Kualitas Air Sumur Gali (SGL)
- Bagaimana gambaran kualitas fisik air berdasarkan konstruksi sumur gali ditinjuau dari aspek keadaan dinding, bibir dan jarak sumur dari sumber pencamaran.
- Bagaimana gambaran kualitas kimia air sumur gali berdasarkan konstruksi sumur gali ditinjau dari aspek keadaan dinding, bibir dan jarak sumur dari sumber pencemaran.
- Bagaimana gambaran kualitas bakteriologis air berdasarkan konstruksi sumur gali ditinjau dari aspek dinding, bibir dan jarak sumur gali dari sumber pencemaran.
- Tujuan Umum
- Tujuan Khusus
- Untuk mengetahui gambaran kualitas fisik air berdasarkan konstruksi sumur gali.
- Untuk mengetahui gambaran kualitas kimia air berdasarkan konstruksi sumur gali.
- Untuk mengetahui gambaran kualitas bakteriologis air berdasarkan konstruksi sumur gali.
- Sebagai bahan informasi bagi pihak instansi yang terkait dalam upaya penyediaan air bersih yang memenuhi syarat kesehatan.
- Sebagai sumbangan ilmiah dan informasi dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan utamanya di bidang kesehatan lingkungan serta dapat menjadi bahan bacaan atau perbandingan bagi peneliti berikutnya.
- Sebagai media untuk menambah pengetahuan dan pengalaman penulis dalam mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah.
- Suhu
- Warna
- Bau
- Rasa
- Kekeruhan
- Konstruksi Sumur Gali
- Kualitas fisik air
- Konstruksi sumur gali
- Kualitas fisik air
- Kualitas kimia air
- Populasi
- Sampel
- Pengolahan Data
- Penyajian Data
- Konstruksi Sumur Gali
- Kualitas Fisik Air Sumur Gali
- Kualitas Kimia Air Sumur gali
- Kualitas Bakteriologis Air Sumur Gali
- Kesimpulan
- Konstruksi sumur gali di wilayah kerja Puskesmas Antang cenderung tidak memenuhi syarat (66,7 %).
- Kualitas fisik air sumur gali di wilayah kerja Puskesmas Antang cenderung memenuhi syarat (60,0 %)
- Kualitas kimia air sumur gali di wilayah kerja Puskesmas Antang cenderung tidak memenuhi syarat (53,3 %)
- Kualitas bakteriologis air sumur gali di wilayah kerja Puskesmas Antang cenderung tidak memenuhi syarat (53,3 %).
- Saran
- Perlunya pemberian informasi tentang syarat konstruksi sumur gali yang memenuhi syarat yang disertai dengan pemberian bantuan material kepada masyarakat
- Pemurnian terhadap kualitas fisik, kimia dan bakteriologis perlu dilaksanakan baik dalam bentuk mekanis maupun kimia sehingga menghasilkan air dengan kualitas yang memenuhi syarat sebagai sumber air minum.
- Perlunya pemberian informasi tentang upaya yang dapat dilakukan masyarakat menyangkut tentang pemurnian fisik, kimia dan bakteriologs air sehingga masyarakat secara mandiri dengan informasi yang diperolehnya dapat melakukan sendiri proses pemurnian terhadap air sumur gali yang dimilikinya dan hal ini pula akan membantu menurunkan angka kejadian penyakit menular yang ditularkan melalui media air (Water borne disease).
- Bagaimana gambaran kualitas fisik air berdasarkan konstruksi sumur gali ditinjuau dari aspek keadaan dinding, bibir dan jarak sumur dari sumber pencamaran.
- Bagaimana gambaran kualitas kimia air sumur gali berdasarkan konstruksi sumur gali ditinjau dari aspek keadaan dinding, bibir dan jarak sumur dari sumber pencemaran.
- Bagaimana gambaran kualitas bakteriologis air berdasarkan konstruksi sumur gali ditinjau dari aspek dinding, bibir dan jarak sumur gali dari sumber pencemaran.
- Tujuan Umum
- Tujuan Khusus
- Untuk mengetahui gambaran kualitas fisik air berdasarkan konstruksi sumur gali.
- Untuk mengetahui gambaran kualitas kimia air berdasarkan konstruksi sumur gali.
- Untuk mengetahui gambaran kualitas bakteriologis air berdasarkan konstruksi sumur gali.
- Sebagai bahan informasi bagi pihak instansi yang terkait dalam upaya penyediaan air bersih yang memenuhi syarat kesehatan.
- Sebagai sumbangan ilmiah dan informasi dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan utamanya di bidang kesehatan lingkungan serta dapat menjadi bahan bacaan atau perbandingan bagi peneliti berikutnya.
- Sebagai media untuk menambah pengetahuan dan pengalaman penulis dalam mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah.
- Suhu
- Warna
- Bau
- Rasa
- Kekeruhan
- Konstruksi Sumur Gali
- Kualitas fisik air
- Konstruksi sumur gali
- Kualitas fisik air
- Kualitas kimia air
- Populasi
- Sampel
- Pengolahan Data
- Penyajian Data
- Konstruksi Sumur Gali
- Kualitas Fisik Air Sumur Gali
- Kualitas Kimia Air Sumur gali
- Kualitas Bakteriologis Air Sumur Gali
- Kesimpulan
- Konstruksi sumur gali di wilayah kerja Puskesmas Antang cenderung tidak memenuhi syarat (66,7 %).
- Kualitas fisik air sumur gali di wilayah kerja Puskesmas Antang cenderung memenuhi syarat (60,0 %)
- Kualitas kimia air sumur gali di wilayah kerja Puskesmas Antang cenderung tidak memenuhi syarat (53,3 %)
- Kualitas bakteriologis air sumur gali di wilayah kerja Puskesmas Antang cenderung tidak memenuhi syarat (53,3 %).
- Saran
- Perlunya pemberian informasi tentang syarat konstruksi sumur gali yang memenuhi syarat yang disertai dengan pemberian bantuan material kepada masyarakat
- Pemurnian terhadap kualitas fisik, kimia dan bakteriologis perlu dilaksanakan baik dalam bentuk mekanis maupun kimia sehingga menghasilkan air dengan kualitas yang memenuhi syarat sebagai sumber air minum.
- Perlunya pemberian informasi tentang upaya yang dapat dilakukan masyarakat menyangkut tentang pemurnian fisik, kimia dan bakteriologs air sehingga masyarakat secara mandiri dengan informasi yang diperolehnya dapat melakukan sendiri proses pemurnian terhadap air sumur gali yang dimilikinya dan hal ini pula akan membantu menurunkan angka kejadian penyakit menular yang ditularkan melalui media air (Water borne disease).
- Bagaimana gambaran kualitas fisik air berdasarkan konstruksi sumur gali ditinjuau dari aspek keadaan dinding, bibir dan jarak sumur dari sumber pencamaran.
- Bagaimana gambaran kualitas kimia air sumur gali berdasarkan konstruksi sumur gali ditinjau dari aspek keadaan dinding, bibir dan jarak sumur dari sumber pencemaran.
- Bagaimana gambaran kualitas bakteriologis air berdasarkan konstruksi sumur gali ditinjau dari aspek dinding, bibir dan jarak sumur gali dari sumber pencemaran.
- Tujuan Umum
- Tujuan Khusus
- Untuk mengetahui gambaran kualitas fisik air berdasarkan konstruksi sumur gali.
- Untuk mengetahui gambaran kualitas kimia air berdasarkan konstruksi sumur gali.
- Untuk mengetahui gambaran kualitas bakteriologis air berdasarkan konstruksi sumur gali.
- Sebagai bahan informasi bagi pihak instansi yang terkait dalam upaya penyediaan air bersih yang memenuhi syarat kesehatan.
- Sebagai sumbangan ilmiah dan informasi dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan utamanya di bidang kesehatan lingkungan serta dapat menjadi bahan bacaan atau perbandingan bagi peneliti berikutnya.
- Sebagai media untuk menambah pengetahuan dan pengalaman penulis dalam mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah.
- Suhu
- Warna
- Bau
- Rasa
- Kekeruhan
- Konstruksi Sumur Gali
- Kualitas fisik air
- Konstruksi sumur gali
- Kualitas fisik air
- Kualitas kimia air
- Populasi
- Sampel
- Pengolahan Data
- Penyajian Data
- Konstruksi Sumur Gali
- Kualitas Fisik Air Sumur Gali
- Kualitas Kimia Air Sumur gali
- Kualitas Bakteriologis Air Sumur Gali
- Kesimpulan
- Konstruksi sumur gali di wilayah kerja Puskesmas Antang cenderung tidak memenuhi syarat (66,7 %).
- Kualitas fisik air sumur gali di wilayah kerja Puskesmas Antang cenderung memenuhi syarat (60,0 %)
- Kualitas kimia air sumur gali di wilayah kerja Puskesmas Antang cenderung tidak memenuhi syarat (53,3 %)
- Kualitas bakteriologis air sumur gali di wilayah kerja Puskesmas Antang cenderung tidak memenuhi syarat (53,3 %).
- Saran
- Perlunya pemberian informasi tentang syarat konstruksi sumur gali yang memenuhi syarat yang disertai dengan pemberian bantuan material kepada masyarakat
- Pemurnian terhadap kualitas fisik, kimia dan bakteriologis perlu dilaksanakan baik dalam bentuk mekanis maupun kimia sehingga menghasilkan air dengan kualitas yang memenuhi syarat sebagai sumber air minum.
- Perlunya pemberian informasi tentang upaya yang dapat dilakukan masyarakat menyangkut tentang pemurnian fisik, kimia dan bakteriologs air sehingga masyarakat secara mandiri dengan informasi yang diperolehnya dapat melakukan sendiri proses pemurnian terhadap air sumur gali yang dimilikinya dan hal ini pula akan membantu menurunkan angka kejadian penyakit menular yang ditularkan melalui media air (Water borne disease).
Permintaan Pelayanan Kesehatan Pada Nelayan Penyelam
Skripsi
STUDI PERMINTAAN PELAYANAN KESEHATAN PADA NELAYAN PENYELAM DI PULAU BARRANG LOMPO
KOTA MAKASSAR TAHUN 2005
Maryam. SKM
Abstrak
Dalam pembangunan kesehatan setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya tanpa memandang suku, golongan, agama, dan status sosial ekonomi termasuk kaum nelayan. Setiap kecamatan di Indonesia telah memiliki paling sedikit satu buah Puskesmas dengan lebih dari 40 % desa telah dilayani oleh sarana pelayanan kesehatan pemerintah. Pada akhir tahun 2001 tersedia 7.477 Puskesmas, 21.587 Puskesmas Pembantu dan 6.392 Puskesmas Keliling. Sedangkan untuk data kunjungan Puskesmas Pattingaloang tahun 2004 kunjungan rawat jalan sebanyak 22.837 dengan rata-rata kunjungan perhari 74 kunjungan, dimana masing-masing untuk kunjungan puskesmas sebanyak 43 perhari sedangkan untuk kunjungan puskesmas pembantu sebanyak 31 kunjungan Jika dibandingkan dengan data nasional dan Propinsi Sulawesi Selatan, pemanfaatan rawat jalan di Puskesmas Pattingaloang masih rendah. Dari data tersebut ternyata puskesmas belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat, maka untuk mengoptimalkan suatu sarana kesehatan didasarkan atas permintaan (demand) masyarakat dan bukan berdasarkan suplay dari pemerintah agar tidak terjadi under utilization.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang permintaan pelayanan kesehatan berdasarkan pendapatan, ketersediaan tenaga kesehatan, pengetahuan dan tarif pelayanan pada masyarakat nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar tahun 2005
Jenis penelitian merupakan penelitian survei dengan pendekatan deskriptif, jumlah responden 85 yang diperolah dari rumus besar sampel dan sampel ditarik secara proporsive sampling.
Hasil penelitian ini didapatkan informasi bahwa permintaan (demand) masyarakat terhadap pelayanan kesehatan adalah rendah dimana responden dengan tingkat pendapatan kurang 20,0 %. dilihat dari ketersediaan tenaga berada pada kategori kurang 25,9 %, dilihat dari tingkat pengetahuan responden kurang 20,0 % dan berdasarkan tarif tidak terjangkau 58,8 %.
Berdasarkan hasil penelitian disarankan agar penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang dapat dijangkau kemampuan ekonomi masyarakat dengan menyelenggarakan pelayanan gratis, penempatan tenaga kesehatan lebih diutamakan pada daerah kepulauan disertai dengan peningkatan upah/honor/gaji bagi tenaga kesehatan, dan perlu pemberian penyuluhan yang dilakukan secara berkala dalam rangka peningkatan pengetahuan nelayan penyelam tentang kesehatan penyelaman..
Daftar Pustaka : 23 (1987 – 2004)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Nelayan acapkali diasosiasikan dengan kemiskinan dan karenanya budaya nelayan atau kebiasaan masyarakat pesisir diidentikkan dengan kemiskinan atau budaya orang miskin, jaringan aktivitasnya sangat terbatas pada penangkapan ikan dan sumber daya laut. Sementara jaringan sosialnya sangat terbatas pada network ponggawa-sawi (Razak, 2000).
Kemiskinan rumah tangga mencerminkan ketidak mampuan rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan hidup, terutama kebutuhan dasar serta kebutuhan dalam meningkatkan kualitas hidup yaitu kesehatan.
Upaya pembangunan kesehatan setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya tanpa memandang suku, golongan, agama dan status sosial ekonomi termasuk kaum nelayan.
Oleh karena itu, maka pembangunan kesehatan yang diselenggarakan dalam dekade ini telah berhasil menyediakan sarana kesehatan di seluruh pelosok tanah air. Menurut R. Hapsara (2004), Setiap kecamatan di Indonesia telah memiliki paling sedikit satu buah Puskesmas dengan lebih dari 40 % desa telah dilayanani oleh sarana pelayanan kesehatan pemerintah. Pada akhir tahun 2001 tersedia 7.477 Puskesmas, 21.587 puskesmas pembantu dan 6.392 Pusksmas Keliling. Di Sulawesi Selatan saat ini telah tersedia kurang lebih 300 Puskesmas baik itu puskesmas rawat jalan maupun puskesmas rawat inap (Dinas Kesehatan Propinsi Sul-Sel, 2004).
Berdasarkan statistik kesejahteraan rakyat tahun 2003 rata-rata 35.5 % masyarakat desa dan kota yang memanfaatkan sarana dan fasilitas Puskesmas
Indikator kesejahteraan rakyat membuktikan bahwa 38,6 % dari masyarakat yang sakit berobat di Puskesmas, 3,5 % di Klinik KIA/Balai Pengobatan dan 3,1 % berobat di tempat lain (BPS, 2003).
Di Sulawesi Selatan kunjungan di Balai pengobatan rata-rata 43 Kunjungan perhari lebih rendah di banding rata-rata Nasional sedangkan frekwensi kunjungan rata-rata 2,45 kali. Di Kota Makassar jumlah kunjungan rawat jalan puskesmas sebanyak 457.231 kunjungan dengan rata-rata kunjungan rawat jalan perhari sebesar 755 kunjungan (Dinas Kesehatan Propinsi Sul Sel 2003).
Selanjutnya berdasarkan data kunjungan Puskesmas Pattingalloang tahun 2003 didapatkan jumlah kunjungan rawat jalan sebanyak 22.500 dengan rata-rata kunjungan perhari 61 kunjungan (termasuk kunjungan Puskesmas Pembantu). Sedangkan untuk data kunjungan Puskesmas Pattingalloang tahun 2004 kunjungan rawat jalan sebanyak 22.837 dengan rata-rata kunjungan perhari 74 kunjungan, dimana masing-masing untuk kunjungan puskesmas sebanyak 43 perhari sedangkan untuk kunjungan puskesmas pembantu sebanyak 31 kunjungan. Jika dibandingkan dengan data nasional dan propinsi Sulawesi Selatan, pemanfaatan rawat jalan di Puskesmas Patingalloang masih rendah (Puskesmas Pattingaloang, 2004).
Kelumpuhan pada penyelam diakibatkan oleh penyelam sering tidak mempunyai rencana yang matang pada saat melakukan panyelaman. Selain alat yang digunakan tidak memenuhi standar kesehatan, para penyelam kadang tidak melakukan pemeriksaan kesehatan akan dan setelah melakukan penyelaman padahal seharusnya mereka memanfaatkan puskesmas atau puskesmas pembantu untuk melakukan pemeriksaan awal dan berkala sehingga mereka terhindar dari resiko penyakit akibat menyelam (Amin, 2000).
Di wilayah kerja Puskesmas Pattingaloang, sampai akhir tahun 2004, dari 231 nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo, tercatat 50 kasus penyakit akibat menyelam 22 orang diantaranya mengalami kelumpuhan dan 10 orang meninggal setelah mengalami kelumpuhan serta banyak lagi yang belum tercatat (Puskesmas Pattingaloang, 2004).
Di samping kerja puskesmas, sangat membantu pula dengan adanya Puskesmas Pembantu di Pulau Barrang Lompo, dimana memiliki peran untuk meningkatkan pelayanan kesehatan pada masyarakat, nelayan termasuk nelayan penyelam, memberikan fisioterapai kepada nelayan penyelam yang mengalami kelumpuhan, memberikan penyuluhan akan pentingnya pemeriksaan kesehatan sebelum dan sesudah menyelam serta memberikan pengobatan (Puskesmas Pattingaloang, 2004).
Berdasarkan asumsi di atas penulis tertarik untuk meneliti tentang studi permintaan pelayanan kesehatan pada nelayan penyelam di pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005.
Batasan Masalah
Banyak faktor yang mempengaruhi permintaan pelayanan kesehatan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo namun penelitian ini, peneliti hanya membatasi pada faktor pendapatan, ketersediaan tenaga kesehatan, pengetahuan dan tarif demi efektivitas penelitian ini.
C. Rumusan Masalah
Bagaimana faktor pendapatan, ketersediaan tenaga kesehatan, pengetahuan dan tarif dapat mempengaruhi permintaan pelayanan kesehatan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005.
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor yang dapat mempengaruhi permintaan pelayanan kesehatan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005.
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui permintaan pelayanan kesehatan di tinjau dari tingkat pendapatan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005.
Untuk mengetahui permintan pelayanan kesehatan di tinjau dari ketersediaan tenaga kesehatan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005
Untuk mengetahui permintaan pelayanan kesehatan di tinjau dari tingkat pengetahuan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005
Untuk mengetahui permintaan pelayanan kesehatan di tinjau dari tingkat tarif pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat institusional
2. Manfaat ilmiah
3. Manfaat praktis
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjaun Umum Tentang Pelayanan Kesehatan
Tinjauan Umum Tentang Permintaan
Tinjauan Umum Tentang Puskesmas
Tinjauan Umum Tentang Nelayan Penyelam
Tinjauan Umum Variabel Yang Diteliti
Pendapatan
Ketersediaan tenaga kesehatan
Pengetahuan
Tarif
KERANGKA KONSEP
Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti
Kerangka Konsep
Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
Permintaan
Pendapatan
Ketersediaan tenaga kesehatan
Pengetahuan
Tarif
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah survei deskriptif dengan pendekatan observasional,.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Pulau Barrang Lompo pada wilayah kerja Puskesmas Pattingaloang. Kec. Ujung Tanah Kota Makassar
C. Populasi dan sampel
Populasi adalah semua nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo sebanyak 231 orang
Sampel
Besar sampel adalah nelayan penyelam yang terjaring sebagai sampel dengan rumus penentuan besar sampel.
Sehingga, besarnya sampel dalam penelitian ini adalah 85 responden.
Penarikan sampel
Penarikan sampel dengan teknik Purpossive Sampling dengan kriteria sebagai berikut :
1) Responden merupakan nelayan penyelam yang berdomisili di Pulau Barrang Lompo
2) Sudah melakukan penyelaman atau bekerja sebagai penyelam selama 3 – 4 tahun
3) Responden dijumpai pada saat penelitian
4) Responden bersedia diwawancarai dengan menggunakan kuesioner.
D. Pengumpulan Data
Data primer.
Data sekunder
E. Pengolahan dan Penyajian Data
Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan sistem komputerisasi dengan menggunakan program SPSS Versi 12.0.
2. Penyajian Data
Penyajian data dilakukan dalam bentuk tabel distribusi dan narasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Permintaan pelayanan kesehatan ditinjau dari pendapatan
Salah satu faktor yang memberikan kontribusi terhadap permintaan pelayanan kesehatan adalah pendapatan, dimana dalam penelitian ini sebagian besar pendapatan nelayan penyelam berada dibawah UMP (Upah Minimum Penghasilan) yaitu dibawah Rp. 510.000,-. Adanya kondisi tersebut dikarenakan setiap hasil penjualan taripang atau ikan harus dibagi hasil dengan juragan, sawi dan nelayan pencari ikan atau taripang tergantung porsi tangkapan yang didapat.
Pendapatan merupakan pertimbangan dalam memilih pelayanan kesehatan, dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendapatan cukup dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi pada nelayan penyelam pulau Barrang Lompo adalah 13 responden (61,9 %) sedangkan permintaan rendah ada 8 responden (38,1 %), dari hasil ini menunjukkan bahwa dengan pendapatan cukup masyarakat nelayan penyelam kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada karena mereka lebih memilih dokter peraktek atau berobat ke Kota Makassar dari pada menggunakan pelayanan kesehatan yang ada karena kadang mereka menerima pelayanan yang kesehatan yang tidak lengkap dan prima akibat keterbatasan sarana dan tenaga yang ada pada Puskesmas Pembantu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan tingkat pendapatan rendah dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi ada 50 responden (78,1 %), sementara yang permintaan pelayanan kesehatan rendah ada 14 responden (21,9 %) dan ini disebabkan kekurang mampuan ekonomi masyarakat nelayan penyelam, dimana pendapatan rata-rata dibawah upah minimum untuk mengakses kebutuhan kesehatannya walaupun permintaan mereka tinggi, sehingga mereka lebih banyak memilih alternatif berobat kedukun.
Permintaan pelayanan kesehatan ditinjau dari ketersediaan tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan pada daerah terpencil seperti daerah yang dibatasi dengan laut yaitu Pulau Barrang Lompo sangat sedikit karena kurangnya tenaga yang ingin bertugas ke daerah tersebut dengan berbagai macam alasan. Hal ini sangat mempengaruhi permintaan pelayanan kesehatan masyarakat nelayan penyelam yang ada.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan tenaga cukup terhadap permintaan pelayanan kesehatan tinggi ada 47 responden (74,6 %) dan permintaan kesehatan rendah ada 16 responden (25,4 %), ini dikarenakan oleh banyaknya tenaga kesehatan yang tidak menjalankan fungsinya sebagai pelayanan kesehatan. Sedangkan ketersediaan tenaga kesehatan kurang terdiri dari 22 responden dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi ada 16 (72,7 %) dan permintaan pelayanan kesehatan rendah ada 6 responden (27,3 %), dimana dipengaruhi oleh keinginan yang besar untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan yang memadai serta tenaga kesehatan yang kurang sulit untuk mengkaper kebutuhan kesehatan sehingga mereka lebih banyak memilih berobat pada dukun atau sejenisnya.
Ketersediaan tenaga kesehatan yang memadai dalam sebuah puskesmas, maka masyarakat memiliki minat yang tinggi karena berpikir bahwa dengan sekali kunjungan pada puskesmas, mereka telah mendapatkan semua pelayanan kesehatan termasuk pemeriksaan kesehatan penunjang tanpa berpikir untuk berobat ditempat lain setelah kunjungan tersebut.
Permintaan pelayanan kesehatan ditinjau dari tingkat pengetahuan
Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior) karena jika seseorang tidak mengetahui tentang sebuah objek, maka objek tersebut tidak akan menarik bagi seseorang. Demikian pula dengan permintaan pelayanaan kesehatan khususnya puskesmas apalagi itu adalah puskesmas pembantu. Pada saat masyarakat tidak mengetahui tentang manfaat dari puskesmas maka masyarakat akan memandang sebelah mata pada pelayanan kesehatan yang disediakan, yang artinya masyarakat tidak akan meminta atau memanfaatkan pelayanan yang disediakan karena kurangnya pengetahuan yang dimiliki.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan responden masih kurang tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan dimana dari 68 responden yang memiliki pengetahuan cukup, dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi 52 responden (76,5 %) dan yang permintaan pelayanan rendah 16 responden (23,5 %) pula. Sedangkan responden dengan pengetahuan kurang terdiri dari 49 responden dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi ada 11 responden (64,7 %) dan permintaan rendah ada 6 responden (35,3 %). Ini menggambarkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat nelayan penyelam pulau Barrang Lompo sangat berpengaruh akan permintaan pelayanan kesehatan dan pengetahuan sangat memberi andil dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Permintaan pelayanan kesehatan ditinjau dari aspek tarif pelayanan kesehatan
Berdasarkan keseluruhan responden yang menggunakan pelayanan kesehatan sebagian besar mengatakan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang terjangkau 35 responden dan yang mengatakan tidak terjangkau atau mahal ada 50 responden ini berarti bahwa tarif pelayanan kesehatan pada masyarakat penyelam dipulau Barrang Lompo pada puskesmas pembantu adalah mahal atau sulit dijangkau oleh masyarakat nelayan penyelam.
Hasil penelitian juga dapat dilihat bahwa dari tingginya permintaan pada masyarakat nelayan yang tidak menjangkau tarif ada 37 responden (74,0 %) dan memiliki permintaan rendah ada 13 responden (26,0 %), ini dikarenakan masyarakat nelayan kesulitan memanfaatkan pelayanan kesehatan akibat tingginya tarif pelayanan sehingga permintaan pelayanan kesehatan rendah dan mereka memilih mencari tempat berobat lain seperti dukun atau tidak berobat sama sekali. Sedangkan yang menjangkau tarif pelayanan kesehatan dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi ada 26 responden (74,3 %) dan dengan permintaan pelayanan kesehatan rendah ada 9 responden (25,7 %). Rendahnya permintaan pelayanan kesehatan pada masyarakat nelayan penyelam yang menjangkau biaya pengobatan karena mereka lebih memilih pengobatan yang lebih lengkap baik tenaga maupun saranan kesehatannya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Permintaan pelayanan kesehatan oleh masyarakat nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar ditinjau dari tingkat pendapatan berada pada kategori kurang, dari 64 responden yang memiliki pendapatan kurang dengan permintaan pelayanan rendah 14 responden (21,9 %)
Permintaan pelayanan kesehatan oleh masyarakat nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar ditinjau dari ketersediaan tenaga berada pada kategori kurang, dari 22 responden yang mengatakan tenaga kesehatan kurang tersedia dengan permintaan pelayanan kesehatan rendah sebanyak 6 responden (27,3 %)
Permintaan pelayanan kesehatan oleh masyarakat nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar ditinjau dari tingkat pengetahuan nelayan penyelam berada pada kategori pengetahuan kurang, dari 17 responden dengan tingkat pengetahuan kurang terhadap permintaan pelayanan kesehatan rendah sebanyak 6 responden (35,3 %)
Permintaan pelayanan kesehatan oleh masyarakat nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar ditinjau dari tarif pelayanan kesehatan berada pada kategori tidak terjangkau, dari 50 responden yang tidak dapat menjangkau pelayanan kesehatan terhadap permintaan pelayanan kesehatan rendah sebanyak 13 responden (26,0%)
Saran
Perlunya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dapat dijangkau oleh kemampuan ekonomi masyarakat misalnya dengan menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi nelayan penyelam secara gratis.
Kepada Dinas Kesehatan Kota Makassar dalam penempatan tenaga kesehatan lebih mengutamakan daerah kepulauan serta diharapkan adanya bimbingan dan supervisi secara rutin dan teratur guna memperbaiki kekurangan petugas yang ada
Perlunya peningkatan upah/honor/gaji bagi tenaga kesehatan yang mengelenggarakan pelayanan kesehatan penyelam khususnya yang bekerja pada daerah yang lebih terpencil seperti daerah kepulauan.
Masyarakat nelayan penyelam diberikan penyuluhan secara berkala dalam meningkatkan pengetahuan akan kesehatan terutama penyakit akibat menyelam serta cara menghindari serta mengatasinya.
DAFTAR PUSTAKA
Amin. Imran. 2000. Studi Kapasitas Paru Penyelam Tradisional di Pulau Kambuna Kepulauan Sembilan Kabupaten Sinjai Utara. Sinjai.
Azwar. Asrul. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Binarupa Aksara. Edisi Ketiga. Jakarta.
Biro Pusat Statistik Propinsi Sulawesi Selatan. 2004. Sulawesi Selatan Dalam Angka 2003. Makassar.
Dharma. 1994. Trend Pengelolaan Pelayanan Penunjang. Cermin Dunia Kodekteran. Edisi Khusus No. 91. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 1991. Puskesmas dan kegiatan Pokoknya Bagi Perkarya Kesehatan Puskesmas. Jakarta.
Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan. 2004. Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan Tahun 2003. Makassar.
Gani. Ascobat. 1989. Ekonomi Kesehatan. Makalah di Sampaikan Pada Lokakarya Ekonomi Kesehatan. Cimaman. 11 Oktober 1989.
Ilyas. Asrul. 2002. Permintaan (Demand) Masyarakat Terhadap Pelayanan Kesehatan Puskesmas Taretta Di Kecamatan Amali Kabupaten Bone. Skripsi STIK TM. Makassar
Isharsuntoro. 1995. Bahan Kursus Selam SCUBA. Yayasan Primus. Surabaya.
Mils. Anne dan Gilson. Terjemahan Budi Susetya dkk. 1990. Ekonomi Kesehatan Untuk Negara-negara Sedang Berkembang. Cetakan Pertama. Dian Rakyat. Jakarta.
MSDC. 2003. Pendidikan dan Pelatihan Selam. Universitas Hasanuddin. Makassar.
. 2003. Aspek Medis Penyelaman. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Notoadmotjo, Soekidjo. 1993. Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan Pertama. Rineka Cipta. Jakarta.
Notoadmotjo. Soekidjo. 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta. Jakarta
Ngatimin. H. M. Rusli. 1987. Upaya Menciptakan Masyarakat Sehat di Pedesaan. Desertasi Fakultas Pascasarjana UNHAS. Ujung Pandang.
Perhimpunan Kesehatan Hiperbarik Indonesia. PKHI. 2002. Pengantar Ilmu Kesehatan Penyelam. Surabaya.
R. Jayukusli. 1997. Studi Keluhan Pada Penyelam di Pulau Barrang Lompo Kecamatan Ujung tanah. Makassar.
R. Hapsara. Habib. R. 2004. Pembangunan Kesehatan di Indonesia, Prinsip Dasar. Kebijakan, Perencanaan dan Kajian Masa Depannya. Universitas Gadjah Mada Press. Jogjakarta.
Razak. Amran. 2000. Permintaan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Pesisir. Kalam Media Pustaka. Makassar.
Puskesmas Pattingaloang. 2004. Profil Puskesmas Pattingaloang Tahun 2003.
Trisnantoro. 1995. Analisis Demand. Makalah Ekonomi Manajerial Rumah Sakit Program Pengembangan Eksekutif Manajemen Rumah Sakit. Universitas Gadjah Mada 2-10. Yogyakarta.
Dokument lengkap dapat menghubungi
Rhano
Email : joeh_com@yahoo.com
Phone : 085242854524
Skripsi
STUDI PERMINTAAN PELAYANAN KESEHATAN PADA NELAYAN PENYELAM DI PULAU BARRANG LOMPO
KOTA MAKASSAR TAHUN 2005
Maryam. SKM
Abstrak
Dalam pembangunan kesehatan setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya tanpa memandang suku, golongan, agama, dan status sosial ekonomi termasuk kaum nelayan. Setiap kecamatan di Indonesia telah memiliki paling sedikit satu buah Puskesmas dengan lebih dari 40 % desa telah dilayani oleh sarana pelayanan kesehatan pemerintah. Pada akhir tahun 2001 tersedia 7.477 Puskesmas, 21.587 Puskesmas Pembantu dan 6.392 Puskesmas Keliling. Sedangkan untuk data kunjungan Puskesmas Pattingaloang tahun 2004 kunjungan rawat jalan sebanyak 22.837 dengan rata-rata kunjungan perhari 74 kunjungan, dimana masing-masing untuk kunjungan puskesmas sebanyak 43 perhari sedangkan untuk kunjungan puskesmas pembantu sebanyak 31 kunjungan Jika dibandingkan dengan data nasional dan Propinsi Sulawesi Selatan, pemanfaatan rawat jalan di Puskesmas Pattingaloang masih rendah. Dari data tersebut ternyata puskesmas belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat, maka untuk mengoptimalkan suatu sarana kesehatan didasarkan atas permintaan (demand) masyarakat dan bukan berdasarkan suplay dari pemerintah agar tidak terjadi under utilization.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang permintaan pelayanan kesehatan berdasarkan pendapatan, ketersediaan tenaga kesehatan, pengetahuan dan tarif pelayanan pada masyarakat nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar tahun 2005
Jenis penelitian merupakan penelitian survei dengan pendekatan deskriptif, jumlah responden 85 yang diperolah dari rumus besar sampel dan sampel ditarik secara proporsive sampling.
Hasil penelitian ini didapatkan informasi bahwa permintaan (demand) masyarakat terhadap pelayanan kesehatan adalah rendah dimana responden dengan tingkat pendapatan kurang 20,0 %. dilihat dari ketersediaan tenaga berada pada kategori kurang 25,9 %, dilihat dari tingkat pengetahuan responden kurang 20,0 % dan berdasarkan tarif tidak terjangkau 58,8 %.
Berdasarkan hasil penelitian disarankan agar penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang dapat dijangkau kemampuan ekonomi masyarakat dengan menyelenggarakan pelayanan gratis, penempatan tenaga kesehatan lebih diutamakan pada daerah kepulauan disertai dengan peningkatan upah/honor/gaji bagi tenaga kesehatan, dan perlu pemberian penyuluhan yang dilakukan secara berkala dalam rangka peningkatan pengetahuan nelayan penyelam tentang kesehatan penyelaman..
Daftar Pustaka : 23 (1987 – 2004)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Nelayan acapkali diasosiasikan dengan kemiskinan dan karenanya budaya nelayan atau kebiasaan masyarakat pesisir diidentikkan dengan kemiskinan atau budaya orang miskin, jaringan aktivitasnya sangat terbatas pada penangkapan ikan dan sumber daya laut. Sementara jaringan sosialnya sangat terbatas pada network ponggawa-sawi (Razak, 2000).
Kemiskinan rumah tangga mencerminkan ketidak mampuan rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan hidup, terutama kebutuhan dasar serta kebutuhan dalam meningkatkan kualitas hidup yaitu kesehatan.
Upaya pembangunan kesehatan setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya tanpa memandang suku, golongan, agama dan status sosial ekonomi termasuk kaum nelayan.
Oleh karena itu, maka pembangunan kesehatan yang diselenggarakan dalam dekade ini telah berhasil menyediakan sarana kesehatan di seluruh pelosok tanah air. Menurut R. Hapsara (2004), Setiap kecamatan di Indonesia telah memiliki paling sedikit satu buah Puskesmas dengan lebih dari 40 % desa telah dilayanani oleh sarana pelayanan kesehatan pemerintah. Pada akhir tahun 2001 tersedia 7.477 Puskesmas, 21.587 puskesmas pembantu dan 6.392 Pusksmas Keliling. Di Sulawesi Selatan saat ini telah tersedia kurang lebih 300 Puskesmas baik itu puskesmas rawat jalan maupun puskesmas rawat inap (Dinas Kesehatan Propinsi Sul-Sel, 2004).
Berdasarkan statistik kesejahteraan rakyat tahun 2003 rata-rata 35.5 % masyarakat desa dan kota yang memanfaatkan sarana dan fasilitas Puskesmas
Indikator kesejahteraan rakyat membuktikan bahwa 38,6 % dari masyarakat yang sakit berobat di Puskesmas, 3,5 % di Klinik KIA/Balai Pengobatan dan 3,1 % berobat di tempat lain (BPS, 2003).
Di Sulawesi Selatan kunjungan di Balai pengobatan rata-rata 43 Kunjungan perhari lebih rendah di banding rata-rata Nasional sedangkan frekwensi kunjungan rata-rata 2,45 kali. Di Kota Makassar jumlah kunjungan rawat jalan puskesmas sebanyak 457.231 kunjungan dengan rata-rata kunjungan rawat jalan perhari sebesar 755 kunjungan (Dinas Kesehatan Propinsi Sul Sel 2003).
Selanjutnya berdasarkan data kunjungan Puskesmas Pattingalloang tahun 2003 didapatkan jumlah kunjungan rawat jalan sebanyak 22.500 dengan rata-rata kunjungan perhari 61 kunjungan (termasuk kunjungan Puskesmas Pembantu). Sedangkan untuk data kunjungan Puskesmas Pattingalloang tahun 2004 kunjungan rawat jalan sebanyak 22.837 dengan rata-rata kunjungan perhari 74 kunjungan, dimana masing-masing untuk kunjungan puskesmas sebanyak 43 perhari sedangkan untuk kunjungan puskesmas pembantu sebanyak 31 kunjungan. Jika dibandingkan dengan data nasional dan propinsi Sulawesi Selatan, pemanfaatan rawat jalan di Puskesmas Patingalloang masih rendah (Puskesmas Pattingaloang, 2004).
Kelumpuhan pada penyelam diakibatkan oleh penyelam sering tidak mempunyai rencana yang matang pada saat melakukan panyelaman. Selain alat yang digunakan tidak memenuhi standar kesehatan, para penyelam kadang tidak melakukan pemeriksaan kesehatan akan dan setelah melakukan penyelaman padahal seharusnya mereka memanfaatkan puskesmas atau puskesmas pembantu untuk melakukan pemeriksaan awal dan berkala sehingga mereka terhindar dari resiko penyakit akibat menyelam (Amin, 2000).
Di wilayah kerja Puskesmas Pattingaloang, sampai akhir tahun 2004, dari 231 nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo, tercatat 50 kasus penyakit akibat menyelam 22 orang diantaranya mengalami kelumpuhan dan 10 orang meninggal setelah mengalami kelumpuhan serta banyak lagi yang belum tercatat (Puskesmas Pattingaloang, 2004).
Di samping kerja puskesmas, sangat membantu pula dengan adanya Puskesmas Pembantu di Pulau Barrang Lompo, dimana memiliki peran untuk meningkatkan pelayanan kesehatan pada masyarakat, nelayan termasuk nelayan penyelam, memberikan fisioterapai kepada nelayan penyelam yang mengalami kelumpuhan, memberikan penyuluhan akan pentingnya pemeriksaan kesehatan sebelum dan sesudah menyelam serta memberikan pengobatan (Puskesmas Pattingaloang, 2004).
Berdasarkan asumsi di atas penulis tertarik untuk meneliti tentang studi permintaan pelayanan kesehatan pada nelayan penyelam di pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005.
Batasan Masalah
Banyak faktor yang mempengaruhi permintaan pelayanan kesehatan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo namun penelitian ini, peneliti hanya membatasi pada faktor pendapatan, ketersediaan tenaga kesehatan, pengetahuan dan tarif demi efektivitas penelitian ini.
C. Rumusan Masalah
Bagaimana faktor pendapatan, ketersediaan tenaga kesehatan, pengetahuan dan tarif dapat mempengaruhi permintaan pelayanan kesehatan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005.
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor yang dapat mempengaruhi permintaan pelayanan kesehatan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005.
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui permintaan pelayanan kesehatan di tinjau dari tingkat pendapatan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005.
Untuk mengetahui permintan pelayanan kesehatan di tinjau dari ketersediaan tenaga kesehatan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005
Untuk mengetahui permintaan pelayanan kesehatan di tinjau dari tingkat pengetahuan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005
Untuk mengetahui permintaan pelayanan kesehatan di tinjau dari tingkat tarif pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat institusional
2. Manfaat ilmiah
3. Manfaat praktis
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjaun Umum Tentang Pelayanan Kesehatan
Tinjauan Umum Tentang Permintaan
Tinjauan Umum Tentang Puskesmas
Tinjauan Umum Tentang Nelayan Penyelam
Tinjauan Umum Variabel Yang Diteliti
Pendapatan
Ketersediaan tenaga kesehatan
Pengetahuan
Tarif
KERANGKA KONSEP
Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti
Kerangka Konsep
Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
Permintaan
Pendapatan
Ketersediaan tenaga kesehatan
Pengetahuan
Tarif
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah survei deskriptif dengan pendekatan observasional,.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Pulau Barrang Lompo pada wilayah kerja Puskesmas Pattingaloang. Kec. Ujung Tanah Kota Makassar
C. Populasi dan sampel
Populasi adalah semua nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo sebanyak 231 orang
Sampel
Besar sampel adalah nelayan penyelam yang terjaring sebagai sampel dengan rumus penentuan besar sampel.
Sehingga, besarnya sampel dalam penelitian ini adalah 85 responden.
Penarikan sampel
Penarikan sampel dengan teknik Purpossive Sampling dengan kriteria sebagai berikut :
1) Responden merupakan nelayan penyelam yang berdomisili di Pulau Barrang Lompo
2) Sudah melakukan penyelaman atau bekerja sebagai penyelam selama 3 – 4 tahun
3) Responden dijumpai pada saat penelitian
4) Responden bersedia diwawancarai dengan menggunakan kuesioner.
D. Pengumpulan Data
Data primer.
Data sekunder
E. Pengolahan dan Penyajian Data
Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan sistem komputerisasi dengan menggunakan program SPSS Versi 12.0.
2. Penyajian Data
Penyajian data dilakukan dalam bentuk tabel distribusi dan narasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Permintaan pelayanan kesehatan ditinjau dari pendapatan
Salah satu faktor yang memberikan kontribusi terhadap permintaan pelayanan kesehatan adalah pendapatan, dimana dalam penelitian ini sebagian besar pendapatan nelayan penyelam berada dibawah UMP (Upah Minimum Penghasilan) yaitu dibawah Rp. 510.000,-. Adanya kondisi tersebut dikarenakan setiap hasil penjualan taripang atau ikan harus dibagi hasil dengan juragan, sawi dan nelayan pencari ikan atau taripang tergantung porsi tangkapan yang didapat.
Pendapatan merupakan pertimbangan dalam memilih pelayanan kesehatan, dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendapatan cukup dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi pada nelayan penyelam pulau Barrang Lompo adalah 13 responden (61,9 %) sedangkan permintaan rendah ada 8 responden (38,1 %), dari hasil ini menunjukkan bahwa dengan pendapatan cukup masyarakat nelayan penyelam kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada karena mereka lebih memilih dokter peraktek atau berobat ke Kota Makassar dari pada menggunakan pelayanan kesehatan yang ada karena kadang mereka menerima pelayanan yang kesehatan yang tidak lengkap dan prima akibat keterbatasan sarana dan tenaga yang ada pada Puskesmas Pembantu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan tingkat pendapatan rendah dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi ada 50 responden (78,1 %), sementara yang permintaan pelayanan kesehatan rendah ada 14 responden (21,9 %) dan ini disebabkan kekurang mampuan ekonomi masyarakat nelayan penyelam, dimana pendapatan rata-rata dibawah upah minimum untuk mengakses kebutuhan kesehatannya walaupun permintaan mereka tinggi, sehingga mereka lebih banyak memilih alternatif berobat kedukun.
Permintaan pelayanan kesehatan ditinjau dari ketersediaan tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan pada daerah terpencil seperti daerah yang dibatasi dengan laut yaitu Pulau Barrang Lompo sangat sedikit karena kurangnya tenaga yang ingin bertugas ke daerah tersebut dengan berbagai macam alasan. Hal ini sangat mempengaruhi permintaan pelayanan kesehatan masyarakat nelayan penyelam yang ada.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan tenaga cukup terhadap permintaan pelayanan kesehatan tinggi ada 47 responden (74,6 %) dan permintaan kesehatan rendah ada 16 responden (25,4 %), ini dikarenakan oleh banyaknya tenaga kesehatan yang tidak menjalankan fungsinya sebagai pelayanan kesehatan. Sedangkan ketersediaan tenaga kesehatan kurang terdiri dari 22 responden dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi ada 16 (72,7 %) dan permintaan pelayanan kesehatan rendah ada 6 responden (27,3 %), dimana dipengaruhi oleh keinginan yang besar untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan yang memadai serta tenaga kesehatan yang kurang sulit untuk mengkaper kebutuhan kesehatan sehingga mereka lebih banyak memilih berobat pada dukun atau sejenisnya.
Ketersediaan tenaga kesehatan yang memadai dalam sebuah puskesmas, maka masyarakat memiliki minat yang tinggi karena berpikir bahwa dengan sekali kunjungan pada puskesmas, mereka telah mendapatkan semua pelayanan kesehatan termasuk pemeriksaan kesehatan penunjang tanpa berpikir untuk berobat ditempat lain setelah kunjungan tersebut.
Permintaan pelayanan kesehatan ditinjau dari tingkat pengetahuan
Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior) karena jika seseorang tidak mengetahui tentang sebuah objek, maka objek tersebut tidak akan menarik bagi seseorang. Demikian pula dengan permintaan pelayanaan kesehatan khususnya puskesmas apalagi itu adalah puskesmas pembantu. Pada saat masyarakat tidak mengetahui tentang manfaat dari puskesmas maka masyarakat akan memandang sebelah mata pada pelayanan kesehatan yang disediakan, yang artinya masyarakat tidak akan meminta atau memanfaatkan pelayanan yang disediakan karena kurangnya pengetahuan yang dimiliki.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan responden masih kurang tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan dimana dari 68 responden yang memiliki pengetahuan cukup, dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi 52 responden (76,5 %) dan yang permintaan pelayanan rendah 16 responden (23,5 %) pula. Sedangkan responden dengan pengetahuan kurang terdiri dari 49 responden dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi ada 11 responden (64,7 %) dan permintaan rendah ada 6 responden (35,3 %). Ini menggambarkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat nelayan penyelam pulau Barrang Lompo sangat berpengaruh akan permintaan pelayanan kesehatan dan pengetahuan sangat memberi andil dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Permintaan pelayanan kesehatan ditinjau dari aspek tarif pelayanan kesehatan
Berdasarkan keseluruhan responden yang menggunakan pelayanan kesehatan sebagian besar mengatakan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang terjangkau 35 responden dan yang mengatakan tidak terjangkau atau mahal ada 50 responden ini berarti bahwa tarif pelayanan kesehatan pada masyarakat penyelam dipulau Barrang Lompo pada puskesmas pembantu adalah mahal atau sulit dijangkau oleh masyarakat nelayan penyelam.
Hasil penelitian juga dapat dilihat bahwa dari tingginya permintaan pada masyarakat nelayan yang tidak menjangkau tarif ada 37 responden (74,0 %) dan memiliki permintaan rendah ada 13 responden (26,0 %), ini dikarenakan masyarakat nelayan kesulitan memanfaatkan pelayanan kesehatan akibat tingginya tarif pelayanan sehingga permintaan pelayanan kesehatan rendah dan mereka memilih mencari tempat berobat lain seperti dukun atau tidak berobat sama sekali. Sedangkan yang menjangkau tarif pelayanan kesehatan dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi ada 26 responden (74,3 %) dan dengan permintaan pelayanan kesehatan rendah ada 9 responden (25,7 %). Rendahnya permintaan pelayanan kesehatan pada masyarakat nelayan penyelam yang menjangkau biaya pengobatan karena mereka lebih memilih pengobatan yang lebih lengkap baik tenaga maupun saranan kesehatannya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Permintaan pelayanan kesehatan oleh masyarakat nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar ditinjau dari tingkat pendapatan berada pada kategori kurang, dari 64 responden yang memiliki pendapatan kurang dengan permintaan pelayanan rendah 14 responden (21,9 %)
Permintaan pelayanan kesehatan oleh masyarakat nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar ditinjau dari ketersediaan tenaga berada pada kategori kurang, dari 22 responden yang mengatakan tenaga kesehatan kurang tersedia dengan permintaan pelayanan kesehatan rendah sebanyak 6 responden (27,3 %)
Permintaan pelayanan kesehatan oleh masyarakat nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar ditinjau dari tingkat pengetahuan nelayan penyelam berada pada kategori pengetahuan kurang, dari 17 responden dengan tingkat pengetahuan kurang terhadap permintaan pelayanan kesehatan rendah sebanyak 6 responden (35,3 %)
Permintaan pelayanan kesehatan oleh masyarakat nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar ditinjau dari tarif pelayanan kesehatan berada pada kategori tidak terjangkau, dari 50 responden yang tidak dapat menjangkau pelayanan kesehatan terhadap permintaan pelayanan kesehatan rendah sebanyak 13 responden (26,0%)
Saran
Perlunya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dapat dijangkau oleh kemampuan ekonomi masyarakat misalnya dengan menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi nelayan penyelam secara gratis.
Kepada Dinas Kesehatan Kota Makassar dalam penempatan tenaga kesehatan lebih mengutamakan daerah kepulauan serta diharapkan adanya bimbingan dan supervisi secara rutin dan teratur guna memperbaiki kekurangan petugas yang ada
Perlunya peningkatan upah/honor/gaji bagi tenaga kesehatan yang mengelenggarakan pelayanan kesehatan penyelam khususnya yang bekerja pada daerah yang lebih terpencil seperti daerah kepulauan.
Masyarakat nelayan penyelam diberikan penyuluhan secara berkala dalam meningkatkan pengetahuan akan kesehatan terutama penyakit akibat menyelam serta cara menghindari serta mengatasinya.
DAFTAR PUSTAKA
Amin. Imran. 2000. Studi Kapasitas Paru Penyelam Tradisional di Pulau Kambuna Kepulauan Sembilan Kabupaten Sinjai Utara. Sinjai.
Azwar. Asrul. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Binarupa Aksara. Edisi Ketiga. Jakarta.
Biro Pusat Statistik Propinsi Sulawesi Selatan. 2004. Sulawesi Selatan Dalam Angka 2003. Makassar.
Dharma. 1994. Trend Pengelolaan Pelayanan Penunjang. Cermin Dunia Kodekteran. Edisi Khusus No. 91. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 1991. Puskesmas dan kegiatan Pokoknya Bagi Perkarya Kesehatan Puskesmas. Jakarta.
Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan. 2004. Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan Tahun 2003. Makassar.
Gani. Ascobat. 1989. Ekonomi Kesehatan. Makalah di Sampaikan Pada Lokakarya Ekonomi Kesehatan. Cimaman. 11 Oktober 1989.
Ilyas. Asrul. 2002. Permintaan (Demand) Masyarakat Terhadap Pelayanan Kesehatan Puskesmas Taretta Di Kecamatan Amali Kabupaten Bone. Skripsi STIK TM. Makassar
Isharsuntoro. 1995. Bahan Kursus Selam SCUBA. Yayasan Primus. Surabaya.
Mils. Anne dan Gilson. Terjemahan Budi Susetya dkk. 1990. Ekonomi Kesehatan Untuk Negara-negara Sedang Berkembang. Cetakan Pertama. Dian Rakyat. Jakarta.
MSDC. 2003. Pendidikan dan Pelatihan Selam. Universitas Hasanuddin. Makassar.
. 2003. Aspek Medis Penyelaman. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Notoadmotjo, Soekidjo. 1993. Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan Pertama. Rineka Cipta. Jakarta.
Notoadmotjo. Soekidjo. 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta. Jakarta
Ngatimin. H. M. Rusli. 1987. Upaya Menciptakan Masyarakat Sehat di Pedesaan. Desertasi Fakultas Pascasarjana UNHAS. Ujung Pandang.
Perhimpunan Kesehatan Hiperbarik Indonesia. PKHI. 2002. Pengantar Ilmu Kesehatan Penyelam. Surabaya.
R. Jayukusli. 1997. Studi Keluhan Pada Penyelam di Pulau Barrang Lompo Kecamatan Ujung tanah. Makassar.
R. Hapsara. Habib. R. 2004. Pembangunan Kesehatan di Indonesia, Prinsip Dasar. Kebijakan, Perencanaan dan Kajian Masa Depannya. Universitas Gadjah Mada Press. Jogjakarta.
Razak. Amran. 2000. Permintaan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Pesisir. Kalam Media Pustaka. Makassar.
Puskesmas Pattingaloang. 2004. Profil Puskesmas Pattingaloang Tahun 2003.
Trisnantoro. 1995. Analisis Demand. Makalah Ekonomi Manajerial Rumah Sakit Program Pengembangan Eksekutif Manajemen Rumah Sakit. Universitas Gadjah Mada 2-10. Yogyakarta.
Dokument lengkap dapat menghubungi
Rhano
Email : joeh_com@yahoo.com
Phone : 085242854524
Skripsi
STUDI PERMINTAAN PELAYANAN KESEHATAN PADA NELAYAN PENYELAM DI PULAU BARRANG LOMPO
KOTA MAKASSAR TAHUN 2005
Maryam. SKM
Abstrak
Dalam pembangunan kesehatan setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya tanpa memandang suku, golongan, agama, dan status sosial ekonomi termasuk kaum nelayan. Setiap kecamatan di Indonesia telah memiliki paling sedikit satu buah Puskesmas dengan lebih dari 40 % desa telah dilayani oleh sarana pelayanan kesehatan pemerintah. Pada akhir tahun 2001 tersedia 7.477 Puskesmas, 21.587 Puskesmas Pembantu dan 6.392 Puskesmas Keliling. Sedangkan untuk data kunjungan Puskesmas Pattingaloang tahun 2004 kunjungan rawat jalan sebanyak 22.837 dengan rata-rata kunjungan perhari 74 kunjungan, dimana masing-masing untuk kunjungan puskesmas sebanyak 43 perhari sedangkan untuk kunjungan puskesmas pembantu sebanyak 31 kunjungan Jika dibandingkan dengan data nasional dan Propinsi Sulawesi Selatan, pemanfaatan rawat jalan di Puskesmas Pattingaloang masih rendah. Dari data tersebut ternyata puskesmas belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat, maka untuk mengoptimalkan suatu sarana kesehatan didasarkan atas permintaan (demand) masyarakat dan bukan berdasarkan suplay dari pemerintah agar tidak terjadi under utilization.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang permintaan pelayanan kesehatan berdasarkan pendapatan, ketersediaan tenaga kesehatan, pengetahuan dan tarif pelayanan pada masyarakat nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar tahun 2005
Jenis penelitian merupakan penelitian survei dengan pendekatan deskriptif, jumlah responden 85 yang diperolah dari rumus besar sampel dan sampel ditarik secara proporsive sampling.
Hasil penelitian ini didapatkan informasi bahwa permintaan (demand) masyarakat terhadap pelayanan kesehatan adalah rendah dimana responden dengan tingkat pendapatan kurang 20,0 %. dilihat dari ketersediaan tenaga berada pada kategori kurang 25,9 %, dilihat dari tingkat pengetahuan responden kurang 20,0 % dan berdasarkan tarif tidak terjangkau 58,8 %.
Berdasarkan hasil penelitian disarankan agar penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang dapat dijangkau kemampuan ekonomi masyarakat dengan menyelenggarakan pelayanan gratis, penempatan tenaga kesehatan lebih diutamakan pada daerah kepulauan disertai dengan peningkatan upah/honor/gaji bagi tenaga kesehatan, dan perlu pemberian penyuluhan yang dilakukan secara berkala dalam rangka peningkatan pengetahuan nelayan penyelam tentang kesehatan penyelaman..
Daftar Pustaka : 23 (1987 – 2004)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Nelayan acapkali diasosiasikan dengan kemiskinan dan karenanya budaya nelayan atau kebiasaan masyarakat pesisir diidentikkan dengan kemiskinan atau budaya orang miskin, jaringan aktivitasnya sangat terbatas pada penangkapan ikan dan sumber daya laut. Sementara jaringan sosialnya sangat terbatas pada network ponggawa-sawi (Razak, 2000).
Kemiskinan rumah tangga mencerminkan ketidak mampuan rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan hidup, terutama kebutuhan dasar serta kebutuhan dalam meningkatkan kualitas hidup yaitu kesehatan.
Upaya pembangunan kesehatan setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya tanpa memandang suku, golongan, agama dan status sosial ekonomi termasuk kaum nelayan.
Oleh karena itu, maka pembangunan kesehatan yang diselenggarakan dalam dekade ini telah berhasil menyediakan sarana kesehatan di seluruh pelosok tanah air. Menurut R. Hapsara (2004), Setiap kecamatan di Indonesia telah memiliki paling sedikit satu buah Puskesmas dengan lebih dari 40 % desa telah dilayanani oleh sarana pelayanan kesehatan pemerintah. Pada akhir tahun 2001 tersedia 7.477 Puskesmas, 21.587 puskesmas pembantu dan 6.392 Pusksmas Keliling. Di Sulawesi Selatan saat ini telah tersedia kurang lebih 300 Puskesmas baik itu puskesmas rawat jalan maupun puskesmas rawat inap (Dinas Kesehatan Propinsi Sul-Sel, 2004).
Berdasarkan statistik kesejahteraan rakyat tahun 2003 rata-rata 35.5 % masyarakat desa dan kota yang memanfaatkan sarana dan fasilitas Puskesmas
Indikator kesejahteraan rakyat membuktikan bahwa 38,6 % dari masyarakat yang sakit berobat di Puskesmas, 3,5 % di Klinik KIA/Balai Pengobatan dan 3,1 % berobat di tempat lain (BPS, 2003).
Di Sulawesi Selatan kunjungan di Balai pengobatan rata-rata 43 Kunjungan perhari lebih rendah di banding rata-rata Nasional sedangkan frekwensi kunjungan rata-rata 2,45 kali. Di Kota Makassar jumlah kunjungan rawat jalan puskesmas sebanyak 457.231 kunjungan dengan rata-rata kunjungan rawat jalan perhari sebesar 755 kunjungan (Dinas Kesehatan Propinsi Sul Sel 2003).
Selanjutnya berdasarkan data kunjungan Puskesmas Pattingalloang tahun 2003 didapatkan jumlah kunjungan rawat jalan sebanyak 22.500 dengan rata-rata kunjungan perhari 61 kunjungan (termasuk kunjungan Puskesmas Pembantu). Sedangkan untuk data kunjungan Puskesmas Pattingalloang tahun 2004 kunjungan rawat jalan sebanyak 22.837 dengan rata-rata kunjungan perhari 74 kunjungan, dimana masing-masing untuk kunjungan puskesmas sebanyak 43 perhari sedangkan untuk kunjungan puskesmas pembantu sebanyak 31 kunjungan. Jika dibandingkan dengan data nasional dan propinsi Sulawesi Selatan, pemanfaatan rawat jalan di Puskesmas Patingalloang masih rendah (Puskesmas Pattingaloang, 2004).
Kelumpuhan pada penyelam diakibatkan oleh penyelam sering tidak mempunyai rencana yang matang pada saat melakukan panyelaman. Selain alat yang digunakan tidak memenuhi standar kesehatan, para penyelam kadang tidak melakukan pemeriksaan kesehatan akan dan setelah melakukan penyelaman padahal seharusnya mereka memanfaatkan puskesmas atau puskesmas pembantu untuk melakukan pemeriksaan awal dan berkala sehingga mereka terhindar dari resiko penyakit akibat menyelam (Amin, 2000).
Di wilayah kerja Puskesmas Pattingaloang, sampai akhir tahun 2004, dari 231 nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo, tercatat 50 kasus penyakit akibat menyelam 22 orang diantaranya mengalami kelumpuhan dan 10 orang meninggal setelah mengalami kelumpuhan serta banyak lagi yang belum tercatat (Puskesmas Pattingaloang, 2004).
Di samping kerja puskesmas, sangat membantu pula dengan adanya Puskesmas Pembantu di Pulau Barrang Lompo, dimana memiliki peran untuk meningkatkan pelayanan kesehatan pada masyarakat, nelayan termasuk nelayan penyelam, memberikan fisioterapai kepada nelayan penyelam yang mengalami kelumpuhan, memberikan penyuluhan akan pentingnya pemeriksaan kesehatan sebelum dan sesudah menyelam serta memberikan pengobatan (Puskesmas Pattingaloang, 2004).
Berdasarkan asumsi di atas penulis tertarik untuk meneliti tentang studi permintaan pelayanan kesehatan pada nelayan penyelam di pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005.
Batasan Masalah
Banyak faktor yang mempengaruhi permintaan pelayanan kesehatan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo namun penelitian ini, peneliti hanya membatasi pada faktor pendapatan, ketersediaan tenaga kesehatan, pengetahuan dan tarif demi efektivitas penelitian ini.
C. Rumusan Masalah
Bagaimana faktor pendapatan, ketersediaan tenaga kesehatan, pengetahuan dan tarif dapat mempengaruhi permintaan pelayanan kesehatan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005.
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor yang dapat mempengaruhi permintaan pelayanan kesehatan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005.
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui permintaan pelayanan kesehatan di tinjau dari tingkat pendapatan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005.
Untuk mengetahui permintan pelayanan kesehatan di tinjau dari ketersediaan tenaga kesehatan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005
Untuk mengetahui permintaan pelayanan kesehatan di tinjau dari tingkat pengetahuan pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005
Untuk mengetahui permintaan pelayanan kesehatan di tinjau dari tingkat tarif pada nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2005
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat institusional
2. Manfaat ilmiah
3. Manfaat praktis
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjaun Umum Tentang Pelayanan Kesehatan
Tinjauan Umum Tentang Permintaan
Tinjauan Umum Tentang Puskesmas
Tinjauan Umum Tentang Nelayan Penyelam
Tinjauan Umum Variabel Yang Diteliti
Pendapatan
Ketersediaan tenaga kesehatan
Pengetahuan
Tarif
KERANGKA KONSEP
Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti
Kerangka Konsep
Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
Permintaan
Pendapatan
Ketersediaan tenaga kesehatan
Pengetahuan
Tarif
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah survei deskriptif dengan pendekatan observasional,.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Pulau Barrang Lompo pada wilayah kerja Puskesmas Pattingaloang. Kec. Ujung Tanah Kota Makassar
C. Populasi dan sampel
Populasi adalah semua nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo sebanyak 231 orang
Sampel
Besar sampel adalah nelayan penyelam yang terjaring sebagai sampel dengan rumus penentuan besar sampel.
Sehingga, besarnya sampel dalam penelitian ini adalah 85 responden.
Penarikan sampel
Penarikan sampel dengan teknik Purpossive Sampling dengan kriteria sebagai berikut :
1) Responden merupakan nelayan penyelam yang berdomisili di Pulau Barrang Lompo
2) Sudah melakukan penyelaman atau bekerja sebagai penyelam selama 3 – 4 tahun
3) Responden dijumpai pada saat penelitian
4) Responden bersedia diwawancarai dengan menggunakan kuesioner.
D. Pengumpulan Data
Data primer.
Data sekunder
E. Pengolahan dan Penyajian Data
Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan sistem komputerisasi dengan menggunakan program SPSS Versi 12.0.
2. Penyajian Data
Penyajian data dilakukan dalam bentuk tabel distribusi dan narasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Permintaan pelayanan kesehatan ditinjau dari pendapatan
Salah satu faktor yang memberikan kontribusi terhadap permintaan pelayanan kesehatan adalah pendapatan, dimana dalam penelitian ini sebagian besar pendapatan nelayan penyelam berada dibawah UMP (Upah Minimum Penghasilan) yaitu dibawah Rp. 510.000,-. Adanya kondisi tersebut dikarenakan setiap hasil penjualan taripang atau ikan harus dibagi hasil dengan juragan, sawi dan nelayan pencari ikan atau taripang tergantung porsi tangkapan yang didapat.
Pendapatan merupakan pertimbangan dalam memilih pelayanan kesehatan, dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendapatan cukup dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi pada nelayan penyelam pulau Barrang Lompo adalah 13 responden (61,9 %) sedangkan permintaan rendah ada 8 responden (38,1 %), dari hasil ini menunjukkan bahwa dengan pendapatan cukup masyarakat nelayan penyelam kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada karena mereka lebih memilih dokter peraktek atau berobat ke Kota Makassar dari pada menggunakan pelayanan kesehatan yang ada karena kadang mereka menerima pelayanan yang kesehatan yang tidak lengkap dan prima akibat keterbatasan sarana dan tenaga yang ada pada Puskesmas Pembantu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan tingkat pendapatan rendah dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi ada 50 responden (78,1 %), sementara yang permintaan pelayanan kesehatan rendah ada 14 responden (21,9 %) dan ini disebabkan kekurang mampuan ekonomi masyarakat nelayan penyelam, dimana pendapatan rata-rata dibawah upah minimum untuk mengakses kebutuhan kesehatannya walaupun permintaan mereka tinggi, sehingga mereka lebih banyak memilih alternatif berobat kedukun.
Permintaan pelayanan kesehatan ditinjau dari ketersediaan tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan pada daerah terpencil seperti daerah yang dibatasi dengan laut yaitu Pulau Barrang Lompo sangat sedikit karena kurangnya tenaga yang ingin bertugas ke daerah tersebut dengan berbagai macam alasan. Hal ini sangat mempengaruhi permintaan pelayanan kesehatan masyarakat nelayan penyelam yang ada.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan tenaga cukup terhadap permintaan pelayanan kesehatan tinggi ada 47 responden (74,6 %) dan permintaan kesehatan rendah ada 16 responden (25,4 %), ini dikarenakan oleh banyaknya tenaga kesehatan yang tidak menjalankan fungsinya sebagai pelayanan kesehatan. Sedangkan ketersediaan tenaga kesehatan kurang terdiri dari 22 responden dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi ada 16 (72,7 %) dan permintaan pelayanan kesehatan rendah ada 6 responden (27,3 %), dimana dipengaruhi oleh keinginan yang besar untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan yang memadai serta tenaga kesehatan yang kurang sulit untuk mengkaper kebutuhan kesehatan sehingga mereka lebih banyak memilih berobat pada dukun atau sejenisnya.
Ketersediaan tenaga kesehatan yang memadai dalam sebuah puskesmas, maka masyarakat memiliki minat yang tinggi karena berpikir bahwa dengan sekali kunjungan pada puskesmas, mereka telah mendapatkan semua pelayanan kesehatan termasuk pemeriksaan kesehatan penunjang tanpa berpikir untuk berobat ditempat lain setelah kunjungan tersebut.
Permintaan pelayanan kesehatan ditinjau dari tingkat pengetahuan
Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior) karena jika seseorang tidak mengetahui tentang sebuah objek, maka objek tersebut tidak akan menarik bagi seseorang. Demikian pula dengan permintaan pelayanaan kesehatan khususnya puskesmas apalagi itu adalah puskesmas pembantu. Pada saat masyarakat tidak mengetahui tentang manfaat dari puskesmas maka masyarakat akan memandang sebelah mata pada pelayanan kesehatan yang disediakan, yang artinya masyarakat tidak akan meminta atau memanfaatkan pelayanan yang disediakan karena kurangnya pengetahuan yang dimiliki.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan responden masih kurang tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan dimana dari 68 responden yang memiliki pengetahuan cukup, dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi 52 responden (76,5 %) dan yang permintaan pelayanan rendah 16 responden (23,5 %) pula. Sedangkan responden dengan pengetahuan kurang terdiri dari 49 responden dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi ada 11 responden (64,7 %) dan permintaan rendah ada 6 responden (35,3 %). Ini menggambarkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat nelayan penyelam pulau Barrang Lompo sangat berpengaruh akan permintaan pelayanan kesehatan dan pengetahuan sangat memberi andil dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Permintaan pelayanan kesehatan ditinjau dari aspek tarif pelayanan kesehatan
Berdasarkan keseluruhan responden yang menggunakan pelayanan kesehatan sebagian besar mengatakan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang terjangkau 35 responden dan yang mengatakan tidak terjangkau atau mahal ada 50 responden ini berarti bahwa tarif pelayanan kesehatan pada masyarakat penyelam dipulau Barrang Lompo pada puskesmas pembantu adalah mahal atau sulit dijangkau oleh masyarakat nelayan penyelam.
Hasil penelitian juga dapat dilihat bahwa dari tingginya permintaan pada masyarakat nelayan yang tidak menjangkau tarif ada 37 responden (74,0 %) dan memiliki permintaan rendah ada 13 responden (26,0 %), ini dikarenakan masyarakat nelayan kesulitan memanfaatkan pelayanan kesehatan akibat tingginya tarif pelayanan sehingga permintaan pelayanan kesehatan rendah dan mereka memilih mencari tempat berobat lain seperti dukun atau tidak berobat sama sekali. Sedangkan yang menjangkau tarif pelayanan kesehatan dengan permintaan pelayanan kesehatan tinggi ada 26 responden (74,3 %) dan dengan permintaan pelayanan kesehatan rendah ada 9 responden (25,7 %). Rendahnya permintaan pelayanan kesehatan pada masyarakat nelayan penyelam yang menjangkau biaya pengobatan karena mereka lebih memilih pengobatan yang lebih lengkap baik tenaga maupun saranan kesehatannya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Permintaan pelayanan kesehatan oleh masyarakat nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar ditinjau dari tingkat pendapatan berada pada kategori kurang, dari 64 responden yang memiliki pendapatan kurang dengan permintaan pelayanan rendah 14 responden (21,9 %)
Permintaan pelayanan kesehatan oleh masyarakat nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar ditinjau dari ketersediaan tenaga berada pada kategori kurang, dari 22 responden yang mengatakan tenaga kesehatan kurang tersedia dengan permintaan pelayanan kesehatan rendah sebanyak 6 responden (27,3 %)
Permintaan pelayanan kesehatan oleh masyarakat nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar ditinjau dari tingkat pengetahuan nelayan penyelam berada pada kategori pengetahuan kurang, dari 17 responden dengan tingkat pengetahuan kurang terhadap permintaan pelayanan kesehatan rendah sebanyak 6 responden (35,3 %)
Permintaan pelayanan kesehatan oleh masyarakat nelayan penyelam di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar ditinjau dari tarif pelayanan kesehatan berada pada kategori tidak terjangkau, dari 50 responden yang tidak dapat menjangkau pelayanan kesehatan terhadap permintaan pelayanan kesehatan rendah sebanyak 13 responden (26,0%)
Saran
Perlunya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dapat dijangkau oleh kemampuan ekonomi masyarakat misalnya dengan menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi nelayan penyelam secara gratis.
Kepada Dinas Kesehatan Kota Makassar dalam penempatan tenaga kesehatan lebih mengutamakan daerah kepulauan serta diharapkan adanya bimbingan dan supervisi secara rutin dan teratur guna memperbaiki kekurangan petugas yang ada
Perlunya peningkatan upah/honor/gaji bagi tenaga kesehatan yang mengelenggarakan pelayanan kesehatan penyelam khususnya yang bekerja pada daerah yang lebih terpencil seperti daerah kepulauan.
Masyarakat nelayan penyelam diberikan penyuluhan secara berkala dalam meningkatkan pengetahuan akan kesehatan terutama penyakit akibat menyelam serta cara menghindari serta mengatasinya.
DAFTAR PUSTAKA
Amin. Imran. 2000. Studi Kapasitas Paru Penyelam Tradisional di Pulau Kambuna Kepulauan Sembilan Kabupaten Sinjai Utara. Sinjai.
Azwar. Asrul. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Binarupa Aksara. Edisi Ketiga. Jakarta.
Biro Pusat Statistik Propinsi Sulawesi Selatan. 2004. Sulawesi Selatan Dalam Angka 2003. Makassar.
Dharma. 1994. Trend Pengelolaan Pelayanan Penunjang. Cermin Dunia Kodekteran. Edisi Khusus No. 91. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 1991. Puskesmas dan kegiatan Pokoknya Bagi Perkarya Kesehatan Puskesmas. Jakarta.
Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan. 2004. Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan Tahun 2003. Makassar.
Gani. Ascobat. 1989. Ekonomi Kesehatan. Makalah di Sampaikan Pada Lokakarya Ekonomi Kesehatan. Cimaman. 11 Oktober 1989.
Ilyas. Asrul. 2002. Permintaan (Demand) Masyarakat Terhadap Pelayanan Kesehatan Puskesmas Taretta Di Kecamatan Amali Kabupaten Bone. Skripsi STIK TM. Makassar
Isharsuntoro. 1995. Bahan Kursus Selam SCUBA. Yayasan Primus. Surabaya.
Mils. Anne dan Gilson. Terjemahan Budi Susetya dkk. 1990. Ekonomi Kesehatan Untuk Negara-negara Sedang Berkembang. Cetakan Pertama. Dian Rakyat. Jakarta.
MSDC. 2003. Pendidikan dan Pelatihan Selam. Universitas Hasanuddin. Makassar.
. 2003. Aspek Medis Penyelaman. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Notoadmotjo, Soekidjo. 1993. Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan Pertama. Rineka Cipta. Jakarta.
Notoadmotjo. Soekidjo. 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta. Jakarta
Ngatimin. H. M. Rusli. 1987. Upaya Menciptakan Masyarakat Sehat di Pedesaan. Desertasi Fakultas Pascasarjana UNHAS. Ujung Pandang.
Perhimpunan Kesehatan Hiperbarik Indonesia. PKHI. 2002. Pengantar Ilmu Kesehatan Penyelam. Surabaya.
R. Jayukusli. 1997. Studi Keluhan Pada Penyelam di Pulau Barrang Lompo Kecamatan Ujung tanah. Makassar.
R. Hapsara. Habib. R. 2004. Pembangunan Kesehatan di Indonesia, Prinsip Dasar. Kebijakan, Perencanaan dan Kajian Masa Depannya. Universitas Gadjah Mada Press. Jogjakarta.
Razak. Amran. 2000. Permintaan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Pesisir. Kalam Media Pustaka. Makassar.
Puskesmas Pattingaloang. 2004. Profil Puskesmas Pattingaloang Tahun 2003.
Trisnantoro. 1995. Analisis Demand. Makalah Ekonomi Manajerial Rumah Sakit Program Pengembangan Eksekutif Manajemen Rumah Sakit. Universitas Gadjah Mada 2-10. Yogyakarta.
Dokument lengkap dapat menghubungi
Rhano
Email : joeh_com@yahoo.com
Phone : 085242854524
Mangan dn pH Air SGL
Skripsi
STUDI KUALITAS AIR SUMUR GALI DITINJAU DARI PARAMETER MANGAN DAN DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR DI RW 3 KAMPUNG BUAKKANG MATTA KELURAHAN PACCERAKKANG KECAMATAN BIRINGKANAYA KOTA MAKASSAR
TAHUN 2006
RINGKASAN
Nismawati A. SKM
“Studi Kualitas Air Sumur Gali Ditinjau Dari Parameter Mangan dan Derajat Keasaman (pH) Air Di RW 3 Kampung Buakkang Mata Kelurahan Paccerakkang Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar Tahun 2006”
Vii + 66 halaman + 9 tabel + 6 lampiran
Air merupakan zat kehidupan dimana tidak satupun makhluk hidup di planet bumi yang tidak membutuhkan air. Air yang dibutuhkan oleh manusia adalah air bersih baik untuk keperluan hidup sehari-hari, kebutuhan industri, kebersihan dan sanitasi kota, kebutuhan pertanian dan lain sebaginya. Oleh sebab itu, dalam rangka penggunaan air yang memenuhi syarat maka air harus melalui pengontrolan standar baku kemurnian air. Salah satu jenis ukuran kualitas air adalah kandung kimiawi yang pada penelitian ini mencakup konsentrasi mangan (Mn) dan derajat keasaman (pH).
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survey dengan rancangan deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran kadar pH dan mangan (Mg) berdasarkan keadaan konstruksi bangunan sumur gali. Pengumpulan data penelitian dilaksanakan secara observasi (pengamatan) menggunakan lembar observasi terhadap keadaan konstruksi sumur gali dan pemeriksaan laboratorium pada sample air SGL. Data yang dikumpulkan kemudian diolah dengan menggunakan bantuan komputer program Microsoft Excell Profesional 2003 dan Statistical Package of Social Science (SPSS) versi 12.0 yang kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi disertai penjelasan.
Hasil penelitian diperoleh Keadaan konstruksi sumur gali (SGL) yang dimanfaatkan masyarakat di Kelurahan Pacerakkang yang tidak memenuhi syarat sebanyak 11 (61,1%) sedangkan yang memenuhi syarat hanya mencapai 7 buah sumur (38,9%), Kadar mangan (Mn) pada sumur gali (SGL) yang dimanfaatkan masyarakat di Kelurahan Pacerakkang yang memenuhi syarat sebanyak 12 (66,7%) dengan kadar Mn yang diperoleh berdasarkan pemeriksaan laboratorium <> 0,5 mg/liter, Derajat keasaman (pH) pada sumur gali (SGL) yang dimanfaatkan masyarakat di Kelurahan Pacerakkang pada kategori tidak memenuhi syarat sebanyak 11 (61,1%) dengan kadar pH <>
Saran yang diajukan pada penelitian mencakup : pemenuhan kebutuhan masyarakat akan air bersih maka perlunya dilaksanakan pengadaan sumber air bersih lain yang lebih memenuhi syarat kualitas dan kuantitas seperti dengan membuka jaringan air ledeng khususnya masyarakat di Kelurahan Pacerakkang dan pemurnian air terutama air yang bersumber dari sumur gali harus dilaksanakan melalui proses filtrasi, nitrasi dan sebagainya sehingga dapat menghasilkan air yang lebih berkualitas dan tidak memberi dampak kesehatan kepada masyarakat pengguna air SGL.
Daftar Pustaka : 21 (1991 – 2004)
DAFTAR TABEL
No. | Judul | Halaman |
5.1 | Keadaan Konstruksi Sumur Gali berdasarkan Jarak, Konstruksi Lantai, Bibir, dan Dinding Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006 |
50 |
5.2 | Distribusi Sumur Gali (SGL) berdasarkan Konstruksi Lantai Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006 |
51 |
5.3 | Distribusi Sumur Gali (SGL) berdasarkan Konstruksi Bibir Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006 |
51 |
5.4 | Distribusi Sumur Gali (SGL) berdasarkan Konstruksi Dinding Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006 |
52 |
5.5 | Distribusi Sumur Gali (SGL) berdasarkan Jarak Dari Sumber Pencemaran Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006 |
52 |
5.6 | Distribusi Sumur Gali (SGL) berdasarkan Keadaan Konstruksi Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006 |
53 |
5.7 | Hasil Pengukuran Kadar Mangan (Mn) dan Derajat Keasaman (pH) Air Sumur Gali Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006 |
54 |
5.8 | Distribusi Sumur Gali (SGL) berdasarkan Konsentrasi Mangan (Mn) Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006 |
55 |
5.9 | Distribusi Sumur Gali (SGL) Berdasarkan Derajat Keasaman (pH) Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006 |
55 |
DAFTAR LAMPIRAN
Master Tabel
Lay Out SPSS Olah Data Master Tabel
Surat Pengantar Izin Penelitian dari FKM UMI Makassar
Surat Rekomendasi Izin Penelitian dari Gubernur Propinsi Sulawesi Selatan Cq. Balitbangda
Surat Rekomendasi Izin Penelitian dari Walikota Makassar
Surat Rekomendasi Izin Penelitian dari Camat Biringkanaya
Surat Keterangan Telah Penelitian dari Lurah Paccerakkang Kecamatan Biringkanaya Makassar
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PERSETUJUAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vii
ABSTRAK viii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 7
Tujuan Penelitian 7
Manfaat Penelitian 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Air 9
Kualitas Air 15
Sumur Gali 30
Parameter Mangan (Mn) dalam Air 35
Derajat Keasaman (pH) Air 37
BAB III KERANGKA KONSEP
Dasar Pemikiran Variabel Penelitian 39
Skema Pola Pikir Variabel Penelitian 43
Definisi Operasional dan Kriteria Objektif 44
BAB IV METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian 46
Lokasi Penelitian 46
Populasi dan Sampel 46
Pengolahan dan Penyajian Data 47
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian 48
Hasil Penelitian 49
Pembahasan 56
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan 65
Saran 66
DAFTAR PUSTAKA
LEMBAR OBSERVASI
Dokument lengkap dapat menghubungi
Rhano
Email : joeh_com@yahoo.com
Phone : 085242854524
Skripsi
STUDI KUALITAS AIR SUMUR GALI DITINJAU DARI PARAMETER MANGAN DAN DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR DI RW 3 KAMPUNG BUAKKANG MATTA KELURAHAN PACCERAKKANG KECAMATAN BIRINGKANAYA KOTA MAKASSAR
TAHUN 2006
RINGKASAN
Nismawati A. SKM
“Studi Kualitas Air Sumur Gali Ditinjau Dari Parameter Mangan dan Derajat Keasaman (pH) Air Di RW 3 Kampung Buakkang Mata Kelurahan Paccerakkang Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar Tahun 2006”
Vii + 66 halaman + 9 tabel + 6 lampiran
Air merupakan zat kehidupan dimana tidak satupun makhluk hidup di planet bumi yang tidak membutuhkan air. Air yang dibutuhkan oleh manusia adalah air bersih baik untuk keperluan hidup sehari-hari, kebutuhan industri, kebersihan dan sanitasi kota, kebutuhan pertanian dan lain sebaginya. Oleh sebab itu, dalam rangka penggunaan air yang memenuhi syarat maka air harus melalui pengontrolan standar baku kemurnian air. Salah satu jenis ukuran kualitas air adalah kandung kimiawi yang pada penelitian ini mencakup konsentrasi mangan (Mn) dan derajat keasaman (pH).
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survey dengan rancangan deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran kadar pH dan mangan (Mg) berdasarkan keadaan konstruksi bangunan sumur gali. Pengumpulan data penelitian dilaksanakan secara observasi (pengamatan) menggunakan lembar observasi terhadap keadaan konstruksi sumur gali dan pemeriksaan laboratorium pada sample air SGL. Data yang dikumpulkan kemudian diolah dengan menggunakan bantuan komputer program Microsoft Excell Profesional 2003 dan Statistical Package of Social Science (SPSS) versi 12.0 yang kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi disertai penjelasan.
Hasil penelitian diperoleh Keadaan konstruksi sumur gali (SGL) yang dimanfaatkan masyarakat di Kelurahan Pacerakkang yang tidak memenuhi syarat sebanyak 11 (61,1%) sedangkan yang memenuhi syarat hanya mencapai 7 buah sumur (38,9%), Kadar mangan (Mn) pada sumur gali (SGL) yang dimanfaatkan masyarakat di Kelurahan Pacerakkang yang memenuhi syarat sebanyak 12 (66,7%) dengan kadar Mn yang diperoleh berdasarkan pemeriksaan laboratorium <> 0,5 mg/liter, Derajat keasaman (pH) pada sumur gali (SGL) yang dimanfaatkan masyarakat di Kelurahan Pacerakkang pada kategori tidak memenuhi syarat sebanyak 11 (61,1%) dengan kadar pH <>
Saran yang diajukan pada penelitian mencakup : pemenuhan kebutuhan masyarakat akan air bersih maka perlunya dilaksanakan pengadaan sumber air bersih lain yang lebih memenuhi syarat kualitas dan kuantitas seperti dengan membuka jaringan air ledeng khususnya masyarakat di Kelurahan Pacerakkang dan pemurnian air terutama air yang bersumber dari sumur gali harus dilaksanakan melalui proses filtrasi, nitrasi dan sebagainya sehingga dapat menghasilkan air yang lebih berkualitas dan tidak memberi dampak kesehatan kepada masyarakat pengguna air SGL.
Daftar Pustaka : 21 (1991 – 2004)
DAFTAR TABEL
No. | Judul | Halaman |
5.1 | Keadaan Konstruksi Sumur Gali berdasarkan Jarak, Konstruksi Lantai, Bibir, dan Dinding Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006 |
50 |
5.2 | Distribusi Sumur Gali (SGL) berdasarkan Konstruksi Lantai Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006 |
51 |
5.3 | Distribusi Sumur Gali (SGL) berdasarkan Konstruksi Bibir Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006 |
51 |
5.4 | Distribusi Sumur Gali (SGL) berdasarkan Konstruksi Dinding Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006 |
52 |
5.5 | Distribusi Sumur Gali (SGL) berdasarkan Jarak Dari Sumber Pencemaran Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006 |
52 |
5.6 | Distribusi Sumur Gali (SGL) berdasarkan Keadaan Konstruksi Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006 |
53 |
5.7 | Hasil Pengukuran Kadar Mangan (Mn) dan Derajat Keasaman (pH) Air Sumur Gali Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006 |
54 |
5.8 | Distribusi Sumur Gali (SGL) berdasarkan Konsentrasi Mangan (Mn) Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006 |
55 |
5.9 | Distribusi Sumur Gali (SGL) Berdasarkan Derajat Keasaman (pH) Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006 |
55 |
DAFTAR LAMPIRAN
Master Tabel
Lay Out SPSS Olah Data Master Tabel
Surat Pengantar Izin Penelitian dari FKM UMI Makassar
Surat Rekomendasi Izin Penelitian dari Gubernur Propinsi Sulawesi Selatan Cq. Balitbangda
Surat Rekomendasi Izin Penelitian dari Walikota Makassar
Surat Rekomendasi Izin Penelitian dari Camat Biringkanaya
Surat Keterangan Telah Penelitian dari Lurah Paccerakkang Kecamatan Biringkanaya Makassar
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PERSETUJUAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vii
ABSTRAK viii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 7
Tujuan Penelitian 7
Manfaat Penelitian 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Air 9
Kualitas Air 15
Sumur Gali 30
Parameter Mangan (Mn) dalam Air 35
Derajat Keasaman (pH) Air 37
BAB III KERANGKA KONSEP
Dasar Pemikiran Variabel Penelitian 39
Skema Pola Pikir Variabel Penelitian 43
Definisi Operasional dan Kriteria Objektif 44
BAB IV METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian 46
Lokasi Penelitian 46
Populasi dan Sampel 46
Pengolahan dan Penyajian Data 47
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian 48
Hasil Penelitian 49
Pembahasan 56
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan 65
Saran 66
DAFTAR PUSTAKA
LEMBAR OBSERVASI
Dokument lengkap dapat menghubungi
Rhano
Email : joeh_com@yahoo.com
Phone : 085242854524
Skripsi
STUDI KUALITAS AIR SUMUR GALI DITINJAU DARI PARAMETER MANGAN DAN DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR DI RW 3 KAMPUNG BUAKKANG MATTA KELURAHAN PACCERAKKANG KECAMATAN BIRINGKANAYA KOTA MAKASSAR
TAHUN 2006
RINGKASAN
Nismawati A. SKM
“Studi Kualitas Air Sumur Gali Ditinjau Dari Parameter Mangan dan Derajat Keasaman (pH) Air Di RW 3 Kampung Buakkang Mata Kelurahan Paccerakkang Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar Tahun 2006”
Vii + 66 halaman + 9 tabel + 6 lampiran
Air merupakan zat kehidupan dimana tidak satupun makhluk hidup di planet bumi yang tidak membutuhkan air. Air yang dibutuhkan oleh manusia adalah air bersih baik untuk keperluan hidup sehari-hari, kebutuhan industri, kebersihan dan sanitasi kota, kebutuhan pertanian dan lain sebaginya. Oleh sebab itu, dalam rangka penggunaan air yang memenuhi syarat maka air harus melalui pengontrolan standar baku kemurnian air. Salah satu jenis ukuran kualitas air adalah kandung kimiawi yang pada penelitian ini mencakup konsentrasi mangan (Mn) dan derajat keasaman (pH).
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survey dengan rancangan deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran kadar pH dan mangan (Mg) berdasarkan keadaan konstruksi bangunan sumur gali. Pengumpulan data penelitian dilaksanakan secara observasi (pengamatan) menggunakan lembar observasi terhadap keadaan konstruksi sumur gali dan pemeriksaan laboratorium pada sample air SGL. Data yang dikumpulkan kemudian diolah dengan menggunakan bantuan komputer program Microsoft Excell Profesional 2003 dan Statistical Package of Social Science (SPSS) versi 12.0 yang kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi disertai penjelasan.
Hasil penelitian diperoleh Keadaan konstruksi sumur gali (SGL) yang dimanfaatkan masyarakat di Kelurahan Pacerakkang yang tidak memenuhi syarat sebanyak 11 (61,1%) sedangkan yang memenuhi syarat hanya mencapai 7 buah sumur (38,9%), Kadar mangan (Mn) pada sumur gali (SGL) yang dimanfaatkan masyarakat di Kelurahan Pacerakkang yang memenuhi syarat sebanyak 12 (66,7%) dengan kadar Mn yang diperoleh berdasarkan pemeriksaan laboratorium <> 0,5 mg/liter, Derajat keasaman (pH) pada sumur gali (SGL) yang dimanfaatkan masyarakat di Kelurahan Pacerakkang pada kategori tidak memenuhi syarat sebanyak 11 (61,1%) dengan kadar pH <>
Saran yang diajukan pada penelitian mencakup : pemenuhan kebutuhan masyarakat akan air bersih maka perlunya dilaksanakan pengadaan sumber air bersih lain yang lebih memenuhi syarat kualitas dan kuantitas seperti dengan membuka jaringan air ledeng khususnya masyarakat di Kelurahan Pacerakkang dan pemurnian air terutama air yang bersumber dari sumur gali harus dilaksanakan melalui proses filtrasi, nitrasi dan sebagainya sehingga dapat menghasilkan air yang lebih berkualitas dan tidak memberi dampak kesehatan kepada masyarakat pengguna air SGL.
Daftar Pustaka : 21 (1991 – 2004)
DAFTAR TABEL
No. | Judul | Halaman |
5.1 | Keadaan Konstruksi Sumur Gali berdasarkan Jarak, Konstruksi Lantai, Bibir, dan Dinding Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006 |
50 |
5.2 | Distribusi Sumur Gali (SGL) berdasarkan Konstruksi Lantai Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006 |
51 |
5.3 | Distribusi Sumur Gali (SGL) berdasarkan Konstruksi Bibir Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006 |
51 |
5.4 | Distribusi Sumur Gali (SGL) berdasarkan Konstruksi Dinding Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006 |
52 |
5.5 | Distribusi Sumur Gali (SGL) berdasarkan Jarak Dari Sumber Pencemaran Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006 |
52 |
5.6 | Distribusi Sumur Gali (SGL) berdasarkan Keadaan Konstruksi Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006 |
53 |
5.7 | Hasil Pengukuran Kadar Mangan (Mn) dan Derajat Keasaman (pH) Air Sumur Gali Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006 |
54 |
5.8 | Distribusi Sumur Gali (SGL) berdasarkan Konsentrasi Mangan (Mn) Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006 |
55 |
5.9 | Distribusi Sumur Gali (SGL) Berdasarkan Derajat Keasaman (pH) Di Kelurahan Pacerakkang Kota Makassar Tahun 2006 |
55 |
DAFTAR LAMPIRAN
Master Tabel
Lay Out SPSS Olah Data Master Tabel
Surat Pengantar Izin Penelitian dari FKM UMI Makassar
Surat Rekomendasi Izin Penelitian dari Gubernur Propinsi Sulawesi Selatan Cq. Balitbangda
Surat Rekomendasi Izin Penelitian dari Walikota Makassar
Surat Rekomendasi Izin Penelitian dari Camat Biringkanaya
Surat Keterangan Telah Penelitian dari Lurah Paccerakkang Kecamatan Biringkanaya Makassar
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PERSETUJUAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vii
ABSTRAK viii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 7
Tujuan Penelitian 7
Manfaat Penelitian 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Air 9
Kualitas Air 15
Sumur Gali 30
Parameter Mangan (Mn) dalam Air 35
Derajat Keasaman (pH) Air 37
BAB III KERANGKA KONSEP
Dasar Pemikiran Variabel Penelitian 39
Skema Pola Pikir Variabel Penelitian 43
Definisi Operasional dan Kriteria Objektif 44
BAB IV METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian 46
Lokasi Penelitian 46
Populasi dan Sampel 46
Pengolahan dan Penyajian Data 47
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian 48
Hasil Penelitian 49
Pembahasan 56
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan 65
Saran 66
DAFTAR PUSTAKA
LEMBAR OBSERVASI
Dokument lengkap dapat menghubungi
Rhano
Email : joeh_com@yahoo.com
Phone : 085242854524
Kumpulan Judul Skripsi
Bidang Administrasi Kesehatan Masyarakat
1. Mutu pelayanan kesehatan rumah sakit
2. Mutu pelayanan petugas kesehatan rumah sakit
3. Kinerja petugas dinas kesehatan
4. Mutu pelayanan kesehatan puskesmas
5. Mutu pelayanan petugas kesehatan puskesmas
6. Kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan di rumah sakit
7. Pemanfaatan pelayanan kesehatan masyarakat pesisir
8. Pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas
9. Pemanfaatan pelayanan antenatal care
10. Mutu Pelayanan Antenatal Care
Bidang Epidemiologi
1. Analisis Faktor Risiko Ca Servik
2. Analisis Faktor Risiko PJK
3. Hubungan Rokok dan PJK
4. Ketidakteraturan berobat penderita kusta
5. Ketidakteraturan berobat penderita TB Paru
6. Tingkat kunjungan ibu hamil dalam pemanfaatan pelayanan antenatal care
7. Faktor risiko primigravida
8. Faktor risiko Stroke
9. Faktor risiko DM
10. Faktor risiko TB Paru Relaps
11. Kelengkapan imunisasi bayi
Bidang Gizi Kesehatan Masyarakat
1. Status Gizi Bayi
2. Faktor Risiko BBLR
3. Penilaian status gizi bayi/balita
4. Pola makan mahasiswa dan Status gizi
5. Pemberian ASI Eksklusif 0 - 6 bulan
6. Penerapan pola pemberian makanan tambahan anak usia 6 - 24 bulan
7. Tingkat pemberian MP-ASI
8. Tingkat pemberian MP-ASI Lokal
Bidang Kesehatan Lingkungan
1. Tingkat kepadatan lalat
2. Diare hubungannya dengan sanitasi lingkungan
3. ISPA hubungannya dengan kondisi rumah
4. Keadaan Fasilitas sanitasi dasar masyarakat
5. TB Paru hubungannya dengan kondisi rumah
6. Keadaan fasilitas sanitasi dasar rumah sakit
Bidang Kesehatan Kerja
1. Sikap pekerja terhadap K3
2. Perilaku penggunaan APD pada Polantas
3. Perilaku Pekerja dalam Penggunaan APD di Lingkungan kerja
Judul lengkapnya tidak dapat dimuat jadi hanya disampaikan point penting yang memuat masalah seputar penelitian dan kiranya dapat membantu.
Berminat silahkah hubungi nomor : 085242854524
Atau menghubungi alamat email : joeh_com@yahoo.com
Makasih atas kunjungan dan kontaknya.
Bidang Administrasi Kesehatan Masyarakat
1. Mutu pelayanan kesehatan rumah sakit
2. Mutu pelayanan petugas kesehatan rumah sakit
3. Kinerja petugas dinas kesehatan
4. Mutu pelayanan kesehatan puskesmas
5. Mutu pelayanan petugas kesehatan puskesmas
6. Kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan di rumah sakit
7. Pemanfaatan pelayanan kesehatan masyarakat pesisir
8. Pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas
9. Pemanfaatan pelayanan antenatal care
10. Mutu Pelayanan Antenatal Care
Bidang Epidemiologi
1. Analisis Faktor Risiko Ca Servik
2. Analisis Faktor Risiko PJK
3. Hubungan Rokok dan PJK
4. Ketidakteraturan berobat penderita kusta
5. Ketidakteraturan berobat penderita TB Paru
6. Tingkat kunjungan ibu hamil dalam pemanfaatan pelayanan antenatal care
7. Faktor risiko primigravida
8. Faktor risiko Stroke
9. Faktor risiko DM
10. Faktor risiko TB Paru Relaps
11. Kelengkapan imunisasi bayi
Bidang Gizi Kesehatan Masyarakat
1. Status Gizi Bayi
2. Faktor Risiko BBLR
3. Penilaian status gizi bayi/balita
4. Pola makan mahasiswa dan Status gizi
5. Pemberian ASI Eksklusif 0 - 6 bulan
6. Penerapan pola pemberian makanan tambahan anak usia 6 - 24 bulan
7. Tingkat pemberian MP-ASI
8. Tingkat pemberian MP-ASI Lokal
Bidang Kesehatan Lingkungan
1. Tingkat kepadatan lalat
2. Diare hubungannya dengan sanitasi lingkungan
3. ISPA hubungannya dengan kondisi rumah
4. Keadaan Fasilitas sanitasi dasar masyarakat
5. TB Paru hubungannya dengan kondisi rumah
6. Keadaan fasilitas sanitasi dasar rumah sakit
Bidang Kesehatan Kerja
1. Sikap pekerja terhadap K3
2. Perilaku penggunaan APD pada Polantas
3. Perilaku Pekerja dalam Penggunaan APD di Lingkungan kerja
Judul lengkapnya tidak dapat dimuat jadi hanya disampaikan point penting yang memuat masalah seputar penelitian dan kiranya dapat membantu.
Berminat silahkah hubungi nomor : 085242854524
Atau menghubungi alamat email : joeh_com@yahoo.com
Makasih atas kunjungan dan kontaknya.
Bidang Administrasi Kesehatan Masyarakat
1. Mutu pelayanan kesehatan rumah sakit
2. Mutu pelayanan petugas kesehatan rumah sakit
3. Kinerja petugas dinas kesehatan
4. Mutu pelayanan kesehatan puskesmas
5. Mutu pelayanan petugas kesehatan puskesmas
6. Kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan di rumah sakit
7. Pemanfaatan pelayanan kesehatan masyarakat pesisir
8. Pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas
9. Pemanfaatan pelayanan antenatal care
10. Mutu Pelayanan Antenatal Care
Bidang Epidemiologi
1. Analisis Faktor Risiko Ca Servik
2. Analisis Faktor Risiko PJK
3. Hubungan Rokok dan PJK
4. Ketidakteraturan berobat penderita kusta
5. Ketidakteraturan berobat penderita TB Paru
6. Tingkat kunjungan ibu hamil dalam pemanfaatan pelayanan antenatal care
7. Faktor risiko primigravida
8. Faktor risiko Stroke
9. Faktor risiko DM
10. Faktor risiko TB Paru Relaps
11. Kelengkapan imunisasi bayi
Bidang Gizi Kesehatan Masyarakat
1. Status Gizi Bayi
2. Faktor Risiko BBLR
3. Penilaian status gizi bayi/balita
4. Pola makan mahasiswa dan Status gizi
5. Pemberian ASI Eksklusif 0 - 6 bulan
6. Penerapan pola pemberian makanan tambahan anak usia 6 - 24 bulan
7. Tingkat pemberian MP-ASI
8. Tingkat pemberian MP-ASI Lokal
Bidang Kesehatan Lingkungan
1. Tingkat kepadatan lalat
2. Diare hubungannya dengan sanitasi lingkungan
3. ISPA hubungannya dengan kondisi rumah
4. Keadaan Fasilitas sanitasi dasar masyarakat
5. TB Paru hubungannya dengan kondisi rumah
6. Keadaan fasilitas sanitasi dasar rumah sakit
Bidang Kesehatan Kerja
1. Sikap pekerja terhadap K3
2. Perilaku penggunaan APD pada Polantas
3. Perilaku Pekerja dalam Penggunaan APD di Lingkungan kerja
Judul lengkapnya tidak dapat dimuat jadi hanya disampaikan point penting yang memuat masalah seputar penelitian dan kiranya dapat membantu.
Berminat silahkah hubungi nomor : 085242854524
Atau menghubungi alamat email : joeh_com@yahoo.com
Makasih atas kunjungan dan kontaknya.