FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT
Skripsi/Thesis
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT
Tinjauan dari Persepsi Pasien
Oleh :
Burhanuddin Gamrin, SKM dan M. Joeharno, SKM
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Terwujudnya keadaan sehat merupakan kehendak semua pihak. Tidak hanya orang-per orang atau keluarga, akan tetapi juga oleh kelompok dan bahkan oleh seluruh anggota masyarakat. Adapun yang dimaksudkan dengan sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (U.U No 23 tahun 1992).
Kesehatan dipandang sebagai sumber daya yang memberikan kemampuan pada individu, kelompok, dan masyarakat untuk meningkatkan kemampuan mengelola bahkan merubah pola hidup, kebiasaan dan lingkungan. Hal ini sesuai dengan arah pembangunan kesehatan kita yang meninggalkan paradigma lama menuju paradigma sehat, dalam rangka menuju Indonesia Sehat 2010 (Ahmad Djojosugitjo, 2001).
Tujuan pelayanan kesehatan adalah tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang memuaskan harapan dan kebutuhan derajat masyarakat (consumer satisfaction), melalui pelayanan yang efektif oleh pemberi pelayanan yang memuaskan harapan dan kebutuhan pemberi pelayanan (provider satisfaction), pada institusi pelayanan yang diselenggarakan secara efisien (institutional satisfaction). Interaksi ketiga pilar utama pelayanan kesehatan yang serasi, selaras dan seimbang, merupakan paduan dari kepuasan tiga pihak, dan ini merupakan pelayanan kesehatan yang memuaskan (satisfactory healty care) (Ahmad Djojosugitjo, 2001).
Upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan adalah langkah terpenting untuk meningkatkan daya saing usaha Indonesia di sektor kesehatan. Hal ini tidak ringan karena peningkatan mutu tersebut bukan hanya untuk rumah sakit saja tetapi berlaku untuk semua tingkatan pelayanan kesehatan mulai dari Puskesmas Pembantu dan Puskesmas, baik di fasilitas pemerintahan maupun swasta (Ahmad Djojosugitjo, 2001).
Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa masyarakat pengguna pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta semakin menuntut pelayanan yang bermutu. Tak dapat dipungkiri bahwa kini pasien semakin kritis terhadap pelayanan kesehatan dan menuntut keamanannya (Sulastomo, 2005).
Berbagai fakta menunjukkan adanya masalah serius dalam mutu pelayanan kesehatan di Indonesia. Hal ini disebabkan karena belum adanya sistem pengendali mutu yang terbaik yang dapat diterapkan. Pemahaman secara lebih mendalam tentang good governance merupakan salah satu upaya terhadap perwujudan pelayanan kesehatan yang lebih bermutu (Laksono, 2005).
Upaya peningkatan mutu adalah aksioma yang lemah capaian individunya, pada umumnya mencerminkan kegagalan sistem atau ketidakmampuan dari suatu organisasi memandang dan mengimprovisasikan sistem jaminan mutu. Gagasan peningkatan kualitas mutu merupakan tantangan di dalam suatu organisasi pelayanan kesehatan (Sulastomo, 2006).
Rumah sakit merupakan suatu tempat untuk melakukan upaya meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan. Masyarakat telah menganggap bahwa rumah sakit adalah harapan terakhir bagi orang yang sedang sakit. Bahkan ada sebagian masyarakat yang berperilaku untuk cepat-cepat berobat ke rumah sakit, jika mereka menderita suatu penyakit tertentu. Agar dicapai tingkat pelayanan kesehatan yang berkualitas, rumah sakit mengupayakan itu dengan meningkatkan berbagai fasilitas pelayanan (Sudarwanto, 1995).
Peningkatan mutu sebagai salah satu upaya merupakan tujuan fundamental dari pelayanan kesehatan, yakni melindungi pasien, tenaga kesehatan, dan organisasi tersebut. Hal ini merupakan suatu proses dengan output yang baru akan dapat terlihat pada program jangka menengah ataupun program jangka panjang (Sulastomo, 2006).
Pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan bentuk pelayanan yang diberikan kepada klien oleh suatu tim multi disiplin. Pelayanan kesehatan pada masa kini sudah merupakan industri jasa kesehatan utama dimana setiap rumah sakit bertanggung gugat terhadap penerima jasa pelayanan kesehatan. Keberadaan dan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan ditentukan oleh nilai-nilai dan harapan dari penerima jasa pelayanan tersebut. Disamping itu, penekanan pelayanan kepada kualitas yang tinggi tersebut harus dapat dicapai dengan biaya yang dapat dipertanggungjawabkan (Ely Nurachma, 2007).
Berdasarkan hal tersebut di atas maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti dan menganalisis beberapa aspek yang mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan di RS Massenrempulu Kabupaten Enrekang.
- Batasan Masalah
Mutu pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh beberapa aspek namun karena aspek keterbatasan yang dimiliki peneliti maka pada penelitian ini hanya dibatasi pada aspek jumlah petugas, ketanggapan petugas, kehandalan petugas dan ketersediaan/kelengkapan fasilitas pelayanan.
- Rumusan Masalah
“Bagaimana mutu pelayanan kesehatan pasien rawat inap ditinjau dari aspek jumlah petugas, ketanggapan petugas, kehandalan petugas, dan ketersediaan/kelengkapan fasilitas di RSU Massenrempulu Kabupaten Enrekang ?”
- Tujuan Penelitian
- Tujuan Umum
Untuk mengetahui beberapa aspek yang mempengaruhi mutu pelayanan pada pasien rawat inap di RSU Massenrempulu Kabupaten Enrekang.
- Tujuan Khusus
- Untuk menganalisis hubungan jumlah petugas, ketanggapan petugas, kehandalan petugas, dan ketersediaan/kelengkapan fasilitas terhadap mutu pelayanan kesehatan pasien rawat inap di RSU Massenrempulu Kabupaten Enrekang
- Manfaat Penelitian
- Manfaat Ilmiah
- Manfaat Institusi
- Manfaat Bagi Peneliti
- Tinjauan Umum Tentang Mutu Pelayanan Kesehatan
- Tinjauan Umum Tentang Rumah Sakit
- Tinjauam Umum Tentang Variabel Yang Diteliti
KERANGKA KONSEP
- Dasar Pemikiran Variabel Penelitian
Beberapa aspek yang mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan akan dijelaskan sebagai berikut.
- Jumlah Petugas
Jumlah petugas merupakan salah satu aspek yang menunjang pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Keadaan petugas yang kurang menyebabkan penyelenggaraan pelayanan dilaksanakan tidak maksimal dan kurang memenuhi kepuasan pasien atas pelayanan yang diberikan. Selain itu, petugas sendiri akan mengalami kewalahan dalam menjalankan tugasnya yang pada nantinya akan menurunkan tingkat kemampuan kerja yang diberikan petugas kepada pasien di rumah sakit.
- Ketanggapan petugas
Ketanggapan petugas berhubungan dengan aspek kesigapan dari petugas dalam memenuhi kebutuhan pasien akan pelayanan yang dinginkan. Tingkat kesigapan dari petugass kesehatan dalam memberikan pelayanan merupakan salahs atu aspek yang mempengaruhi penilaian pasien atas mutu pelayanan yang diselenggarakan.
- Kehandalan petugas
Kehandalan berhubungan dengan tingkat kemampuan dan keterampilan yang dimiliki petugas dalam menyelenggarakan dan memberikan pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Tingkat kemampuan dan keterampilan yang kurang dari tenaga kesehatan tentunya akan memberikan pelayanan yang kurang memenuhi kepuasan pasien sebagai standar penilaian terhadap mutu pelayanan.
- Ketersediaan dan kelengkapan fasilitas
Fasilitas merupakan sarana bantu bagi instansi dan tenaga kesehatan dalam menyelenggarakan pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Keadaan fasilitas yang memadai akan membantu terhadap penyelenggaraan pelayanan kepada pasien.
- Pola Pikir Variabel Penelitian
Berdasarkan dasar pemikiran yang telah dijelaskan sebelumnya di atas maka dapat disusun bagan pemikiran variabel penelitian sebagai berikut
Keterangan
: Variabel independen
: Variabel dependen
- Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
- Mutu Pelayanan Kesehatan
- Jumlah Petugas
- Ketanggapan Petugas
- Kehandalan Petugas
- Ketersediaan/Kelengkapan Fasilitas
- Hipotesis Penelitian
- Hipotesis Null (Ho)
- Tidak ada hubungan jumlah petugas, ketanggapan petugas, kehandalan petugas, dan ketersediaan/kelengkapan fasilitas terhadap mutu pelayanan kesehatan di RSU Massenrempulu Kabupaten Enrekang
- Hipotesis Alternatif (Ha)
- Ada hubungan jumlah petugas, ketanggapan petugas, kehandalan petugas, dan ketersediaan/kelengkapan fasilitas terhadap mutu pelayanan kesehatan di RSU Massenrempulu Kabupaten Enrekang
METODE PENELITIAN
- Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional dengan pendekatan analitik rancangan Cross Sectional Study
- Populasi dan Sampel
- Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien rawat inap di RSU Massenrempulu Kab Enrekang yang telah mendapatkan perawatan
- Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah sebahagian dari populasi yang ditentukan berdasarkan teknik pengambilan sampel secara proporsional stratified random sampling dengan penentuan besar sampel menggunakan rumus sebagai berikut.
n =
Dimana :
n = besarnya sampel dalam penelitian
N = besarnya populasi dalam penelitian
d = tingkat kepercayaan (0,05)
- Pengumpulan Data
- Data Primer
Data primer diperoleh dengan melaksanakan wawancara langsung
- Data Sekunder
Data sekunder diperoleh melalui instansi terkait
- Pengolahan dan Analisa Data
- Pengolahan Data
Pengolahan data penelitian dilaksanakan dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS for windows dengan langkah-langkah sebagai berikut.
- Tahap editing dilakukan dengan tujuan agar data yang diperoleh merupakan informasi yang benar. Pada tahap ini dilakukan dengan memperhatikan kelengkapan jawaban dan jelas tidaknya jawaban
- Pengkodean dimaksudkan untuk menyingkat data yang diperoleh agar memudahkan dalam pengolahan dan menganalisis data dengan memberikan kode dalam bentuk angka. Berdasarkan perhitungan Skala Likert dimana setiap jawaban “Selau” diberi nilai 5, “Sering” diberi nilai 4, kadang-kadang diberi nilai 3, “Pernah” diberi nilai 2 dan jika jawaban “Tidak Pernah” diberi nilai 1.
- Pembuatan/pemindahan hasil koding kuesioner ke daftar koding (master tabel)
- Analisa Data
Analisis data ditujukan untuk mengetahui hubungan variabel independen dengan variabel dependen dengan menggunakan uji Chi Square Test dengan rumus sebagai berikut :
X2 =
Dimana :
O = nilai observasi
E = Nilai ekspektasi (harapan)
df = (c – 1) (r – 1)
Hasil uji statistik dikatakan bermakna jika nilai p < α – 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Jika nilai ekspektif kurang dari 5 maka uji statistik dengan menggunakan rumus Fisher’s Exact Test yaitu :
- Penyajian Data
Data yang telah diolah kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi analisis univariat dan tabel silang analisis bivariat dalam rangka menganalisis hubungan variabel independen terhadap variabel dependen.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
- Hasil Penelitian
- Karakteristik Responden
- Umur
Responden tertinggi berada pada kelompok umur 20 – 29 tahun sebanyak 57 (55,9%) dan terendah pada kelompok umur <>
- Jenis Kelamin
Responden terbanyak adalah perempuan sebanyak 56 (54,9%).
- Pendidikan
Responden tertinggi telah menamatkan pendidikan pada jenjang SMA sederajat sebanyak 52 (51%) dan terendah tidak sekolah dan SMP masing-masing sebanyak 7 (6,9%).
- Pekerjaan
Responden tertinggi dengan status tidak bekerja/URT sebanyak 35 (34,3%) sedangkan yang bekerja tertinggi sebagai wiraswasta sebanyak 31 (30,4%) dan terendah yang bekerja sebagai pegawai swasta sebanyak 3 (2,9%).
- Variabel Penelitian
- Jumlah Petugas
Lebih dominan responden menyatakan jumlah petugas yang memberikan pelayanan di rumah sakit sudah berada pada kategori cukup sebanyak 64 (62,7%).
- Ketanggapan Petugas
Lebih dominan responden menyatakan ketanggapan petugas dalam memberikan pelayanan di rumah sakit sudah berada pada kategori cukup tanggap sebanyak 71 (69,6%).
- Kehandalan Petugas
Lebih dominan responden menyatakan kehandalan petugas dalam memberikan pelayanan di rumah sakit sudah berada pada kategori cukup handal sebanyak 66 (64,7%).
- Ketersediaan Fasilitas/Sarana
Lebih dominan responden menyatakan ketersediaan fasilitas / sarana pelayanan di rumah sakit sudah berada pada kategori cukup tersedia sebanyak 53 (52%).
- Mutu Pelayanan Kesehatan
Lebih dominan responden menyatakan mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan di rumah sakit sudah berada pada kategori cukup sebanyak 76 (74,5%).
- Hubungan Variabel Penelitian
- Hubungan Jumlah Petugas dengan Mutu Pelayanan Kesehatan
Hasil uji statistik diperoleh nilai X2 hitung = 2,425 <>2
tabel (3,814) sehingga Ho diterima dengan interpretasi bahwa tidak terdapat hubungan pengaruh jumlah petugas terhadap mutu pelayanan kesehatan dimana banyaknya jumlah petugas bukan menjadi salah satu aspek penting bagi pasien untuk menilai kualitas pelayanan yang diselenggarakan. - Hubungan Ketanggapan Petugas dengan Mutu Pelayanan Kesehatan
Hasil uji statistik diperoleh nilai X2 hitung = 6,342 > X2 tabel (3,814) sehingga Ho ditolak dengan interpretasi bahwa terdapat hubungan pengaruh ketanggapan petugas terhadap mutu pelayanan kesehatan dimana banyaknya respon petugas yang cekatan dalam memberikan pelayanan merupakan unsur yang mempengaruhi penilaian pasien atas kualitas pelayanan yang diselenggarakan.
- Hubungan Kehandalan Petugas dengan Mutu Pelayanan Kesehatan
Hasil uji statistik diperoleh nilai X2 hitung = 5,259 > X2 tabel (3,814) sehingga Ho ditolak dengan interpretasi bahwa terdapat hubungan pengaruh kehandalan petugas terhadap mutu pelayanan kesehatan dimana banyaknya kemampuan kerja dari petugas menjadi salah satu aspek penting bagi pasien untuk menilai kualitas pelayanan yang diselenggarakan.
- Hubungan Ketersediaan Fasilitas/Sarana dengan Mutu Pelayanan Kesehatan
Hasil uji statistik diperoleh nilai X2 hitung = 8,763 > X2 tabel (3,814) sehingga Ho ditolak dengan interpretasi bahwa terdapat hubungan pengaruh ketersediaan fasilitas/sarana pelayanan terhadap peruwujudan mutu pelayanan kesehatan dimana semakin baik fasilitas pelayanan yang tersedia maka akan mendukung penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara maksimal dan memenuhi kepuasan pasien.
- Pembahasan
Berdasarkan hasil pengumpulan data penelitian yang telah disajikan sebelumnya di atas maka dapat dibahas berdasarkan tujuan penelitian sebagai berikut.
- Hubungan Jumlah Petugas dengan Mutu Pelayanan Kesehatan
Ketersediaan dan kebersinambungan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan tidak hanya memperhitungkan ketersediaan sarana saja seperti rumah sakit, puskesmas atau posyandu namun perlu juga memperhitungkan aspek ketenagakerjaan dalam bidang kesehatan dalam hal pelaksana dan penggerak pelayanan. Salah satu syarat penyelenggaraan pelayanan kesehatan adalah tersedianya tenaga pelaksana dalam jumlah yang cukup. Aspek kekurangan tenaga merupakan salah satu masalah yang seringkali dihadapi oleh sarana pelayanan kesehatan terutama rumah sakit sebagai akibat dari kebijakan zero growth sehingga mereka yang telah pensiun sulit untuk digantikan. Dampak dari kekurangan tenaga ini mengakibatkan beban kerja menjadi bertambah sehingga pada akhirnya mutu pelayanan yang diberikan jadi menurun. Hal ini dapat menjadi lingkaran setan yang berkepanjangan yang dapat membuat frustasi manajemen rumah sakit.
Keadaan jumlah ketenagaan pada setiap ruangan berdasarkan hasil pengumpulan data penelitian menunjukkan bahwa sudah dominan pada kategori cukup yang memberi gambaran bahwa ketersediaan ketenagaan sudah dapat menckupi pemenuhan kebutuhan pelayanan yang memuaskan pasien baik di kelas I (20,3%), kelas II (23,4%), kelas III (20,3%), ICU (17,2%) dan kebidanan (18,8%).
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa masih terdapat responden penelitian yang menyatakan jumlah petugas pada kategori kurang (37,3%) yang memberi indikasi bahwa pada beberapa kejadian masih terdapat beberapa pasien rumah sakit yang belum terlayani secara maksimal. Hal ini disebabkan karena adanya berbagai kesibukan yang dimiliki tenaga perawat dalam melaskanakan berbagai kegiatan pelayanan sehingga memiliki waktu yang kurang untuk memenuhi seluruh kebutuhan pasien yang serba beragam.
Kurangnya jumlah petugas pada instansi pelayanan kesehatan khususnya rumah sakit akan berdampak pada pemenuhan kebutuhan pelayanan secara maksimal yang tentunya akan berdampak pada kualitas pelayanan. Sebagaimana hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang menyatakan jumlah petugas yang cukup dalam memberikan pelayanan lebih dominan terdistribusi pada mutu pelayanan kesehatan cukup sebanyak 51 (79,7%) sedangkan responden yang menyatakan jumlah petugas kurang lebih dominan pula terdistribusi pada mutu pelayanan kesehatan cukup sebanyak 25 (65,8%).
Hasil penelitian memberi indikasi bahwa dengan adanya jumlah ketenagaan di rumah sakit termasuk perawat sebagai penyelenggara pelayanan keperawatan akan membantu dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks dan beragam, dalam artian memenuhi kepuasan pasien berupa pelayanan yang berkualitas.
Hubungan jumlah petugas terhadap mutu pelayanan kesehatan berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai X2 hitung = 2,425 <>2
tabel (3,814) sehingga Ho diterima dengan interpretasi bahwa tidak terdapat hubungan pengaruh jumlah petugas terhadap mutu pelayanan kesehatan dimana banyaknya jumlah petugas bukan menjadi salah satu aspek penting bagi pasien untuk menilai kualitas pelayanan yang diselenggarakan.
Tidak terdapatnya hubungan jumlah petugas terhadap mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Massenrempulu Enrekang memberi indikasi akan adanya aspek tertentu yang mempengaruhi tingkat kepuasan pasien atas pelayanan yang diberikan rumah sakit. Hal ini biasanya berhubungan dengan aspek kemampuan kerja yang dimiliki petugas dimana aspek ini merupakan unsur utama terhadap penyelenggaraan pelayanan kesehatan sehingga pasien tidak memperhitungkan aspek banyaknya petugas namun lebih diarahkan pada pelayanan yang diterima oleh petugas yang memberikan kepuasan.
- Hubungan Ketanggapan Petugas dengan Mutu Pelayanan Kesehatan
Ditinjau dari pembagian ruangan di tempat penelitian, ketanggapan petugas sudah dominan pada kategori cukup sehingga sudah memberikan kepuasan pasien atas tingkat kecermatan dari petugas dalam memberikan pelayanan baik kelas I (21,1%), kelas II (21,1%), kelas III (18,3%), ICU (18,3%) dan kebidanan (19,7%).
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa masih terdapat responden yang menyatakan ketanggapan petugas pada kategori kurang (41%). Jika ditinjau secara lebih mendalam bahwa angka pencapaian tersebut cukup tinggi mendekati angka cukup dan hal ini tentunya perlu mendapat perhatian khusus.
Kurangnya ketanggapan yang dimiliki petugas kesehatan di rumah sakit termasuk perawat yang memberikan pelayanan kepada pasien dapat mempengaruhi kualitas pelayanan yang diselenggarakan. Sebagaimana hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang menyatakan ketanggapan petugas pada kategori cukup dominan terdistribusi pada mutu pelayanan kesehatan cukup sebanyak 58 (81,7%) sedangkan responden yang menyatakan ketanggapan petugas kurang baik dominan pula terdistribusi pada mutu pelayanan kesehatan pada kategori cukup sebanyak 18 (58,1%).
Hubungan ketanggapan petugas terhadap perwujudan pelayanan yang berkualitas berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai X2 hitung = 6,342 > X2 tabel (3,814) sehingga Ho ditolak dengan interpretasi bahwa terdapat hubungan pengaruh ketanggapan petugas terhadap mutu pelayanan kesehatan dimana banyaknya respon petugas yang cekatan dalam memberikan pelayanan merupakan unsur yang mempengaruhi penilaian pasien atas kualitas pelayanan yang diselenggarakan.
Terdapatnya hubungan ketanggapan petugas terhadap perwujudan mutu pelayanan yang cukup memberi indikasi bahwa berbagai upaya peningkatan kemampuan kerja dan respon semangat kerja kepada petugas termasuk perawat dirumah sakit perlu mendapat perhatian yang dapat dilakukan dengan pemberian pelatihan dalam pelayanan kesehatan yang disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan masyarakat akan pelayanan yang lebih berkualitas.
- Hubungan Kehandalan Petugas dengan Mutu Pelayanan Kesehatan
Ditinjau dari aspek ruangan berdasarkan hasil pengumpulan data penulis menunjukkan bahwa kehandalan yang dimiliki petugas pada tiap ruang dominan sudah berada pada kategori cukup baik kelas I (19,7%), kelas II (22,7%), kelas III (19,7%), ICU (18,2%) dan kebidanan (19,7%) yang memberi gambaran bahwa petugas pada masing-masing ruangan telah memberikan pelayanan yang maksimal berdasarkan kemampuan latar belakang keilmuannya dan memberikan kepuasan.
Kehandalan petugas pada penelitian ini didasarkan atas penilaian pasien pada aspek pemeriksaan pasien yang dilakukan secara teratur, memberikan penjelasan pada awal sebelum melaksankan tindakan, memberi dorongan moril dalam hal kesembuhan, cekatan dalam melaksanakan berbagai tindakan dan mampu menyelesaikan tugas secara mandiri.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa masih terdapat pasien yang menyatakan kehandalan petugas pada kategori kurang (35,3%). Hal ini memberi indikasi bahwa pada beberapa kasus masih terdapat petugas termasuk perawat yang memberikan pelayanan tidak sesuai dengan standar pelayanan terutama tidak memenuhi kebutuhan dan kepuasan pasien.
Kurangnya kehandalan dari petugas memberi indikasi akan kurangnya pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki dan tentunya akan mempengaruhi kualitas pelayanan yang diselenggarakan. Sebagaimana hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang menyatakan kehandalan petugas pada kategori cukup dominan terdistribusi pada mutu pelayanan kesehatan pada kategori cukup sebanyak 54 (81,8%) sedangkan responden yang menyatakan kehandalan petugas yang kurang baik dominan pula terdistribusi pada mutu pelayanan kesehatan pada kategori cukup sebanyak 22 (61,1%).
Hubungan kehandalan petugas terhadap perwujudan mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Massenrempulu Enrekang berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai X2 hitung = 5,259 > X2 tabel (3,814) sehingga Ho ditolak dengan interpretasi bahwa terdapat hubungan pengaruh kehandalan petugas terhadap mutu pelayanan kesehatan dimana banyaknya kemampuan kerja dari petugas menjadi salah satu aspek penting bagi pasien untuk menilai kualitas pelayanan yang diselenggarakan.
- Hubungan Ketersediaan Fasilitas/Sarana dengan Mutu Pelayanan Kesehatan
Jika ditinjau pada aspek ruangan ketersediaan fasilitas/sarana yang cukup pada ruang kelas I (22,6%), kelas II (18,9%), kelas III (22,6%), ICU (18,9%) dan kebidanan (17%) yang memberi gambaran bahwa pada pasien setiap ruangan telah merasa puas atas ketersediaan fasilitas / sarana penunjang pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa masih terdapat pasien yang menyatakan ketersediaan fasilitas/sarana pelayanan di Rumah Sakit Umum Massenrempulu Enrekang pada kategori kurang (48%) yang jika ditinjau dari angka pencapaian tersebut memberi indikasi bahwa berbagai jenis pelayanan yang diselenggarakan di rumah sakit belum terpenuhi secara efektif dan efisien. Hal ini disebabkan karena ketersediaan sarana/fasilitas tersebut akan membantu kemudahan petugas dalam memberikan pelayanan.
Kurang tersedianya fasilitas/sarana pelayanan di Rumah Sakit Umum Massenrempulu Enrekang disebabkan karena rumah sakit sedang melaksanakan pembenahan diri secara fisikal dimana lokasi rumah sakit yang berpindah tempat dengan menduduki gedung baru sehingga pada saat penelitian berlangsung, aspek ketersediaan fasilitas belum terpenuhi secara maksimal dan ditambah lagi dengan perubahan status rumah sakit menjadi tipe C sehingga upaya pembenahan yang dilakukan pun semakin besar sedangkan untuk melakukan hal tersebut tentunya akan membtuhkan waktu.
Dampak dari kekurangtersediaan fasilitas/sarana pelayanan di rumah sakit berupa penurunan kualitas kerja dari tenaga kesehatan tentunya akan berdampak pula pada penurunan mutu pelayanan. Sebagaimana hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien yang menyatakan ketersediaan fasilitas cukup dominan terdistribusi pada mutu pelayanan kesehatan pada kategori cukup sebanyak 46 (86,8%) sedangkan responden yang menyatakan ketersediaan fasilitas/sarana pada kategori kurang dominan pula terdistribusi pada mutu pelayanan kesehatan pada kategori cukup sebanyak 30 (61,2%).
Hubungan ketersediaan fasilitas pelayanan dengan perwujudan mutu pelayanan berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai X2 hitung = 8,763 > X2 tabel (3,814) sehingga Ho ditolak dengan interpretasi bahwa terdapat hubungan pengaruh ketersediaan fasilitas/sarana pelayanan terhadap peruwujudan mutu pelayanan kesehatan dimana semakin baik fasilitas pelayanan yang tersedia maka akan mendukung penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara maksimal dan memenuhi kepuasan pasien.
KESIMPULAN DAN SARAN
- Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengumpulan, pengolahan dan penyajian data penelitian sebelumnya di atas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
- Tidak terdapat hubungan jumlah petugas dengan perwujudan mutu pelayanan kesehatan dimana banyaknya petugas bukan menjadi unsur utama penilaian pasien terhadap kepuasan pelayanan yang diberikan
- Terdapat hubungan ketanggapan petugas dengan perwujudan mutu pelayanan kesehatan dimana petugas yang memiliki ketanggapan yang tinggi akan meningkatkan kepuasan pasien atas pelayanan yang diberikan
- Terdapat hubungan kehandalan petugas dengan perwujudan mutu pelayanan kesehatan dimana petugas yang memiliki kehandalan yang tinggi akan meningkatkan kepuasan pasien atas pelayanan yang diberikan
- Terdapat hubungan ketersediaan fasilitas/sarana dengan perwujudan mutu pelayanan kesehatan dimana rumah sakit yang memiliki ketersediaan fasilitas/sarana yang cukup memadai akan mendukung pelayanan yang memberikan kepuasan kepada pasien.
- Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dijelaskan sebelumnya di atas maka saran yang diajukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
- Dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan kepuasan pasien atas pelayanan yang berkualitas maka diperlukan ketanggapan dan kehandalan petugas yang memenuhi syarat yang dapat diwujudkan melalui pemberian pelatihan dan peningkatan jenjang pendidikan yang dimiliki petugas
- Selain itu, upaya penambahan jenis fasilitas dan sarana pelayanan kesehatan juga perlu mendapat perhatian dengan lebih mengutamakan jenis sarana pelayanan yang sangat dibutuhkan oleh pasien dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas dan memuaskan.
DAFTAR PUSTAKA
Aditama. Tjandra Yoga. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Universitas Indonesia Press. Jakarta, 2002.
Ahmad Djojosugito, Kebijakan Pemerintah Dalam Pelayanan Kesehatan Menyongsong AFTA 2003, Pusat Data dan Informasi PERSI, Jakarta, 2001.
Azwar. Azrul. Pengantar Administrasi Kesehatan. Binarupa Aksara. Jakarta. 1996.
, Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1996.
Boy S, Sabarguna, Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit, Penerbit Konsorsium Rumah Sakit Islam Jateng DI Yogyakarta, 2004.
Depkes RI, Rancangan Pembangunan Kesehatan 2005, Jakarta, 2005.
Depkes RI, Standar Pelayanan Rumah Sakit, Cetakan IV, Jakarta, 1996.
, Renstra Pembangunan Kesehatan 2005 - 2009, Jakarta, 2005.
Effendy. Nasrul. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Edisi Kedua. EGC : Jakarta, 1998.
Eli Nurachma, Asuhan Keperawatan Bermutu Di Rumah Sakit, Jurnal Keperawatan dan Penelitian Kesehatan, Jakarta, 2007.
Entjang. I.. Ilmu Kesehatan Masyarakat. PT. Citra Aditya Bakti. Jakarta, 2003.
Guwandi. Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit. Rineka Cipta. Jakarta, 1991.
Laksono Trisantoro, Good Governance dan Sistem Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan, Surabaya, 2005.
Muninjaya, I Gede, Manajemen Kesehatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2003.
Riyadi, Slamet, Manajemen Pelayanan Kesehatan, Rhineka Cipta, Jakarta, 1982.
Rusli Ngatimin, Upaya Menciptakan Masyarakat Sehat Di Pedesaan, Pascasarjana UNHAS, Makassar, 1987.
, Mengukur perilaku Kesehatan Masyarakat, Ujung Pandang, 1996.
Siti Fadilah Supari, Indonesia Masih Menghadapi Mutu Pelayanan Kesehatan Yang Rendah, Gizinet, Jakarta, 2005.
Soekidjo Notoatmodjo, Metodologi Penelitian Kesehatan, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 1997.
, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 1997.
Sugiono, Metode Penelitian Administrasi, CV Alfabeta, Bandung, 2000.
Sudarmono, Mutu Harus Ditingkatkan, Kompas Cyber Media, Jakarta, 01 Juli 2005.
, Organisasi Yang Terlupakan, Kompas Cyber Media, Jakarta, 29 September 2006.
Wijono. Djoko, Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan, Vol. 1. Airlangga University Press, Surabaya, 1999.
Dokumen Selengkapnya dapat menghubungi
085242854524
Email : joeh_com@yahoo.com
Blog : http://blogjoeharno.blogspot.com
a.n. Rhano