaga berada pada kategori kurang, dari 22 responden yang mengatakan tenaga kesehatan kurang tersedia dengan permintaan pelayanan kesehatan rendah sebanyak 6 responden (27,3 %)

  3. Permintaan pelayanan kesehatan oleh masyarakat nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar ditinjau dari tingkat pengetahuan nelayan penyelam berada pada kategori pengetahuan kurang, dari 17 responden dengan tingkat pengetahuan kurang terhadap permintaan pelayanan kesehatan rendah sebanyak 6 responden (35,3 %)

  4. Permintaan pelayanan kesehatan oleh masyarakat nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar ditinjau dari tarif pelayanan kesehatan berada pada kategori tidak terjangkau, dari 50 responden yang tidak dapat menjangkau pelayanan kesehatan terhadap permintaan pelayanan kesehatan rendah sebanyak 13 responden (26,0%)


        1. Saran

    1. Perlunya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dapat dijangkau oleh kemampuan ekonomi masyarakat misalnya dengan menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi nelayan penyelam secara gratis.

    2. Kepada Dinas Kesehatan Kota Makassar dalam penempatan tenaga kesehatan lebih mengutamakan daerah kepulauan serta diharapkan adanya bimbingan dan supervisi secara rutin dan teratur guna memperbaiki kekurangan petugas yang ada

    3. Perlunya peningkatan upah/honor/gaji bagi tenaga kesehatan yang mengelenggarakan pelayanan kesehatan penyelam khususnya yang bekerja pada daerah yang lebih terpencil seperti daerah kepulauan.

    4. Masyarakat nelayan penyelam diberikan penyuluhan secara berkala dalam meningkatkan pengetahuan akan kesehatan terutama penyakit akibat menyelam serta cara menghindari serta mengatasinya.


DAFTAR PUSTAKA


Amin. Imran. 2000. Studi Kapasitas Paru Penyelam Tradisional di Pulau Kambuna Kepulauan Sembilan Kabupaten Sinjai Utara. Sinjai.


Azwar. Asrul. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Binarupa Aksara. Edisi Ketiga. Jakarta.


Biro Pusat Statistik Propinsi Sulawesi Selatan. 2004. Sulawesi Selatan Dalam Angka 2003. Makassar.


Dharma. 1994. Trend Pengelolaan Pelayanan Penunjang. Cermin Dunia Kodekteran. Edisi Khusus No. 91. Jakarta.


Departemen Kesehatan RI. 1991. Puskesmas dan kegiatan Pokoknya Bagi Perkarya Kesehatan Puskesmas. Jakarta.


Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan. 2004. Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan Tahun 2003. Makassar.


Gani. Ascobat. 1989. Ekonomi Kesehatan. Makalah di Sampaikan Pada Lokakarya Ekonomi Kesehatan. Cimaman. 11 Oktober 1989.


Ilyas. Asrul. 2002. Permintaan (Demand) Masyarakat Terhadap Pelayanan Kesehatan Puskesmas Taretta Di Kecamatan Amali Kabupaten Bone. Skripsi STIK TM. Makassar


Isharsuntoro. 1995. Bahan Kursus Selam SCUBA. Yayasan Primus. Surabaya.


Mils. Anne dan Gilson. Terjemahan Budi Susetya dkk. 1990. Ekonomi Kesehatan Untuk Negara-negara Sedang Berkembang. Cetakan Pertama. Dian Rakyat. Jakarta.


MSDC. 2003. Pendidikan dan Pelatihan Selam. Universitas Hasanuddin. Makassar.


. 2003. Aspek Medis Penyelaman. Universitas Hasanuddin. Makassar.


Notoadmotjo, Soekidjo. 1993. Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan Pertama. Rineka Cipta. Jakarta.


Notoadmotjo. Soekidjo. 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta. Jakarta


Ngatimin. H. M. Rusli. 1987. Upaya Menciptakan Masyarakat Sehat di Pedesaan. Desertasi Fakultas Pascasarjana UNHAS. Ujung Pandang.


Perhimpunan Kesehatan Hiperbarik Indonesia. PKHI. 2002. Pengantar Ilmu Kesehatan Penyelam. Surabaya.


R. Jayukusli. 1997. Studi Keluhan Pada Penyelam di Pulau Barrang Lompo Kecamatan Ujung tanah. Makassar.


R. Hapsara. Habib. R. 2004. Pembangunan Kesehatan di Indonesia, Prinsip Dasar. Kebijakan, Perencanaan dan Kajian Masa Depannya. Universitas Gadjah Mada Press. Jogjakarta.


Razak. Amran. 2000. Permintaan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Pesisir. Kalam Media Pustaka. Makassar.


Puskesmas Pattingaloang. 2004. Profil Puskesmas Pattingaloang Tahun 2003.


Trisnantoro. 1995. Analisis Demand. Makalah Ekonomi Manajerial Rumah Sakit Program Pengembangan Eksekutif Manajemen Rumah Sakit. Universitas Gadjah Mada 2-10. Yogyakarta.



Dokument lengkap dapat menghubungi


Rhano


Email : joeh_com@yahoo.com


Phone : 085242854524

Skripsi


STUDI PERMINTAAN PELAYANAN KESEHATAN PADA NELAYAN PENYELAM DI PULAU BARRANG LOMPO

KOTA MAKASSAR TAHUN 2005


Maryam. SKM


Abstrak

Dalam pembangunan kesehatan setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya tanpa memandang suku, golongan, agama, dan status sosial ekonomi termasuk kaum nelayan. Setiap kecamatan di Indonesia telah memiliki paling sedikit satu buah Puskesmas dengan lebih dari 40 % desa telah dilayani oleh sarana pelayanan kesehatan pemerintah. Pada akhir tahun 2001 tersedia 7.477 Puskesmas, 21.587 Puskesmas Pembantu dan 6.392 Puskesmas Keliling. Sedangkan untuk data kunjungan Puskesmas Pattingaloang tahun 2004 kunjungan rawat jalan sebanyak 22.837 dengan rata-rata kunjungan perhari 74 kunjungan, dimana masing-masing untuk kunjungan puskesmas sebanyak 43 perhari sedangkan untuk kunjungan puskesmas pembantu sebanyak 31 kunjungan Jika dibandingkan dengan data nasional dan Propinsi Sulawesi Selatan, pemanfaatan rawat jalan di Puskesmas Pattingaloang masih rendah. Dari data tersebut ternyata puskesmas belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat, maka untuk mengoptimalkan suatu sarana kesehatan didasarkan atas permintaan (demand) masyarakat dan bukan berdasarkan suplay dari pemerintah agar tidak terjadi under utilization.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang permintaan pelayanan kesehatan berdasarkan pendapatan, ketersediaan tenaga kesehatan, pengetahuan dan tarif pelayanan pada masyarakat nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar tahun 2005

Jenis penelitian merupakan penelitian survei dengan pendekatan deskriptif, jumlah responden 85 yang diperolah dari rumus besar sampel dan sampel ditarik secara proporsive sampling.

Hasil penelitian ini didapatkan informasi bahwa permintaan (demand) masyarakat terhadap pelayanan kesehatan adalah rendah dimana responden dengan tingkat pendapatan kurang 20,0 %. dilihat dari ketersediaan tenaga berada pada kategori kurang 25,9 %, dilihat dari tingkat pengetahuan responden kurang 20,0 % dan berdasarkan tarif tidak terjangkau 58,8 %.

Berdasarkan hasil penelitian disarankan agar penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang dapat dijangkau kemampuan ekonomi masyarakat dengan menyelenggarakan pelayanan gratis, penempatan tenaga kesehatan lebih diutamakan pada daerah kepulauan disertai dengan peningkatan upah/honor/gaji bagi tenaga kesehatan, dan perlu pemberian penyuluhan yang dilakukan secara berkala dalam rangka peningkatan pengetahuan nelayan penyelam tentang kesehatan penyelaman..


Daftar Pustaka : 23 (1987 – 2004)


PENDAHULUAN


  1. Latar Belakang

Nelayan acapkali diasosiasikan dengan kemiskinan dan karenanya budaya nelayan atau kebiasaan masyarakat pesisir diidentikkan dengan kemiskinan atau budaya orang miskin, jaringan aktivitasnya sangat terbatas pada penangkapan ikan dan sumber daya laut. Sementara jaringan sosialnya sangat terbatas pada network ponggawa-sawi (Razak, 2000).

Kemiskinan rumah tangga mencerminkan ketidak mampuan rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan hidup, terutama kebutuhan dasar serta kebutuhan dalam meningkatkan kualitas hidup yaitu kesehatan.

Upaya pembangunan kesehatan setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya tanpa memandang suku, golongan, agama dan status sosial ekonomi termasuk kaum nelayan.

Oleh karena itu, maka pembangunan kesehatan yang diselenggarakan dalam dekade ini telah berhasil menyediakan sarana kesehatan di seluruh pelosok tanah air. Menurut R. Hapsara (2004), Setiap kecamatan di Indonesia telah memiliki paling sedikit satu buah Puskesmas dengan lebih dari 40 % desa telah dilayanani oleh sarana pelayanan kesehatan pemerintah. Pada akhir tahun 2001 tersedia 7.477 Puskesmas, 21.587 puskesmas pembantu dan 6.392 Pusksmas Keliling. Di Sulawesi Selatan saat ini telah tersedia kurang lebih 300 Puskesmas baik itu puskesmas rawat jalan maupun puskesmas rawat inap (Dinas Kesehatan Propinsi Sul-Sel, 2004).

Berdasarkan statistik kesejahteraan rakyat tahun 2003 rata-rata 35.5 % masyarakat desa dan kota yang memanfaatkan sarana dan fasilitas Puskesmas

Indikator kesejahteraan rakyat membuktikan bahwa 38,6 % dari masyarakat yang sakit berobat di Puskesmas, 3,5 % di Klinik KIA/Balai Pengobatan dan 3,1 % berobat di tempat lain (BPS, 2003).

Di Sulawesi Selatan kunjungan di Balai pengobatan rata-rata 43 Kunjungan perhari lebih rendah di banding rata-rata Nasional sedangkan frekwensi kunjungan rata-rata 2,45 kali. Di Kota Makassar jumlah kunjungan rawat jalan puskesmas sebanyak 457.231 kunjungan dengan rata-rata kunjungan rawat jalan perhari sebesar 755 kunjungan (Dinas Kesehatan Propinsi Sul Sel 2003).

Selanjutnya berdasarkan data kunjungan Puskesmas Pattingalloang tahun 2003 didapatkan jumlah kunjungan rawat jalan sebanyak 22.500 dengan rata-rata kunjungan perhari 61 kunjungan (termasuk kunjungan Puskesmas Pembantu). Sedangkan untuk data kunjungan Puskesmas Pattingalloang tahun 2004 kunjungan rawat jalan sebanyak 22.837 dengan rata-rata kunjungan perhari 74 kunjungan, dimana masing-masing untuk kunjungan puskesmas sebanyak 43 perhari sedangkan untuk kunjungan puskesmas pembantu sebanyak 31 kunjungan. Jika dibandingkan dengan data nasional dan propinsi Sulawesi Selatan, pemanfaatan rawat jalan di Puskesmas Patingalloang masih rendah (Puskesmas Pattingaloang, 2004).

Kelumpuhan pada penyelam diakibatkan oleh penyelam sering tidak mempunyai rencana yang matang pada saat melakukan panyelaman. Selain alat yang digunakan tidak memenuhi standar kesehatan, para penyelam kadang tidak melakukan pemeriksaan kesehatan akan dan setelah melakukan penyelaman padahal seharusnya mereka memanfaatkan puskesmas atau puskesmas pembantu untuk melakukan pemeriksaan awal dan berkala sehingga mereka terhindar dari resiko penyakit akibat menyelam (Amin, 2000).

Di wilayah kerja Puskesmas Pattingaloang, sampai akhir tahun 2004, dari 231 nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo, tercatat 50 kasus penyakit akibat menyelam 22 orang diantaranya mengalami kelumpuhan dan 10 orang meninggal setelah mengalami kelumpuhan serta banyak lagi yang belum tercatat (Puskesmas Pattingaloang, 2004).

Di samping kerja puskesmas, sangat membantu pula dengan adanya Puskesmas Pembantu di Pulau Barrang Lompo, dimana memiliki peran untuk meningkatkan pelayanan kesehatan pada masyarakat, nelayan termasuk nelayan penyelam, memberikan fisioterapai kepada nelayan penyelam yang mengalami kelumpuhan, memberikan penyuluhan akan pentingnya pemeriksaan kesehatan sebelum dan sesudah menyelam serta memberikan pengobatan (Puskesmas Pattingaloang, 2004).

Berdasarkan asumsi di atas penulis tertarik untuk meneliti tentang studi permintaan pelayanan kesehatan pada nelayan penyelam di pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005.


  1. Batasan Masalah

Banyak faktor yang mempengaruhi permintaan pelayanan kesehatan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo namun penelitian ini, peneliti hanya membatasi pada faktor pendapatan, ketersediaan tenaga kesehatan, pengetahuan dan tarif demi efektivitas penelitian ini.


C. Rumusan Masalah

Bagaimana faktor pendapatan, ketersediaan tenaga kesehatan, pengetahuan dan tarif dapat mempengaruhi permintaan pelayanan kesehatan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005.


D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor yang dapat mempengaruhi permintaan pelayanan kesehatan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005.

2. Tujuan Khusus

  1. Untuk mengetahui permintaan pelayanan kesehatan di tinjau dari tingkat pendapatan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005.

  2. Untuk mengetahui permintan pelayanan kesehatan di tinjau dari ketersediaan tenaga kesehatan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005

  3. Untuk mengetahui permintaan pelayanan kesehatan di tinjau dari tingkat pengetahuan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005

  4. Untuk mengetahui permintaan pelayanan kesehatan di tinjau dari tingkat tarif pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005


E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat institusional

2. Manfaat ilmiah

3. Manfaat praktis


TINJAUAN PUSTAKA


  1. Tinjaun Umum Tentang Pelayanan Kesehatan

  2. Tinjauan Umum Tentang Permintaan

  3. Tinjauan Umum Tentang Puskesmas

  4. Tinjauan Umum Tentang Nelayan Penyelam

  5. Tinjauan Umum Variabel Yang Diteliti

  1. Pendapatan

  2. Ketersediaan tenaga kesehatan

  3. Pengetahuan

  4. Tarif



KERANGKA KONSEP


  1. Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti
  2. Kerangka Konsep

  3. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

  1. Permintaan

  2. Pendapatan

  3. Ketersediaan tenaga kesehatan

  4. Pengetahuan

  5. Tarif


METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah survei deskriptif dengan pendekatan observasional,.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Pulau Barrang Lompo pada wilayah kerja Puskesmas Pattingaloang. Kec. Ujung Tanah Kota Makassar

C. Populasi dan sampel

  1. Populasi adalah semua nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo sebanyak 231 orang

  2. Sampel

    1. Besar sampel adalah nelayan penyelam yang terjaring sebagai sampel dengan rumus penentuan besar sampel.

Sehingga, besarnya sampel dalam penelitian ini adalah 85 responden.

    1. Penarikan sampel

Penarikan sampel dengan teknik Purpossive Sampling dengan kriteria sebagai berikut :

1) Responden merupakan nelayan penyelam yang berdomisili di Pulau Barrang Lompo

2) Sudah melakukan penyelaman atau bekerja sebagai penyelam selama 3 – 4 tahun

3) Responden dijumpai pada saat penelitian

4) Responden bersedia diwawancarai dengan menggunakan kuesioner.

D. Pengumpulan Data

  1. Data primer.

  2. Data sekunder

E. Pengolahan dan Penyajian Data

  1. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan sistem komputerisasi dengan menggunakan program SPSS Versi 12.0.

2. Penyajian Data

Penyajian data dilakukan dalam bentuk tabel distribusi dan narasi.


HASIL DAN PEMBAHASAN


  1. Permintaan pelayanan kesehatan ditinjau dari pendapatan

Salah satu faktor yang memberikan kontribusi terhadap permintaan pelayanan kesehatan adalah pendapatan, dimana dalam penelitian ini sebagian besar pendapatan nelayan penyelam berada dibawah UMP (Upah Minimum Penghasilan) yaitu dibawah Rp. 510.000,-. Adanya kondisi tersebut dikarenakan setiap hasil penjualan taripang atau ikan harus dibagi hasil dengan juragan, sawi dan nelayan pencari ikan atau taripang tergantung porsi tangkapan yang didapat.

Pendapatan merupakan pertimbangan dalam memilih pelayanan kesehatan, dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendapatan cukup dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi pada nelayan penyelam pulau Barrang Lompo adalah 13 responden (61,9 %) sedangkan permintaan rendah ada 8 responden (38,1 %), dari hasil ini menunjukkan bahwa dengan pendapatan cukup masyarakat nelayan penyelam kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada karena mereka lebih memilih dokter peraktek atau berobat ke Kota Makassar dari pada menggunakan pelayanan kesehatan yang ada karena kadang mereka menerima pelayanan yang kesehatan yang tidak lengkap dan prima akibat keterbatasan sarana dan tenaga yang ada pada Puskesmas Pembantu.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan tingkat pendapatan rendah dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi ada 50 responden (78,1 %), sementara yang permintaan pelayanan kesehatan rendah ada 14 responden (21,9 %) dan ini disebabkan kekurang mampuan ekonomi masyarakat nelayan penyelam, dimana pendapatan rata-rata dibawah upah minimum untuk mengakses kebutuhan kesehatannya walaupun permintaan mereka tinggi, sehingga mereka lebih banyak memilih alternatif berobat kedukun.

  1. Permintaan pelayanan kesehatan ditinjau dari ketersediaan tenaga kesehatan

Tenaga kesehatan pada daerah terpencil seperti daerah yang dibatasi dengan laut yaitu Pulau Barrang Lompo sangat sedikit karena kurangnya tenaga yang ingin bertugas ke daerah tersebut dengan berbagai macam alasan. Hal ini sangat mempengaruhi permintaan pelayanan kesehatan masyarakat nelayan penyelam yang ada.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan tenaga cukup terhadap permintaan pelayanan kesehatan tinggi ada 47 responden (74,6 %) dan permintaan kesehatan rendah ada 16 responden (25,4 %), ini dikarenakan oleh banyaknya tenaga kesehatan yang tidak menjalankan fungsinya sebagai pelayanan kesehatan. Sedangkan ketersediaan tenaga kesehatan kurang terdiri dari 22 responden dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi ada 16 (72,7 %) dan permintaan pelayanan kesehatan rendah ada 6 responden (27,3 %), dimana dipengaruhi oleh keinginan yang besar untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan yang memadai serta tenaga kesehatan yang kurang sulit untuk mengkaper kebutuhan kesehatan sehingga mereka lebih banyak memilih berobat pada dukun atau sejenisnya.

Ketersediaan tenaga kesehatan yang memadai dalam sebuah puskesmas, maka masyarakat memiliki minat yang tinggi karena berpikir bahwa dengan sekali kunjungan pada puskesmas, mereka telah mendapatkan semua pelayanan kesehatan termasuk pemeriksaan kesehatan penunjang tanpa berpikir untuk berobat ditempat lain setelah kunjungan tersebut.

  1. Permintaan pelayanan kesehatan ditinjau dari tingkat pengetahuan

Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior) karena jika seseorang tidak mengetahui tentang sebuah objek, maka objek tersebut tidak akan menarik bagi seseorang. Demikian pula dengan permintaan pelayanaan kesehatan khususnya puskesmas apalagi itu adalah puskesmas pembantu. Pada saat masyarakat tidak mengetahui tentang manfaat dari puskesmas maka masyarakat akan memandang sebelah mata pada pelayanan kesehatan yang disediakan, yang artinya masyarakat tidak akan meminta atau memanfaatkan pelayanan yang disediakan karena kurangnya pengetahuan yang dimiliki.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan responden masih kurang tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan dimana dari 68 responden yang memiliki pengetahuan cukup, dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi 52 responden (76,5 %) dan yang permintaan pelayanan rendah 16 responden (23,5 %) pula. Sedangkan responden dengan pengetahuan kurang terdiri dari 49 responden dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi ada 11 responden (64,7 %) dan permintaan rendah ada 6 responden (35,3 %). Ini menggambarkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat nelayan penyelam pulau Barrang Lompo sangat berpengaruh akan permintaan pelayanan kesehatan dan pengetahuan sangat memberi andil dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan.

  1. Permintaan pelayanan kesehatan ditinjau dari aspek tarif pelayanan kesehatan

Berdasarkan keseluruhan responden yang menggunakan pelayanan kesehatan sebagian besar mengatakan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang terjangkau 35 responden dan yang mengatakan tidak terjangkau atau mahal ada 50 responden ini berarti bahwa tarif pelayanan kesehatan pada masyarakat penyelam dipulau Barrang Lompo pada puskesmas pembantu adalah mahal atau sulit dijangkau oleh masyarakat nelayan penyelam.

Hasil penelitian juga dapat dilihat bahwa dari tingginya permintaan pada masyarakat nelayan yang tidak menjangkau tarif ada 37 responden (74,0 %) dan memiliki permintaan rendah ada 13 responden (26,0 %), ini dikarenakan masyarakat nelayan kesulitan memanfaatkan pelayanan kesehatan akibat tingginya tarif pelayanan sehingga permintaan pelayanan kesehatan rendah dan mereka memilih mencari tempat berobat lain seperti dukun atau tidak berobat sama sekali. Sedangkan yang menjangkau tarif pelayanan kesehatan dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi ada 26 responden (74,3 %) dan dengan permintaan pelayanan kesehatan rendah ada 9 responden (25,7 %). Rendahnya permintaan pelayanan kesehatan pada masyarakat nelayan penyelam yang menjangkau biaya pengobatan karena mereka lebih memilih pengobatan yang lebih lengkap baik tenaga maupun saranan kesehatannya.



KESIMPULAN DAN SARAN


        1. Kesimpulan

  1. Permintaan pelayanan kesehatan oleh masyarakat nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar ditinjau dari tingkat pendapatan berada pada kategori kurang, dari 64 responden yang memiliki pendapatan kurang dengan permintaan pelayanan rendah 14 responden (21,9 %)

  2. Permintaan pelayanan kesehatan oleh masyarakat nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar ditinjau dari ketersediaan tenaga berada pada kategori kurang, dari 22 responden yang mengatakan tenaga kesehatan kurang tersedia dengan permintaan pelayanan kesehatan rendah sebanyak 6 responden (27,3 %)

  3. Permintaan pelayanan kesehatan oleh masyarakat nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar ditinjau dari tingkat pengetahuan nelayan penyelam berada pada kategori pengetahuan kurang, dari 17 responden dengan tingkat pengetahuan kurang terhadap permintaan pelayanan kesehatan rendah sebanyak 6 responden (35,3 %)

  4. Permintaan pelayanan kesehatan oleh masyarakat nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar ditinjau dari tarif pelayanan kesehatan berada pada kategori tidak terjangkau, dari 50 responden yang tidak dapat menjangkau pelayanan kesehatan terhadap permintaan pelayanan kesehatan rendah sebanyak 13 responden (26,0%)


        1. Saran

    1. Perlunya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dapat dijangkau oleh kemampuan ekonomi masyarakat misalnya dengan menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi nelayan penyelam secara gratis.

    2. Kepada Dinas Kesehatan Kota Makassar dalam penempatan tenaga kesehatan lebih mengutamakan daerah kepulauan serta diharapkan adanya bimbingan dan supervisi secara rutin dan teratur guna memperbaiki kekurangan petugas yang ada

    3. Perlunya peningkatan upah/honor/gaji bagi tenaga kesehatan yang mengelenggarakan pelayanan kesehatan penyelam khususnya yang bekerja pada daerah yang lebih terpencil seperti daerah kepulauan.

    4. Masyarakat nelayan penyelam diberikan penyuluhan secara berkala dalam meningkatkan pengetahuan akan kesehatan terutama penyakit akibat menyelam serta cara menghindari serta mengatasinya.


DAFTAR PUSTAKA


Amin. Imran. 2000. Studi Kapasitas Paru Penyelam Tradisional di Pulau Kambuna Kepulauan Sembilan Kabupaten Sinjai Utara. Sinjai.


Azwar. Asrul. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Binarupa Aksara. Edisi Ketiga. Jakarta.


Biro Pusat Statistik Propinsi Sulawesi Selatan. 2004. Sulawesi Selatan Dalam Angka 2003. Makassar.


Dharma. 1994. Trend Pengelolaan Pelayanan Penunjang. Cermin Dunia Kodekteran. Edisi Khusus No. 91. Jakarta.


Departemen Kesehatan RI. 1991. Puskesmas dan kegiatan Pokoknya Bagi Perkarya Kesehatan Puskesmas. Jakarta.


Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan. 2004. Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan Tahun 2003. Makassar.


Gani. Ascobat. 1989. Ekonomi Kesehatan. Makalah di Sampaikan Pada Lokakarya Ekonomi Kesehatan. Cimaman. 11 Oktober 1989.


Ilyas. Asrul. 2002. Permintaan (Demand) Masyarakat Terhadap Pelayanan Kesehatan Puskesmas Taretta Di Kecamatan Amali Kabupaten Bone. Skripsi STIK TM. Makassar


Isharsuntoro. 1995. Bahan Kursus Selam SCUBA. Yayasan Primus. Surabaya.


Mils. Anne dan Gilson. Terjemahan Budi Susetya dkk. 1990. Ekonomi Kesehatan Untuk Negara-negara Sedang Berkembang. Cetakan Pertama. Dian Rakyat. Jakarta.


MSDC. 2003. Pendidikan dan Pelatihan Selam. Universitas Hasanuddin. Makassar.


. 2003. Aspek Medis Penyelaman. Universitas Hasanuddin. Makassar.


Notoadmotjo, Soekidjo. 1993. Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan Pertama. Rineka Cipta. Jakarta.


Notoadmotjo. Soekidjo. 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta. Jakarta


Ngatimin. H. M. Rusli. 1987. Upaya Menciptakan Masyarakat Sehat di Pedesaan. Desertasi Fakultas Pascasarjana UNHAS. Ujung Pandang.


Perhimpunan Kesehatan Hiperbarik Indonesia. PKHI. 2002. Pengantar Ilmu Kesehatan Penyelam. Surabaya.


R. Jayukusli. 1997. Studi Keluhan Pada Penyelam di Pulau Barrang Lompo Kecamatan Ujung tanah. Makassar.


R. Hapsara. Habib. R. 2004. Pembangunan Kesehatan di Indonesia, Prinsip Dasar. Kebijakan, Perencanaan dan Kajian Masa Depannya. Universitas Gadjah Mada Press. Jogjakarta.


Razak. Amran. 2000. Permintaan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Pesisir. Kalam Media Pustaka. Makassar.


Puskesmas Pattingaloang. 2004. Profil Puskesmas Pattingaloang Tahun 2003.


Trisnantoro. 1995. Analisis Demand. Makalah Ekonomi Manajerial Rumah Sakit Program Pengembangan Eksekutif Manajemen Rumah Sakit. Universitas Gadjah Mada 2-10. Yogyakarta.



Dokument lengkap dapat menghubungi


Rhano


Email : joeh_com@yahoo.com


Phone : 085242854524

Skripsi


STUDI PERMINTAAN PELAYANAN KESEHATAN PADA NELAYAN PENYELAM DI PULAU BARRANG LOMPO

KOTA MAKASSAR TAHUN 2005


Maryam. SKM


Abstrak

Dalam pembangunan kesehatan setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya tanpa memandang suku, golongan, agama, dan status sosial ekonomi termasuk kaum nelayan. Setiap kecamatan di Indonesia telah memiliki paling sedikit satu buah Puskesmas dengan lebih dari 40 % desa telah dilayani oleh sarana pelayanan kesehatan pemerintah. Pada akhir tahun 2001 tersedia 7.477 Puskesmas, 21.587 Puskesmas Pembantu dan 6.392 Puskesmas Keliling. Sedangkan untuk data kunjungan Puskesmas Pattingaloang tahun 2004 kunjungan rawat jalan sebanyak 22.837 dengan rata-rata kunjungan perhari 74 kunjungan, dimana masing-masing untuk kunjungan puskesmas sebanyak 43 perhari sedangkan untuk kunjungan puskesmas pembantu sebanyak 31 kunjungan Jika dibandingkan dengan data nasional dan Propinsi Sulawesi Selatan, pemanfaatan rawat jalan di Puskesmas Pattingaloang masih rendah. Dari data tersebut ternyata puskesmas belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat, maka untuk mengoptimalkan suatu sarana kesehatan didasarkan atas permintaan (demand) masyarakat dan bukan berdasarkan suplay dari pemerintah agar tidak terjadi under utilization.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang permintaan pelayanan kesehatan berdasarkan pendapatan, ketersediaan tenaga kesehatan, pengetahuan dan tarif pelayanan pada masyarakat nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar tahun 2005

Jenis penelitian merupakan penelitian survei dengan pendekatan deskriptif, jumlah responden 85 yang diperolah dari rumus besar sampel dan sampel ditarik secara proporsive sampling.

Hasil penelitian ini didapatkan informasi bahwa permintaan (demand) masyarakat terhadap pelayanan kesehatan adalah rendah dimana responden dengan tingkat pendapatan kurang 20,0 %. dilihat dari ketersediaan tenaga berada pada kategori kurang 25,9 %, dilihat dari tingkat pengetahuan responden kurang 20,0 % dan berdasarkan tarif tidak terjangkau 58,8 %.

Berdasarkan hasil penelitian disarankan agar penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang dapat dijangkau kemampuan ekonomi masyarakat dengan menyelenggarakan pelayanan gratis, penempatan tenaga kesehatan lebih diutamakan pada daerah kepulauan disertai dengan peningkatan upah/honor/gaji bagi tenaga kesehatan, dan perlu pemberian penyuluhan yang dilakukan secara berkala dalam rangka peningkatan pengetahuan nelayan penyelam tentang kesehatan penyelaman..


Daftar Pustaka : 23 (1987 – 2004)


PENDAHULUAN


  1. Latar Belakang

Nelayan acapkali diasosiasikan dengan kemiskinan dan karenanya budaya nelayan atau kebiasaan masyarakat pesisir diidentikkan dengan kemiskinan atau budaya orang miskin, jaringan aktivitasnya sangat terbatas pada penangkapan ikan dan sumber daya laut. Sementara jaringan sosialnya sangat terbatas pada network ponggawa-sawi (Razak, 2000).

Kemiskinan rumah tangga mencerminkan ketidak mampuan rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan hidup, terutama kebutuhan dasar serta kebutuhan dalam meningkatkan kualitas hidup yaitu kesehatan.

Upaya pembangunan kesehatan setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya tanpa memandang suku, golongan, agama dan status sosial ekonomi termasuk kaum nelayan.

Oleh karena itu, maka pembangunan kesehatan yang diselenggarakan dalam dekade ini telah berhasil menyediakan sarana kesehatan di seluruh pelosok tanah air. Menurut R. Hapsara (2004), Setiap kecamatan di Indonesia telah memiliki paling sedikit satu buah Puskesmas dengan lebih dari 40 % desa telah dilayanani oleh sarana pelayanan kesehatan pemerintah. Pada akhir tahun 2001 tersedia 7.477 Puskesmas, 21.587 puskesmas pembantu dan 6.392 Pusksmas Keliling. Di Sulawesi Selatan saat ini telah tersedia kurang lebih 300 Puskesmas baik itu puskesmas rawat jalan maupun puskesmas rawat inap (Dinas Kesehatan Propinsi Sul-Sel, 2004).

Berdasarkan statistik kesejahteraan rakyat tahun 2003 rata-rata 35.5 % masyarakat desa dan kota yang memanfaatkan sarana dan fasilitas Puskesmas

Indikator kesejahteraan rakyat membuktikan bahwa 38,6 % dari masyarakat yang sakit berobat di Puskesmas, 3,5 % di Klinik KIA/Balai Pengobatan dan 3,1 % berobat di tempat lain (BPS, 2003).

Di Sulawesi Selatan kunjungan di Balai pengobatan rata-rata 43 Kunjungan perhari lebih rendah di banding rata-rata Nasional sedangkan frekwensi kunjungan rata-rata 2,45 kali. Di Kota Makassar jumlah kunjungan rawat jalan puskesmas sebanyak 457.231 kunjungan dengan rata-rata kunjungan rawat jalan perhari sebesar 755 kunjungan (Dinas Kesehatan Propinsi Sul Sel 2003).

Selanjutnya berdasarkan data kunjungan Puskesmas Pattingalloang tahun 2003 didapatkan jumlah kunjungan rawat jalan sebanyak 22.500 dengan rata-rata kunjungan perhari 61 kunjungan (termasuk kunjungan Puskesmas Pembantu). Sedangkan untuk data kunjungan Puskesmas Pattingalloang tahun 2004 kunjungan rawat jalan sebanyak 22.837 dengan rata-rata kunjungan perhari 74 kunjungan, dimana masing-masing untuk kunjungan puskesmas sebanyak 43 perhari sedangkan untuk kunjungan puskesmas pembantu sebanyak 31 kunjungan. Jika dibandingkan dengan data nasional dan propinsi Sulawesi Selatan, pemanfaatan rawat jalan di Puskesmas Patingalloang masih rendah (Puskesmas Pattingaloang, 2004).

Kelumpuhan pada penyelam diakibatkan oleh penyelam sering tidak mempunyai rencana yang matang pada saat melakukan panyelaman. Selain alat yang digunakan tidak memenuhi standar kesehatan, para penyelam kadang tidak melakukan pemeriksaan kesehatan akan dan setelah melakukan penyelaman padahal seharusnya mereka memanfaatkan puskesmas atau puskesmas pembantu untuk melakukan pemeriksaan awal dan berkala sehingga mereka terhindar dari resiko penyakit akibat menyelam (Amin, 2000).

Di wilayah kerja Puskesmas Pattingaloang, sampai akhir tahun 2004, dari 231 nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo, tercatat 50 kasus penyakit akibat menyelam 22 orang diantaranya mengalami kelumpuhan dan 10 orang meninggal setelah mengalami kelumpuhan serta banyak lagi yang belum tercatat (Puskesmas Pattingaloang, 2004).

Di samping kerja puskesmas, sangat membantu pula dengan adanya Puskesmas Pembantu di Pulau Barrang Lompo, dimana memiliki peran untuk meningkatkan pelayanan kesehatan pada masyarakat, nelayan termasuk nelayan penyelam, memberikan fisioterapai kepada nelayan penyelam yang mengalami kelumpuhan, memberikan penyuluhan akan pentingnya pemeriksaan kesehatan sebelum dan sesudah menyelam serta memberikan pengobatan (Puskesmas Pattingaloang, 2004).

Berdasarkan asumsi di atas penulis tertarik untuk meneliti tentang studi permintaan pelayanan kesehatan pada nelayan penyelam di pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005.


  1. Batasan Masalah

Banyak faktor yang mempengaruhi permintaan pelayanan kesehatan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo namun penelitian ini, peneliti hanya membatasi pada faktor pendapatan, ketersediaan tenaga kesehatan, pengetahuan dan tarif demi efektivitas penelitian ini.


C. Rumusan Masalah

Bagaimana faktor pendapatan, ketersediaan tenaga kesehatan, pengetahuan dan tarif dapat mempengaruhi permintaan pelayanan kesehatan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005.


D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor yang dapat mempengaruhi permintaan pelayanan kesehatan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005.

2. Tujuan Khusus

  1. Untuk mengetahui permintaan pelayanan kesehatan di tinjau dari tingkat pendapatan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005.

  2. Untuk mengetahui permintan pelayanan kesehatan di tinjau dari ketersediaan tenaga kesehatan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005

  3. Untuk mengetahui permintaan pelayanan kesehatan di tinjau dari tingkat pengetahuan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005

  4. Untuk mengetahui permintaan pelayanan kesehatan di tinjau dari tingkat tarif pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005


E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat institusional

2. Manfaat ilmiah

3. Manfaat praktis


TINJAUAN PUSTAKA


  1. Tinjaun Umum Tentang Pelayanan Kesehatan

  2. Tinjauan Umum Tentang Permintaan

  3. Tinjauan Umum Tentang Puskesmas

  4. Tinjauan Umum Tentang Nelayan Penyelam

  5. Tinjauan Umum Variabel Yang Diteliti

  1. Pendapatan

  2. Ketersediaan tenaga kesehatan

  3. Pengetahuan

  4. Tarif



KERANGKA KONSEP


  1. Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti
  2. Kerangka Konsep

  3. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

  1. Permintaan

  2. Pendapatan

  3. Ketersediaan tenaga kesehatan

  4. Pengetahuan

  5. Tarif


METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah survei deskriptif dengan pendekatan observasional,.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Pulau Barrang Lompo pada wilayah kerja Puskesmas Pattingaloang. Kec. Ujung Tanah Kota Makassar

C. Populasi dan sampel

  1. Populasi adalah semua nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo sebanyak 231 orang

  2. Sampel

    1. Besar sampel adalah nelayan penyelam yang terjaring sebagai sampel dengan rumus penentuan besar sampel.

Sehingga, besarnya sampel dalam penelitian ini adalah 85 responden.

    1. Penarikan sampel

Penarikan sampel dengan teknik Purpossive Sampling dengan kriteria sebagai berikut :

1) Responden merupakan nelayan penyelam yang berdomisili di Pulau Barrang Lompo

2) Sudah melakukan penyelaman atau bekerja sebagai penyelam selama 3 – 4 tahun

3) Responden dijumpai pada saat penelitian

4) Responden bersedia diwawancarai dengan menggunakan kuesioner.

D. Pengumpulan Data

  1. Data primer.

  2. Data sekunder

E. Pengolahan dan Penyajian Data

  1. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan sistem komputerisasi dengan menggunakan program SPSS Versi 12.0.

2. Penyajian Data

Penyajian data dilakukan dalam bentuk tabel distribusi dan narasi.


HASIL DAN PEMBAHASAN


  1. Permintaan pelayanan kesehatan ditinjau dari pendapatan

Salah satu faktor yang memberikan kontribusi terhadap permintaan pelayanan kesehatan adalah pendapatan, dimana dalam penelitian ini sebagian besar pendapatan nelayan penyelam berada dibawah UMP (Upah Minimum Penghasilan) yaitu dibawah Rp. 510.000,-. Adanya kondisi tersebut dikarenakan setiap hasil penjualan taripang atau ikan harus dibagi hasil dengan juragan, sawi dan nelayan pencari ikan atau taripang tergantung porsi tangkapan yang didapat.

Pendapatan merupakan pertimbangan dalam memilih pelayanan kesehatan, dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendapatan cukup dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi pada nelayan penyelam pulau Barrang Lompo adalah 13 responden (61,9 %) sedangkan permintaan rendah ada 8 responden (38,1 %), dari hasil ini menunjukkan bahwa dengan pendapatan cukup masyarakat nelayan penyelam kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada karena mereka lebih memilih dokter peraktek atau berobat ke Kota Makassar dari pada menggunakan pelayanan kesehatan yang ada karena kadang mereka menerima pelayanan yang kesehatan yang tidak lengkap dan prima akibat keterbatasan sarana dan tenaga yang ada pada Puskesmas Pembantu.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan tingkat pendapatan rendah dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi ada 50 responden (78,1 %), sementara yang permintaan pelayanan kesehatan rendah ada 14 responden (21,9 %) dan ini disebabkan kekurang mampuan ekonomi masyarakat nelayan penyelam, dimana pendapatan rata-rata dibawah upah minimum untuk mengakses kebutuhan kesehatannya walaupun permintaan mereka tinggi, sehingga mereka lebih banyak memilih alternatif berobat kedukun.

  1. Permintaan pelayanan kesehatan ditinjau dari ketersediaan tenaga kesehatan

Tenaga kesehatan pada daerah terpencil seperti daerah yang dibatasi dengan laut yaitu Pulau Barrang Lompo sangat sedikit karena kurangnya tenaga yang ingin bertugas ke daerah tersebut dengan berbagai macam alasan. Hal ini sangat mempengaruhi permintaan pelayanan kesehatan masyarakat nelayan penyelam yang ada.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan tenaga cukup terhadap permintaan pelayanan kesehatan tinggi ada 47 responden (74,6 %) dan permintaan kesehatan rendah ada 16 responden (25,4 %), ini dikarenakan oleh banyaknya tenaga kesehatan yang tidak menjalankan fungsinya sebagai pelayanan kesehatan. Sedangkan ketersediaan tenaga kesehatan kurang terdiri dari 22 responden dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi ada 16 (72,7 %) dan permintaan pelayanan kesehatan rendah ada 6 responden (27,3 %), dimana dipengaruhi oleh keinginan yang besar untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan yang memadai serta tenaga kesehatan yang kurang sulit untuk mengkaper kebutuhan kesehatan sehingga mereka lebih banyak memilih berobat pada dukun atau sejenisnya.

Ketersediaan tenaga kesehatan yang memadai dalam sebuah puskesmas, maka masyarakat memiliki minat yang tinggi karena berpikir bahwa dengan sekali kunjungan pada puskesmas, mereka telah mendapatkan semua pelayanan kesehatan termasuk pemeriksaan kesehatan penunjang tanpa berpikir untuk berobat ditempat lain setelah kunjungan tersebut.

  1. Permintaan pelayanan kesehatan ditinjau dari tingkat pengetahuan

Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior) karena jika seseorang tidak mengetahui tentang sebuah objek, maka objek tersebut tidak akan menarik bagi seseorang. Demikian pula dengan permintaan pelayanaan kesehatan khususnya puskesmas apalagi itu adalah puskesmas pembantu. Pada saat masyarakat tidak mengetahui tentang manfaat dari puskesmas maka masyarakat akan memandang sebelah mata pada pelayanan kesehatan yang disediakan, yang artinya masyarakat tidak akan meminta atau memanfaatkan pelayanan yang disediakan karena kurangnya pengetahuan yang dimiliki.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan responden masih kurang tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan dimana dari 68 responden yang memiliki pengetahuan cukup, dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi 52 responden (76,5 %) dan yang permintaan pelayanan rendah 16 responden (23,5 %) pula. Sedangkan responden dengan pengetahuan kurang terdiri dari 49 responden dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi ada 11 responden (64,7 %) dan permintaan rendah ada 6 responden (35,3 %). Ini menggambarkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat nelayan penyelam pulau Barrang Lompo sangat berpengaruh akan permintaan pelayanan kesehatan dan pengetahuan sangat memberi andil dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan.

  1. Permintaan pelayanan kesehatan ditinjau dari aspek tarif pelayanan kesehatan

Berdasarkan keseluruhan responden yang menggunakan pelayanan kesehatan sebagian besar mengatakan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang terjangkau 35 responden dan yang mengatakan tidak terjangkau atau mahal ada 50 responden ini berarti bahwa tarif pelayanan kesehatan pada masyarakat penyelam dipulau Barrang Lompo pada puskesmas pembantu adalah mahal atau sulit dijangkau oleh masyarakat nelayan penyelam.

Hasil penelitian juga dapat dilihat bahwa dari tingginya permintaan pada masyarakat nelayan yang tidak menjangkau tarif ada 37 responden (74,0 %) dan memiliki permintaan rendah ada 13 responden (26,0 %), ini dikarenakan masyarakat nelayan kesulitan memanfaatkan pelayanan kesehatan akibat tingginya tarif pelayanan sehingga permintaan pelayanan kesehatan rendah dan mereka memilih mencari tempat berobat lain seperti dukun atau tidak berobat sama sekali. Sedangkan yang menjangkau tarif pelayanan kesehatan dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi ada 26 responden (74,3 %) dan dengan permintaan pelayanan kesehatan rendah ada 9 responden (25,7 %). Rendahnya permintaan pelayanan kesehatan pada masyarakat nelayan penyelam yang menjangkau biaya pengobatan karena mereka lebih memilih pengobatan yang lebih lengkap baik tenaga maupun saranan kesehatannya.



KESIMPULAN DAN SARAN


        1. Kesimpulan

  1. Permintaan pelayanan kesehatan oleh masyarakat nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar ditinjau dari tingkat pendapatan berada pada kategori kurang, dari 64 responden yang memiliki pendapatan kurang dengan permintaan pelayanan rendah 14 responden (21,9 %)

  2. Permintaan pelayanan kesehatan oleh masyarakat nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar ditinjau dari ketersediaan tenaga berada pada kategori kurang, dari 22 responden yang mengatakan tenaga kesehatan kurang tersedia dengan permintaan pelayanan kesehatan rendah sebanyak 6 responden (27,3 %)

  3. Permintaan pelayanan kesehatan oleh masyarakat nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar ditinjau dari tingkat pengetahuan nelayan penyelam berada pada kategori pengetahuan kurang, dari 17 responden dengan tingkat pengetahuan kurang terhadap permintaan pelayanan kesehatan rendah sebanyak 6 responden (35,3 %)

  4. Permintaan pelayanan kesehatan oleh masyarakat nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar ditinjau dari tarif pelayanan kesehatan berada pada kategori tidak terjangkau, dari 50 responden yang tidak dapat menjangkau pelayanan kesehatan terhadap permintaan pelayanan kesehatan rendah sebanyak 13 responden (26,0%)


        1. Saran

    1. Perlunya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dapat dijangkau oleh kemampuan ekonomi masyarakat misalnya dengan menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi nelayan penyelam secara gratis.

    2. Kepada Dinas Kesehatan Kota Makassar dalam penempatan tenaga kesehatan lebih mengutamakan daerah kepulauan serta diharapkan adanya bimbingan dan supervisi secara rutin dan teratur guna memperbaiki kekurangan petugas yang ada

    3. Perlunya peningkatan upah/honor/gaji bagi tenaga kesehatan yang mengelenggarakan pelayanan kesehatan penyelam khususnya yang bekerja pada daerah yang lebih terpencil seperti daerah kepulauan.

    4. Masyarakat nelayan penyelam diberikan penyuluhan secara berkala dalam meningkatkan pengetahuan akan kesehatan terutama penyakit akibat menyelam serta cara menghindari serta mengatasinya.


DAFTAR PUSTAKA


Amin. Imran. 2000. Studi Kapasitas Paru Penyelam Tradisional di Pulau Kambuna Kepulauan Sembilan Kabupaten Sinjai Utara. Sinjai.


Azwar. Asrul. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Binarupa Aksara. Edisi Ketiga. Jakarta.


Biro Pusat Statistik Propinsi Sulawesi Selatan. 2004. Sulawesi Selatan Dalam Angka 2003. Makassar.


Dharma. 1994. Trend Pengelolaan Pelayanan Penunjang. Cermin Dunia Kodekteran. Edisi Khusus No. 91. Jakarta.


Departemen Kesehatan RI. 1991. Puskesmas dan kegiatan Pokoknya Bagi Perkarya Kesehatan Puskesmas. Jakarta.


Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan. 2004. Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan Tahun 2003. Makassar.


Gani. Ascobat. 1989. Ekonomi Kesehatan. Makalah di Sampaikan Pada Lokakarya Ekonomi Kesehatan. Cimaman. 11 Oktober 1989.


Ilyas. Asrul. 2002. Permintaan (Demand) Masyarakat Terhadap Pelayanan Kesehatan Puskesmas Taretta Di Kecamatan Amali Kabupaten Bone. Skripsi STIK TM. Makassar


Isharsuntoro. 1995. Bahan Kursus Selam SCUBA. Yayasan Primus. Surabaya.


Mils. Anne dan Gilson. Terjemahan Budi Susetya dkk. 1990. Ekonomi Kesehatan Untuk Negara-negara Sedang Berkembang. Cetakan Pertama. Dian Rakyat. Jakarta.


MSDC. 2003. Pendidikan dan Pelatihan Selam. Universitas Hasanuddin. Makassar.


. 2003. Aspek Medis Penyelaman. Universitas Hasanuddin. Makassar.


Notoadmotjo, Soekidjo. 1993. Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan Pertama. Rineka Cipta. Jakarta.


Notoadmotjo. Soekidjo. 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta. Jakarta


Ngatimin. H. M. Rusli. 1987. Upaya Menciptakan Masyarakat Sehat di Pedesaan. Desertasi Fakultas Pascasarjana UNHAS. Ujung Pandang.


Perhimpunan Kesehatan Hiperbarik Indonesia. PKHI. 2002. Pengantar Ilmu Kesehatan Penyelam. Surabaya.


R. Jayukusli. 1997. Studi Keluhan Pada Penyelam di Pulau Barrang Lompo Kecamatan Ujung tanah. Makassar.


R. Hapsara. Habib. R. 2004. Pembangunan Kesehatan di Indonesia, Prinsip Dasar. Kebijakan, Perencanaan dan Kajian Masa Depannya. Universitas Gadjah Mada Press. Jogjakarta.


Razak. Amran. 2000. Permintaan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Pesisir. Kalam Media Pustaka. Makassar.


Puskesmas Pattingaloang. 2004. Profil Puskesmas Pattingaloang Tahun 2003.


Trisnantoro. 1995. Analisis Demand. Makalah Ekonomi Manajerial Rumah Sakit Program Pengembangan Eksekutif Manajemen Rumah Sakit. Universitas Gadjah Mada 2-10. Yogyakarta.



Dokument lengkap dapat menghubungi


Rhano


Email : joeh_com@yahoo.com


Phone : 085242854524

Mangan dn pH Air SGL
Lihat Detail

Mangan dn pH Air SGL

Skripsi


STUDI KUALITAS AIR SUMUR GALI DITINJAU DARI PARAMETER MANGAN DAN DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR DI RW 3 KAMPUNG BUAKKANG MATTA KELURAHAN PACCERAKKANG KECAMATAN BIRINGKANAYA KOTA MAKASSAR

TAHUN 2006



RINGKASAN


Nismawati A. SKM


Studi Kualitas Air Sumur Gali Ditinjau Dari Parameter Mangan dan Derajat Keasaman (pH) Air Di RW 3 Kampung Buakkang Mata Kelurahan Paccerakkang Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar Tahun 2006”

Vii + 66 halaman + 9 tabel + 6 lampiran


Air merupakan zat kehidupan dimana tidak satupun makhluk hidup di planet bumi yang tidak membutuhkan air. Air yang dibutuhkan oleh manusia adalah air bersih baik untuk keperluan hidup sehari-hari, kebutuhan industri, kebersihan dan sanitasi kota, kebutuhan pertanian dan lain sebaginya. Oleh sebab itu, dalam rangka penggunaan air yang memenuhi syarat maka air harus melalui pengontrolan standar baku kemurnian air. Salah satu jenis ukuran kualitas air adalah kandung kimiawi yang pada penelitian ini mencakup konsentrasi mangan (Mn) dan derajat keasaman (pH).

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survey dengan rancangan deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran kadar pH dan mangan (Mg) berdasarkan keadaan konstruksi bangunan sumur gali. Pengumpulan data penelitian dilaksanakan secara observasi (pengamatan) menggunakan lembar observasi terhadap keadaan konstruksi sumur gali dan pemeriksaan laboratorium pada sample air SGL. Data yang dikumpulkan kemudian diolah dengan menggunakan bantuan komputer program Microsoft Excell Profesional 2003 dan Statistical Package of Social Science (SPSS) versi 12.0 yang kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi disertai penjelasan.

Hasil penelitian diperoleh Keadaan konstruksi sumur gali (SGL) yang dimanfaatkan masyarakat di Kelurahan Pacerakkang yang tidak memenuhi syarat sebanyak 11 (61,1%) sedangkan yang memenuhi syarat hanya mencapai 7 buah sumur (38,9%), Kadar mangan (Mn) pada sumur gali (SGL) yang dimanfaatkan masyarakat di Kelurahan Pacerakkang yang memenuhi syarat sebanyak 12 (66,7%) dengan kadar Mn yang diperoleh berdasarkan pemeriksaan laboratorium <> 0,5 mg/liter, Derajat keasaman (pH) pada sumur gali (SGL) yang dimanfaatkan masyarakat di Kelurahan Pacerakkang pada kategori tidak memenuhi syarat sebanyak 11 (61,1%) dengan kadar pH <>

Saran yang diajukan pada penelitian mencakup : pemenuhan kebutuhan masyarakat akan air bersih maka perlunya dilaksanakan pengadaan sumber air bersih lain yang lebih memenuhi syarat kualitas dan kuantitas seperti dengan membuka jaringan air ledeng khususnya masyarakat di Kelurahan Pacerakkang dan pemurnian air terutama air yang bersumber dari sumur gali harus dilaksanakan melalui proses filtrasi, nitrasi dan sebagainya sehingga dapat menghasilkan air yang lebih berkualitas dan tidak memberi dampak kesehatan kepada masyarakat pengguna air SGL.


Daftar Pustaka : 21 (1991 – 2004)


DAFTAR TABEL


No.

Judul

Halaman

5.1

Keadaan Konstruksi Sumur Gali berdasarkan Jarak, Konstruksi Lantai, Bibir, dan Dinding Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006



50

5.2

Distribusi Sumur Gali (SGL) berdasarkan Konstruksi Lantai Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006


51

5.3

Distribusi Sumur Gali (SGL) berdasarkan Konstruksi Bibir Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006


51

5.4

Distribusi Sumur Gali (SGL) berdasarkan Konstruksi Dinding Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006


52

5.5

Distribusi Sumur Gali (SGL) berdasarkan Jarak Dari Sumber Pencemaran Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006


52

5.6

Distribusi Sumur Gali (SGL) berdasarkan Keadaan Konstruksi Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006


53

5.7

Hasil Pengukuran Kadar Mangan (Mn) dan Derajat Keasaman (pH) Air Sumur Gali Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006


54

5.8

Distribusi Sumur Gali (SGL) berdasarkan Konsentrasi Mangan (Mn) Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006


55

5.9

Distribusi Sumur Gali (SGL) Berdasarkan Derajat Keasaman (pH) Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006


55


DAFTAR LAMPIRAN


  1. Master Tabel

  2. Lay Out SPSS Olah Data Master Tabel

  3. Surat Pengantar Izin Penelitian dari FKM UMI Makassar

  4. Surat Rekomendasi Izin Penelitian dari Gubernur Propinsi Sulawesi Selatan Cq. Balitbangda

  5. Surat Rekomendasi Izin Penelitian dari Walikota Makassar

  6. Surat Rekomendasi Izin Penelitian dari Camat Biringkanaya

  7. Surat Keterangan Telah Penelitian dari Lurah Paccerakkang Kecamatan Biringkanaya Makassar


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR PERSETUJUAN ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL vii

ABSTRAK viii

BAB I PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang 1

  2. Rumusan Masalah 7

  3. Tujuan Penelitian 7

  4. Manfaat Penelitian 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

  1. Air 9

  2. Kualitas Air 15

  3. Sumur Gali 30

  4. Parameter Mangan (Mn) dalam Air 35

  5. Derajat Keasaman (pH) Air 37

BAB III KERANGKA KONSEP

  1. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian 39

  2. Skema Pola Pikir Variabel Penelitian 43

  3. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif 44

BAB IV METODE PENELITIAN

  1. Jenis Penelitian 46

  2. Lokasi Penelitian 46

  3. Populasi dan Sampel 46

  4. Pengolahan dan Penyajian Data 47

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

  1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 48

  2. Hasil Penelitian 49

  3. Pembahasan 56

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

  1. Kesimpulan 65

  2. Saran 66

DAFTAR PUSTAKA

LEMBAR OBSERVASI


Dokument lengkap dapat menghubungi


Rhano


Email : joeh_com@yahoo.com


Phone : 085242854524


Skripsi


STUDI KUALITAS AIR SUMUR GALI DITINJAU DARI PARAMETER MANGAN DAN DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR DI RW 3 KAMPUNG BUAKKANG MATTA KELURAHAN PACCERAKKANG KECAMATAN BIRINGKANAYA KOTA MAKASSAR

TAHUN 2006



RINGKASAN


Nismawati A. SKM


Studi Kualitas Air Sumur Gali Ditinjau Dari Parameter Mangan dan Derajat Keasaman (pH) Air Di RW 3 Kampung Buakkang Mata Kelurahan Paccerakkang Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar Tahun 2006”

Vii + 66 halaman + 9 tabel + 6 lampiran


Air merupakan zat kehidupan dimana tidak satupun makhluk hidup di planet bumi yang tidak membutuhkan air. Air yang dibutuhkan oleh manusia adalah air bersih baik untuk keperluan hidup sehari-hari, kebutuhan industri, kebersihan dan sanitasi kota, kebutuhan pertanian dan lain sebaginya. Oleh sebab itu, dalam rangka penggunaan air yang memenuhi syarat maka air harus melalui pengontrolan standar baku kemurnian air. Salah satu jenis ukuran kualitas air adalah kandung kimiawi yang pada penelitian ini mencakup konsentrasi mangan (Mn) dan derajat keasaman (pH).

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survey dengan rancangan deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran kadar pH dan mangan (Mg) berdasarkan keadaan konstruksi bangunan sumur gali. Pengumpulan data penelitian dilaksanakan secara observasi (pengamatan) menggunakan lembar observasi terhadap keadaan konstruksi sumur gali dan pemeriksaan laboratorium pada sample air SGL. Data yang dikumpulkan kemudian diolah dengan menggunakan bantuan komputer program Microsoft Excell Profesional 2003 dan Statistical Package of Social Science (SPSS) versi 12.0 yang kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi disertai penjelasan.

Hasil penelitian diperoleh Keadaan konstruksi sumur gali (SGL) yang dimanfaatkan masyarakat di Kelurahan Pacerakkang yang tidak memenuhi syarat sebanyak 11 (61,1%) sedangkan yang memenuhi syarat hanya mencapai 7 buah sumur (38,9%), Kadar mangan (Mn) pada sumur gali (SGL) yang dimanfaatkan masyarakat di Kelurahan Pacerakkang yang memenuhi syarat sebanyak 12 (66,7%) dengan kadar Mn yang diperoleh berdasarkan pemeriksaan laboratorium <> 0,5 mg/liter, Derajat keasaman (pH) pada sumur gali (SGL) yang dimanfaatkan masyarakat di Kelurahan Pacerakkang pada kategori tidak memenuhi syarat sebanyak 11 (61,1%) dengan kadar pH <>

Saran yang diajukan pada penelitian mencakup : pemenuhan kebutuhan masyarakat akan air bersih maka perlunya dilaksanakan pengadaan sumber air bersih lain yang lebih memenuhi syarat kualitas dan kuantitas seperti dengan membuka jaringan air ledeng khususnya masyarakat di Kelurahan Pacerakkang dan pemurnian air terutama air yang bersumber dari sumur gali harus dilaksanakan melalui proses filtrasi, nitrasi dan sebagainya sehingga dapat menghasilkan air yang lebih berkualitas dan tidak memberi dampak kesehatan kepada masyarakat pengguna air SGL.


Daftar Pustaka : 21 (1991 – 2004)


DAFTAR TABEL


No.

Judul

Halaman

5.1

Keadaan Konstruksi Sumur Gali berdasarkan Jarak, Konstruksi Lantai, Bibir, dan Dinding Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006



50

5.2

Distribusi Sumur Gali (SGL) berdasarkan Konstruksi Lantai Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006


51

5.3

Distribusi Sumur Gali (SGL) berdasarkan Konstruksi Bibir Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006


51

5.4

Distribusi Sumur Gali (SGL) berdasarkan Konstruksi Dinding Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006


52

5.5

Distribusi Sumur Gali (SGL) berdasarkan Jarak Dari Sumber Pencemaran Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006


52

5.6

Distribusi Sumur Gali (SGL) berdasarkan Keadaan Konstruksi Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006


53

5.7

Hasil Pengukuran Kadar Mangan (Mn) dan Derajat Keasaman (pH) Air Sumur Gali Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006


54

5.8

Distribusi Sumur Gali (SGL) berdasarkan Konsentrasi Mangan (Mn) Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006


55

5.9

Distribusi Sumur Gali (SGL) Berdasarkan Derajat Keasaman (pH) Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006


55


DAFTAR LAMPIRAN


  1. Master Tabel

  2. Lay Out SPSS Olah Data Master Tabel

  3. Surat Pengantar Izin Penelitian dari FKM UMI Makassar

  4. Surat Rekomendasi Izin Penelitian dari Gubernur Propinsi Sulawesi Selatan Cq. Balitbangda

  5. Surat Rekomendasi Izin Penelitian dari Walikota Makassar

  6. Surat Rekomendasi Izin Penelitian dari Camat Biringkanaya

  7. Surat Keterangan Telah Penelitian dari Lurah Paccerakkang Kecamatan Biringkanaya Makassar


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR PERSETUJUAN ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL vii

ABSTRAK viii

BAB I PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang 1

  2. Rumusan Masalah 7

  3. Tujuan Penelitian 7

  4. Manfaat Penelitian 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

  1. Air 9

  2. Kualitas Air 15

  3. Sumur Gali 30

  4. Parameter Mangan (Mn) dalam Air 35

  5. Derajat Keasaman (pH) Air 37

BAB III KERANGKA KONSEP

  1. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian 39

  2. Skema Pola Pikir Variabel Penelitian 43

  3. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif 44

BAB IV METODE PENELITIAN

  1. Jenis Penelitian 46

  2. Lokasi Penelitian 46

  3. Populasi dan Sampel 46

  4. Pengolahan dan Penyajian Data 47

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

  1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 48

  2. Hasil Penelitian 49

  3. Pembahasan 56

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

  1. Kesimpulan 65

  2. Saran 66

DAFTAR PUSTAKA

LEMBAR OBSERVASI


Dokument lengkap dapat menghubungi


Rhano


Email : joeh_com@yahoo.com


Phone : 085242854524


Skripsi


STUDI KUALITAS AIR SUMUR GALI DITINJAU DARI PARAMETER MANGAN DAN DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR DI RW 3 KAMPUNG BUAKKANG MATTA KELURAHAN PACCERAKKANG KECAMATAN BIRINGKANAYA KOTA MAKASSAR

TAHUN 2006



RINGKASAN


Nismawati A. SKM


Studi Kualitas Air Sumur Gali Ditinjau Dari Parameter Mangan dan Derajat Keasaman (pH) Air Di RW 3 Kampung Buakkang Mata Kelurahan Paccerakkang Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar Tahun 2006”

Vii + 66 halaman + 9 tabel + 6 lampiran


Air merupakan zat kehidupan dimana tidak satupun makhluk hidup di planet bumi yang tidak membutuhkan air. Air yang dibutuhkan oleh manusia adalah air bersih baik untuk keperluan hidup sehari-hari, kebutuhan industri, kebersihan dan sanitasi kota, kebutuhan pertanian dan lain sebaginya. Oleh sebab itu, dalam rangka penggunaan air yang memenuhi syarat maka air harus melalui pengontrolan standar baku kemurnian air. Salah satu jenis ukuran kualitas air adalah kandung kimiawi yang pada penelitian ini mencakup konsentrasi mangan (Mn) dan derajat keasaman (pH).

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survey dengan rancangan deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran kadar pH dan mangan (Mg) berdasarkan keadaan konstruksi bangunan sumur gali. Pengumpulan data penelitian dilaksanakan secara observasi (pengamatan) menggunakan lembar observasi terhadap keadaan konstruksi sumur gali dan pemeriksaan laboratorium pada sample air SGL. Data yang dikumpulkan kemudian diolah dengan menggunakan bantuan komputer program Microsoft Excell Profesional 2003 dan Statistical Package of Social Science (SPSS) versi 12.0 yang kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi disertai penjelasan.

Hasil penelitian diperoleh Keadaan konstruksi sumur gali (SGL) yang dimanfaatkan masyarakat di Kelurahan Pacerakkang yang tidak memenuhi syarat sebanyak 11 (61,1%) sedangkan yang memenuhi syarat hanya mencapai 7 buah sumur (38,9%), Kadar mangan (Mn) pada sumur gali (SGL) yang dimanfaatkan masyarakat di Kelurahan Pacerakkang yang memenuhi syarat sebanyak 12 (66,7%) dengan kadar Mn yang diperoleh berdasarkan pemeriksaan laboratorium <> 0,5 mg/liter, Derajat keasaman (pH) pada sumur gali (SGL) yang dimanfaatkan masyarakat di Kelurahan Pacerakkang pada kategori tidak memenuhi syarat sebanyak 11 (61,1%) dengan kadar pH <>

Saran yang diajukan pada penelitian mencakup : pemenuhan kebutuhan masyarakat akan air bersih maka perlunya dilaksanakan pengadaan sumber air bersih lain yang lebih memenuhi syarat kualitas dan kuantitas seperti dengan membuka jaringan air ledeng khususnya masyarakat di Kelurahan Pacerakkang dan pemurnian air terutama air yang bersumber dari sumur gali harus dilaksanakan melalui proses filtrasi, nitrasi dan sebagainya sehingga dapat menghasilkan air yang lebih berkualitas dan tidak memberi dampak kesehatan kepada masyarakat pengguna air SGL.


Daftar Pustaka : 21 (1991 – 2004)


DAFTAR TABEL


No.

Judul

Halaman

5.1

Keadaan Konstruksi Sumur Gali berdasarkan Jarak, Konstruksi Lantai, Bibir, dan Dinding Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006



50

5.2

Distribusi Sumur Gali (SGL) berdasarkan Konstruksi Lantai Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006


51

5.3

Distribusi Sumur Gali (SGL) berdasarkan Konstruksi Bibir Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006


51

5.4

Distribusi Sumur Gali (SGL) berdasarkan Konstruksi Dinding Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006


52

5.5

Distribusi Sumur Gali (SGL) berdasarkan Jarak Dari Sumber Pencemaran Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006


52

5.6

Distribusi Sumur Gali (SGL) berdasarkan Keadaan Konstruksi Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006


53

5.7

Hasil Pengukuran Kadar Mangan (Mn) dan Derajat Keasaman (pH) Air Sumur Gali Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006


54

5.8

Distribusi Sumur Gali (SGL) berdasarkan Konsentrasi Mangan (Mn) Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006


55

5.9

Distribusi Sumur Gali (SGL) Berdasarkan Derajat Keasaman (pH) Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006


55


DAFTAR LAMPIRAN


  1. Master Tabel

  2. Lay Out SPSS Olah Data Master Tabel

  3. Surat Pengantar Izin Penelitian dari FKM UMI Makassar

  4. Surat Rekomendasi Izin Penelitian dari Gubernur Propinsi Sulawesi Selatan Cq. Balitbangda

  5. Surat Rekomendasi Izin Penelitian dari Walikota Makassar

  6. Surat Rekomendasi Izin Penelitian dari Camat Biringkanaya

  7. Surat Keterangan Telah Penelitian dari Lurah Paccerakkang Kecamatan Biringkanaya Makassar


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR PERSETUJUAN ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL vii

ABSTRAK viii

BAB I PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang 1

  2. Rumusan Masalah 7

  3. Tujuan Penelitian 7

  4. Manfaat Penelitian 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

  1. Air 9

  2. Kualitas Air 15

  3. Sumur Gali 30

  4. Parameter Mangan (Mn) dalam Air 35

  5. Derajat Keasaman (pH) Air 37

BAB III KERANGKA KONSEP

  1. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian 39

  2. Skema Pola Pikir Variabel Penelitian 43

  3. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif 44

BAB IV METODE PENELITIAN

  1. Jenis Penelitian 46

  2. Lokasi Penelitian 46

  3. Populasi dan Sampel 46

  4. Pengolahan dan Penyajian Data 47

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

  1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 48

  2. Hasil Penelitian 49

  3. Pembahasan 56

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

  1. Kesimpulan 65

  2. Saran 66

DAFTAR PUSTAKA

LEMBAR OBSERVASI


Dokument lengkap dapat menghubungi


Rhano


Email : joeh_com@yahoo.com


Phone : 085242854524


Kumpulan Judul Skripsi
Lihat Detail

Kumpulan Judul Skripsi

Bagi pengunjung yang berminat untuk memperoleh informasi tentang laporan skripsi, berikut adalah beberapa judul yang memuat masalah penting dalam skripsi khususnya bidang kesehatan.

Bidang Administrasi Kesehatan Masyarakat
1. Mutu pelayanan kesehatan rumah sakit
2. Mutu pelayanan petugas kesehatan rumah sakit
3. Kinerja petugas dinas kesehatan
4. Mutu pelayanan kesehatan puskesmas
5. Mutu pelayanan petugas kesehatan puskesmas
6. Kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan di rumah sakit
7. Pemanfaatan pelayanan kesehatan masyarakat pesisir
8. Pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas
9. Pemanfaatan pelayanan antenatal care
10. Mutu Pelayanan Antenatal Care

Bidang Epidemiologi
1. Analisis Faktor Risiko Ca Servik
2. Analisis Faktor Risiko PJK
3. Hubungan Rokok dan PJK
4. Ketidakteraturan berobat penderita kusta
5. Ketidakteraturan berobat penderita TB Paru
6. Tingkat kunjungan ibu hamil dalam pemanfaatan pelayanan antenatal care
7. Faktor risiko primigravida
8. Faktor risiko Stroke
9
. Faktor risiko DM
10. Faktor risiko TB Paru Relaps
11. Kelengkapan imunisasi bayi

Bidang Gizi Kesehatan Masyarakat
1. Status Gizi Bayi
2. Faktor Risiko BBLR
3. Penilaian status gizi bayi/balita
4. Pola makan mahasiswa dan Status gizi
5. Pemberian ASI Eksklusif 0 - 6 bulan
6. Penerapan pola pemberian makanan tambahan anak usia 6 - 24 bulan
7. Tingkat pemberian MP-ASI
8. Tingkat pemberian MP-ASI Lokal

Bidang Kesehatan Lingkungan
1. Tingkat kepadatan lalat
2. Diare hubungannya dengan sanitasi lingkungan
3. ISPA hubungannya dengan kondisi rumah
4. Keadaan Fasilitas sanitasi dasar masyarakat
5. TB Paru hubungannya dengan kondisi rumah
6. Keadaan fasilitas sanitasi dasar rumah sakit

Bidang Kesehatan Kerja
1. Sikap pekerja terhadap K3
2. Perilaku penggunaan APD pada Polantas
3. Perilaku Pekerja dalam Penggunaan APD di Lingkungan kerja

Judul lengkapnya tidak dapat dimuat jadi hanya disampaikan point penting yang memuat masalah seputar penelitian dan kiranya dapat membantu.

Berminat silahkah hubungi nomor : 085242854524
Atau menghubungi alamat email : joeh_com@yahoo.com

Makasih atas kunjungan dan kontaknya.
Bagi pengunjung yang berminat untuk memperoleh informasi tentang laporan skripsi, berikut adalah beberapa judul yang memuat masalah penting dalam skripsi khususnya bidang kesehatan.

Bidang Administrasi Kesehatan Masyarakat
1. Mutu pelayanan kesehatan rumah sakit
2. Mutu pelayanan petugas kesehatan rumah sakit
3. Kinerja petugas dinas kesehatan
4. Mutu pelayanan kesehatan puskesmas
5. Mutu pelayanan petugas kesehatan puskesmas
6. Kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan di rumah sakit
7. Pemanfaatan pelayanan kesehatan masyarakat pesisir
8. Pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas
9. Pemanfaatan pelayanan antenatal care
10. Mutu Pelayanan Antenatal Care

Bidang Epidemiologi
1. Analisis Faktor Risiko Ca Servik
2. Analisis Faktor Risiko PJK
3. Hubungan Rokok dan PJK
4. Ketidakteraturan berobat penderita kusta
5. Ketidakteraturan berobat penderita TB Paru
6. Tingkat kunjungan ibu hamil dalam pemanfaatan pelayanan antenatal care
7. Faktor risiko primigravida
8. Faktor risiko Stroke
9
. Faktor risiko DM
10. Faktor risiko TB Paru Relaps
11. Kelengkapan imunisasi bayi

Bidang Gizi Kesehatan Masyarakat
1. Status Gizi Bayi
2. Faktor Risiko BBLR
3. Penilaian status gizi bayi/balita
4. Pola makan mahasiswa dan Status gizi
5. Pemberian ASI Eksklusif 0 - 6 bulan
6. Penerapan pola pemberian makanan tambahan anak usia 6 - 24 bulan
7. Tingkat pemberian MP-ASI
8. Tingkat pemberian MP-ASI Lokal

Bidang Kesehatan Lingkungan
1. Tingkat kepadatan lalat
2. Diare hubungannya dengan sanitasi lingkungan
3. ISPA hubungannya dengan kondisi rumah
4. Keadaan Fasilitas sanitasi dasar masyarakat
5. TB Paru hubungannya dengan kondisi rumah
6. Keadaan fasilitas sanitasi dasar rumah sakit

Bidang Kesehatan Kerja
1. Sikap pekerja terhadap K3
2. Perilaku penggunaan APD pada Polantas
3. Perilaku Pekerja dalam Penggunaan APD di Lingkungan kerja

Judul lengkapnya tidak dapat dimuat jadi hanya disampaikan point penting yang memuat masalah seputar penelitian dan kiranya dapat membantu.

Berminat silahkah hubungi nomor : 085242854524
Atau menghubungi alamat email : joeh_com@yahoo.com

Makasih atas kunjungan dan kontaknya.
Bagi pengunjung yang berminat untuk memperoleh informasi tentang laporan skripsi, berikut adalah beberapa judul yang memuat masalah penting dalam skripsi khususnya bidang kesehatan.

Bidang Administrasi Kesehatan Masyarakat
1. Mutu pelayanan kesehatan rumah sakit
2. Mutu pelayanan petugas kesehatan rumah sakit
3. Kinerja petugas dinas kesehatan
4. Mutu pelayanan kesehatan puskesmas
5. Mutu pelayanan petugas kesehatan puskesmas
6. Kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan di rumah sakit
7. Pemanfaatan pelayanan kesehatan masyarakat pesisir
8. Pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas
9. Pemanfaatan pelayanan antenatal care
10. Mutu Pelayanan Antenatal Care

Bidang Epidemiologi
1. Analisis Faktor Risiko Ca Servik
2. Analisis Faktor Risiko PJK
3. Hubungan Rokok dan PJK
4. Ketidakteraturan berobat penderita kusta
5. Ketidakteraturan berobat penderita TB Paru
6. Tingkat kunjungan ibu hamil dalam pemanfaatan pelayanan antenatal care
7. Faktor risiko primigravida
8. Faktor risiko Stroke
9
. Faktor risiko DM
10. Faktor risiko TB Paru Relaps
11. Kelengkapan imunisasi bayi

Bidang Gizi Kesehatan Masyarakat
1. Status Gizi Bayi
2. Faktor Risiko BBLR
3. Penilaian status gizi bayi/balita
4. Pola makan mahasiswa dan Status gizi
5. Pemberian ASI Eksklusif 0 - 6 bulan
6. Penerapan pola pemberian makanan tambahan anak usia 6 - 24 bulan
7. Tingkat pemberian MP-ASI
8. Tingkat pemberian MP-ASI Lokal

Bidang Kesehatan Lingkungan
1. Tingkat kepadatan lalat
2. Diare hubungannya dengan sanitasi lingkungan
3. ISPA hubungannya dengan kondisi rumah
4. Keadaan Fasilitas sanitasi dasar masyarakat
5. TB Paru hubungannya dengan kondisi rumah
6. Keadaan fasilitas sanitasi dasar rumah sakit

Bidang Kesehatan Kerja
1. Sikap pekerja terhadap K3
2. Perilaku penggunaan APD pada Polantas
3. Perilaku Pekerja dalam Penggunaan APD di Lingkungan kerja

Judul lengkapnya tidak dapat dimuat jadi hanya disampaikan point penting yang memuat masalah seputar penelitian dan kiranya dapat membantu.

Berminat silahkah hubungi nomor : 085242854524
Atau menghubungi alamat email : joeh_com@yahoo.com

Makasih atas kunjungan dan kontaknya.
Reset Printer Canon IP 1700
Lihat Detail

Reset Printer Canon IP 1700

TIPS RESET PRINTER CANON IP1700

Yang harus dilakukan pertama adalah pengecekan terhadap keadaan absorber sebagai penampungan tinta jika kita tidak memiliki saluran pembuangan luar (Saya saranin supaya punya saluran pembuangan tinta sisa di luar jadi tidak perlu pusing dengan absorber lagi yang juga kalau diganti pasti harganya sangat mahal). Pada printer yang baru pertama kalinya blinking mungkin untuk sementara waktu masalah absorber tidak usah dirisaukan tapi disarankan untuk mencuci bersih dahulu absorbernya.

Absorber printer merupakan busa penyerap tinta sisa pada saat printer berjalan layaknya sebagai tempat pembuangan dan penampungan seperti septic tank lah. Ini harus dibersihkan terlebih dahulu karena jika sudah full biar reset bagaimanapun tidak bisa dipakai printnya.

Cara bersihin absorber print harus dibongkar (bongkar sendiri aja) tapi serba hati-hati untuk yang pemula membongkar alat elektronik dan harus dihafal betul penempatannya semula supaya setelah pembersihan absorber printnya dapat dipasang ulang seperti kondisi semula.

Selanjutnya absorbernya bisa direndam dengan air panas untuk membuka tinta yang melekat dan sudah kering atau dibilas sampai bersih dengan air bersih. Jangan dicuci layaknya pakaian nanti absorbernya rusak. UPAYAKAN pada saat mencuci dilaksanakan sampai tuntas sehingga air hasil pembilasannya tidak berwarna tinta lagi.

Kemudian keringkan dengan cara dijemur pada terik panas matahari atau menggunakan alat pengering layaknya hairdryer supaya mengefisienkan waktu (jika ada). Setelah absorbernya sudah kering, pasang ulang pada tempatnya semula beserta keseluruhan mesin print yang sudah dibongkar pada kondisi semula. Jangan sampai ada sel mesin print ada yang tidak sejajar atau tidak seimbang supaya kondisi ngeprintnya bagus.

Langkah selanjutnya adalah melaksanakan reset print secara manual dengan cara sebagai berikut :
1. Matikan printnya, cabut kaberl power
2. Tekan tombol power kemudian colokkan kabel power (tombol power print tetap ditekan)
3. Sambil tetap menekan tombol power, tekan/pencet tombol reset/resume 2 kali. Pada tekan pertama kali, lampu indikator berwarna kuning (orange) dan saat pencetan kedua kalinya lampu indikator menjadi hijau (green) kemudian lepaskan keduanya dan lampu indikator berwarna hijau (green) tidak berkedip.

Langkah selanjutnya (langkah ketiga) adalah melaksanakan reset menggunakan software reset canon IP1700-1300 dengan langkah-langkah sebagai berikut
1. Buka file reseter.exe
2. Pilih USB Port
3. Klik Lock RELEASE dan pada set destination pilih IP1700E tidak perlu memberi centang EEPROMCLEAR dulu
4. Pilih main dan platen pada clear waste ink
5. Centang EEPROM CLEAR dan siapkan kertas untuk print dan pilih Test Print 1
6. Selesai, print anda sudah direset dan siap dipakai
TIPS RESET PRINTER CANON IP1700

Yang harus dilakukan pertama adalah pengecekan terhadap keadaan absorber sebagai penampungan tinta jika kita tidak memiliki saluran pembuangan luar (Saya saranin supaya punya saluran pembuangan tinta sisa di luar jadi tidak perlu pusing dengan absorber lagi yang juga kalau diganti pasti harganya sangat mahal). Pada printer yang baru pertama kalinya blinking mungkin untuk sementara waktu masalah absorber tidak usah dirisaukan tapi disarankan untuk mencuci bersih dahulu absorbernya.

Absorber printer merupakan busa penyerap tinta sisa pada saat printer berjalan layaknya sebagai tempat pembuangan dan penampungan seperti septic tank lah. Ini harus dibersihkan terlebih dahulu karena jika sudah full biar reset bagaimanapun tidak bisa dipakai printnya.

Cara bersihin absorber print harus dibongkar (bongkar sendiri aja) tapi serba hati-hati untuk yang pemula membongkar alat elektronik dan harus dihafal betul penempatannya semula supaya setelah pembersihan absorber printnya dapat dipasang ulang seperti kondisi semula.

Selanjutnya absorbernya bisa direndam dengan air panas untuk membuka tinta yang melekat dan sudah kering atau dibilas sampai bersih dengan air bersih. Jangan dicuci layaknya pakaian nanti absorbernya rusak. UPAYAKAN pada saat mencuci dilaksanakan sampai tuntas sehingga air hasil pembilasannya tidak berwarna tinta lagi.

Kemudian keringkan dengan cara dijemur pada terik panas matahari atau menggunakan alat pengering layaknya hairdryer supaya mengefisienkan waktu (jika ada). Setelah absorbernya sudah kering, pasang ulang pada tempatnya semula beserta keseluruhan mesin print yang sudah dibongkar pada kondisi semula. Jangan sampai ada sel mesin print ada yang tidak sejajar atau tidak seimbang supaya kondisi ngeprintnya bagus.

Langkah selanjutnya adalah melaksanakan reset print secara manual dengan cara sebagai berikut :
1. Matikan printnya, cabut kaberl power
2. Tekan tombol power kemudian colokkan kabel power (tombol power print tetap ditekan)
3. Sambil tetap menekan tombol power, tekan/pencet tombol reset/resume 2 kali. Pada tekan pertama kali, lampu indikator berwarna kuning (orange) dan saat pencetan kedua kalinya lampu indikator menjadi hijau (green) kemudian lepaskan keduanya dan lampu indikator berwarna hijau (green) tidak berkedip.

Langkah selanjutnya (langkah ketiga) adalah melaksanakan reset menggunakan software reset canon IP1700-1300 dengan langkah-langkah sebagai berikut
1. Buka file reseter.exe
2. Pilih USB Port
3. Klik Lock RELEASE dan pada set destination pilih IP1700E tidak perlu memberi centang EEPROMCLEAR dulu
4. Pilih main dan platen pada clear waste ink
5. Centang EEPROM CLEAR dan siapkan kertas untuk print dan pilih Test Print 1
6. Selesai, print anda sudah direset dan siap dipakai
TIPS RESET PRINTER CANON IP1700

Yang harus dilakukan pertama adalah pengecekan terhadap keadaan absorber sebagai penampungan tinta jika kita tidak memiliki saluran pembuangan luar (Saya saranin supaya punya saluran pembuangan tinta sisa di luar jadi tidak perlu pusing dengan absorber lagi yang juga kalau diganti pasti harganya sangat mahal). Pada printer yang baru pertama kalinya blinking mungkin untuk sementara waktu masalah absorber tidak usah dirisaukan tapi disarankan untuk mencuci bersih dahulu absorbernya.

Absorber printer merupakan busa penyerap tinta sisa pada saat printer berjalan layaknya sebagai tempat pembuangan dan penampungan seperti septic tank lah. Ini harus dibersihkan terlebih dahulu karena jika sudah full biar reset bagaimanapun tidak bisa dipakai printnya.

Cara bersihin absorber print harus dibongkar (bongkar sendiri aja) tapi serba hati-hati untuk yang pemula membongkar alat elektronik dan harus dihafal betul penempatannya semula supaya setelah pembersihan absorber printnya dapat dipasang ulang seperti kondisi semula.

Selanjutnya absorbernya bisa direndam dengan air panas untuk membuka tinta yang melekat dan sudah kering atau dibilas sampai bersih dengan air bersih. Jangan dicuci layaknya pakaian nanti absorbernya rusak. UPAYAKAN pada saat mencuci dilaksanakan sampai tuntas sehingga air hasil pembilasannya tidak berwarna tinta lagi.

Kemudian keringkan dengan cara dijemur pada terik panas matahari atau menggunakan alat pengering layaknya hairdryer supaya mengefisienkan waktu (jika ada). Setelah absorbernya sudah kering, pasang ulang pada tempatnya semula beserta keseluruhan mesin print yang sudah dibongkar pada kondisi semula. Jangan sampai ada sel mesin print ada yang tidak sejajar atau tidak seimbang supaya kondisi ngeprintnya bagus.

Langkah selanjutnya adalah melaksanakan reset print secara manual dengan cara sebagai berikut :
1. Matikan printnya, cabut kaberl power
2. Tekan tombol power kemudian colokkan kabel power (tombol power print tetap ditekan)
3. Sambil tetap menekan tombol power, tekan/pencet tombol reset/resume 2 kali. Pada tekan pertama kali, lampu indikator berwarna kuning (orange) dan saat pencetan kedua kalinya lampu indikator menjadi hijau (green) kemudian lepaskan keduanya dan lampu indikator berwarna hijau (green) tidak berkedip.

Langkah selanjutnya (langkah ketiga) adalah melaksanakan reset menggunakan software reset canon IP1700-1300 dengan langkah-langkah sebagai berikut
1. Buka file reseter.exe
2. Pilih USB Port
3. Klik Lock RELEASE dan pada set destination pilih IP1700E tidak perlu memberi centang EEPROMCLEAR dulu
4. Pilih main dan platen pada clear waste ink
5. Centang EEPROM CLEAR dan siapkan kertas untuk print dan pilih Test Print 1
6. Selesai, print anda sudah direset dan siap dipakai
Pengetahuan Kespro Remaja
Lihat Detail

Pengetahuan Kespro Remaja

Perbedaan Pengetahuan Dan Sikap Tentang Kesehatan Reproduksi Pada Siswa SMA Negeri 1 Makassar Dan SMA Negeri 6 Makassar Tahun 2006


Abdul Gani Muhammad


Pendahuluan


  1. Latar Belakang

Kesehatan reproduksi mendapat perhatian khusus secara global sejak diangkatnya materi tersebut dalam Konferensi Intrnasional tentang Kependudukan dan Pembangunan (International Conference on Population and Development / ICPD) di Kairo tahun 1994 yang kemudian dipertegas dalam Konferensi Se-Dunia IV tentang Wanita pada tahun 1995 di Beijing.

Pentingnya remaja mengetahui kesehatan reproduksi agar mereka memiliki informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada di sekitarnya. Masalah kesehatan reproduksi remaja dapat dikelompokkan sebagai berikut : Kehamilan dan persalinan usia muda dan segala akibatnya, kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi, Penyakit Menular Seksual (PMS) termasuk HIV/AIDS, narkotika dan obat-obat terlarang, seks bebas, kekerasan seksual, pelecehan seksual, dan transaksi seksual komersil.

Tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi cukup memprihatinkan, ada 86% remaja laki-laki maupun perempuan yang tidak mengetahui kapan terjadinya masa subur. Permasalahan utama kesehatan reproduksi di Indonesia adalah kurangnya informasi mengenai kesehatan reproduksi, pergeseran perilaku remaja, pelayanan kesehatan yang buruk serta perundang-undangan yang tidak mendukung.

Pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi sangat tergantung pada informasi yang diterimanya baik melalui penyuluhan, media massa maupun orang tua serta kemampuan seseorang untuk menyerap dan menginterpretasikan informasi tersebut.

  1. Rumusan Masalah

    1. Apakah ada perbedaan tingkat pengetahuan tentang Kesehatan reproduksi antara siswa SMAN 1 Makassar dengan siswa SMAN 6 Makassar ?

    2. Apakah ada perbedaan sikap terhadap Kesehatan reproduksi antara siswa SMAN 1 Makassar dengan siswa SMAN 6 Makassar ?

  2. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan Umum

Untuk memperoleh informasi tingkat pengetahuan dan sikap remaja terhadap kesehatan reproduksi.

    1. Tujuan Khusus

  1. Untuk melihat perbedaan tingkat pengetahuan terhadap Kesehatan reproduksi antara siswa SMAN 1 Makassar dengan siswa SMAN 6 Makassar.

  2. Untuk melihat perbedaan sikap terhadap kesehatan reproduksi antara siswa SMAN 1 Makassar dengan siswa SMAN 6 Makassar.

  1. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat Praktis

    2. Manfaat Keilmuan



Kepustakaan

  1. Kajian Kespro Remaja

  2. Masalah Kesehatan Reproduksi

  3. Kajian tentang Pengetahuan

  4. Kajian tentang Sikap

  5. Kajian tentang Siswa/Remaja


Metode Penelitian

  1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode survei, dengan rancangan cross sectional study

  1. Populasi dan Sampel

  1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMAN 1 Makassar dan SMAN 6 Makassar

  1. Sampel

Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan pengetahuan proportional Stratified Random Sampling dengan penentuan besar sampel menggunakan rumus statistik besar sampel sehingga diperoleh besar sampel sebanyak 338 siswa-siswi.

  1. Pengumpulan Data

Melaksanakan wawancara langsung dengan bantuan pertanyaan terstruktur dan penelusuran literatur yang berhubungan dengan penelitian.

  1. Pengolahan Data

Menggunakan langkah-langkah yang sistematis sesuai dengan kebutuhan statistik data.

  1. Analisa Data

Meninjau nilai chi square test (X2) hitung yang kemudian dibandingkan dengan nilai X2 tabel.

  1. Penyajian Data

Dalam bentuk tabel distribusi frekuensi gambaran masing-masing karakteristik dan variabel penelitian dan tabel silang 2 x 2 untuk menjawab tujuan penelitian.


Hasil Penelitian dan Pembahasan

Mayoritas responden memperoleh informasi tentang kesehatan reproduksi dan HIV/AIDS dari guru mereka yakni sebanyak 24.56%. Dari jumlah total tersebut, responden yang berasal dari SMAN 1 Makassar adalah yang lebih banyak yakni 56 orang atau sebesar 16.57%, sementara responden dari SMAN 6 Makassar hanya sebesar 7.99%.

Secara kuantitatif, pengetahuan siswa SMAN 1 Makassar tentang kesehatan reproduksi lebih banyak dibandingkan dengan SMAN 6 Makassar. Nilai X2 hitung (5,639) < X2 tabel dengan nilai probaliblitas (0.018) <>o dan menolak Ha.

Secara kuantitatif, pengetahuan siswa SMAN 1 Makassar tentang kesehatan reproduksi lebih banyak dibandingkan dengan SMAN 6 Makassar. Nilai X2 hitung (5,639) < X2 tabel dengan nilai probaliblitas (0.018) <>o dan menolak Ha.

Secara kuantitatif, siswa SMAN 1 Makassar lebih banyak bersikap positif terhadap kesehatan reproduksi dibandingkan dengan siswa SMAN 6 Makassar. Nilai X2 hitung (5,275) < X2 tabel dengan nilai probaliblitas (0.022) <>o dan menolak Ha.


Kesimpulan

    1. Tidak ada perbedaan pengetahuan di antara siswa SMAN 1 Makassar dengan SMAN 6 Makassar,

    2. Tidak ada perbedaan sikap di antara siswa SMAN 1 Makassar dengan SMAN 6 Makassar


Daftar Pustaka

Abdullah, Tahir. Bahan Kuliah Metode Kontrasepsi. Makassar : FKM UNHAS, 2001.


Budiarto, Eko. Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta : EGC, 2003.


Mappiare, Andi. Psikologi Remaja. Surabaya : usaha Nasional, 1982.


Manuaba, Ida Bagus Gde. Memahami Kesehatan reproduksi Wanita. Jakarta: Arcan, 1999.


Notoatmodjo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta, 2002.


Saparie, Gunoto. Kesehatan reproduksi Remaja Terabaikan. http://www.suarakarya-online.com,8-7-2005.


Sarwono, W, Sarlito. Psikologi Remaja. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2002.


Sugiono. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta, 2001.



Perbedaan Pengetahuan Dan Sikap Tentang Kesehatan Reproduksi Pada Siswa SMA Negeri 1 Makassar Dan SMA Negeri 6 Makassar Tahun 2006


Abdul Gani Muhammad


Pendahuluan


  1. Latar Belakang

Kesehatan reproduksi mendapat perhatian khusus secara global sejak diangkatnya materi tersebut dalam Konferensi Intrnasional tentang Kependudukan dan Pembangunan (International Conference on Population and Development / ICPD) di Kairo tahun 1994 yang kemudian dipertegas dalam Konferensi Se-Dunia IV tentang Wanita pada tahun 1995 di Beijing.

Pentingnya remaja mengetahui kesehatan reproduksi agar mereka memiliki informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada di sekitarnya. Masalah kesehatan reproduksi remaja dapat dikelompokkan sebagai berikut : Kehamilan dan persalinan usia muda dan segala akibatnya, kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi, Penyakit Menular Seksual (PMS) termasuk HIV/AIDS, narkotika dan obat-obat terlarang, seks bebas, kekerasan seksual, pelecehan seksual, dan transaksi seksual komersil.

Tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi cukup memprihatinkan, ada 86% remaja laki-laki maupun perempuan yang tidak mengetahui kapan terjadinya masa subur. Permasalahan utama kesehatan reproduksi di Indonesia adalah kurangnya informasi mengenai kesehatan reproduksi, pergeseran perilaku remaja, pelayanan kesehatan yang buruk serta perundang-undangan yang tidak mendukung.

Pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi sangat tergantung pada informasi yang diterimanya baik melalui penyuluhan, media massa maupun orang tua serta kemampuan seseorang untuk menyerap dan menginterpretasikan informasi tersebut.

  1. Rumusan Masalah

    1. Apakah ada perbedaan tingkat pengetahuan tentang Kesehatan reproduksi antara siswa SMAN 1 Makassar dengan siswa SMAN 6 Makassar ?

    2. Apakah ada perbedaan sikap terhadap Kesehatan reproduksi antara siswa SMAN 1 Makassar dengan siswa SMAN 6 Makassar ?

  2. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan Umum

Untuk memperoleh informasi tingkat pengetahuan dan sikap remaja terhadap kesehatan reproduksi.

    1. Tujuan Khusus

  1. Untuk melihat perbedaan tingkat pengetahuan terhadap Kesehatan reproduksi antara siswa SMAN 1 Makassar dengan siswa SMAN 6 Makassar.

  2. Untuk melihat perbedaan sikap terhadap kesehatan reproduksi antara siswa SMAN 1 Makassar dengan siswa SMAN 6 Makassar.

  1. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat Praktis

    2. Manfaat Keilmuan



Kepustakaan

  1. Kajian Kespro Remaja

  2. Masalah Kesehatan Reproduksi

  3. Kajian tentang Pengetahuan

  4. Kajian tentang Sikap

  5. Kajian tentang Siswa/Remaja


Metode Penelitian

  1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode survei, dengan rancangan cross sectional study

  1. Populasi dan Sampel

  1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMAN 1 Makassar dan SMAN 6 Makassar

  1. Sampel

Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan pengetahuan proportional Stratified Random Sampling dengan penentuan besar sampel menggunakan rumus statistik besar sampel sehingga diperoleh besar sampel sebanyak 338 siswa-siswi.

  1. Pengumpulan Data

Melaksanakan wawancara langsung dengan bantuan pertanyaan terstruktur dan penelusuran literatur yang berhubungan dengan penelitian.

  1. Pengolahan Data

Menggunakan langkah-langkah yang sistematis sesuai dengan kebutuhan statistik data.

  1. Analisa Data

Meninjau nilai chi square test (X2) hitung yang kemudian dibandingkan dengan nilai X2 tabel.

  1. Penyajian Data

Dalam bentuk tabel distribusi frekuensi gambaran masing-masing karakteristik dan variabel penelitian dan tabel silang 2 x 2 untuk menjawab tujuan penelitian.


Hasil Penelitian dan Pembahasan

Mayoritas responden memperoleh informasi tentang kesehatan reproduksi dan HIV/AIDS dari guru mereka yakni sebanyak 24.56%. Dari jumlah total tersebut, responden yang berasal dari SMAN 1 Makassar adalah yang lebih banyak yakni 56 orang atau sebesar 16.57%, sementara responden dari SMAN 6 Makassar hanya sebesar 7.99%.

Secara kuantitatif, pengetahuan siswa SMAN 1 Makassar tentang kesehatan reproduksi lebih banyak dibandingkan dengan SMAN 6 Makassar. Nilai X2 hitung (5,639) < X2 tabel dengan nilai probaliblitas (0.018) <>o dan menolak Ha.

Secara kuantitatif, pengetahuan siswa SMAN 1 Makassar tentang kesehatan reproduksi lebih banyak dibandingkan dengan SMAN 6 Makassar. Nilai X2 hitung (5,639) < X2 tabel dengan nilai probaliblitas (0.018) <>o dan menolak Ha.

Secara kuantitatif, siswa SMAN 1 Makassar lebih banyak bersikap positif terhadap kesehatan reproduksi dibandingkan dengan siswa SMAN 6 Makassar. Nilai X2 hitung (5,275) < X2 tabel dengan nilai probaliblitas (0.022) <>o dan menolak Ha.


Kesimpulan

    1. Tidak ada perbedaan pengetahuan di antara siswa SMAN 1 Makassar dengan SMAN 6 Makassar,

    2. Tidak ada perbedaan sikap di antara siswa SMAN 1 Makassar dengan SMAN 6 Makassar


Daftar Pustaka

Abdullah, Tahir. Bahan Kuliah Metode Kontrasepsi. Makassar : FKM UNHAS, 2001.


Budiarto, Eko. Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta : EGC, 2003.


Mappiare, Andi. Psikologi Remaja. Surabaya : usaha Nasional, 1982.


Manuaba, Ida Bagus Gde. Memahami Kesehatan reproduksi Wanita. Jakarta: Arcan, 1999.


Notoatmodjo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta, 2002.


Saparie, Gunoto. Kesehatan reproduksi Remaja Terabaikan. http://www.suarakarya-online.com,8-7-2005.


Sarwono, W, Sarlito. Psikologi Remaja. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2002.


Sugiono. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta, 2001.



Perbedaan Pengetahuan Dan Sikap Tentang Kesehatan Reproduksi Pada Siswa SMA Negeri 1 Makassar Dan SMA Negeri 6 Makassar Tahun 2006


Abdul Gani Muhammad


Pendahuluan


  1. Latar Belakang

Kesehatan reproduksi mendapat perhatian khusus secara global sejak diangkatnya materi tersebut dalam Konferensi Intrnasional tentang Kependudukan dan Pembangunan (International Conference on Population and Development / ICPD) di Kairo tahun 1994 yang kemudian dipertegas dalam Konferensi Se-Dunia IV tentang Wanita pada tahun 1995 di Beijing.

Pentingnya remaja mengetahui kesehatan reproduksi agar mereka memiliki informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada di sekitarnya. Masalah kesehatan reproduksi remaja dapat dikelompokkan sebagai berikut : Kehamilan dan persalinan usia muda dan segala akibatnya, kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi, Penyakit Menular Seksual (PMS) termasuk HIV/AIDS, narkotika dan obat-obat terlarang, seks bebas, kekerasan seksual, pelecehan seksual, dan transaksi seksual komersil.

Tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi cukup memprihatinkan, ada 86% remaja laki-laki maupun perempuan yang tidak mengetahui kapan terjadinya masa subur. Permasalahan utama kesehatan reproduksi di Indonesia adalah kurangnya informasi mengenai kesehatan reproduksi, pergeseran perilaku remaja, pelayanan kesehatan yang buruk serta perundang-undangan yang tidak mendukung.

Pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi sangat tergantung pada informasi yang diterimanya baik melalui penyuluhan, media massa maupun orang tua serta kemampuan seseorang untuk menyerap dan menginterpretasikan informasi tersebut.

  1. Rumusan Masalah

    1. Apakah ada perbedaan tingkat pengetahuan tentang Kesehatan reproduksi antara siswa SMAN 1 Makassar dengan siswa SMAN 6 Makassar ?

    2. Apakah ada perbedaan sikap terhadap Kesehatan reproduksi antara siswa SMAN 1 Makassar dengan siswa SMAN 6 Makassar ?

  2. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan Umum

Untuk memperoleh informasi tingkat pengetahuan dan sikap remaja terhadap kesehatan reproduksi.

    1. Tujuan Khusus

  1. Untuk melihat perbedaan tingkat pengetahuan terhadap Kesehatan reproduksi antara siswa SMAN 1 Makassar dengan siswa SMAN 6 Makassar.

  2. Untuk melihat perbedaan sikap terhadap kesehatan reproduksi antara siswa SMAN 1 Makassar dengan siswa SMAN 6 Makassar.

  1. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat Praktis

    2. Manfaat Keilmuan



Kepustakaan

  1. Kajian Kespro Remaja

  2. Masalah Kesehatan Reproduksi

  3. Kajian tentang Pengetahuan

  4. Kajian tentang Sikap

  5. Kajian tentang Siswa/Remaja


Metode Penelitian

  1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode survei, dengan rancangan cross sectional study

  1. Populasi dan Sampel

  1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMAN 1 Makassar dan SMAN 6 Makassar

  1. Sampel

Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan pengetahuan proportional Stratified Random Sampling dengan penentuan besar sampel menggunakan rumus statistik besar sampel sehingga diperoleh besar sampel sebanyak 338 siswa-siswi.

  1. Pengumpulan Data

Melaksanakan wawancara langsung dengan bantuan pertanyaan terstruktur dan penelusuran literatur yang berhubungan dengan penelitian.

  1. Pengolahan Data

Menggunakan langkah-langkah yang sistematis sesuai dengan kebutuhan statistik data.

  1. Analisa Data

Meninjau nilai chi square test (X2) hitung yang kemudian dibandingkan dengan nilai X2 tabel.

  1. Penyajian Data

Dalam bentuk tabel distribusi frekuensi gambaran masing-masing karakteristik dan variabel penelitian dan tabel silang 2 x 2 untuk menjawab tujuan penelitian.


Hasil Penelitian dan Pembahasan

Mayoritas responden memperoleh informasi tentang kesehatan reproduksi dan HIV/AIDS dari guru mereka yakni sebanyak 24.56%. Dari jumlah total tersebut, responden yang berasal dari SMAN 1 Makassar adalah yang lebih banyak yakni 56 orang atau sebesar 16.57%, sementara responden dari SMAN 6 Makassar hanya sebesar 7.99%.

Secara kuantitatif, pengetahuan siswa SMAN 1 Makassar tentang kesehatan reproduksi lebih banyak dibandingkan dengan SMAN 6 Makassar. Nilai X2 hitung (5,639) < X2 tabel dengan nilai probaliblitas (0.018) <>o dan menolak Ha.

Secara kuantitatif, pengetahuan siswa SMAN 1 Makassar tentang kesehatan reproduksi lebih banyak dibandingkan dengan SMAN 6 Makassar. Nilai X2 hitung (5,639) < X2 tabel dengan nilai probaliblitas (0.018) <>o dan menolak Ha.

Secara kuantitatif, siswa SMAN 1 Makassar lebih banyak bersikap positif terhadap kesehatan reproduksi dibandingkan dengan siswa SMAN 6 Makassar. Nilai X2 hitung (5,275) < X2 tabel dengan nilai probaliblitas (0.022) <>o dan menolak Ha.


Kesimpulan

    1. Tidak ada perbedaan pengetahuan di antara siswa SMAN 1 Makassar dengan SMAN 6 Makassar,

    2. Tidak ada perbedaan sikap di antara siswa SMAN 1 Makassar dengan SMAN 6 Makassar


Daftar Pustaka

Abdullah, Tahir. Bahan Kuliah Metode Kontrasepsi. Makassar : FKM UNHAS, 2001.


Budiarto, Eko. Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta : EGC, 2003.


Mappiare, Andi. Psikologi Remaja. Surabaya : usaha Nasional, 1982.


Manuaba, Ida Bagus Gde. Memahami Kesehatan reproduksi Wanita. Jakarta: Arcan, 1999.


Notoatmodjo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta, 2002.


Saparie, Gunoto. Kesehatan reproduksi Remaja Terabaikan. http://www.suarakarya-online.com,8-7-2005.


Sarwono, W, Sarlito. Psikologi Remaja. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2002.


Sugiono. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta, 2001.



Analisis Faktor Risiko Kejadian Kanker Servik
Lihat Detail

Analisis Faktor Risiko Kejadian Kanker Servik

Analisis Faktor Risiko Kejadian Kanker Servik


Moh Joeharno, SKM


Pendahuluan


  1. Latar Belakang

Upaya pemberantasan penyakit menular dan tidak menular merupakan salah satu program dalam rangka menciptakan keadaan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat yang mencapai derajat kesehatan yang seoptimal mungkin.

Terjadinya perubahan gaya hidup sebagai dampak dari transisi demografi merupakan tantangan terhadap upaya pemberantasan penyakit menular dan penyakit tidak menular.

Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada servik uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina). Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang telah berumur, tetapi bukti statistik menunjukan bahwa kanker leher rahim dapat juga menyerang wanita yang berumur antara 20 sampai 30 tahun.

Layaknya semua kanker, kanker leher rahim terjadi ditandai dengan adanya pertumbuhan sel-sel pada leher rahim yang tidak lazim (abnormal). Tetapi sebelum sel-sel tersebut menjadi sel-sel kanker, terjadi beberapa perubahan yang dialami oleh sel-sel tersebut.

Kanker leher rahim merupakan kanker kedua terbanyak ditemukan pada wanita di dunia. Kurang lebih 500.000 kasus baru kanker leher rahim terjadi tiap tahun dan tiga perempatnya terjadi di negara berkembang.

Menurut Siregar (2002), Kanker leher rahim merupakan kanker terbanyak diderita oleh wanita dan merupakan penyebab kematian tertinggi akibat kanker pada wanita. Oleh sebab itu diperlukan upaya maksimal dalam rangka penanggulangan terhadap kejadian kanker servik yang mencakup upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Kanker servik uteri atau leher rahim ini menduduki peringkat utama pada kasus kanker yang menyerang wanita di Indonesia. Data Departemen Kesehatan menunjukkan hingga kini jumlah penderitanya mencapai 50 per 100.000 penduduk.

Penanggulangan kanker masih merupakan masalah yang cukup berat. Penderita biasa datang dalam keadaan stadium lanjut. Itu beralasan, mengingat pada tahap awal sering tak menampakkan gejala khas.

Ketidaktahuan kaum wanita terhadap penanggulangan kanker servik tentunya berhubungan dengan keterlambatan untuk memeriksakan kesehatan dirinya terutama kesehatan reproduksi.

Menurut Mamiek dan Wibowo (2000), penyebab langsung kanker leher rahim belum diketahui secara pasti, tetapi ada bukti kuat bahwa kejadiannya berhubungan erat dengan sejumlah faktor ekstrinsik.

Data kunjungan Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo yang tergabung dalam rekam medik menujukkan bahwa jumlah penderita kanker servik yang datang berobat cenderung meningkat dari tahun ke tahun dimana pada tahun 2001 terdapat 50 kasus, tahun 2002 sebanyak 116 kasus, tahun 2003 sebanyak 131 kasus dan tahun 2004 mengalami penurunan menjadi 117 kasus.

Hal ini memberikan indikasi bahwa penaggulangan terhadap kejadian kanker servik di Kota Makassar masih relatif kurang yang dapat disebabkan oleh banyak faktor diantaranya perhatian terhadap penanggulangan penyakit ini masih relatif rendah.

Salah satu aspek yang mendukung upaya penanggulangan kanker servik adalah pelaksanaan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian kanker servik sehingga dengan hasil penelitian yang diperoleh dapat dijadikan acuan dalam penyusunan rencana program penanggulangan kanker servik.

  1. Rumusan Masalah

    1. Benarkah umur merupakan faktor risiko kejadian kanker servik ?

    2. Benarkah umur perkawinan merupakan faktor risiko kejadian kanker servik ?

    3. Benarkah paritas merupakan faktor risiko kejadian kanker servik ?

  2. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian kanker servik.

    1. Tujuan Khusus

  1. Menganalisis besar risiko faktor umur terhadap kejadian kanker servik

  2. Menganalisis besar risiko faktor umur perkawinan terhadap kejadian kanker servik

  3. Menganalisis besar risiko faktor paritas terhadap kejadian kanker servik

  1. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat praktis

    2. Manfaat keilmuan

    3. Manfaat bagi peneliti


Kepustakaan

      1. Tinjauan tentang Kanker

      2. Tinjauan tentang Kanker Servik

      3. Tinjauan Faktor Risiko Kanker Servik

      4. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

  1. Kanker servik

Kanker servik adalah pertumbuhan sel bersifat abnormal yang terjadi pada servik uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina) (Riono, 1999).

Keriteria objektif

a. Kanker servik : Jika sesuai dengan kriteria diatas dan terdiagnosis kanker servik berdasarkan hasil anamnese dan pemeriksaan melalui Pap’s Smear Test, biopsi dan CT Sken seperti yang tercatat dalam status rekam medik pasien.

b. Bukan kanker servik : Jika tidak sesuai dengan kriteria diatas

  1. Umur

Yang dimaksud umur dalam penelitian adalah perhitungan lama kehidupan dimana dihitung berdasarkan waktu kelahiran hidup pertama hingga pada saat penelitian berlangsung berdasarkan status yang tercantum dalam rekam medik.

Kriteria objektif

a. Risiko Tinggi : Jika umur wanita > 35 tahun

b. Risiko Rendah : Jika umur wanita ≤ 35 tahun

  1. Umur Perkawinan

Umur perkawinan adalah umur seorang wanita pada saat melakukan ikatan resmi pertama kali dengan seorang pria yang bukan muhrimnya. Umur perkawinan ini dihitung berdasarkan tanggal, bulan dan tahun kelahiran sampai pada saat melakukan akad nikah pertama.

Kriteria objektif

a. Risiko Tinggi : Jika umur perkawinan ≤ 20 tahun

b. Risiko Rendah : Jika umur perkawinan > 20 tahun

  1. Paritas

Paritas adalah banyaknya kelahiran yang dialami oleh seorang wanita atau banyaknya anak yang dilahirkan.

a. Risiko Tinggi : Jika jumlah anak yang telah dilahirkan > 3 orang

b. Risiko Rendah : Jika jumlah anak yang telah dilahirkan ≤ 3 orang

      1. Hipotesis Penelitian

  1. Hipotesis null (Ho)

        1. Umur > 35 tahun bukan merupakan faktor risiko terhadap kejadian kanker servik

        2. Umur perkawinan ≤ 20 tahun bukan merupakan faktor risiko kejadian kanker servik

        3. Paritas > 3 bukan merupakan faktor risiko kejadian kanker servik

    1. Hipotesis alternatif (Ha)

        1. Umur > 35 tahun merupakan faktor risiko terhadap kejadian kanker servik

        2. Umur perkawinan ≤ 20 tahun merupakan faktor risiko kejadian kanker servik

        3. Paritas > 3 merupakan actor risiko kejadian kanker servik


Metode Penelitian

  1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan Case Control Study.

  1. Populasi dan Sampel

        1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita kanker servik menurut laporan rekam medik BLU Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar periode 2001 – 2004 yang berjumlah 414 kasus.

        1. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dianggap dapat mewakili populasi. Terdapat 2 golongan yaitu sebagai berikut:

    1. Kasus adalah penderita kanker servik.

    2. Kontrol adalah bukan penderita kanker servik yang disamakan berdasarkan status pendidikan.

Penentuan besar sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan tabel Lemeshow et.al.dengan perkiraan OR = 2,00 dalam jarak 50 % dengan derajat kepercayaan 95 %. Perkiraan besar sampel 0,50 dan didapatkan jumlah sampel 68 dengan perbandingan sampel kasus dan kontrol 1 : 1 sehingga jumlah keseluruhan 136 sampel.

Sampel diambil dengan teknik purpossive sampling dengan kriteria sebagai berikut :

  1. Terdiagnosis kanker servik pada stadium tertentu

  2. Telah menjalani pengobatan

  3. Pada sampel dengan status kawin dan tidak sedang pada perkawinan lebih dari 1 kali

  4. Status rekam medis lengkap

  1. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari laporan rekapitulasi penderita kanker servik BLU RS Dr. Wahidin Sudirohusodo.

  1. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

  1. Setelah data dikumpulkan dilapangan, ceklist diperiksa kelengkapannya apakah sesuai dengan instrumen yang ada, bila ceklist tidak lengkap maka harus kembali kelapangan

  2. Bila semua ceklist terisi sesuai dengan petunjuk pengisian maka langkah selanjutnya adalah memberikan perlakuan terhadap data tersebut yang terdiri atas editing, coding, tabulating, mengolah data, melakukan analisis dan menarik kesimpulan.

  1. Analisa Data

        1. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum variabel yang diteliti.

        1. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Karena rancangan penelitian adalah studi kasus dan kontrol maka dilakukan perhitungan Odds Ratio (OR).

  1. Penyajian Data

Dalam bentuk tabel analisis univariat dan bivariat


Hasil Penelitian dan Pembahasan

Responden terbanyak berada pada kelompok umur 41 – 45 tahun sebanyak 35 (25,7%) dan terendah pada kelompok umur 21 – 25 tahun sebanyak 1 (0,7%).

Jenjang pendidikan yang telah ditamatkan responden, tertinggi sampai jenjang SMA sebanyak 38 responden (27,9%) dan terendah dengan jenjang pendidikan Stara 1 sebanyak 18 responden (13,2%).

Angka tertinggi ditunjukkan pada ibu yang tidak bekerja diluar rumah (URT) sebanyak 73 responden (53,7%) sedangkan jenis pekerjaan yang banyak digeluti responden penelitian adalah sebagai pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 39 responden (28,7%) dan terendah pada responden yang bekerja sebagai petani sebanyak 4 responden (2,9%).

Sebagian besar responden telah memiliki lama perkawinan 11 – 20 tahun sebanyak 52 (38,2%) sedangkan yang terendah adalah mereka yang memiliki lama perkawinan ≤ 10 tahun sebanyak 19 responden (14,0%).

Sebagian besar responden melaksanakan perkawinan pada umur antara 21 – 30 tahun sebanyak 82 (60,3%) sedangkan terendah adalah pada umur > 30 tahun sebanyak 14 (10,3%).

Sebagian besar responden telah memiliki anak <> 7 orang sebanyak 10 responden (7,4%).

Responden dengan umur yang berisiko tinggi terhadap kanker servik sebagian besar terdistribusi pada penderita kanker servik (kasus) sebanyak 63 (53,4%) sedangkan responden dengan umur berisiko rendah sebagian besar terdistribusi pada bukan penderita kanker servik (kontrol) sebanyak 13 (72,2%).

Odds Ratio (OR) diperoleh nilai = 2,979 yang berarti bahwa umur > 35 tahun berisiko 3 kali mengalami kanker servik. Jika ditinjau dari nilai confidence interval (CI) diperoleh nilai lower limit = 0,998 dan nilai upper limit = 8,884 yang menunjukkan bahwa nilai upper dan lower limit mencakup 1 sehingga hubungan yang ditimbulkan dikatakan tidak bermakna.

Responden yang melaksanakan perkawinan pada umur berisiko tinggi sebagian besar terdistribusi pada penderita kanker servik (kasus) sebanyak 24 (70,0%) sedangkan responden yang melaksanakan perkawinan pada umur yang berisiko rendah sebagian besar terdistribusi pada kontrol (bukan penderita kanker servik) sebanyak 56 (58,3%).

Nilai OR = 3,267 yang berarti bahwa perempuan yang melaksanakan perkawinan pada umur ≤ 20 tahun berisiko 3,3 kali terhadap kejadian kanker servik. Jika dengan memperhitungkan nilai confidence interval (CI) diperoleh nilai lower limit = 1,485 dan nilai upper limit = 7,188 yang tidak mencakup 1 sehingga hubungan yang ditimbulkan dikatakan bermakna.

Responden dengan paritas yang berisiko tinggi sebagian besar terdistribusi pada sampel kasus (penderita kanker servik) sebanyak 41 (70,7%) sedangkan sampel dengan paritas dengan risiko rendah sebagian besar terdistribusi pada sampel kontrol (bukan penderita) kanker servik sebanyak 51 sampel (65,4%).

Odds Ratio diperoleh nilai OR = 4,556 yang berarti bahwa paritas merupakan faktor risiko kejadian kanker servik dengan besar risiko 4,6 kali pada ibu dengan paritas > 3 untuk terkena kanker servik. Jika dengan mempertimbangkan aspek confidence interval (CI) diperoleh nilai lower limit = 2,1889 dan nilai upper limit = 9,481 dimana nilai lower dan upper limit tidak mencakup 1 sehingga risiko yang ditimbulkan bermakna.


Keterbatasan Penelitian

  1. Keterbatasan variabel penelitian

  2. Keterbatasan peneliti


Kesimpulan

  1. Umur bukan merupakan faktor risiko terhadap kejadian kanker servik dengan nilai lower dan upper limit tidak mencakup 1 dimana umur lebih dari 30 tahun tidak memberikan pengaruh terhadap kejadian kanker servik.

  2. Umur perkawinan merupakan faktor risiko terhadap kejadian kanker servik dengan besar risiko 2,545 kali untuk mengalami kanker servik pada perempuan yang melaksanakan perkawinan pada usia ≤ 20 tahun dibandingkan dengan perkawinan pada usia > 20 tahun dengan hubungan yang ditimbulkan dikatakan bermakna sehingga Ho ditolak.

  3. Paritas merupakan faktor risiko terhadap kejadian kanker servik dengan besar risiko 4,556 kali untuk terkena kanker servik pada perempuan dengan paritas > 3 dibandingkan perempuan dengan paritas ≤ 3 dengan hubungan yang ditimbulkan bermakna sehingga Ho ditolak.


Saran

  1. Perlunya peningkatan pengetahuan dan pemahaman terhadap kanker servik terutama dengan melaksanakan penyuluhan tentang kanker servik yang dimulai sejak dini yaitu pada perempuan di usia remaja

  2. Perlunya pemberian aktivitas tambahan kepada kaum remaja dala upaya penundaan usia perkawinan sehingga dapat mencegah terjadinya kanker servik

  3. Perlunya penanganan yang lebih lanjut terhadap kejadian kanker servik dengan melaksanakan penyebaran informasi kepada ibu rumah tangga dimana informasi tersebut merupakan upaya untuk merendahkan angka kehamilan sehingga salah satu faktor risiko kanker servik yaitu paritas dapat diatasi.

  4. Perlunya penelitian lebih lanjut dari beberapa faktor yang menjadi risiko terhadap kejadian kanker servik yang dapat digunakan sebagai bahan informasi dalam rangka upaya penanggulangan dan pencegahan kematian dan kesakitan akibat kanker servik.


Daftar Pustaka

Arif Mansjoer dkk, Kapita Selekta Kedokteran Edisi III Jilid 1, Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI, Jakarta, 1999.


Arna Glasier dan Alisa Gebbie, Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2005.


Depkes RI, Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan Indikator Propinsi Sehat dan Kabupaten/Kota Sehat, Jakarta, 2003.


Depkes RI, Sistem Kesehatan Nasional, Jakarta, 2003.


Eko Budiarto, Metodologi Penelitian Kedokteran sebagai Pengantar, Jakarta, EGC, 2003.


Eko Budiarto dan Dewi Anggraeni, Pengantar Epidemiologi, Edisi II, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2003.


Erik Tapan, Kanker, Antioksidan dan Terapi Komplementer, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, 2005.


Lemeshow,dkk, Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan. University Press. Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta, 1995.


M. N. Bustan, Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 2000.


Rustam Mochtar, Sinopsis Obstetri Edisi II, Penerbit Buku Kedokteran EGC, jakarta, 1998.


Sugiyono, 2002, Statistika Untuk Penelitian, CV. Alvabeta, Bandung


Wim De Jong, Kanker, Apakah Itu ? Pengobatan, Harapan hidup dan Dukungan Keluarga, Jakarta, Arcan, 2004.



Analisis Faktor Risiko Kejadian Kanker Servik


Moh Joeharno, SKM


Pendahuluan


  1. Latar Belakang

Upaya pemberantasan penyakit menular dan tidak menular merupakan salah satu program dalam rangka menciptakan keadaan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat yang mencapai derajat kesehatan yang seoptimal mungkin.

Terjadinya perubahan gaya hidup sebagai dampak dari transisi demografi merupakan tantangan terhadap upaya pemberantasan penyakit menular dan penyakit tidak menular.

Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada servik uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina). Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang telah berumur, tetapi bukti statistik menunjukan bahwa kanker leher rahim dapat juga menyerang wanita yang berumur antara 20 sampai 30 tahun.

Layaknya semua kanker, kanker leher rahim terjadi ditandai dengan adanya pertumbuhan sel-sel pada leher rahim yang tidak lazim (abnormal). Tetapi sebelum sel-sel tersebut menjadi sel-sel kanker, terjadi beberapa perubahan yang dialami oleh sel-sel tersebut.

Kanker leher rahim merupakan kanker kedua terbanyak ditemukan pada wanita di dunia. Kurang lebih 500.000 kasus baru kanker leher rahim terjadi tiap tahun dan tiga perempatnya terjadi di negara berkembang.

Menurut Siregar (2002), Kanker leher rahim merupakan kanker terbanyak diderita oleh wanita dan merupakan penyebab kematian tertinggi akibat kanker pada wanita. Oleh sebab itu diperlukan upaya maksimal dalam rangka penanggulangan terhadap kejadian kanker servik yang mencakup upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Kanker servik uteri atau leher rahim ini menduduki peringkat utama pada kasus kanker yang menyerang wanita di Indonesia. Data Departemen Kesehatan menunjukkan hingga kini jumlah penderitanya mencapai 50 per 100.000 penduduk.

Penanggulangan kanker masih merupakan masalah yang cukup berat. Penderita biasa datang dalam keadaan stadium lanjut. Itu beralasan, mengingat pada tahap awal sering tak menampakkan gejala khas.

Ketidaktahuan kaum wanita terhadap penanggulangan kanker servik tentunya berhubungan dengan keterlambatan untuk memeriksakan kesehatan dirinya terutama kesehatan reproduksi.

Menurut Mamiek dan Wibowo (2000), penyebab langsung kanker leher rahim belum diketahui secara pasti, tetapi ada bukti kuat bahwa kejadiannya berhubungan erat dengan sejumlah faktor ekstrinsik.

Data kunjungan Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo yang tergabung dalam rekam medik menujukkan bahwa jumlah penderita kanker servik yang datang berobat cenderung meningkat dari tahun ke tahun dimana pada tahun 2001 terdapat 50 kasus, tahun 2002 sebanyak 116 kasus, tahun 2003 sebanyak 131 kasus dan tahun 2004 mengalami penurunan menjadi 117 kasus.

Hal ini memberikan indikasi bahwa penaggulangan terhadap kejadian kanker servik di Kota Makassar masih relatif kurang yang dapat disebabkan oleh banyak faktor diantaranya perhatian terhadap penanggulangan penyakit ini masih relatif rendah.

Salah satu aspek yang mendukung upaya penanggulangan kanker servik adalah pelaksanaan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian kanker servik sehingga dengan hasil penelitian yang diperoleh dapat dijadikan acuan dalam penyusunan rencana program penanggulangan kanker servik.

  1. Rumusan Masalah

    1. Benarkah umur merupakan faktor risiko kejadian kanker servik ?

    2. Benarkah umur perkawinan merupakan faktor risiko kejadian kanker servik ?

    3. Benarkah paritas merupakan faktor risiko kejadian kanker servik ?

  2. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian kanker servik.

    1. Tujuan Khusus

  1. Menganalisis besar risiko faktor umur terhadap kejadian kanker servik

  2. Menganalisis besar risiko faktor umur perkawinan terhadap kejadian kanker servik

  3. Menganalisis besar risiko faktor paritas terhadap kejadian kanker servik

  1. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat praktis

    2. Manfaat keilmuan

    3. Manfaat bagi peneliti


Kepustakaan

      1. Tinjauan tentang Kanker

      2. Tinjauan tentang Kanker Servik

      3. Tinjauan Faktor Risiko Kanker Servik

      4. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

  1. Kanker servik

Kanker servik adalah pertumbuhan sel bersifat abnormal yang terjadi pada servik uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina) (Riono, 1999).

Keriteria objektif

a. Kanker servik : Jika sesuai dengan kriteria diatas dan terdiagnosis kanker servik berdasarkan hasil anamnese dan pemeriksaan melalui Pap’s Smear Test, biopsi dan CT Sken seperti yang tercatat dalam status rekam medik pasien.

b. Bukan kanker servik : Jika tidak sesuai dengan kriteria diatas

  1. Umur

Yang dimaksud umur dalam penelitian adalah perhitungan lama kehidupan dimana dihitung berdasarkan waktu kelahiran hidup pertama hingga pada saat penelitian berlangsung berdasarkan status yang tercantum dalam rekam medik.

Kriteria objektif

a. Risiko Tinggi : Jika umur wanita > 35 tahun

b. Risiko Rendah : Jika umur wanita ≤ 35 tahun

  1. Umur Perkawinan

Umur perkawinan adalah umur seorang wanita pada saat melakukan ikatan resmi pertama kali dengan seorang pria yang bukan muhrimnya. Umur perkawinan ini dihitung berdasarkan tanggal, bulan dan tahun kelahiran sampai pada saat melakukan akad nikah pertama.

Kriteria objektif

a. Risiko Tinggi : Jika umur perkawinan ≤ 20 tahun

b. Risiko Rendah : Jika umur perkawinan > 20 tahun

  1. Paritas

Paritas adalah banyaknya kelahiran yang dialami oleh seorang wanita atau banyaknya anak yang dilahirkan.

a. Risiko Tinggi : Jika jumlah anak yang telah dilahirkan > 3 orang

b. Risiko Rendah : Jika jumlah anak yang telah dilahirkan ≤ 3 orang

      1. Hipotesis Penelitian

  1. Hipotesis null (Ho)

        1. Umur > 35 tahun bukan merupakan faktor risiko terhadap kejadian kanker servik

        2. Umur perkawinan ≤ 20 tahun bukan merupakan faktor risiko kejadian kanker servik

        3. Paritas > 3 bukan merupakan faktor risiko kejadian kanker servik

    1. Hipotesis alternatif (Ha)

        1. Umur > 35 tahun merupakan faktor risiko terhadap kejadian kanker servik

        2. Umur perkawinan ≤ 20 tahun merupakan faktor risiko kejadian kanker servik

        3. Paritas > 3 merupakan actor risiko kejadian kanker servik


Metode Penelitian

  1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan Case Control Study.

  1. Populasi dan Sampel

        1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita kanker servik menurut laporan rekam medik BLU Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar periode 2001 – 2004 yang berjumlah 414 kasus.

        1. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dianggap dapat mewakili populasi. Terdapat 2 golongan yaitu sebagai berikut:

    1. Kasus adalah penderita kanker servik.

    2. Kontrol adalah bukan penderita kanker servik yang disamakan berdasarkan status pendidikan.

Penentuan besar sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan tabel Lemeshow et.al.dengan perkiraan OR = 2,00 dalam jarak 50 % dengan derajat kepercayaan 95 %. Perkiraan besar sampel 0,50 dan didapatkan jumlah sampel 68 dengan perbandingan sampel kasus dan kontrol 1 : 1 sehingga jumlah keseluruhan 136 sampel.

Sampel diambil dengan teknik purpossive sampling dengan kriteria sebagai berikut :

  1. Terdiagnosis kanker servik pada stadium tertentu

  2. Telah menjalani pengobatan

  3. Pada sampel dengan status kawin dan tidak sedang pada perkawinan lebih dari 1 kali

  4. Status rekam medis lengkap

  1. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari laporan rekapitulasi penderita kanker servik BLU RS Dr. Wahidin Sudirohusodo.

  1. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

  1. Setelah data dikumpulkan dilapangan, ceklist diperiksa kelengkapannya apakah sesuai dengan instrumen yang ada, bila ceklist tidak lengkap maka harus kembali kelapangan

  2. Bila semua ceklist terisi sesuai dengan petunjuk pengisian maka langkah selanjutnya adalah memberikan perlakuan terhadap data tersebut yang terdiri atas editing, coding, tabulating, mengolah data, melakukan analisis dan menarik kesimpulan.

  1. Analisa Data

        1. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum variabel yang diteliti.

        1. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Karena rancangan penelitian adalah studi kasus dan kontrol maka dilakukan perhitungan Odds Ratio (OR).

  1. Penyajian Data

Dalam bentuk tabel analisis univariat dan bivariat


Hasil Penelitian dan Pembahasan

Responden terbanyak berada pada kelompok umur 41 – 45 tahun sebanyak 35 (25,7%) dan terendah pada kelompok umur 21 – 25 tahun sebanyak 1 (0,7%).

Jenjang pendidikan yang telah ditamatkan responden, tertinggi sampai jenjang SMA sebanyak 38 responden (27,9%) dan terendah dengan jenjang pendidikan Stara 1 sebanyak 18 responden (13,2%).

Angka tertinggi ditunjukkan pada ibu yang tidak bekerja diluar rumah (URT) sebanyak 73 responden (53,7%) sedangkan jenis pekerjaan yang banyak digeluti responden penelitian adalah sebagai pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 39 responden (28,7%) dan terendah pada responden yang bekerja sebagai petani sebanyak 4 responden (2,9%).

Sebagian besar responden telah memiliki lama perkawinan 11 – 20 tahun sebanyak 52 (38,2%) sedangkan yang terendah adalah mereka yang memiliki lama perkawinan ≤ 10 tahun sebanyak 19 responden (14,0%).

Sebagian besar responden melaksanakan perkawinan pada umur antara 21 – 30 tahun sebanyak 82 (60,3%) sedangkan terendah adalah pada umur > 30 tahun sebanyak 14 (10,3%).

Sebagian besar responden telah memiliki anak <> 7 orang sebanyak 10 responden (7,4%).

Responden dengan umur yang berisiko tinggi terhadap kanker servik sebagian besar terdistribusi pada penderita kanker servik (kasus) sebanyak 63 (53,4%) sedangkan responden dengan umur berisiko rendah sebagian besar terdistribusi pada bukan penderita kanker servik (kontrol) sebanyak 13 (72,2%).

Odds Ratio (OR) diperoleh nilai = 2,979 yang berarti bahwa umur > 35 tahun berisiko 3 kali mengalami kanker servik. Jika ditinjau dari nilai confidence interval (CI) diperoleh nilai lower limit = 0,998 dan nilai upper limit = 8,884 yang menunjukkan bahwa nilai upper dan lower limit mencakup 1 sehingga hubungan yang ditimbulkan dikatakan tidak bermakna.

Responden yang melaksanakan perkawinan pada umur berisiko tinggi sebagian besar terdistribusi pada penderita kanker servik (kasus) sebanyak 24 (70,0%) sedangkan responden yang melaksanakan perkawinan pada umur yang berisiko rendah sebagian besar terdistribusi pada kontrol (bukan penderita kanker servik) sebanyak 56 (58,3%).

Nilai OR = 3,267 yang berarti bahwa perempuan yang melaksanakan perkawinan pada umur ≤ 20 tahun berisiko 3,3 kali terhadap kejadian kanker servik. Jika dengan memperhitungkan nilai confidence interval (CI) diperoleh nilai lower limit = 1,485 dan nilai upper limit = 7,188 yang tidak mencakup 1 sehingga hubungan yang ditimbulkan dikatakan bermakna.

Responden dengan paritas yang berisiko tinggi sebagian besar terdistribusi pada sampel kasus (penderita kanker servik) sebanyak 41 (70,7%) sedangkan sampel dengan paritas dengan risiko rendah sebagian besar terdistribusi pada sampel kontrol (bukan penderita) kanker servik sebanyak 51 sampel (65,4%).

Odds Ratio diperoleh nilai OR = 4,556 yang berarti bahwa paritas merupakan faktor risiko kejadian kanker servik dengan besar risiko 4,6 kali pada ibu dengan paritas > 3 untuk terkena kanker servik. Jika dengan mempertimbangkan aspek confidence interval (CI) diperoleh nilai lower limit = 2,1889 dan nilai upper limit = 9,481 dimana nilai lower dan upper limit tidak mencakup 1 sehingga risiko yang ditimbulkan bermakna.


Keterbatasan Penelitian

  1. Keterbatasan variabel penelitian

  2. Keterbatasan peneliti


Kesimpulan

  1. Umur bukan merupakan faktor risiko terhadap kejadian kanker servik dengan nilai lower dan upper limit tidak mencakup 1 dimana umur lebih dari 30 tahun tidak memberikan pengaruh terhadap kejadian kanker servik.

  2. Umur perkawinan merupakan faktor risiko terhadap kejadian kanker servik dengan besar risiko 2,545 kali untuk mengalami kanker servik pada perempuan yang melaksanakan perkawinan pada usia ≤ 20 tahun dibandingkan dengan perkawinan pada usia > 20 tahun dengan hubungan yang ditimbulkan dikatakan bermakna sehingga Ho ditolak.

  3. Paritas merupakan faktor risiko terhadap kejadian kanker servik dengan besar risiko 4,556 kali untuk terkena kanker servik pada perempuan dengan paritas > 3 dibandingkan perempuan dengan paritas ≤ 3 dengan hubungan yang ditimbulkan bermakna sehingga Ho ditolak.


Saran

  1. Perlunya peningkatan pengetahuan dan pemahaman terhadap kanker servik terutama dengan melaksanakan penyuluhan tentang kanker servik yang dimulai sejak dini yaitu pada perempuan di usia remaja

  2. Perlunya pemberian aktivitas tambahan kepada kaum remaja dala upaya penundaan usia perkawinan sehingga dapat mencegah terjadinya kanker servik

  3. Perlunya penanganan yang lebih lanjut terhadap kejadian kanker servik dengan melaksanakan penyebaran informasi kepada ibu rumah tangga dimana informasi tersebut merupakan upaya untuk merendahkan angka kehamilan sehingga salah satu faktor risiko kanker servik yaitu paritas dapat diatasi.

  4. Perlunya penelitian lebih lanjut dari beberapa faktor yang menjadi risiko terhadap kejadian kanker servik yang dapat digunakan sebagai bahan informasi dalam rangka upaya penanggulangan dan pencegahan kematian dan kesakitan akibat kanker servik.


Daftar Pustaka

Arif Mansjoer dkk, Kapita Selekta Kedokteran Edisi III Jilid 1, Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI, Jakarta, 1999.


Arna Glasier dan Alisa Gebbie, Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2005.


Depkes RI, Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan Indikator Propinsi Sehat dan Kabupaten/Kota Sehat, Jakarta, 2003.


Depkes RI, Sistem Kesehatan Nasional, Jakarta, 2003.


Eko Budiarto, Metodologi Penelitian Kedokteran sebagai Pengantar, Jakarta, EGC, 2003.


Eko Budiarto dan Dewi Anggraeni, Pengantar Epidemiologi, Edisi II, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2003.


Erik Tapan, Kanker, Antioksidan dan Terapi Komplementer, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, 2005.


Lemeshow,dkk, Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan. University Press. Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta, 1995.


M. N. Bustan, Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 2000.


Rustam Mochtar, Sinopsis Obstetri Edisi II, Penerbit Buku Kedokteran EGC, jakarta, 1998.


Sugiyono, 2002, Statistika Untuk Penelitian, CV. Alvabeta, Bandung


Wim De Jong, Kanker, Apakah Itu ? Pengobatan, Harapan hidup dan Dukungan Keluarga, Jakarta, Arcan, 2004.



Analisis Faktor Risiko Kejadian Kanker Servik


Moh Joeharno, SKM


Pendahuluan


  1. Latar Belakang

Upaya pemberantasan penyakit menular dan tidak menular merupakan salah satu program dalam rangka menciptakan keadaan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat yang mencapai derajat kesehatan yang seoptimal mungkin.

Terjadinya perubahan gaya hidup sebagai dampak dari transisi demografi merupakan tantangan terhadap upaya pemberantasan penyakit menular dan penyakit tidak menular.

Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada servik uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina). Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang telah berumur, tetapi bukti statistik menunjukan bahwa kanker leher rahim dapat juga menyerang wanita yang berumur antara 20 sampai 30 tahun.

Layaknya semua kanker, kanker leher rahim terjadi ditandai dengan adanya pertumbuhan sel-sel pada leher rahim yang tidak lazim (abnormal). Tetapi sebelum sel-sel tersebut menjadi sel-sel kanker, terjadi beberapa perubahan yang dialami oleh sel-sel tersebut.

Kanker leher rahim merupakan kanker kedua terbanyak ditemukan pada wanita di dunia. Kurang lebih 500.000 kasus baru kanker leher rahim terjadi tiap tahun dan tiga perempatnya terjadi di negara berkembang.

Menurut Siregar (2002), Kanker leher rahim merupakan kanker terbanyak diderita oleh wanita dan merupakan penyebab kematian tertinggi akibat kanker pada wanita. Oleh sebab itu diperlukan upaya maksimal dalam rangka penanggulangan terhadap kejadian kanker servik yang mencakup upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Kanker servik uteri atau leher rahim ini menduduki peringkat utama pada kasus kanker yang menyerang wanita di Indonesia. Data Departemen Kesehatan menunjukkan hingga kini jumlah penderitanya mencapai 50 per 100.000 penduduk.

Penanggulangan kanker masih merupakan masalah yang cukup berat. Penderita biasa datang dalam keadaan stadium lanjut. Itu beralasan, mengingat pada tahap awal sering tak menampakkan gejala khas.

Ketidaktahuan kaum wanita terhadap penanggulangan kanker servik tentunya berhubungan dengan keterlambatan untuk memeriksakan kesehatan dirinya terutama kesehatan reproduksi.

Menurut Mamiek dan Wibowo (2000), penyebab langsung kanker leher rahim belum diketahui secara pasti, tetapi ada bukti kuat bahwa kejadiannya berhubungan erat dengan sejumlah faktor ekstrinsik.

Data kunjungan Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo yang tergabung dalam rekam medik menujukkan bahwa jumlah penderita kanker servik yang datang berobat cenderung meningkat dari tahun ke tahun dimana pada tahun 2001 terdapat 50 kasus, tahun 2002 sebanyak 116 kasus, tahun 2003 sebanyak 131 kasus dan tahun 2004 mengalami penurunan menjadi 117 kasus.

Hal ini memberikan indikasi bahwa penaggulangan terhadap kejadian kanker servik di Kota Makassar masih relatif kurang yang dapat disebabkan oleh banyak faktor diantaranya perhatian terhadap penanggulangan penyakit ini masih relatif rendah.

Salah satu aspek yang mendukung upaya penanggulangan kanker servik adalah pelaksanaan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian kanker servik sehingga dengan hasil penelitian yang diperoleh dapat dijadikan acuan dalam penyusunan rencana program penanggulangan kanker servik.

  1. Rumusan Masalah

    1. Benarkah umur merupakan faktor risiko kejadian kanker servik ?

    2. Benarkah umur perkawinan merupakan faktor risiko kejadian kanker servik ?

    3. Benarkah paritas merupakan faktor risiko kejadian kanker servik ?

  2. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian kanker servik.

    1. Tujuan Khusus

  1. Menganalisis besar risiko faktor umur terhadap kejadian kanker servik

  2. Menganalisis besar risiko faktor umur perkawinan terhadap kejadian kanker servik

  3. Menganalisis besar risiko faktor paritas terhadap kejadian kanker servik

  1. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat praktis

    2. Manfaat keilmuan

    3. Manfaat bagi peneliti


Kepustakaan

      1. Tinjauan tentang Kanker

      2. Tinjauan tentang Kanker Servik

      3. Tinjauan Faktor Risiko Kanker Servik

      4. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

  1. Kanker servik

Kanker servik adalah pertumbuhan sel bersifat abnormal yang terjadi pada servik uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina) (Riono, 1999).

Keriteria objektif

a. Kanker servik : Jika sesuai dengan kriteria diatas dan terdiagnosis kanker servik berdasarkan hasil anamnese dan pemeriksaan melalui Pap’s Smear Test, biopsi dan CT Sken seperti yang tercatat dalam status rekam medik pasien.

b. Bukan kanker servik : Jika tidak sesuai dengan kriteria diatas

  1. Umur

Yang dimaksud umur dalam penelitian adalah perhitungan lama kehidupan dimana dihitung berdasarkan waktu kelahiran hidup pertama hingga pada saat penelitian berlangsung berdasarkan status yang tercantum dalam rekam medik.

Kriteria objektif

a. Risiko Tinggi : Jika umur wanita > 35 tahun

b. Risiko Rendah : Jika umur wanita ≤ 35 tahun

  1. Umur Perkawinan

Umur perkawinan adalah umur seorang wanita pada saat melakukan ikatan resmi pertama kali dengan seorang pria yang bukan muhrimnya. Umur perkawinan ini dihitung berdasarkan tanggal, bulan dan tahun kelahiran sampai pada saat melakukan akad nikah pertama.

Kriteria objektif

a. Risiko Tinggi : Jika umur perkawinan ≤ 20 tahun

b. Risiko Rendah : Jika umur perkawinan > 20 tahun

  1. Paritas

Paritas adalah banyaknya kelahiran yang dialami oleh seorang wanita atau banyaknya anak yang dilahirkan.

a. Risiko Tinggi : Jika jumlah anak yang telah dilahirkan > 3 orang

b. Risiko Rendah : Jika jumlah anak yang telah dilahirkan ≤ 3 orang

      1. Hipotesis Penelitian

  1. Hipotesis null (Ho)

        1. Umur > 35 tahun bukan merupakan faktor risiko terhadap kejadian kanker servik

        2. Umur perkawinan ≤ 20 tahun bukan merupakan faktor risiko kejadian kanker servik

        3. Paritas > 3 bukan merupakan faktor risiko kejadian kanker servik

    1. Hipotesis alternatif (Ha)

        1. Umur > 35 tahun merupakan faktor risiko terhadap kejadian kanker servik

        2. Umur perkawinan ≤ 20 tahun merupakan faktor risiko kejadian kanker servik

        3. Paritas > 3 merupakan actor risiko kejadian kanker servik


Metode Penelitian

  1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan Case Control Study.

  1. Populasi dan Sampel

        1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita kanker servik menurut laporan rekam medik BLU Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar periode 2001 – 2004 yang berjumlah 414 kasus.

        1. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dianggap dapat mewakili populasi. Terdapat 2 golongan yaitu sebagai berikut:

    1. Kasus adalah penderita kanker servik.

    2. Kontrol adalah bukan penderita kanker servik yang disamakan berdasarkan status pendidikan.

Penentuan besar sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan tabel Lemeshow et.al.dengan perkiraan OR = 2,00 dalam jarak 50 % dengan derajat kepercayaan 95 %. Perkiraan besar sampel 0,50 dan didapatkan jumlah sampel 68 dengan perbandingan sampel kasus dan kontrol 1 : 1 sehingga jumlah keseluruhan 136 sampel.

Sampel diambil dengan teknik purpossive sampling dengan kriteria sebagai berikut :

  1. Terdiagnosis kanker servik pada stadium tertentu

  2. Telah menjalani pengobatan

  3. Pada sampel dengan status kawin dan tidak sedang pada perkawinan lebih dari 1 kali

  4. Status rekam medis lengkap

  1. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari laporan rekapitulasi penderita kanker servik BLU RS Dr. Wahidin Sudirohusodo.

  1. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

  1. Setelah data dikumpulkan dilapangan, ceklist diperiksa kelengkapannya apakah sesuai dengan instrumen yang ada, bila ceklist tidak lengkap maka harus kembali kelapangan

  2. Bila semua ceklist terisi sesuai dengan petunjuk pengisian maka langkah selanjutnya adalah memberikan perlakuan terhadap data tersebut yang terdiri atas editing, coding, tabulating, mengolah data, melakukan analisis dan menarik kesimpulan.

  1. Analisa Data

        1. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum variabel yang diteliti.

        1. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Karena rancangan penelitian adalah studi kasus dan kontrol maka dilakukan perhitungan Odds Ratio (OR).

  1. Penyajian Data

Dalam bentuk tabel analisis univariat dan bivariat


Hasil Penelitian dan Pembahasan

Responden terbanyak berada pada kelompok umur 41 – 45 tahun sebanyak 35 (25,7%) dan terendah pada kelompok umur 21 – 25 tahun sebanyak 1 (0,7%).

Jenjang pendidikan yang telah ditamatkan responden, tertinggi sampai jenjang SMA sebanyak 38 responden (27,9%) dan terendah dengan jenjang pendidikan Stara 1 sebanyak 18 responden (13,2%).

Angka tertinggi ditunjukkan pada ibu yang tidak bekerja diluar rumah (URT) sebanyak 73 responden (53,7%) sedangkan jenis pekerjaan yang banyak digeluti responden penelitian adalah sebagai pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 39 responden (28,7%) dan terendah pada responden yang bekerja sebagai petani sebanyak 4 responden (2,9%).

Sebagian besar responden telah memiliki lama perkawinan 11 – 20 tahun sebanyak 52 (38,2%) sedangkan yang terendah adalah mereka yang memiliki lama perkawinan ≤ 10 tahun sebanyak 19 responden (14,0%).

Sebagian besar responden melaksanakan perkawinan pada umur antara 21 – 30 tahun sebanyak 82 (60,3%) sedangkan terendah adalah pada umur > 30 tahun sebanyak 14 (10,3%).

Sebagian besar responden telah memiliki anak <> 7 orang sebanyak 10 responden (7,4%).

Responden dengan umur yang berisiko tinggi terhadap kanker servik sebagian besar terdistribusi pada penderita kanker servik (kasus) sebanyak 63 (53,4%) sedangkan responden dengan umur berisiko rendah sebagian besar terdistribusi pada bukan penderita kanker servik (kontrol) sebanyak 13 (72,2%).

Odds Ratio (OR) diperoleh nilai = 2,979 yang berarti bahwa umur > 35 tahun berisiko 3 kali mengalami kanker servik. Jika ditinjau dari nilai confidence interval (CI) diperoleh nilai lower limit = 0,998 dan nilai upper limit = 8,884 yang menunjukkan bahwa nilai upper dan lower limit mencakup 1 sehingga hubungan yang ditimbulkan dikatakan tidak bermakna.

Responden yang melaksanakan perkawinan pada umur berisiko tinggi sebagian besar terdistribusi pada penderita kanker servik (kasus) sebanyak 24 (70,0%) sedangkan responden yang melaksanakan perkawinan pada umur yang berisiko rendah sebagian besar terdistribusi pada kontrol (bukan penderita kanker servik) sebanyak 56 (58,3%).

Nilai OR = 3,267 yang berarti bahwa perempuan yang melaksanakan perkawinan pada umur ≤ 20 tahun berisiko 3,3 kali terhadap kejadian kanker servik. Jika dengan memperhitungkan nilai confidence interval (CI) diperoleh nilai lower limit = 1,485 dan nilai upper limit = 7,188 yang tidak mencakup 1 sehingga hubungan yang ditimbulkan dikatakan bermakna.

Responden dengan paritas yang berisiko tinggi sebagian besar terdistribusi pada sampel kasus (penderita kanker servik) sebanyak 41 (70,7%) sedangkan sampel dengan paritas dengan risiko rendah sebagian besar terdistribusi pada sampel kontrol (bukan penderita) kanker servik sebanyak 51 sampel (65,4%).

Odds Ratio diperoleh nilai OR = 4,556 yang berarti bahwa paritas merupakan faktor risiko kejadian kanker servik dengan besar risiko 4,6 kali pada ibu dengan paritas > 3 untuk terkena kanker servik. Jika dengan mempertimbangkan aspek confidence interval (CI) diperoleh nilai lower limit = 2,1889 dan nilai upper limit = 9,481 dimana nilai lower dan upper limit tidak mencakup 1 sehingga risiko yang ditimbulkan bermakna.


Keterbatasan Penelitian

  1. Keterbatasan variabel penelitian

  2. Keterbatasan peneliti


Kesimpulan

  1. Umur bukan merupakan faktor risiko terhadap kejadian kanker servik dengan nilai lower dan upper limit tidak mencakup 1 dimana umur lebih dari 30 tahun tidak memberikan pengaruh terhadap kejadian kanker servik.

  2. Umur perkawinan merupakan faktor risiko terhadap kejadian kanker servik dengan besar risiko 2,545 kali untuk mengalami kanker servik pada perempuan yang melaksanakan perkawinan pada usia ≤ 20 tahun dibandingkan dengan perkawinan pada usia > 20 tahun dengan hubungan yang ditimbulkan dikatakan bermakna sehingga Ho ditolak.

  3. Paritas merupakan faktor risiko terhadap kejadian kanker servik dengan besar risiko 4,556 kali untuk terkena kanker servik pada perempuan dengan paritas > 3 dibandingkan perempuan dengan paritas ≤ 3 dengan hubungan yang ditimbulkan bermakna sehingga Ho ditolak.


Saran

  1. Perlunya peningkatan pengetahuan dan pemahaman terhadap kanker servik terutama dengan melaksanakan penyuluhan tentang kanker servik yang dimulai sejak dini yaitu pada perempuan di usia remaja

  2. Perlunya pemberian aktivitas tambahan kepada kaum remaja dala upaya penundaan usia perkawinan sehingga dapat mencegah terjadinya kanker servik

  3. Perlunya penanganan yang lebih lanjut terhadap kejadian kanker servik dengan melaksanakan penyebaran informasi kepada ibu rumah tangga dimana informasi tersebut merupakan upaya untuk merendahkan angka kehamilan sehingga salah satu faktor risiko kanker servik yaitu paritas dapat diatasi.

  4. Perlunya penelitian lebih lanjut dari beberapa faktor yang menjadi risiko terhadap kejadian kanker servik yang dapat digunakan sebagai bahan informasi dalam rangka upaya penanggulangan dan pencegahan kematian dan kesakitan akibat kanker servik.


Daftar Pustaka

Arif Mansjoer dkk, Kapita Selekta Kedokteran Edisi III Jilid 1, Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI, Jakarta, 1999.


Arna Glasier dan Alisa Gebbie, Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2005.


Depkes RI, Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan Indikator Propinsi Sehat dan Kabupaten/Kota Sehat, Jakarta, 2003.


Depkes RI, Sistem Kesehatan Nasional, Jakarta, 2003.


Eko Budiarto, Metodologi Penelitian Kedokteran sebagai Pengantar, Jakarta, EGC, 2003.


Eko Budiarto dan Dewi Anggraeni, Pengantar Epidemiologi, Edisi II, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2003.


Erik Tapan, Kanker, Antioksidan dan Terapi Komplementer, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, 2005.


Lemeshow,dkk, Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan. University Press. Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta, 1995.


M. N. Bustan, Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 2000.


Rustam Mochtar, Sinopsis Obstetri Edisi II, Penerbit Buku Kedokteran EGC, jakarta, 1998.


Sugiyono, 2002, Statistika Untuk Penelitian, CV. Alvabeta, Bandung


Wim De Jong, Kanker, Apakah Itu ? Pengobatan, Harapan hidup dan Dukungan Keluarga, Jakarta, Arcan, 2004.