-->
joe-spss-entridata-data-view
Lihat Detail

joe-spss-entridata-data-view



Entri
Data







Oleh



M. Joeharno, SKM



Email :
joeh_com@yahoo.com
atau
MJoeharno@GMail.com







Input Data
Variabel



Setelah melaksanakan
pembuatan variabel dengan menggunakan jendela variabel view
selanjutnya adalah melaksanakan penginputan data berdasarkan
masing-masing variabel yang telah dibuat dengan menggunakan jendela
data view.



Buka kembali file
latihan 1 yang telah anda buat kemudian masuk pada jendela data view
pada SPSS anda. Berikut adalah tampilan jendela data view setelah
dilaksanakan proses pengisian dan pendefinisian dari variabel data.





Yang perlu
diperhatikan bahwa pada saat pertama anda membuka file latihan 1
tersebut, secara bersamaan juga terbuka file out put yang menunjukkan
deskripsi dari file yang terbuka tersebut dan ini merupakan
otomatisasi dari program SPSS versi 15. Tutup saja file tersebut
tanpa melakukan penyimpanan sehingga akan memudahkan anda dalam
penampilan SPSS di jendela windows pada desktop anda.



Selanjutnya adalah
dengan memasukkan angka-angka berdasarkan soal yang telah diberikan
sebelumnya :












































































































































































































































No



Inisial



Umur



Jenis
Kelamin



Pendidikan



Pekerjaan



1



EL



22



Perempuan



Tdk
Sekolah



Tani



2



YP



44



Perempuan



SMP



Buruh



3



JR



23



Laki-laki



SD



Wiraswasta



4



DK



52



Perempuan



SMP



Tani



5



DA



54



Perempuan



SMA



PNS



6



YL



29



Perempuan



SMP



Buruh



7



LP



53



Perempuan



Tdk
Sekolah



URT/Tdk
Kerja



8



LB



36



Perempuan



SD



Tani



9



LL



19



Perempuan



SD



Tani



10



LB



51



Perempuan



SMP



Wiraswasta



11



MS



39



Perempuan



SD



Buruh



12



PM



42



Perempuan



SMP



Wiraswasta



13



YS



54



Laki-laki



SD



URT/Tdk
Kerja



14



SA



21



Laki-laki



SD



Tani



15



ER



31



Perempuan



SD



Buruh



16



SE



16



Perempuan



SMP



URT/Tdk
Kerja



17



YA



40



Perempuan



SMP



PNS



18



DK



18



Laki-laki



SMP



URT/Tdk
Kerja



19



HM



42



Perempuan



SD



Wiraswasta



20



MR



38



Perempuan



SMA



PNS



21



YS



42



Laki-laki



SD



Tani



22



BA



34



Laki-laki



SMP



Buruh



23



MA



41



Perempuan



SD



Buruh



24



CS



31



Perempuan



SD



Wiraswasta



25



PB



45



Laki-laki



SMP



Tani



26



MN



36



Laki-laki



SD



Tani



27



GG



27



Perempuan



SMP



Tani









Pada jendela
windows, pointer anda berada pada baris pertama kolom variabel
Inisial sebagaimana yang ditunjukkan pada file latihan anda. Untuk
memudahkan anda dalam proses penginputan data dari tiap responden
sebaiknya penginputan dilakukan secara bervariabel sehingga setelah
variabel satu telah terisi selesai sesuai dengan jumlah sampel
(responden) baru pindah pada variabel selanjutnya dan begitupun
seterusnya.



Dalam melaksanakan
penginputan data, semua jenis data yang terklasifikasi atau dapat
diklasifikasi harus diubah dalam bentuk data numeric sehingga akan
memudahkan dalam pengolahan data selanjutnya.



Untuk variabel JK
(jenis kelamin)



Laki-laki digantikan
dengan angka 1 dan



Perempuan dengan
angka 2



Untuk variabel Didik
(pendidikan)



Tidak sekolah dengan
angka 1,



SD dengan angka 2



SMP dengan angka 3



SMU dengan angka 4



PT dengan angka 5



Selanjutnya untuk
variabel kerja (pekerjaan)



PNS digantikan
dengan angka 1



Tani/Nelayan dengan
angka 2



Buruh/Swasta denga
angka 3



Wiraswasta dengan
angka 4 dan



URT/tidak kerja
dengan angka 5



Setelah anda
melakukan pengubahan dari masing-masing data tersebut kemudian
lakukan pengisian berdasarkan masing-masing variabel sehingga
tampilan pada jendela data view SPSS anda sebagai berikut.





Pada jendela data
view anda menunjukkan bahwa pada masing-masing data variabel, angka
yang diisikan menunjukkan dua angka dibelakang koma (2,00). Munculnya
dua angka dibelakang koma berdasarkan data numeric yang disikan
karena pada saat pendiskripsian variabel di jendela variabel view
kolom desimal menggunakan angka 2. sebetulnya angka tersebut bukanlah
menjadi masalah namun untuk alasan penampilan biasanya angka tersebut
terkesan mengganggu dan anda dapat mengubahnya dengan masuk pada
jendela variabel view dan mengubah kolom desimal angka 2 menjadi 0.



Selanjutnya masuk ke
jendela data view kembali. Letakkan ponter anda pada kolom variabel
JK (jenis kelamin) baris pertama. Sekarang kita akan mencoba
melaksanakan pengklasifikasian umur dengan membagi menjadi beberapa
kelompok dalam bentuk data interval. Hal ini dilakukan untuk
memudahkan dalam pendeskripsian umur dari responden.



Letakkan kursor anda
pada nama variabel JK sehingga menunjukkan tanda sorot kebawah (
)
sehingga data pada variabel JK tersorot secara langsung secara
keseluruhan kebawah dan Klik kanan pada nama variabel JK sehingga
akan tampil menu sebagai berikut





Pilih menu “Insert
Variables” untuk mengisikan variabel lain setelah variabel umur
sehingga termuat variabel tambahan dengan nama “VAR0001”
yang merupakan nama variabel secara default.



Masuk ke jendela
variabel view untuk melakukan pendeskripsian variabel tersebut. Sama
halnya pada saat pembuatan jenis variabel yang telah anda sebelumnya
dengan mengubah nama VAR0001 menjadi Klp_Umur menggunakan jenis data
– numeric, width – 8, desimal - 0, label - Kelompok Umur
Responden.



Kemudian kembali
pada jendela data view dan blok data pada variabel umur dengan tidak
melakukan pemblokiran pada variabel umur dan copy data variabel umur
dan masukkan ke variabel kelompok umur sehingga data pada umur sama
halnya dengan data pada variabel Klp_Umur. Berikut adalah
tampilannya.





Selanjutnya pada
menu bar SPSS pilih menu “Transorm” >> “Record
into Same Variables...” sehingga akan muncul tampilan sebagai
berikut.





Pilih variabel
Kelompok umur responden dan masukkan ke jendela kolom Variables
dengan menekan tanda

dalam rangka melaksanakan pendeskripsian dan pengelompokkan umur
responden. Berikut adalah tampilannya.





Pilih “Old and
New Values..” untuk melaksanakan pengelompokkan data variabel
sehingga akan muncul tampilan sebagai berikut.





Tampilan ini
merupakan menu untuk melaksanakan pengelompokkan data variabel umur
responden. Pengelompokkan umur dilakukan dengan pembagian sebagai
berikut.



Dengan menggunakan
jarak 5 dengan pembagian kelompok umur adalah :




  1. < 20 tahun
    (berdasarkan data terendah pada variabel umur yaitu umur 18 tahun)



  2. 20 – 24 tahun



  3. 25 – 29 tahun



  4. 30 – 34 tahun



  5. 35 – 39 tahun



  6. 40 – 44 tahun



  7. 45 – 49 tahun



  8. > 49 tahun atau
    ≥ 50 tahun (berdasarkan data tertinggi pada variabel umur yaitu
    umur 54 tahun)




Dengan menggunakan
jarak 10 dengan pembagian kelompok umur adalah :




  1. < 20 tahun



  2. 20 – 29 tahun



  3. 30 – 39 tahun



  4. 40 – 49 tahun



  5. > 49 tahun atau
    ≥ 50 tahun




Pengelompokkan umur
berdasarkan jarak tergantung dari penginput data, namun secara umum
yang digunakan adalah dengan menggunakan jarak 5 berdasarkan standar
pengelompokkan umur oleh badan statistik nasional dan internasional.



Adapun cara
pengelompokkan umur pada SPSS adalah dengan menerapkan
langkah-langkah sebagai berikut.




  • Untuk kelompok umur
    terendah < 20 tahun dengan memilih menu “Range LOWEST
    through values” dan mengisikan anka 19 (artinya dengan mensort
    data umur yang lebih rendah dari 19 dan yang paling tinggi adalah 19
    tahun) dan pada New value pada pilih Value dan masukkan angka 1
    (artinya : mengganti kelompok umur < 20 tahun menjadi angka 1)
    berikut adalah tampilannya










Pilih “Add”
sehingga akan masuk ke kolom Old
New.
Berikut adalah tampilannya.










  • Untuk kelompok umur
    20 – 24 tahun dengan memilih menu Range dan masukkan angka 20
    pada kolom pertama dan throuh 24 pada kolom kedua dan pada New Value
    pilih Value dan masukkan angka 2 (mengganti kelompok umur 20 –
    24 tahun dengan angka 2) dan pilih “ADD” berikut
    tampilannya.




Step 1









Step 2






  • Selanjutnya untuk
    kelompok umur 25 – 29 tahun, 30 – 34 tahun, 35 –
    39 tahun, 40 – 44 tahun, 45 – 49 tahun sama halnya
    dengan cara pengelompokkan pada kelompok umur 20 – 24 tahun
    dengan menggunakan menu Range pada menu old view dan pada value
    dengan menggunakan angka secara berurutan sehingga tampilan adalah
    sebagai berikut.






Dari gambar
menunjukkan bahwa untuk kelompok umur 30 – 34 tahun
digantingkan dengan kelompok 4 dan seterusnya sampai pada kelompok
umur 45 – 49 tahun digantikan pada kelompok 7.




  • Sedangkan pada
    kelompok umur > 49 tahun atau ≥ 50 tahun dengan menggunakan
    menu Range, value through HIGHEST dengan mengisi angka 49 tahun
    dengan menggantikan dengan value 8. berikut adalah tampilannya




Step 1





Step 2






  • Selanjutnya pilih
    Continu >> OK




Secara otomatis,
umur yang ditampilkan berubah berdasarkan pengelompokkan umur yang
telah dilakukan.



Selanjutnya, masuk
kembali pada jendela variabel view untuk memberi penjelasan dari
pengelompokkan umur yang teolah dilakukan.



Dengan mengarahkan
pointer anda pada value variabel Klp_Umur (Kelompok umur responden)
dengan mengisikan pengkategorian sebagai berikut.




  1. untuk umur < 20
    tahun dengan mengisikan < 20 tahun pada ruang value



  2. untuk umur 20 –
    24 tahun dengan mengisikan 20 – 24 tahun



  3. untuk umur 25 –
    29 tahun



  4. untuk umur 30 –
    34 tahun



  5. untuk umur 35 –
    39 tahun



  6. untuk umur 40 –
    44 tahun



  7. untuk umur 45 –
    49 tahun dan



  8. untuk umur > 49
    tahun atau >= 50 tahun




Selanjutnya kembali
pada jendela data view dan pilih menu bar “View” dan beri
centang pada menu “Value labels” dengan mengklik satu
kali sehingga dapat menunjukkan keterangan dari pendefinisian
angka-angka yang telah dikategorikan pada ruang value jendela
variabel view. Berikut adalah tampilannya.





Pada hasil latihan
seperti yang ditunjukkan di atas menunjukkan bahwa pada variabel
jenis pekerjaan, secara keseluruhan dari nama jenis pekerjaan pada
tiap responden terdapat yang ditunjukkan tidak secara jelas. Hal ini
disebabkan karena jumlah karakter yang digunakan pada kolom value di
jendela data variabel tidak sesuai dengan lebar coloums yang
digunakan. Untuk memperjelas nama dari masing-masing jenis pekerjaan
dapat dilakukan dengan menarik kearah kanan garis antara variabel
kerja atau dengan mengatur lebar coloums pada jendela variabel view.







Bersambung pada
episode selanjutnya.









Entri
Data







Oleh



M. Joeharno, SKM



Email :
joeh_com@yahoo.com
atau
MJoeharno@GMail.com







Input Data
Variabel



Setelah melaksanakan
pembuatan variabel dengan menggunakan jendela variabel view
selanjutnya adalah melaksanakan penginputan data berdasarkan
masing-masing variabel yang telah dibuat dengan menggunakan jendela
data view.



Buka kembali file
latihan 1 yang telah anda buat kemudian masuk pada jendela data view
pada SPSS anda. Berikut adalah tampilan jendela data view setelah
dilaksanakan proses pengisian dan pendefinisian dari variabel data.





Yang perlu
diperhatikan bahwa pada saat pertama anda membuka file latihan 1
tersebut, secara bersamaan juga terbuka file out put yang menunjukkan
deskripsi dari file yang terbuka tersebut dan ini merupakan
otomatisasi dari program SPSS versi 15. Tutup saja file tersebut
tanpa melakukan penyimpanan sehingga akan memudahkan anda dalam
penampilan SPSS di jendela windows pada desktop anda.



Selanjutnya adalah
dengan memasukkan angka-angka berdasarkan soal yang telah diberikan
sebelumnya :












































































































































































































































No



Inisial



Umur



Jenis
Kelamin



Pendidikan



Pekerjaan



1



EL



22



Perempuan



Tdk
Sekolah



Tani



2



YP



44



Perempuan



SMP



Buruh



3



JR



23



Laki-laki



SD



Wiraswasta



4



DK



52



Perempuan



SMP



Tani



5



DA



54



Perempuan



SMA



PNS



6



YL



29



Perempuan



SMP



Buruh



7



LP



53



Perempuan



Tdk
Sekolah



URT/Tdk
Kerja



8



LB



36



Perempuan



SD



Tani



9



LL



19



Perempuan



SD



Tani



10



LB



51



Perempuan



SMP



Wiraswasta



11



MS



39



Perempuan



SD



Buruh



12



PM



42



Perempuan



SMP



Wiraswasta



13



YS



54



Laki-laki



SD



URT/Tdk
Kerja



14



SA



21



Laki-laki



SD



Tani



15



ER



31



Perempuan



SD



Buruh



16



SE



16



Perempuan



SMP



URT/Tdk
Kerja



17



YA



40



Perempuan



SMP



PNS



18



DK



18



Laki-laki



SMP



URT/Tdk
Kerja



19



HM



42



Perempuan



SD



Wiraswasta



20



MR



38



Perempuan



SMA



PNS



21



YS



42



Laki-laki



SD



Tani



22



BA



34



Laki-laki



SMP



Buruh



23



MA



41



Perempuan



SD



Buruh



24



CS



31



Perempuan



SD



Wiraswasta



25



PB



45



Laki-laki



SMP



Tani



26



MN



36



Laki-laki



SD



Tani



27



GG



27



Perempuan



SMP



Tani









Pada jendela
windows, pointer anda berada pada baris pertama kolom variabel
Inisial sebagaimana yang ditunjukkan pada file latihan anda. Untuk
memudahkan anda dalam proses penginputan data dari tiap responden
sebaiknya penginputan dilakukan secara bervariabel sehingga setelah
variabel satu telah terisi selesai sesuai dengan jumlah sampel
(responden) baru pindah pada variabel selanjutnya dan begitupun
seterusnya.



Dalam melaksanakan
penginputan data, semua jenis data yang terklasifikasi atau dapat
diklasifikasi harus diubah dalam bentuk data numeric sehingga akan
memudahkan dalam pengolahan data selanjutnya.



Untuk variabel JK
(jenis kelamin)



Laki-laki digantikan
dengan angka 1 dan



Perempuan dengan
angka 2



Untuk variabel Didik
(pendidikan)



Tidak sekolah dengan
angka 1,



SD dengan angka 2



SMP dengan angka 3



SMU dengan angka 4



PT dengan angka 5



Selanjutnya untuk
variabel kerja (pekerjaan)



PNS digantikan
dengan angka 1



Tani/Nelayan dengan
angka 2



Buruh/Swasta denga
angka 3



Wiraswasta dengan
angka 4 dan



URT/tidak kerja
dengan angka 5



Setelah anda
melakukan pengubahan dari masing-masing data tersebut kemudian
lakukan pengisian berdasarkan masing-masing variabel sehingga
tampilan pada jendela data view SPSS anda sebagai berikut.





Pada jendela data
view anda menunjukkan bahwa pada masing-masing data variabel, angka
yang diisikan menunjukkan dua angka dibelakang koma (2,00). Munculnya
dua angka dibelakang koma berdasarkan data numeric yang disikan
karena pada saat pendiskripsian variabel di jendela variabel view
kolom desimal menggunakan angka 2. sebetulnya angka tersebut bukanlah
menjadi masalah namun untuk alasan penampilan biasanya angka tersebut
terkesan mengganggu dan anda dapat mengubahnya dengan masuk pada
jendela variabel view dan mengubah kolom desimal angka 2 menjadi 0.



Selanjutnya masuk ke
jendela data view kembali. Letakkan ponter anda pada kolom variabel
JK (jenis kelamin) baris pertama. Sekarang kita akan mencoba
melaksanakan pengklasifikasian umur dengan membagi menjadi beberapa
kelompok dalam bentuk data interval. Hal ini dilakukan untuk
memudahkan dalam pendeskripsian umur dari responden.



Letakkan kursor anda
pada nama variabel JK sehingga menunjukkan tanda sorot kebawah (
)
sehingga data pada variabel JK tersorot secara langsung secara
keseluruhan kebawah dan Klik kanan pada nama variabel JK sehingga
akan tampil menu sebagai berikut





Pilih menu “Insert
Variables” untuk mengisikan variabel lain setelah variabel umur
sehingga termuat variabel tambahan dengan nama “VAR0001”
yang merupakan nama variabel secara default.



Masuk ke jendela
variabel view untuk melakukan pendeskripsian variabel tersebut. Sama
halnya pada saat pembuatan jenis variabel yang telah anda sebelumnya
dengan mengubah nama VAR0001 menjadi Klp_Umur menggunakan jenis data
– numeric, width – 8, desimal - 0, label - Kelompok Umur
Responden.



Kemudian kembali
pada jendela data view dan blok data pada variabel umur dengan tidak
melakukan pemblokiran pada variabel umur dan copy data variabel umur
dan masukkan ke variabel kelompok umur sehingga data pada umur sama
halnya dengan data pada variabel Klp_Umur. Berikut adalah
tampilannya.





Selanjutnya pada
menu bar SPSS pilih menu “Transorm” >> “Record
into Same Variables...” sehingga akan muncul tampilan sebagai
berikut.





Pilih variabel
Kelompok umur responden dan masukkan ke jendela kolom Variables
dengan menekan tanda

dalam rangka melaksanakan pendeskripsian dan pengelompokkan umur
responden. Berikut adalah tampilannya.





Pilih “Old and
New Values..” untuk melaksanakan pengelompokkan data variabel
sehingga akan muncul tampilan sebagai berikut.





Tampilan ini
merupakan menu untuk melaksanakan pengelompokkan data variabel umur
responden. Pengelompokkan umur dilakukan dengan pembagian sebagai
berikut.



Dengan menggunakan
jarak 5 dengan pembagian kelompok umur adalah :




  1. < 20 tahun
    (berdasarkan data terendah pada variabel umur yaitu umur 18 tahun)



  2. 20 – 24 tahun



  3. 25 – 29 tahun



  4. 30 – 34 tahun



  5. 35 – 39 tahun



  6. 40 – 44 tahun



  7. 45 – 49 tahun



  8. > 49 tahun atau
    ≥ 50 tahun (berdasarkan data tertinggi pada variabel umur yaitu
    umur 54 tahun)




Dengan menggunakan
jarak 10 dengan pembagian kelompok umur adalah :




  1. < 20 tahun



  2. 20 – 29 tahun



  3. 30 – 39 tahun



  4. 40 – 49 tahun



  5. > 49 tahun atau
    ≥ 50 tahun




Pengelompokkan umur
berdasarkan jarak tergantung dari penginput data, namun secara umum
yang digunakan adalah dengan menggunakan jarak 5 berdasarkan standar
pengelompokkan umur oleh badan statistik nasional dan internasional.



Adapun cara
pengelompokkan umur pada SPSS adalah dengan menerapkan
langkah-langkah sebagai berikut.




  • Untuk kelompok umur
    terendah < 20 tahun dengan memilih menu “Range LOWEST
    through values” dan mengisikan anka 19 (artinya dengan mensort
    data umur yang lebih rendah dari 19 dan yang paling tinggi adalah 19
    tahun) dan pada New value pada pilih Value dan masukkan angka 1
    (artinya : mengganti kelompok umur < 20 tahun menjadi angka 1)
    berikut adalah tampilannya










Pilih “Add”
sehingga akan masuk ke kolom Old
New.
Berikut adalah tampilannya.










  • Untuk kelompok umur
    20 – 24 tahun dengan memilih menu Range dan masukkan angka 20
    pada kolom pertama dan throuh 24 pada kolom kedua dan pada New Value
    pilih Value dan masukkan angka 2 (mengganti kelompok umur 20 –
    24 tahun dengan angka 2) dan pilih “ADD” berikut
    tampilannya.




Step 1









Step 2






  • Selanjutnya untuk
    kelompok umur 25 – 29 tahun, 30 – 34 tahun, 35 –
    39 tahun, 40 – 44 tahun, 45 – 49 tahun sama halnya
    dengan cara pengelompokkan pada kelompok umur 20 – 24 tahun
    dengan menggunakan menu Range pada menu old view dan pada value
    dengan menggunakan angka secara berurutan sehingga tampilan adalah
    sebagai berikut.






Dari gambar
menunjukkan bahwa untuk kelompok umur 30 – 34 tahun
digantingkan dengan kelompok 4 dan seterusnya sampai pada kelompok
umur 45 – 49 tahun digantikan pada kelompok 7.




  • Sedangkan pada
    kelompok umur > 49 tahun atau ≥ 50 tahun dengan menggunakan
    menu Range, value through HIGHEST dengan mengisi angka 49 tahun
    dengan menggantikan dengan value 8. berikut adalah tampilannya




Step 1





Step 2






  • Selanjutnya pilih
    Continu >> OK




Secara otomatis,
umur yang ditampilkan berubah berdasarkan pengelompokkan umur yang
telah dilakukan.



Selanjutnya, masuk
kembali pada jendela variabel view untuk memberi penjelasan dari
pengelompokkan umur yang teolah dilakukan.



Dengan mengarahkan
pointer anda pada value variabel Klp_Umur (Kelompok umur responden)
dengan mengisikan pengkategorian sebagai berikut.




  1. untuk umur < 20
    tahun dengan mengisikan < 20 tahun pada ruang value



  2. untuk umur 20 –
    24 tahun dengan mengisikan 20 – 24 tahun



  3. untuk umur 25 –
    29 tahun



  4. untuk umur 30 –
    34 tahun



  5. untuk umur 35 –
    39 tahun



  6. untuk umur 40 –
    44 tahun



  7. untuk umur 45 –
    49 tahun dan



  8. untuk umur > 49
    tahun atau >= 50 tahun




Selanjutnya kembali
pada jendela data view dan pilih menu bar “View” dan beri
centang pada menu “Value labels” dengan mengklik satu
kali sehingga dapat menunjukkan keterangan dari pendefinisian
angka-angka yang telah dikategorikan pada ruang value jendela
variabel view. Berikut adalah tampilannya.





Pada hasil latihan
seperti yang ditunjukkan di atas menunjukkan bahwa pada variabel
jenis pekerjaan, secara keseluruhan dari nama jenis pekerjaan pada
tiap responden terdapat yang ditunjukkan tidak secara jelas. Hal ini
disebabkan karena jumlah karakter yang digunakan pada kolom value di
jendela data variabel tidak sesuai dengan lebar coloums yang
digunakan. Untuk memperjelas nama dari masing-masing jenis pekerjaan
dapat dilakukan dengan menarik kearah kanan garis antara variabel
kerja atau dengan mengatur lebar coloums pada jendela variabel view.







Bersambung pada
episode selanjutnya.









Entri
Data







Oleh



M. Joeharno, SKM



Email :
joeh_com@yahoo.com
atau
MJoeharno@GMail.com







Input Data
Variabel



Setelah melaksanakan
pembuatan variabel dengan menggunakan jendela variabel view
selanjutnya adalah melaksanakan penginputan data berdasarkan
masing-masing variabel yang telah dibuat dengan menggunakan jendela
data view.



Buka kembali file
latihan 1 yang telah anda buat kemudian masuk pada jendela data view
pada SPSS anda. Berikut adalah tampilan jendela data view setelah
dilaksanakan proses pengisian dan pendefinisian dari variabel data.





Yang perlu
diperhatikan bahwa pada saat pertama anda membuka file latihan 1
tersebut, secara bersamaan juga terbuka file out put yang menunjukkan
deskripsi dari file yang terbuka tersebut dan ini merupakan
otomatisasi dari program SPSS versi 15. Tutup saja file tersebut
tanpa melakukan penyimpanan sehingga akan memudahkan anda dalam
penampilan SPSS di jendela windows pada desktop anda.



Selanjutnya adalah
dengan memasukkan angka-angka berdasarkan soal yang telah diberikan
sebelumnya :












































































































































































































































No



Inisial



Umur



Jenis
Kelamin



Pendidikan



Pekerjaan



1



EL



22



Perempuan



Tdk
Sekolah



Tani



2



YP



44



Perempuan



SMP



Buruh



3



JR



23



Laki-laki



SD



Wiraswasta



4



DK



52



Perempuan



SMP



Tani



5



DA



54



Perempuan



SMA



PNS



6



YL



29



Perempuan



SMP



Buruh



7



LP



53



Perempuan



Tdk
Sekolah



URT/Tdk
Kerja



8



LB



36



Perempuan



SD



Tani



9



LL



19



Perempuan



SD



Tani



10



LB



51



Perempuan



SMP



Wiraswasta



11



MS



39



Perempuan



SD



Buruh



12



PM



42



Perempuan



SMP



Wiraswasta



13



YS



54



Laki-laki



SD



URT/Tdk
Kerja



14



SA



21



Laki-laki



SD



Tani



15



ER



31



Perempuan



SD



Buruh



16



SE



16



Perempuan



SMP



URT/Tdk
Kerja



17



YA



40



Perempuan



SMP



PNS



18



DK



18



Laki-laki



SMP



URT/Tdk
Kerja



19



HM



42



Perempuan



SD



Wiraswasta



20



MR



38



Perempuan



SMA



PNS



21



YS



42



Laki-laki



SD



Tani



22



BA



34



Laki-laki



SMP



Buruh



23



MA



41



Perempuan



SD



Buruh



24



CS



31



Perempuan



SD



Wiraswasta



25



PB



45



Laki-laki



SMP



Tani



26



MN



36



Laki-laki



SD



Tani



27



GG



27



Perempuan



SMP



Tani









Pada jendela
windows, pointer anda berada pada baris pertama kolom variabel
Inisial sebagaimana yang ditunjukkan pada file latihan anda. Untuk
memudahkan anda dalam proses penginputan data dari tiap responden
sebaiknya penginputan dilakukan secara bervariabel sehingga setelah
variabel satu telah terisi selesai sesuai dengan jumlah sampel
(responden) baru pindah pada variabel selanjutnya dan begitupun
seterusnya.



Dalam melaksanakan
penginputan data, semua jenis data yang terklasifikasi atau dapat
diklasifikasi harus diubah dalam bentuk data numeric sehingga akan
memudahkan dalam pengolahan data selanjutnya.



Untuk variabel JK
(jenis kelamin)



Laki-laki digantikan
dengan angka 1 dan



Perempuan dengan
angka 2



Untuk variabel Didik
(pendidikan)



Tidak sekolah dengan
angka 1,



SD dengan angka 2



SMP dengan angka 3



SMU dengan angka 4



PT dengan angka 5



Selanjutnya untuk
variabel kerja (pekerjaan)



PNS digantikan
dengan angka 1



Tani/Nelayan dengan
angka 2



Buruh/Swasta denga
angka 3



Wiraswasta dengan
angka 4 dan



URT/tidak kerja
dengan angka 5



Setelah anda
melakukan pengubahan dari masing-masing data tersebut kemudian
lakukan pengisian berdasarkan masing-masing variabel sehingga
tampilan pada jendela data view SPSS anda sebagai berikut.





Pada jendela data
view anda menunjukkan bahwa pada masing-masing data variabel, angka
yang diisikan menunjukkan dua angka dibelakang koma (2,00). Munculnya
dua angka dibelakang koma berdasarkan data numeric yang disikan
karena pada saat pendiskripsian variabel di jendela variabel view
kolom desimal menggunakan angka 2. sebetulnya angka tersebut bukanlah
menjadi masalah namun untuk alasan penampilan biasanya angka tersebut
terkesan mengganggu dan anda dapat mengubahnya dengan masuk pada
jendela variabel view dan mengubah kolom desimal angka 2 menjadi 0.



Selanjutnya masuk ke
jendela data view kembali. Letakkan ponter anda pada kolom variabel
JK (jenis kelamin) baris pertama. Sekarang kita akan mencoba
melaksanakan pengklasifikasian umur dengan membagi menjadi beberapa
kelompok dalam bentuk data interval. Hal ini dilakukan untuk
memudahkan dalam pendeskripsian umur dari responden.



Letakkan kursor anda
pada nama variabel JK sehingga menunjukkan tanda sorot kebawah (
)
sehingga data pada variabel JK tersorot secara langsung secara
keseluruhan kebawah dan Klik kanan pada nama variabel JK sehingga
akan tampil menu sebagai berikut





Pilih menu “Insert
Variables” untuk mengisikan variabel lain setelah variabel umur
sehingga termuat variabel tambahan dengan nama “VAR0001”
yang merupakan nama variabel secara default.



Masuk ke jendela
variabel view untuk melakukan pendeskripsian variabel tersebut. Sama
halnya pada saat pembuatan jenis variabel yang telah anda sebelumnya
dengan mengubah nama VAR0001 menjadi Klp_Umur menggunakan jenis data
– numeric, width – 8, desimal - 0, label - Kelompok Umur
Responden.



Kemudian kembali
pada jendela data view dan blok data pada variabel umur dengan tidak
melakukan pemblokiran pada variabel umur dan copy data variabel umur
dan masukkan ke variabel kelompok umur sehingga data pada umur sama
halnya dengan data pada variabel Klp_Umur. Berikut adalah
tampilannya.





Selanjutnya pada
menu bar SPSS pilih menu “Transorm” >> “Record
into Same Variables...” sehingga akan muncul tampilan sebagai
berikut.





Pilih variabel
Kelompok umur responden dan masukkan ke jendela kolom Variables
dengan menekan tanda

dalam rangka melaksanakan pendeskripsian dan pengelompokkan umur
responden. Berikut adalah tampilannya.





Pilih “Old and
New Values..” untuk melaksanakan pengelompokkan data variabel
sehingga akan muncul tampilan sebagai berikut.





Tampilan ini
merupakan menu untuk melaksanakan pengelompokkan data variabel umur
responden. Pengelompokkan umur dilakukan dengan pembagian sebagai
berikut.



Dengan menggunakan
jarak 5 dengan pembagian kelompok umur adalah :




  1. < 20 tahun
    (berdasarkan data terendah pada variabel umur yaitu umur 18 tahun)



  2. 20 – 24 tahun



  3. 25 – 29 tahun



  4. 30 – 34 tahun



  5. 35 – 39 tahun



  6. 40 – 44 tahun



  7. 45 – 49 tahun



  8. > 49 tahun atau
    ≥ 50 tahun (berdasarkan data tertinggi pada variabel umur yaitu
    umur 54 tahun)




Dengan menggunakan
jarak 10 dengan pembagian kelompok umur adalah :




  1. < 20 tahun



  2. 20 – 29 tahun



  3. 30 – 39 tahun



  4. 40 – 49 tahun



  5. > 49 tahun atau
    ≥ 50 tahun




Pengelompokkan umur
berdasarkan jarak tergantung dari penginput data, namun secara umum
yang digunakan adalah dengan menggunakan jarak 5 berdasarkan standar
pengelompokkan umur oleh badan statistik nasional dan internasional.



Adapun cara
pengelompokkan umur pada SPSS adalah dengan menerapkan
langkah-langkah sebagai berikut.




  • Untuk kelompok umur
    terendah < 20 tahun dengan memilih menu “Range LOWEST
    through values” dan mengisikan anka 19 (artinya dengan mensort
    data umur yang lebih rendah dari 19 dan yang paling tinggi adalah 19
    tahun) dan pada New value pada pilih Value dan masukkan angka 1
    (artinya : mengganti kelompok umur < 20 tahun menjadi angka 1)
    berikut adalah tampilannya










Pilih “Add”
sehingga akan masuk ke kolom Old
New.
Berikut adalah tampilannya.










  • Untuk kelompok umur
    20 – 24 tahun dengan memilih menu Range dan masukkan angka 20
    pada kolom pertama dan throuh 24 pada kolom kedua dan pada New Value
    pilih Value dan masukkan angka 2 (mengganti kelompok umur 20 –
    24 tahun dengan angka 2) dan pilih “ADD” berikut
    tampilannya.




Step 1









Step 2






  • Selanjutnya untuk
    kelompok umur 25 – 29 tahun, 30 – 34 tahun, 35 –
    39 tahun, 40 – 44 tahun, 45 – 49 tahun sama halnya
    dengan cara pengelompokkan pada kelompok umur 20 – 24 tahun
    dengan menggunakan menu Range pada menu old view dan pada value
    dengan menggunakan angka secara berurutan sehingga tampilan adalah
    sebagai berikut.






Dari gambar
menunjukkan bahwa untuk kelompok umur 30 – 34 tahun
digantingkan dengan kelompok 4 dan seterusnya sampai pada kelompok
umur 45 – 49 tahun digantikan pada kelompok 7.




  • Sedangkan pada
    kelompok umur > 49 tahun atau ≥ 50 tahun dengan menggunakan
    menu Range, value through HIGHEST dengan mengisi angka 49 tahun
    dengan menggantikan dengan value 8. berikut adalah tampilannya




Step 1





Step 2






  • Selanjutnya pilih
    Continu >> OK




Secara otomatis,
umur yang ditampilkan berubah berdasarkan pengelompokkan umur yang
telah dilakukan.



Selanjutnya, masuk
kembali pada jendela variabel view untuk memberi penjelasan dari
pengelompokkan umur yang teolah dilakukan.



Dengan mengarahkan
pointer anda pada value variabel Klp_Umur (Kelompok umur responden)
dengan mengisikan pengkategorian sebagai berikut.




  1. untuk umur < 20
    tahun dengan mengisikan < 20 tahun pada ruang value



  2. untuk umur 20 –
    24 tahun dengan mengisikan 20 – 24 tahun



  3. untuk umur 25 –
    29 tahun



  4. untuk umur 30 –
    34 tahun



  5. untuk umur 35 –
    39 tahun



  6. untuk umur 40 –
    44 tahun



  7. untuk umur 45 –
    49 tahun dan



  8. untuk umur > 49
    tahun atau >= 50 tahun




Selanjutnya kembali
pada jendela data view dan pilih menu bar “View” dan beri
centang pada menu “Value labels” dengan mengklik satu
kali sehingga dapat menunjukkan keterangan dari pendefinisian
angka-angka yang telah dikategorikan pada ruang value jendela
variabel view. Berikut adalah tampilannya.





Pada hasil latihan
seperti yang ditunjukkan di atas menunjukkan bahwa pada variabel
jenis pekerjaan, secara keseluruhan dari nama jenis pekerjaan pada
tiap responden terdapat yang ditunjukkan tidak secara jelas. Hal ini
disebabkan karena jumlah karakter yang digunakan pada kolom value di
jendela data variabel tidak sesuai dengan lebar coloums yang
digunakan. Untuk memperjelas nama dari masing-masing jenis pekerjaan
dapat dilakukan dengan menarik kearah kanan garis antara variabel
kerja atau dengan mengatur lebar coloums pada jendela variabel view.







Bersambung pada
episode selanjutnya.







Global Warning
Lihat Detail

Global Warning

Memahami Masalah Global dan Penanganannya

Global Warning

Apa sebenarnya global warning itu ? Suatu pertanyaan mendasar tentang masalah yang sudah menjadi masalah umat manusia seantero jagad raya.
Global warning diindikasikan karena adanya dampak langsung yang diakibatkan oleh eksploitasi sumber daya hayati planet yang tercinta
termasuk pula perusakan lingkungan hidup yang masih tinggi menjadi komoditi utama permasalahan global warning.

Global warning mengkhawatirkan planet bumi mengalami gangguan kesehatan layaknya tubuh manusia.  Atmosfer bumi sudah tidak dapat
menangkal sinar ultraviolet secara langsung yang dapat menyebabkan kanker kulit dan gangguan sistem syaraf manusia, terjadinya pencairan
padang es di daerah kutub yang menyebabkan terjadinya peningkatan volume air laut yang berdampak terjadinya banjir diberbagai daerah
belum lagi dengan berbagai bencana yang timbul oleh banyak negara di dunia bukan tidak mungkin karena dampak dari global warning.

Berapa banyak yang akan dirugikan ? Belum tahu jumlahnya dan yang jelas semua pihak akan dirugikan jikalau dampak dari global warning itu terjadi.
Secara alamiah, manusia hidup dan berinteraksi satu sama lain antar manusia namun juga terhadap alam dan penciptanya. Khusus interaksi dengan
alam (lingkungan hidupnya) manusia harus dapat memanfaatkan sumber daya alam yang sewajarnya. Upaya pemborosan yang berlangsung terus menerus
menyebabkan semakin terkurasnya komposisi penyusun planet bumi yang kita cintai. Hal mendasar yang perlu kita pahami bahwa segala ciptaan dari
Sang Pencipta (ALLAH SWT/ Tuhan Yang Maha Esa) pada dasarnya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bagi umatnya (manusia) namun ketersediaan
tersebut tidak dengan semata-mata digunakan secara seenaknya karena akan berdampak pada ketidaksetimbangan komposisi planet layaknya jika tubuh kita
sendiri mengalami kelelahan maka harus istirahat, konsumsi makanan yang cukup dan lain sebagainya. Begitu pula pada planet bumi yang kita
tempati ini kiranya untuk dapat dicintai layaknya diri kita.

Upaya perbaikan sistem tata kota oleh pemerintah di sejumlah daerah sudah dilakukan dengan melakukan upaya penanaman sejuta pohon dalam rangka
penghijauan seperti halnya reboisasi. Jikalau negara ini (Indonesia) yang lebih diharapkan untuk dapat melakukan upaya kearah tersebut, bagaimana
dengan negara lain yang juga menempati isi planet bumi ini. Global warning adalah masalah bersama diantara umat manusia dan jika hanya dilakukan
upaya penanggulangan pada tingkat individu, alangkah tidak bergunanya perubahan yang diharapkan. Tolong menolong, kerjasama dan bahu membahu dengan
negara lain di dunia kiranya harus berlangsung dengan etiked baik untuk menangani masalah global warning.

Indonesia melakukan upaya penghijauan sampai merambah pada daerah perkotaannya. Bagaimana dengan negara lain yang sudah melakukan revolusi industri ?
Bukan tidak mungkin negara tersebut lah yang menjadi penyebab utama terjadinya kerusakan kelestarian lingkungan. Pengekskplorasian sumber daya alam
yang tidak bijak lebih banyak terjadi pada negara-negara industri yang sudah maju. Selanjutnya, kenapa harus Indonesia yang harus menerima kritikan
tajam terutama terhadap berkurangnya lahan hutan sebagai paru-paru dunia. Mengapa tidak negara-negara industri juga harus disalahkan, terkesan
negara-negara industri yang sudah maju "lempar batu sembunyi tangan".

Sekiranya seluruh negara-negara didunia untuk saling membenah diri dan jangan melimpahkan kesalahan pada negara lain. Perlunya kesetaraan hak dan
kewajiban bersama dari seluruh negara dunia. Dengan menggunakan teori hambatan sistem dapat dipaparkan bahwa seluruh manusia yang menempati planet bumi
merupakan suatu sistem kesatuan yang saling mempengaruhi satu sama lain, begitupun pada konteks negara bahwa seluruh negara di dunia merupakan satu
kesatuan sistem yang harus saling mendukung. Adanya hambatan pada suatu negara lain terhadap penanganan masalah yang timbul kiranya untuk mendapatkan
realokasi dan rekonsturiksasi dari negara lain yang dilakukan serta merta tanpa adanya pengimbalan demi penyelesaian masalah bersama yang mendunia ini.
Memahami Masalah Global dan Penanganannya

Global Warning

Apa sebenarnya global warning itu ? Suatu pertanyaan mendasar tentang masalah yang sudah menjadi masalah umat manusia seantero jagad raya.
Global warning diindikasikan karena adanya dampak langsung yang diakibatkan oleh eksploitasi sumber daya hayati planet yang tercinta
termasuk pula perusakan lingkungan hidup yang masih tinggi menjadi komoditi utama permasalahan global warning.

Global warning mengkhawatirkan planet bumi mengalami gangguan kesehatan layaknya tubuh manusia.  Atmosfer bumi sudah tidak dapat
menangkal sinar ultraviolet secara langsung yang dapat menyebabkan kanker kulit dan gangguan sistem syaraf manusia, terjadinya pencairan
padang es di daerah kutub yang menyebabkan terjadinya peningkatan volume air laut yang berdampak terjadinya banjir diberbagai daerah
belum lagi dengan berbagai bencana yang timbul oleh banyak negara di dunia bukan tidak mungkin karena dampak dari global warning.

Berapa banyak yang akan dirugikan ? Belum tahu jumlahnya dan yang jelas semua pihak akan dirugikan jikalau dampak dari global warning itu terjadi.
Secara alamiah, manusia hidup dan berinteraksi satu sama lain antar manusia namun juga terhadap alam dan penciptanya. Khusus interaksi dengan
alam (lingkungan hidupnya) manusia harus dapat memanfaatkan sumber daya alam yang sewajarnya. Upaya pemborosan yang berlangsung terus menerus
menyebabkan semakin terkurasnya komposisi penyusun planet bumi yang kita cintai. Hal mendasar yang perlu kita pahami bahwa segala ciptaan dari
Sang Pencipta (ALLAH SWT/ Tuhan Yang Maha Esa) pada dasarnya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bagi umatnya (manusia) namun ketersediaan
tersebut tidak dengan semata-mata digunakan secara seenaknya karena akan berdampak pada ketidaksetimbangan komposisi planet layaknya jika tubuh kita
sendiri mengalami kelelahan maka harus istirahat, konsumsi makanan yang cukup dan lain sebagainya. Begitu pula pada planet bumi yang kita
tempati ini kiranya untuk dapat dicintai layaknya diri kita.

Upaya perbaikan sistem tata kota oleh pemerintah di sejumlah daerah sudah dilakukan dengan melakukan upaya penanaman sejuta pohon dalam rangka
penghijauan seperti halnya reboisasi. Jikalau negara ini (Indonesia) yang lebih diharapkan untuk dapat melakukan upaya kearah tersebut, bagaimana
dengan negara lain yang juga menempati isi planet bumi ini. Global warning adalah masalah bersama diantara umat manusia dan jika hanya dilakukan
upaya penanggulangan pada tingkat individu, alangkah tidak bergunanya perubahan yang diharapkan. Tolong menolong, kerjasama dan bahu membahu dengan
negara lain di dunia kiranya harus berlangsung dengan etiked baik untuk menangani masalah global warning.

Indonesia melakukan upaya penghijauan sampai merambah pada daerah perkotaannya. Bagaimana dengan negara lain yang sudah melakukan revolusi industri ?
Bukan tidak mungkin negara tersebut lah yang menjadi penyebab utama terjadinya kerusakan kelestarian lingkungan. Pengekskplorasian sumber daya alam
yang tidak bijak lebih banyak terjadi pada negara-negara industri yang sudah maju. Selanjutnya, kenapa harus Indonesia yang harus menerima kritikan
tajam terutama terhadap berkurangnya lahan hutan sebagai paru-paru dunia. Mengapa tidak negara-negara industri juga harus disalahkan, terkesan
negara-negara industri yang sudah maju "lempar batu sembunyi tangan".

Sekiranya seluruh negara-negara didunia untuk saling membenah diri dan jangan melimpahkan kesalahan pada negara lain. Perlunya kesetaraan hak dan
kewajiban bersama dari seluruh negara dunia. Dengan menggunakan teori hambatan sistem dapat dipaparkan bahwa seluruh manusia yang menempati planet bumi
merupakan suatu sistem kesatuan yang saling mempengaruhi satu sama lain, begitupun pada konteks negara bahwa seluruh negara di dunia merupakan satu
kesatuan sistem yang harus saling mendukung. Adanya hambatan pada suatu negara lain terhadap penanganan masalah yang timbul kiranya untuk mendapatkan
realokasi dan rekonsturiksasi dari negara lain yang dilakukan serta merta tanpa adanya pengimbalan demi penyelesaian masalah bersama yang mendunia ini.
Memahami Masalah Global dan Penanganannya

Global Warning

Apa sebenarnya global warning itu ? Suatu pertanyaan mendasar tentang masalah yang sudah menjadi masalah umat manusia seantero jagad raya.
Global warning diindikasikan karena adanya dampak langsung yang diakibatkan oleh eksploitasi sumber daya hayati planet yang tercinta
termasuk pula perusakan lingkungan hidup yang masih tinggi menjadi komoditi utama permasalahan global warning.

Global warning mengkhawatirkan planet bumi mengalami gangguan kesehatan layaknya tubuh manusia.  Atmosfer bumi sudah tidak dapat
menangkal sinar ultraviolet secara langsung yang dapat menyebabkan kanker kulit dan gangguan sistem syaraf manusia, terjadinya pencairan
padang es di daerah kutub yang menyebabkan terjadinya peningkatan volume air laut yang berdampak terjadinya banjir diberbagai daerah
belum lagi dengan berbagai bencana yang timbul oleh banyak negara di dunia bukan tidak mungkin karena dampak dari global warning.

Berapa banyak yang akan dirugikan ? Belum tahu jumlahnya dan yang jelas semua pihak akan dirugikan jikalau dampak dari global warning itu terjadi.
Secara alamiah, manusia hidup dan berinteraksi satu sama lain antar manusia namun juga terhadap alam dan penciptanya. Khusus interaksi dengan
alam (lingkungan hidupnya) manusia harus dapat memanfaatkan sumber daya alam yang sewajarnya. Upaya pemborosan yang berlangsung terus menerus
menyebabkan semakin terkurasnya komposisi penyusun planet bumi yang kita cintai. Hal mendasar yang perlu kita pahami bahwa segala ciptaan dari
Sang Pencipta (ALLAH SWT/ Tuhan Yang Maha Esa) pada dasarnya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bagi umatnya (manusia) namun ketersediaan
tersebut tidak dengan semata-mata digunakan secara seenaknya karena akan berdampak pada ketidaksetimbangan komposisi planet layaknya jika tubuh kita
sendiri mengalami kelelahan maka harus istirahat, konsumsi makanan yang cukup dan lain sebagainya. Begitu pula pada planet bumi yang kita
tempati ini kiranya untuk dapat dicintai layaknya diri kita.

Upaya perbaikan sistem tata kota oleh pemerintah di sejumlah daerah sudah dilakukan dengan melakukan upaya penanaman sejuta pohon dalam rangka
penghijauan seperti halnya reboisasi. Jikalau negara ini (Indonesia) yang lebih diharapkan untuk dapat melakukan upaya kearah tersebut, bagaimana
dengan negara lain yang juga menempati isi planet bumi ini. Global warning adalah masalah bersama diantara umat manusia dan jika hanya dilakukan
upaya penanggulangan pada tingkat individu, alangkah tidak bergunanya perubahan yang diharapkan. Tolong menolong, kerjasama dan bahu membahu dengan
negara lain di dunia kiranya harus berlangsung dengan etiked baik untuk menangani masalah global warning.

Indonesia melakukan upaya penghijauan sampai merambah pada daerah perkotaannya. Bagaimana dengan negara lain yang sudah melakukan revolusi industri ?
Bukan tidak mungkin negara tersebut lah yang menjadi penyebab utama terjadinya kerusakan kelestarian lingkungan. Pengekskplorasian sumber daya alam
yang tidak bijak lebih banyak terjadi pada negara-negara industri yang sudah maju. Selanjutnya, kenapa harus Indonesia yang harus menerima kritikan
tajam terutama terhadap berkurangnya lahan hutan sebagai paru-paru dunia. Mengapa tidak negara-negara industri juga harus disalahkan, terkesan
negara-negara industri yang sudah maju "lempar batu sembunyi tangan".

Sekiranya seluruh negara-negara didunia untuk saling membenah diri dan jangan melimpahkan kesalahan pada negara lain. Perlunya kesetaraan hak dan
kewajiban bersama dari seluruh negara dunia. Dengan menggunakan teori hambatan sistem dapat dipaparkan bahwa seluruh manusia yang menempati planet bumi
merupakan suatu sistem kesatuan yang saling mempengaruhi satu sama lain, begitupun pada konteks negara bahwa seluruh negara di dunia merupakan satu
kesatuan sistem yang harus saling mendukung. Adanya hambatan pada suatu negara lain terhadap penanganan masalah yang timbul kiranya untuk mendapatkan
realokasi dan rekonsturiksasi dari negara lain yang dilakukan serta merta tanpa adanya pengimbalan demi penyelesaian masalah bersama yang mendunia ini.
pelatihan SPSS
Lihat Detail

pelatihan SPSS


PELATIHAN SPSS





Kepada
pengunjung blog yang saya cintai.





Permohonan
maaf yang sebesar-besarnya khususnya pengunjung yang menggunakan
artikel SPSS di blog saya, karena pembahasannya belum
tuntas-setuntas-tuntasnya.





Saya
pahami, bahwa sudah tersedia jasa konsultan tentang pengolahan data
statistik yang juga dapat anda segera mengikuti pelatihannya tapi
karena keterbatasan biaya sehingga saya mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya karena sudah memanfaatkan artikel yang sudah saya
muat pada blog saya.





Artikel
tentang SPSS saya buah sendiri atas adanya pengalaman keseharian saya
dalam melakukan pengolahan data statistik menggunakan SPSS khususnya
pada penelitian-penelitian kesehatan masyarakat dan sudah banyak dari
teman, dosen dan sahabat telah saya bantu dalam penyelenggaraan
penelitiannya.





Saya
sendiri belajar SPSS secara autodidak (belajar sendiri dan membaca
buku). Proses pembelajaran saya lakukan selama kurang lebih 2 minggu
yang kemudian saya terapkan dalam keseharian menerima pengolahan data
khususnya penelitian kesehatan masyarakat.





Jadi
kawan-kawan, pengunjung atau pun masyarakat luas yang hendak
memperoleh pengetahuan lebih lanjut tentang olah data menggunakan
SPSS, kiranya jangan berhenti untuk tidak mengunjungi blog saya.





Ikuti
perkembangan tentang teknik pengolahan data menggunakan SPSS dan
berikan dukungan dan doa kepada saya agar kiranya diberi kesehatan
dan kemampuan yang lebih untuk dapat menyajikan materi artikel olah
data statistik menggunakan SPSS dengan sebaik-baiknya dan
selengkap-lengkapnya. Jikalau ada dari kawan-kawan pengunjung
sekalian yang punya kritik, saran, trik kiranya dapat dikirim ke
alamat email saya.





Makasih


Wassalam





Tertanda





M.
Joeharno, SKM.,M.Kes


Email
: joeh_com@yahoo.com atau


Email
: mjoeharno@gmail.com







PELATIHAN SPSS





Kepada
pengunjung blog yang saya cintai.





Permohonan
maaf yang sebesar-besarnya khususnya pengunjung yang menggunakan
artikel SPSS di blog saya, karena pembahasannya belum
tuntas-setuntas-tuntasnya.





Saya
pahami, bahwa sudah tersedia jasa konsultan tentang pengolahan data
statistik yang juga dapat anda segera mengikuti pelatihannya tapi
karena keterbatasan biaya sehingga saya mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya karena sudah memanfaatkan artikel yang sudah saya
muat pada blog saya.





Artikel
tentang SPSS saya buah sendiri atas adanya pengalaman keseharian saya
dalam melakukan pengolahan data statistik menggunakan SPSS khususnya
pada penelitian-penelitian kesehatan masyarakat dan sudah banyak dari
teman, dosen dan sahabat telah saya bantu dalam penyelenggaraan
penelitiannya.





Saya
sendiri belajar SPSS secara autodidak (belajar sendiri dan membaca
buku). Proses pembelajaran saya lakukan selama kurang lebih 2 minggu
yang kemudian saya terapkan dalam keseharian menerima pengolahan data
khususnya penelitian kesehatan masyarakat.





Jadi
kawan-kawan, pengunjung atau pun masyarakat luas yang hendak
memperoleh pengetahuan lebih lanjut tentang olah data menggunakan
SPSS, kiranya jangan berhenti untuk tidak mengunjungi blog saya.





Ikuti
perkembangan tentang teknik pengolahan data menggunakan SPSS dan
berikan dukungan dan doa kepada saya agar kiranya diberi kesehatan
dan kemampuan yang lebih untuk dapat menyajikan materi artikel olah
data statistik menggunakan SPSS dengan sebaik-baiknya dan
selengkap-lengkapnya. Jikalau ada dari kawan-kawan pengunjung
sekalian yang punya kritik, saran, trik kiranya dapat dikirim ke
alamat email saya.





Makasih


Wassalam





Tertanda





M.
Joeharno, SKM.,M.Kes


Email
: joeh_com@yahoo.com atau


Email
: mjoeharno@gmail.com







PELATIHAN SPSS





Kepada
pengunjung blog yang saya cintai.





Permohonan
maaf yang sebesar-besarnya khususnya pengunjung yang menggunakan
artikel SPSS di blog saya, karena pembahasannya belum
tuntas-setuntas-tuntasnya.





Saya
pahami, bahwa sudah tersedia jasa konsultan tentang pengolahan data
statistik yang juga dapat anda segera mengikuti pelatihannya tapi
karena keterbatasan biaya sehingga saya mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya karena sudah memanfaatkan artikel yang sudah saya
muat pada blog saya.





Artikel
tentang SPSS saya buah sendiri atas adanya pengalaman keseharian saya
dalam melakukan pengolahan data statistik menggunakan SPSS khususnya
pada penelitian-penelitian kesehatan masyarakat dan sudah banyak dari
teman, dosen dan sahabat telah saya bantu dalam penyelenggaraan
penelitiannya.





Saya
sendiri belajar SPSS secara autodidak (belajar sendiri dan membaca
buku). Proses pembelajaran saya lakukan selama kurang lebih 2 minggu
yang kemudian saya terapkan dalam keseharian menerima pengolahan data
khususnya penelitian kesehatan masyarakat.





Jadi
kawan-kawan, pengunjung atau pun masyarakat luas yang hendak
memperoleh pengetahuan lebih lanjut tentang olah data menggunakan
SPSS, kiranya jangan berhenti untuk tidak mengunjungi blog saya.





Ikuti
perkembangan tentang teknik pengolahan data menggunakan SPSS dan
berikan dukungan dan doa kepada saya agar kiranya diberi kesehatan
dan kemampuan yang lebih untuk dapat menyajikan materi artikel olah
data statistik menggunakan SPSS dengan sebaik-baiknya dan
selengkap-lengkapnya. Jikalau ada dari kawan-kawan pengunjung
sekalian yang punya kritik, saran, trik kiranya dapat dikirim ke
alamat email saya.





Makasih


Wassalam





Tertanda





M.
Joeharno, SKM.,M.Kes


Email
: joeh_com@yahoo.com atau


Email
: mjoeharno@gmail.com






Lawan Dokter ! Tuntaskan Malpraktik
Lihat Detail

Lawan Dokter ! Tuntaskan Malpraktik

Saya turut prihatin dengan makin banyaknya kasus malpraktik di bidang pelayanan kesehatan khususnya pelayanan yang diberikan oleh tenaga dokter baik di rumah sakit maupun di instansi pelayanan kesehatan lain baik swasta maupun miliki pemerintah

Sekiranya memang persoalan profesionalisme bidang kesehatan khususnya dokter tidaklah segampang membalikkan telapak tangan. Tapi apakah kode etik kedokteran Indonesia sudah terlupakan berdasarkan janji sumpah yang telah mereka ikrarkan.

Mungkin banyak mereka yang telah menerima malpraktik baik pada diri pribadinya sendiri maupun dengan anggota keluarganya. Namun karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pelayanan medik kedokteran menyebabkan dirinya sulit untuk membuktikan bahwa diri atau anggota keluarga mereka mengalami malpraktik.

Hal ini memang wajar jika kita masih berpikir picik dengan masyarakat sehingga kita menyatakan bahwa masyarakat masih tabu akan prosedur pelayanan kesehatan. Indonesia layak sudah dijadikan ladang narapidana yang bukan hanya narapidana tahanan tapi narapidana batin, kehormatan, narapidana berdasi dan narapidana intelektual.

Sudah cukup banyak kasus malpraktik khususnya di bidang pelayanan medis kedokteran tapi keseluruhannya masih belum mendapat penanganan dan belum didapatkan penyelesaiannya. Sungguh masyarakat korban malpraktik yang sudah terhina.

Tanya pada dokter yang memeriksa anda. Apakah anda juga bersedia jika diperlakukan sendiri. atau bagi dokter silahkan balikkan pada diri pribadi anda sendiri. Nilai-nilai kehormatan anda sebagai makhluk-Nya sudah menjauhi dari nilai yang terbenak dalam hati kecil anda sebagai manusia.

Harta, kekayaan, ilmu bukanlah segalanya tapi menjadi amanah yang harus anda pertanggung jawabkan nantinya di hari kemudian. Kehidupan dunia hanya bersifat fhana belaka dan sesungguhnya kematian itu ada dan dekat diantara kamu, layaknya kehormatan dan keagungan nama dokter sudah memudar di kalangan masyarakat.

Dalam tulisan ini saya punya solusi tuntas bagi masyarakat untuk tidak lagi terjebak dengan pelayanan medis kedokteran. Bukannya saya mengingkari akan pentingnya dokter sebagai tenaga kesehatan yang mendukung berbagai upaya pelayanan kesehatan. Tapi masyarakat harus sadar bahwa upaya-upaya mewujudkan kesehatan itu sendiri tidak hanya terpaku dengan adanya dokter saja.

Upaya-upaya untuk mewujudkan status kesehatan pada dasarnya di bedakan atas 4 yaitu :
1. Promotif
2. Preventif
3. Kuratif
4. Rehabilitatif

Dari 4 upaya-upaya tersebut tenaga medis kedokteran (dokter) berada pada upaya ke 3 yaitu kuratif dengan bentuk tindakan pelayanan berupa pengobatan dan tindakan medis klinis.

Masyarakat khususnya lagi masyarakat Indonesia masih menganggap tabu akan pelayanan pada tingkat 1 dan 2 yaitu promotif dan preventif.

Hal yang perlu dipahami oleh masyarakat bahwa upaya promotif dan preventif merupakan upaya yang paling dahsyat untuk mewujudkan status kesehatan anda. Mengapa demikian ?
1. Upaya promotif akan menambah pengetahuan anda tentang berbagai upaya untuk menjaga kesehatan anda yang selalu dalam keadaan sehat
2. Upaya preventif akan meningkatkan kemampuan anda untuk tetap menjaga kesehatan anda sehingga dengan kesadaran sendiri menghindari berbagai perilaku yang berdampak pada penurunan status kesehatan anda

Selanjutnya hal yang juga masyarakat harus ketahui adalah konsep terjadinya sakit. Bagaimana itu ?

Sakit didefinisikan oleh banyak ahli dengan keadaan yang tidak sehat yaitu suatu keadaan tidak senang, gangguan, adanya gejala kelainan. Dalam ilmu epidemiologi menyatakan tentang konsep sehat sakit digambarkan dalam bentuk interaksi antara agent sebagai penyebab penyakit, host penjamu dalam hal ini manusia (anda sendiri) dan lingkungan sekitar anda

Sakit terjadi berdasarkan segi tiga epidemiologi tersebut jika :
1. Agent penyebab sakit meningkat sehingga host mudah mengalami sakit. Penyebab terjadinya peningkatan agent penyebab penyakit dapat oleh banyak faktor
2. Terjadinya penurunan daya tahan tubuh dari pejamu dalam hal ini manusia atau anda sendiri yang dapat pula disebabkan oleh banyak faktor sehubungan dengan aktivitas atau perilaku anda sehari-hari
3. Terjadinya perubahan keadaan lingkungan misalnya karena musim penghujan sehingga anda harus waspada terhadap DBD, Malaria, Diare dan lain sebagainya atau karena terjadinya bencana alam atau karena akibat perlaku manusia sendiri sehingga terjadi perubahan lingkungan yang buruk.

Selanjutnya menurut Hendrik L. Bloom, keadaan sehat sakit dipengaruhi oleh 4 faktor :
1. Perilaku
2. Lingkungan
3. Pelayanan kesehatan
4. Keturunan

Faktor perilaku dan lingkungan merupakan hal yang dapat anda tangani secara mandiri. Anda sendiri tidak akan mendapat perlakuan tindakan medis oleh tenaga dokter untuk menangani masalah ini. Tenaga dokter pastinya hanya memberikan informasi dalam rangka meningkatkan kesadaran anda pribadi untuk berperilaku hidup bersih dan sehat dan menjaga keadaan lingkungan anda yang tetap kondusif yang mendukung kesehatan anda.

Jadi jika anda telah mandiri menangani aspek perilaku dan lingkungan, anda tidak perlu bersusah payah lagi ke pelayanan kesehatan untuk bertemu dokter lagi untuk memperoleh pelayanan medis dari dokter dan lebih parah lagi jika anda sampai menjadi korban malpraktik.

Jika ditinjau dari upaya-upaya yang mewujudkan kehidupan yang sehat pada diri anda, saran penulis kepada masyarakat untuk melaksanakan dan mengikuti bentuk kegiatan pada upaya promotif dan preventif. Jika anda sudah dilakukan semuanya anda tidak perlu repot lagi bertemu dokter yang telah banyak melakukan malpraktik.

Jadi maksud tulisan ini bukannya kita harus melawan dokter dengan mengajaknya berduel secara fisik tapi kita harus merubah perilaku dari dokter untuk sadar akan pentingnya masyarakat sebagai konsumen yang harus di nomor satukan dan diberikan pelayanan yang memuaskan seperti yang dikemukakan dalam Surat Keputusan Menpan No 63 tentang pelayanan prima.

Untuk memperkaya informasi anda tentang hidup sehat, anda tidak harus mendapat perlakuan medis seperti yang dokter lakukan. Masyarakat dapat menghubungi tenaga kesehatan lain selain dokter dan lebih disarankan pada tenaga kesehatan masyarakat dengan gelar kesarjanaan Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM).

Tenaga SKM merupakan tenaga kesehatan yang bergerak dalam bidang pelayanan promotif dan preventif jadi tidak ada perlakuan seperti yang diberikan pada tindakan pelayanan medis dokter. Tapi mereka akan memberi informasi kepada anda untuk meningkatkan kesadaran anda tentang pentingnya hidup sehat yang menunjang produktifitas anda, keluarga dan orang sekitar anda.

Tenaga SKM akan menjadi media konsultasi anda untuk mewujudkan perilaku hidup sehat anda yang lebih optimal yang menunjang produktifitas anda dalam melaksanakan aktivitas keseharian termasuk aktifitas keprofesian anda. Meskipun tenaga SKM masih belum menjadi tenaga yang dikatakan profesionalisme karena belum mendapat pengakuan dalam aspek keprofesian tapi masyarakat tidak perlu ragu dengan berbagai upaya yang akan mereka lakukan. Karena perlakuan yang dilaksanakan tidak ada unsur perlakuan seperti halnya yang dilakukan dalam bidang medis kedokteran.

Masyarakat harus belajar menghargai diri sendiri khususnya mensyukuri nikmat kesehatan yang telah diberikan Tuhan kepada anda. Hal yang mendasar juga anda perlu pahami bahwa dalam ajaran Islam, sakit merupakan ujian yang diberikan kepada Allah SWT kepada umat manusia yang sesungguhnya untuk menguji tingkat keimanan dan ketakwaan manusia. Olehnya itu, sakit datang oleh-Nya dan sembuh dari sakit atas kehendak-Nya.
Saya turut prihatin dengan makin banyaknya kasus malpraktik di bidang pelayanan kesehatan khususnya pelayanan yang diberikan oleh tenaga dokter baik di rumah sakit maupun di instansi pelayanan kesehatan lain baik swasta maupun miliki pemerintah

Sekiranya memang persoalan profesionalisme bidang kesehatan khususnya dokter tidaklah segampang membalikkan telapak tangan. Tapi apakah kode etik kedokteran Indonesia sudah terlupakan berdasarkan janji sumpah yang telah mereka ikrarkan.

Mungkin banyak mereka yang telah menerima malpraktik baik pada diri pribadinya sendiri maupun dengan anggota keluarganya. Namun karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pelayanan medik kedokteran menyebabkan dirinya sulit untuk membuktikan bahwa diri atau anggota keluarga mereka mengalami malpraktik.

Hal ini memang wajar jika kita masih berpikir picik dengan masyarakat sehingga kita menyatakan bahwa masyarakat masih tabu akan prosedur pelayanan kesehatan. Indonesia layak sudah dijadikan ladang narapidana yang bukan hanya narapidana tahanan tapi narapidana batin, kehormatan, narapidana berdasi dan narapidana intelektual.

Sudah cukup banyak kasus malpraktik khususnya di bidang pelayanan medis kedokteran tapi keseluruhannya masih belum mendapat penanganan dan belum didapatkan penyelesaiannya. Sungguh masyarakat korban malpraktik yang sudah terhina.

Tanya pada dokter yang memeriksa anda. Apakah anda juga bersedia jika diperlakukan sendiri. atau bagi dokter silahkan balikkan pada diri pribadi anda sendiri. Nilai-nilai kehormatan anda sebagai makhluk-Nya sudah menjauhi dari nilai yang terbenak dalam hati kecil anda sebagai manusia.

Harta, kekayaan, ilmu bukanlah segalanya tapi menjadi amanah yang harus anda pertanggung jawabkan nantinya di hari kemudian. Kehidupan dunia hanya bersifat fhana belaka dan sesungguhnya kematian itu ada dan dekat diantara kamu, layaknya kehormatan dan keagungan nama dokter sudah memudar di kalangan masyarakat.

Dalam tulisan ini saya punya solusi tuntas bagi masyarakat untuk tidak lagi terjebak dengan pelayanan medis kedokteran. Bukannya saya mengingkari akan pentingnya dokter sebagai tenaga kesehatan yang mendukung berbagai upaya pelayanan kesehatan. Tapi masyarakat harus sadar bahwa upaya-upaya mewujudkan kesehatan itu sendiri tidak hanya terpaku dengan adanya dokter saja.

Upaya-upaya untuk mewujudkan status kesehatan pada dasarnya di bedakan atas 4 yaitu :
1. Promotif
2. Preventif
3. Kuratif
4. Rehabilitatif

Dari 4 upaya-upaya tersebut tenaga medis kedokteran (dokter) berada pada upaya ke 3 yaitu kuratif dengan bentuk tindakan pelayanan berupa pengobatan dan tindakan medis klinis.

Masyarakat khususnya lagi masyarakat Indonesia masih menganggap tabu akan pelayanan pada tingkat 1 dan 2 yaitu promotif dan preventif.

Hal yang perlu dipahami oleh masyarakat bahwa upaya promotif dan preventif merupakan upaya yang paling dahsyat untuk mewujudkan status kesehatan anda. Mengapa demikian ?
1. Upaya promotif akan menambah pengetahuan anda tentang berbagai upaya untuk menjaga kesehatan anda yang selalu dalam keadaan sehat
2. Upaya preventif akan meningkatkan kemampuan anda untuk tetap menjaga kesehatan anda sehingga dengan kesadaran sendiri menghindari berbagai perilaku yang berdampak pada penurunan status kesehatan anda

Selanjutnya hal yang juga masyarakat harus ketahui adalah konsep terjadinya sakit. Bagaimana itu ?

Sakit didefinisikan oleh banyak ahli dengan keadaan yang tidak sehat yaitu suatu keadaan tidak senang, gangguan, adanya gejala kelainan. Dalam ilmu epidemiologi menyatakan tentang konsep sehat sakit digambarkan dalam bentuk interaksi antara agent sebagai penyebab penyakit, host penjamu dalam hal ini manusia (anda sendiri) dan lingkungan sekitar anda

Sakit terjadi berdasarkan segi tiga epidemiologi tersebut jika :
1. Agent penyebab sakit meningkat sehingga host mudah mengalami sakit. Penyebab terjadinya peningkatan agent penyebab penyakit dapat oleh banyak faktor
2. Terjadinya penurunan daya tahan tubuh dari pejamu dalam hal ini manusia atau anda sendiri yang dapat pula disebabkan oleh banyak faktor sehubungan dengan aktivitas atau perilaku anda sehari-hari
3. Terjadinya perubahan keadaan lingkungan misalnya karena musim penghujan sehingga anda harus waspada terhadap DBD, Malaria, Diare dan lain sebagainya atau karena terjadinya bencana alam atau karena akibat perlaku manusia sendiri sehingga terjadi perubahan lingkungan yang buruk.

Selanjutnya menurut Hendrik L. Bloom, keadaan sehat sakit dipengaruhi oleh 4 faktor :
1. Perilaku
2. Lingkungan
3. Pelayanan kesehatan
4. Keturunan

Faktor perilaku dan lingkungan merupakan hal yang dapat anda tangani secara mandiri. Anda sendiri tidak akan mendapat perlakuan tindakan medis oleh tenaga dokter untuk menangani masalah ini. Tenaga dokter pastinya hanya memberikan informasi dalam rangka meningkatkan kesadaran anda pribadi untuk berperilaku hidup bersih dan sehat dan menjaga keadaan lingkungan anda yang tetap kondusif yang mendukung kesehatan anda.

Jadi jika anda telah mandiri menangani aspek perilaku dan lingkungan, anda tidak perlu bersusah payah lagi ke pelayanan kesehatan untuk bertemu dokter lagi untuk memperoleh pelayanan medis dari dokter dan lebih parah lagi jika anda sampai menjadi korban malpraktik.

Jika ditinjau dari upaya-upaya yang mewujudkan kehidupan yang sehat pada diri anda, saran penulis kepada masyarakat untuk melaksanakan dan mengikuti bentuk kegiatan pada upaya promotif dan preventif. Jika anda sudah dilakukan semuanya anda tidak perlu repot lagi bertemu dokter yang telah banyak melakukan malpraktik.

Jadi maksud tulisan ini bukannya kita harus melawan dokter dengan mengajaknya berduel secara fisik tapi kita harus merubah perilaku dari dokter untuk sadar akan pentingnya masyarakat sebagai konsumen yang harus di nomor satukan dan diberikan pelayanan yang memuaskan seperti yang dikemukakan dalam Surat Keputusan Menpan No 63 tentang pelayanan prima.

Untuk memperkaya informasi anda tentang hidup sehat, anda tidak harus mendapat perlakuan medis seperti yang dokter lakukan. Masyarakat dapat menghubungi tenaga kesehatan lain selain dokter dan lebih disarankan pada tenaga kesehatan masyarakat dengan gelar kesarjanaan Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM).

Tenaga SKM merupakan tenaga kesehatan yang bergerak dalam bidang pelayanan promotif dan preventif jadi tidak ada perlakuan seperti yang diberikan pada tindakan pelayanan medis dokter. Tapi mereka akan memberi informasi kepada anda untuk meningkatkan kesadaran anda tentang pentingnya hidup sehat yang menunjang produktifitas anda, keluarga dan orang sekitar anda.

Tenaga SKM akan menjadi media konsultasi anda untuk mewujudkan perilaku hidup sehat anda yang lebih optimal yang menunjang produktifitas anda dalam melaksanakan aktivitas keseharian termasuk aktifitas keprofesian anda. Meskipun tenaga SKM masih belum menjadi tenaga yang dikatakan profesionalisme karena belum mendapat pengakuan dalam aspek keprofesian tapi masyarakat tidak perlu ragu dengan berbagai upaya yang akan mereka lakukan. Karena perlakuan yang dilaksanakan tidak ada unsur perlakuan seperti halnya yang dilakukan dalam bidang medis kedokteran.

Masyarakat harus belajar menghargai diri sendiri khususnya mensyukuri nikmat kesehatan yang telah diberikan Tuhan kepada anda. Hal yang mendasar juga anda perlu pahami bahwa dalam ajaran Islam, sakit merupakan ujian yang diberikan kepada Allah SWT kepada umat manusia yang sesungguhnya untuk menguji tingkat keimanan dan ketakwaan manusia. Olehnya itu, sakit datang oleh-Nya dan sembuh dari sakit atas kehendak-Nya.
Saya turut prihatin dengan makin banyaknya kasus malpraktik di bidang pelayanan kesehatan khususnya pelayanan yang diberikan oleh tenaga dokter baik di rumah sakit maupun di instansi pelayanan kesehatan lain baik swasta maupun miliki pemerintah

Sekiranya memang persoalan profesionalisme bidang kesehatan khususnya dokter tidaklah segampang membalikkan telapak tangan. Tapi apakah kode etik kedokteran Indonesia sudah terlupakan berdasarkan janji sumpah yang telah mereka ikrarkan.

Mungkin banyak mereka yang telah menerima malpraktik baik pada diri pribadinya sendiri maupun dengan anggota keluarganya. Namun karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pelayanan medik kedokteran menyebabkan dirinya sulit untuk membuktikan bahwa diri atau anggota keluarga mereka mengalami malpraktik.

Hal ini memang wajar jika kita masih berpikir picik dengan masyarakat sehingga kita menyatakan bahwa masyarakat masih tabu akan prosedur pelayanan kesehatan. Indonesia layak sudah dijadikan ladang narapidana yang bukan hanya narapidana tahanan tapi narapidana batin, kehormatan, narapidana berdasi dan narapidana intelektual.

Sudah cukup banyak kasus malpraktik khususnya di bidang pelayanan medis kedokteran tapi keseluruhannya masih belum mendapat penanganan dan belum didapatkan penyelesaiannya. Sungguh masyarakat korban malpraktik yang sudah terhina.

Tanya pada dokter yang memeriksa anda. Apakah anda juga bersedia jika diperlakukan sendiri. atau bagi dokter silahkan balikkan pada diri pribadi anda sendiri. Nilai-nilai kehormatan anda sebagai makhluk-Nya sudah menjauhi dari nilai yang terbenak dalam hati kecil anda sebagai manusia.

Harta, kekayaan, ilmu bukanlah segalanya tapi menjadi amanah yang harus anda pertanggung jawabkan nantinya di hari kemudian. Kehidupan dunia hanya bersifat fhana belaka dan sesungguhnya kematian itu ada dan dekat diantara kamu, layaknya kehormatan dan keagungan nama dokter sudah memudar di kalangan masyarakat.

Dalam tulisan ini saya punya solusi tuntas bagi masyarakat untuk tidak lagi terjebak dengan pelayanan medis kedokteran. Bukannya saya mengingkari akan pentingnya dokter sebagai tenaga kesehatan yang mendukung berbagai upaya pelayanan kesehatan. Tapi masyarakat harus sadar bahwa upaya-upaya mewujudkan kesehatan itu sendiri tidak hanya terpaku dengan adanya dokter saja.

Upaya-upaya untuk mewujudkan status kesehatan pada dasarnya di bedakan atas 4 yaitu :
1. Promotif
2. Preventif
3. Kuratif
4. Rehabilitatif

Dari 4 upaya-upaya tersebut tenaga medis kedokteran (dokter) berada pada upaya ke 3 yaitu kuratif dengan bentuk tindakan pelayanan berupa pengobatan dan tindakan medis klinis.

Masyarakat khususnya lagi masyarakat Indonesia masih menganggap tabu akan pelayanan pada tingkat 1 dan 2 yaitu promotif dan preventif.

Hal yang perlu dipahami oleh masyarakat bahwa upaya promotif dan preventif merupakan upaya yang paling dahsyat untuk mewujudkan status kesehatan anda. Mengapa demikian ?
1. Upaya promotif akan menambah pengetahuan anda tentang berbagai upaya untuk menjaga kesehatan anda yang selalu dalam keadaan sehat
2. Upaya preventif akan meningkatkan kemampuan anda untuk tetap menjaga kesehatan anda sehingga dengan kesadaran sendiri menghindari berbagai perilaku yang berdampak pada penurunan status kesehatan anda

Selanjutnya hal yang juga masyarakat harus ketahui adalah konsep terjadinya sakit. Bagaimana itu ?

Sakit didefinisikan oleh banyak ahli dengan keadaan yang tidak sehat yaitu suatu keadaan tidak senang, gangguan, adanya gejala kelainan. Dalam ilmu epidemiologi menyatakan tentang konsep sehat sakit digambarkan dalam bentuk interaksi antara agent sebagai penyebab penyakit, host penjamu dalam hal ini manusia (anda sendiri) dan lingkungan sekitar anda

Sakit terjadi berdasarkan segi tiga epidemiologi tersebut jika :
1. Agent penyebab sakit meningkat sehingga host mudah mengalami sakit. Penyebab terjadinya peningkatan agent penyebab penyakit dapat oleh banyak faktor
2. Terjadinya penurunan daya tahan tubuh dari pejamu dalam hal ini manusia atau anda sendiri yang dapat pula disebabkan oleh banyak faktor sehubungan dengan aktivitas atau perilaku anda sehari-hari
3. Terjadinya perubahan keadaan lingkungan misalnya karena musim penghujan sehingga anda harus waspada terhadap DBD, Malaria, Diare dan lain sebagainya atau karena terjadinya bencana alam atau karena akibat perlaku manusia sendiri sehingga terjadi perubahan lingkungan yang buruk.

Selanjutnya menurut Hendrik L. Bloom, keadaan sehat sakit dipengaruhi oleh 4 faktor :
1. Perilaku
2. Lingkungan
3. Pelayanan kesehatan
4. Keturunan

Faktor perilaku dan lingkungan merupakan hal yang dapat anda tangani secara mandiri. Anda sendiri tidak akan mendapat perlakuan tindakan medis oleh tenaga dokter untuk menangani masalah ini. Tenaga dokter pastinya hanya memberikan informasi dalam rangka meningkatkan kesadaran anda pribadi untuk berperilaku hidup bersih dan sehat dan menjaga keadaan lingkungan anda yang tetap kondusif yang mendukung kesehatan anda.

Jadi jika anda telah mandiri menangani aspek perilaku dan lingkungan, anda tidak perlu bersusah payah lagi ke pelayanan kesehatan untuk bertemu dokter lagi untuk memperoleh pelayanan medis dari dokter dan lebih parah lagi jika anda sampai menjadi korban malpraktik.

Jika ditinjau dari upaya-upaya yang mewujudkan kehidupan yang sehat pada diri anda, saran penulis kepada masyarakat untuk melaksanakan dan mengikuti bentuk kegiatan pada upaya promotif dan preventif. Jika anda sudah dilakukan semuanya anda tidak perlu repot lagi bertemu dokter yang telah banyak melakukan malpraktik.

Jadi maksud tulisan ini bukannya kita harus melawan dokter dengan mengajaknya berduel secara fisik tapi kita harus merubah perilaku dari dokter untuk sadar akan pentingnya masyarakat sebagai konsumen yang harus di nomor satukan dan diberikan pelayanan yang memuaskan seperti yang dikemukakan dalam Surat Keputusan Menpan No 63 tentang pelayanan prima.

Untuk memperkaya informasi anda tentang hidup sehat, anda tidak harus mendapat perlakuan medis seperti yang dokter lakukan. Masyarakat dapat menghubungi tenaga kesehatan lain selain dokter dan lebih disarankan pada tenaga kesehatan masyarakat dengan gelar kesarjanaan Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM).

Tenaga SKM merupakan tenaga kesehatan yang bergerak dalam bidang pelayanan promotif dan preventif jadi tidak ada perlakuan seperti yang diberikan pada tindakan pelayanan medis dokter. Tapi mereka akan memberi informasi kepada anda untuk meningkatkan kesadaran anda tentang pentingnya hidup sehat yang menunjang produktifitas anda, keluarga dan orang sekitar anda.

Tenaga SKM akan menjadi media konsultasi anda untuk mewujudkan perilaku hidup sehat anda yang lebih optimal yang menunjang produktifitas anda dalam melaksanakan aktivitas keseharian termasuk aktifitas keprofesian anda. Meskipun tenaga SKM masih belum menjadi tenaga yang dikatakan profesionalisme karena belum mendapat pengakuan dalam aspek keprofesian tapi masyarakat tidak perlu ragu dengan berbagai upaya yang akan mereka lakukan. Karena perlakuan yang dilaksanakan tidak ada unsur perlakuan seperti halnya yang dilakukan dalam bidang medis kedokteran.

Masyarakat harus belajar menghargai diri sendiri khususnya mensyukuri nikmat kesehatan yang telah diberikan Tuhan kepada anda. Hal yang mendasar juga anda perlu pahami bahwa dalam ajaran Islam, sakit merupakan ujian yang diberikan kepada Allah SWT kepada umat manusia yang sesungguhnya untuk menguji tingkat keimanan dan ketakwaan manusia. Olehnya itu, sakit datang oleh-Nya dan sembuh dari sakit atas kehendak-Nya.
Belajar SPSS
Lihat Detail

Belajar SPSS

BELAJAR SPSS

Assalaamu Alaikum Wr. Wb.

Kepada pengunjung webblog yang terhormat yang telah membaca berbagai tulisan saya seputar penggunaan SPSS 15, sebelumnya saya mengucapkan terimakasih karena telah memanfaatkan artikel blog tersebut.

Namun karena keterbatasan secara pribadi, mungkin informasi yang dimuat dalam blog saya masih kurang memuaskan anda belum lagi keterbatasan fasilitas dan keilmuan tentang browsing yang saya miliki merupakan kendala yang dihadapi sehingga berbagai prinsip dasar dalam penggunaan SPSS 15 tidak dapat saya muat dalam artikel saya.

Namun dengan kerendahan hati saya telah berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan informasi kepada kaum blogger meskipun dibawah naungan ketidakmampuan tersebut.

Beberapa informasi tentang penggunaan SPSS 15 saya sadari masih kurang dan belum rampung secara keseluruhan. Namun bagi pengunjung yang ingin mengetahui lebih lanjut tentang penggunaan SPSS 15 kiranya dapat mengikuti berbagai pelatihan sehubungan dengan hal tersebut. Dan jika kehendak pengunjung meminta, dengan segala upaya saya bisa berpartisipasi sebagai mentor dalam program pelatihan tersebut.

Keterbatasan yang saya hadapi adalah akses internet yang masih rumit maklum saya berada dilokasi Makassar yang hanya menggunakan jasa warnet dan belum memiliki basis jaringan website sendiri yang lagi-lagi karena keterbatasan finansial, sehingga menyulitkan saya untuk mengupload berbagai gambar pendukung untuk memperjelas materi yang disampaikan.

Sekali lagi saya mohon maaf atas segala kekurangan dan kiranya bagi pengunjung yang berkehendak mengadakan pelatihan tentang pengoperasian SPSS 15 dalam pengolahan data statistik saya bersedia untuk dipanggil sebagai pemateri, konselor, mentor, ataupun fasilitator bagi rekan-rekan sekalian.

Terima kasih atas perhatian, kritik dan saran yang diberikan kepada saya selaku penulis di komunitas blogger.

Wassalaam.

Tertanda

M. Joeharno, SKM
Email : joeh_com@yahoo.com
Phone : 085242854524
BELAJAR SPSS

Assalaamu Alaikum Wr. Wb.

Kepada pengunjung webblog yang terhormat yang telah membaca berbagai tulisan saya seputar penggunaan SPSS 15, sebelumnya saya mengucapkan terimakasih karena telah memanfaatkan artikel blog tersebut.

Namun karena keterbatasan secara pribadi, mungkin informasi yang dimuat dalam blog saya masih kurang memuaskan anda belum lagi keterbatasan fasilitas dan keilmuan tentang browsing yang saya miliki merupakan kendala yang dihadapi sehingga berbagai prinsip dasar dalam penggunaan SPSS 15 tidak dapat saya muat dalam artikel saya.

Namun dengan kerendahan hati saya telah berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan informasi kepada kaum blogger meskipun dibawah naungan ketidakmampuan tersebut.

Beberapa informasi tentang penggunaan SPSS 15 saya sadari masih kurang dan belum rampung secara keseluruhan. Namun bagi pengunjung yang ingin mengetahui lebih lanjut tentang penggunaan SPSS 15 kiranya dapat mengikuti berbagai pelatihan sehubungan dengan hal tersebut. Dan jika kehendak pengunjung meminta, dengan segala upaya saya bisa berpartisipasi sebagai mentor dalam program pelatihan tersebut.

Keterbatasan yang saya hadapi adalah akses internet yang masih rumit maklum saya berada dilokasi Makassar yang hanya menggunakan jasa warnet dan belum memiliki basis jaringan website sendiri yang lagi-lagi karena keterbatasan finansial, sehingga menyulitkan saya untuk mengupload berbagai gambar pendukung untuk memperjelas materi yang disampaikan.

Sekali lagi saya mohon maaf atas segala kekurangan dan kiranya bagi pengunjung yang berkehendak mengadakan pelatihan tentang pengoperasian SPSS 15 dalam pengolahan data statistik saya bersedia untuk dipanggil sebagai pemateri, konselor, mentor, ataupun fasilitator bagi rekan-rekan sekalian.

Terima kasih atas perhatian, kritik dan saran yang diberikan kepada saya selaku penulis di komunitas blogger.

Wassalaam.

Tertanda

M. Joeharno, SKM
Email : joeh_com@yahoo.com
Phone : 085242854524
BELAJAR SPSS

Assalaamu Alaikum Wr. Wb.

Kepada pengunjung webblog yang terhormat yang telah membaca berbagai tulisan saya seputar penggunaan SPSS 15, sebelumnya saya mengucapkan terimakasih karena telah memanfaatkan artikel blog tersebut.

Namun karena keterbatasan secara pribadi, mungkin informasi yang dimuat dalam blog saya masih kurang memuaskan anda belum lagi keterbatasan fasilitas dan keilmuan tentang browsing yang saya miliki merupakan kendala yang dihadapi sehingga berbagai prinsip dasar dalam penggunaan SPSS 15 tidak dapat saya muat dalam artikel saya.

Namun dengan kerendahan hati saya telah berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan informasi kepada kaum blogger meskipun dibawah naungan ketidakmampuan tersebut.

Beberapa informasi tentang penggunaan SPSS 15 saya sadari masih kurang dan belum rampung secara keseluruhan. Namun bagi pengunjung yang ingin mengetahui lebih lanjut tentang penggunaan SPSS 15 kiranya dapat mengikuti berbagai pelatihan sehubungan dengan hal tersebut. Dan jika kehendak pengunjung meminta, dengan segala upaya saya bisa berpartisipasi sebagai mentor dalam program pelatihan tersebut.

Keterbatasan yang saya hadapi adalah akses internet yang masih rumit maklum saya berada dilokasi Makassar yang hanya menggunakan jasa warnet dan belum memiliki basis jaringan website sendiri yang lagi-lagi karena keterbatasan finansial, sehingga menyulitkan saya untuk mengupload berbagai gambar pendukung untuk memperjelas materi yang disampaikan.

Sekali lagi saya mohon maaf atas segala kekurangan dan kiranya bagi pengunjung yang berkehendak mengadakan pelatihan tentang pengoperasian SPSS 15 dalam pengolahan data statistik saya bersedia untuk dipanggil sebagai pemateri, konselor, mentor, ataupun fasilitator bagi rekan-rekan sekalian.

Terima kasih atas perhatian, kritik dan saran yang diberikan kepada saya selaku penulis di komunitas blogger.

Wassalaam.

Tertanda

M. Joeharno, SKM
Email : joeh_com@yahoo.com
Phone : 085242854524
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Lihat Detail

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

BEBERAPA FAKTOR RISIKO KEJADIAN BBLR DI RUMAH SAKIT
AL FATAH AMBON PERIODE JANUARI – DESEMBER
TAHUN 2006

Oleh :

Tim Peneliti
Zaenab R. SKM dan Joeharno, SKM


ABSTRAK


BEBERAPA FAKTOR RISIKO KEJADIAN BBLR DI RUMAH SAKIT AL FATAH AMBON PERIODE JANUARI – DESEMBER TAHUN 2006”
Xii + 69 halaman + 12 tabel + 8 lampiran
BBLR merupakan masalah kesehatan yang sering dialami pada sebahagian besar masyarakat yang ditandai dengan berat lahir yang kurang dari 2500 gram. Kejadian BBLR pada dasarnya berhubungan dengan kurangnya pemenuhan nutrisi pada masa kehamilan ibu dan hal ini berhubungan dengan banyak faktor dan lebih utama pada masalah perekonomian keluarga sehingga pemenuhan kebutuhan konsumsi makanan pun kurang. Namun kejadian BBLR juga dapat terjadi tidak hanya karena aspek perekonomian, dimana kejadian BBLR dapat saja terjadi pada mereka dengan status perekonomian yang cukup. Dan hal ini terkait adanya pengaruh dari berbagai faktor yang pada penelitian ini mencakup paritas, jarak kelahiran, kadar haemoglobin dan pemanfaatan pelayanan antenatal.
Jenis penelitian yang diguanakan adalah observasional dengan rancangan Case Control Study yang bertujuan untuk menganalisis besar risiko paritas, jarak kelahiran, kadar haemoglobin dan pemanfaatan pelayanan antenatal terhadap kejadian BBLR dengan mengambil subjek penelitian pada data rekam medis Rumah Sakit Umum Al Fatah Ambon periode Januari – Desember 2006.
Sampel penelitian dibedakan atas kasus (kelahiran bayi dengan BBLR) dan kontrol (kelahiran bayi tidak dengan BBLR) sebanyak 138 dengan perbandingan sampel 1 : 2 antara kasus dan kontrol. Pengumpulan data dengan melaksanakan penelusuran status rekam medis pada instalasi kebidanan. Pengolahan data secara komputerisasi dengan analisis data berdasarkan uji statistik Odds Ratio. Penyajian data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi analisi univariat dan tabel silang analisis bivariat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa paritas merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap kejadian BBLR sehingga ibu dengan paritas lebih dari 3 anak berrisiko 2,4 kali untuk melahirkan bayi dengan BBLR, Jarak kelahiran merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap kejadian BBLR sehingga ibu dengan jarak antara kelahiran <>
Saran yang diajukan pada penelitian ini adalah Perlunya peningkatan pembinaan kepada masyarakat tentang norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera sehingga dapat meningkatkan taraf kesejahteraan keluarga yang tidak hanya melibatkan ibu namun dengan adanya dukungan dari suami sehingga perwujudan masyarakat sehat dapat dicapai secara optimal, pemberian informasi secara aktual kepada ibu dan suami untuk mengatur jarak kelahiran dalam rangka mencegah timbulnya berbagai dampak kesehatan pada masa kehamilan dan persalinan, peningkatan kesadaran dari ibu tentang pentingnya pelaksanaan pemeriksaan kesehatan khususnya pemeriksaan pada masa kehamilan yang dilakukan secara lengkap melalui pemberian informasi akan pentingnya pemeriksaan kehamilan dalam rangka kontrol kesehatan ibu dan bayi pada masa kehamilan dan peningkatan pengetahuan tentang pentingnya hidup sehat pada ibu khususnya pada masa kehamilan dengan penerapan pola makan teratur dan seimbang sehingga dapat memenuhi kebutuhan nutrisi ibu dan bayi yang dikandungnya yang juga merupakan unsur pendukung pencapaian status kesehatan yang optimal baik ibu maupun bayi yang dikandungnya.
Kepustakaan : 32 (1982 – 2006)
P E N D A H U L U A N
  1. Latar Belakang
Bayi lahir dengan berat lahir renndah (BBLR) merupakan salah satu faktor resiko yanng mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya sehingga membutuhkan biaya perawatan yang tinggi (Anonim, 2006).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah salah satu hasil dari ibu hamil yang menderita energi kronis dan akan mempunyai status gizi buruk. BBLR berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius pada kualitas generasi mendatang, yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan perkembangan anak, serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan (Depkes RI, 2005).
Menurut perkiraan WHO, pada tahun 1995 hampir semua (98%) dari 5 juta kematian neonatal di negara berkembang atau berpenghasilan rendah. Lebih dari dua per tiga kematian adalah BBLR yaitu berat badan lahir kurang dari 2500 gram. Secara global diperkirakan terdapat 25 juta persalinan per tahun dimana 17% diantaranya adalah BBLR dan hampir semua terjadi di Negara berkembang (Hadi, 2001).
Data epidemiologi di Inggris dan berbagai Negara maju lainnya memperlihatkan, setelah menjadi dewasa bayi dengan berat ringan untuk masa kehamilannya akan lebih mudah terkena penyakit kronis seperti Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 maupun penyakit kordiovaskuler (PKV) (Sayogo, 2003).
Berdasarkan hasil pengumpulan data indikator kesehatan propinsi yang berasal dari fasilitas pelayanan kesehatan, proporsi BBLR pada tahun 2000 berkisar antara 0,91% (Gorontalo) dan 18,89% (Jawa Tengah), sedangkan pada tahun 2001 berkisar antara 0,54% (NAD) dan 6,90% (Sumatra Utara). Angka tersebut belum mencerminkan kondisi sebenarnya yang ada di masyarakat karena belum semua berat badan bayi yang dilahirkan dapat dipantau oleh petugas kesehatan, khususnya yang ditolong oleh dukun atau tenaga non kesehatan lainnya (Profil Kesehatan RI, 2004).
Secara umum Indonesia belum mempunyai angka untuk bayi berat lahir rendah (BBLR) yang diperoleh berdasarkan survai nasional. Proporsi BBLR ditentukan berdasarkan estimasi yang sifatnya sangat kasar, yaitu berkisar antara 7 – 14% selama periode 1999 – 2000. Jika proporsi ibu hamil adalah 2,5% dari total penduduk maka setiap tahun diperkirakan 355.000 – 710.000 dari 5 juta bayi lahir dengan kondisi BBLR (Depkes RI, 2001).
Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat adalah angka kematian bayi (AKB). Angka kematian bayi di Indonesia saat ini masih tergolong tinggi. Angka kematian bayi di Indoesia tercatat 51,0 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2003, ini memang bukan gambaran yang indah karena masih terbilang tinggi bila di bandingkan dengan Negara –negara di bagian ASEAN. pennyebab kematian bayi terbanyak adalah karena gangguan perinatal. Dari seluruh kematian perinatal sekitar 2 – 27% disebabkan karena kelahiran bayi berat lahir rendah (BBLR). Sementara itu prevalensi BBLR pada saat ini diperkirakan 7 – 14% yaitu sekitar 459.200 – 900.000 bayi (Depkes RI, 2005).
Proporsi BBLR dapat diketahui berdasarkan estimasi dari Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI). Pada tahun 1992 – 1997 yaitu secara nasional proporsi bayi dengan berat badan lahir rendah yaitu 7,7% untuk perkotaan 6,6%, dan untuk pedesaan 8,4. Dan pada tahun 2002 – 2003 angka proporsi BBLR tidak mengalami penurunan yaitu sekitar 7,6% (Profil Kesehatan Propinsi Sulsel, 2005).
Hasil penelitian Rumah Sakit maupun Puskesmas menyatakan bahwa pada tahun 1999 tercatat kejadian BBLR sebesar 3,27% dari 25.422 bayi lahir hidup. Data di wilayah Puskesmas pada tahun 2000 menggambarkan bahwa bayi lahir hidup <2500>
BBLR bervariasi menurut propinsi dengan rentang 2,0% - 15,1% terendah di propinsi Sumatra Utara dan tertinggi di Sulawesi Selatan, tercatat bahwa jumlah bayi dengan BBLR sebanyak 1.554 (1,2% dari total bayi lahir) dan yang tertangani sebanyak 1.178 orang (75,8%), dengan kasus tertinggi terjadi di Kota Makassar yaitu 355 kasus (2,63%) dari 13.486 bayi lahir hidup dan yang terendah di Kabupaten Pangkep hanya 3 kasus (Profil Kesehatan Propinsi Sulsel,2005).
Rumah Sakit Al-Fatah adalah salah satu UPT Dinas Kesehatan Propinsi Maluku yang keberadaannya dilandasi dengan keputusan Gubernur Maluku No.5 tahun 1999. Adapun alasan memilih RS Al-Fatah karena Rumah Sakit tersebut melakukan pelayanan kesehatan ibu dan anak, merupakan salah satu Rumah Sakit rujukan untuk kasus – kasus obstetric dan angka kejadian BBLR dalam beberapa tahun ini masih tinggi. Berdasarkan laporan tahunan kegiatan pelayanan RS Al-Fatah, angka prevalensi dari tahun 2004 – 2006 cukup tinggi yaitu 9,05% pada tahun 2004, meningkat pada tahun 2005 sebesar 7,79% dan pada tahun 2006 prevalensi BBLR adalah 7,15%. Dari data tersebut terlihat bahwa selama kurun waktu tiga tahun memperlihatkan adanya masalah BBLR di Rumah Sakit Al-Fatah.
Berdasarkan data yang didapatkan di Rumah Sakit Al-Fatah Ambon yakni pada tahun 2003 ada 64 (10,30%) kasus BBLR dari 621 bayi lahir hidup, tahun 2004 ada 51 (9,05%) kasus BBLR dari 563 bayi lahir hidup, dan pada tahun 2005 ada 65 (7,79%) dari 834 bayi lahir hidup yang menderita BBLR. Sedangkan pada tahun 2006 ada 46 (7,15%) kasus BBLRdari 643 bayi lahir hidup.
Melihat masih tingginya kejadian bayi berat lahir rendah di Maluku termasuk kota Ambon Khususnya di Rumah Sakit Al-Fatah Ambon, maka peneliti tertarik untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian BBLR di Rumah Sakit al-Fatah Ambon untuk periode januari – desember tahun 2006.
  1. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas maka dapat diberikan rumusan masalahnya sebagai berikut :
  1. Apakah umur ibu menjadi faktor risiko kejadian bayi berat lahir rendah di RS Al-Fatah Ambon tahun 2006 ?
  2. Apakah jarak kehamilan menjadi faktor risiko kejadian bayi berat lahir rendah di RS Al-Fatah Ambon tahun 2006 ?
  3. Apakah paritas ibu menjadi faktor risko kejadian bayi berat lahir rendah di RS Al-Fatah Ambon tahun 2006 ?
  4. Apakah kadar Hb menjadi faktor risiko kejadian bayi berat lahir rendah di RS Al-Fatah Ambon tahun 2006 ?
  5. Apakah pemeriksaan kehamilan/ANC menjadi faktor risiko kejadian bayi berat lahir rendah di RS Al-Fatah Ambon tahun 2006 ?
  1. Tujuan penelitian
  1. Tujuan umum
Untuk mengetahui faktor risiko kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) di RS Al-Fatah Ambon periode januari – desember tahun 2006.
  1. Tujuan khusus
  1. Untuk mengetahui umur ibu sebagai faktor risiko kejadian bayi berat lahir rendah di RS Al-Fatah Ambon tahun 2006.
  2. Untuk mengetahui jarak kehamilan sebagai faktor risiko kejadian bayi berat lahir rendah di RS Al-Fatah Ambon tahun 2006.
  3. Untuk mengetahui paritas ibu sebagai faktor risiko kejadian bayi berat lahir rendah di RS Al-Fatah Ambon tahun 2006.
  4. Untuk mengetahui kadar Hb sebagai faktor risiko kejadian bayi berat lahir rendah di RS Al-Fatah Ambon tahun 2006
  5. Untuk mengetahui pemeriksaan kehamilan/ANC sebagai faktor risiko kejadian bayi berat lahir rendah di RS Al-fatah Ambon tahun 2006.
  1. Manfaat Penelitian
  1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan yang dapat menambah wawasan khususnya mengenai faktor penyebab kejadian bayi beral lahir rendah (BBLR).
  1. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi segenap penentu kebijakan dan instansi terkait untuk memprioritaskan program kesehatan dalam upaya menurunkan angka kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR).


TINJAUAN PUSTAKA

  1. Tinjauan umum tentang bayi berat lahir rendah
  1. Pengertian bayi dengan berat badan lahir rendah
  2. Karakteristik bayi berat lahir rendah
  3. Upaya mencegah terjadinya persalinan prematuritas atau bayi dengan berat badan lahir rendah.
  1. Tinjauan umum tentang umur ibu
  2. Tinjauan Umum Tentang Jarak Kelahiran
  3. Tinjauan umum tentang paritas ibu
E. Tinjauan Umum Tentang Kadar HB Ibu
  1. Tinjauan umum tentang pemeriksaan kehamilan/ANC

KERANGKA KONGSEP
  1. Dasar Pemikiran Variabel yang diteliti
  1. Umur ibu
Umur ibu merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kejadian bayi dengan berat lahir rendah, dimana angka kejadian tertinggi BBLR adalah pada usia dibawah 20 tahun dan pada multigravida yang jarak antara kelahirannya terlalu dekat. Kejadian terendah adalah pada usia ibu antara 26 - 30 tahun (Hasan dkk, 2000).
  1. Jarak kelahiran
  1. Paritas ibu
d. Kadar HB
  1. Pemeriksaan kehamilan/ANC
  1. Pola Variabel Yang Diteliti
  2. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
  1. Berat badan lahir
  2. Umur ibu
  3. Jarak kelahiran
  4. Paritas ibu
  5. Kadar Hb Ibu
  6. Pemeriksaan kehamilan/ANC


METODE PENELITIAN
Download MP3 Musik
A. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional denga pendekatan case control study, dengan maksud untuk melihat apakah umur ibu, jarak kehamilan, paritas, kadar HB dan pemeriksaan kehamilan/ANC merupakan faktor resiko kejadian bayi berat lahir rendah.
B. Lokasi penelitian
Adapun lokasi penelitian adalah Rumah Sakit Al-Fatah Kota Ambon, propinsi Maluku
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Semua bayi yang dilahirkan hidup yang yang tercatat dalam rekam medik antara bulan januari sampai desember tahun 2006 dengan jumlah 643 bayi di Rumah Sakit Al-Fatah Kota Ambon.
2. Sampel
a. Kasus : Semua bayi yang lahir dengan berat badan rendah di Rumah Sakit Al-Fatah Ambon periode januari sampai desember tahun 2006.
b. Kontrol : Semua bayi yang lahir hidup di Rumah Sakit Al-Fatah Ambon periode januari sampai desember tahun 2006.
3. Besarnya sampel
Jumlah sample pada kelompok kasus sebanyak 46 orang yang terkena BBLR di Rumah Sakit Al-Fatah Ambon. Dan jumlah sample pada kelompok control sebanyak 92 orang yang tidak terkena BBLR, sehingga perbandingan antara kelompok kasus dan kelompok control yaitu 1 : 2 jadi total sample adalah sebanyak 138 orang.
4. Cara Pengambilan Sampel
Cara pengambilan sample dlakukan secara purposive sampling. Dengan criteria sample yang memiliki data yang lengkap, yang sesuai dengan variabel penelitian. Yang meliputi umur ibu, jarak kehamilan, paritas, kadar HB dan pemeriksaan kehamilan/ANC. Dengan cara mula-mula diambil sampel kasus, kemudian dipilih seperti kriteria seperti variable yang diteliti. Setelah itu di ambil sample control yang juga mempunyai kriteria yang sama.
D. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diolah dari rekam medik di Rumah Sakit Al-Fatah Ambon, propinsi maluku tahun 2006.
E. Pengolahan dan Penyajian Data
Data diolah dengan menggunakan bantuan elektronik berupa computer dengan metode sebagai berikut : membuat variable, input data, pengolahan data, dan disajikan dalam bentuk tabel dan penjelasan.
F. Analisis Data
Untuk menguji hipotesis nol (Ho) dengan analisis bivariat (oods Ratio) dengan menggunakan tabel 2 X 2
Interpretasi nilai OR dengan menggunakan interval kepercayaan 95% yakni :
OR <>
OR = 1, bukan factor risiko
OR > 1, berarti variable tersebut adalah factor risiko
Hubungan dikatakan bermakna apabila nilai lower limit dan upper limit tidak mencakup nilai 1.
Lower limit = OR x e ˉ­­
Upper limit = OR x eˉ
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
    1. Analisis Faktor Risiko Paritas Terhadap Kejadian BBLR
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebahagian besar ibu yang melaksanakan persalinan dengan paritas rendah minimal 3 anak (79,7%) yang menunjukkan bahwa ibu telah menerapkan normal keluarga kecil bahagia dan sejahtera sebagai salah satu bentuk program pembangunan kesehatan dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Paritas yang tinggi akan berdampak pada timbulnya berbagai masalah kesehatan baik bagi ibu maupun bayi yang dilahirkan. Salah satu dampak kesehatan yang mungkin timbul dari paritas yang tinggi adalah berhubungan dengan kejadian BBLR.
Sebagaimana hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu dengan paritas tinggi yang merupakan kelompok berisiko tinggi secara merata terdistribusi pada kelompok kasus dan kontrol (50%) yang memberi interpretasi bahwa paritas yang tinggi tidak mempengaruhi kesehatan ibu sehingga melahirkan bayi dengan berat lahir yang cenderung normal.
Pengaruh paritas terhadap kejadian BBLR berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa paritas merupakan faktor risiko penyebab kejadian BBLR pada bayi. Hal ini ditunjukkan dengan hasil pengujian statistik yang diperoleh nilai Odds Ratio (OR) = 2,438 sehingga dapat dikatakan bahwa paritas merupakan faktor risiko terhadap kejadian BBLR dimana ibu dengan paritas > 3 anak berisiko 2 kali terhadap melahirkan bayi dengan BBLR.
    1. Analisis Faktor Risiko Jarak Kelahiran Terhadap Kejadian BBLR
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebahagian besar ibu telah memiliki jarak antara kelahiran pada kategori renggang dan merupakan kelompok dengan risiko rendah (61,6%). Jarak kelahiran renggang pada penelitian ini jika rentang waktu antara satu kelahiran dengan kelahiran berikutnya minimal 2 tahun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu dengan jarak kelahiran yang rapat lebih banyak dengan kelahiran bayi dengan berat lahir yang tidak tergolong BBLR (54,7%) namun jika ditinjau dari angka pencapai tersebut masih relatif rendah yang memberi indikasi bahwa kejadian BBLR sendiri masih cenderung tinggi yang disebabkan karena jarak kelahiran yang terlalu dekat.
Hasil uji statistik diperoleh nilai Odds Ratio (OR) = 2,370 sehingga dapat dikatakan bahwa jarak kelahiran merupakan faktor risiko terhadap kejadian BBLR dimana ibu yang memiliki jarak kelahiran <>
    1. Analisis Faktor Risiko Kadar Haemoglobin Terhadap Kejadian BBLR
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih banyak dari ibu yang memiliki kadar haemoglobin yang berisiko (55,1%) dengan kadar haemoglobin dalam darah kurang 11 g/dl.. Kadar Hb yang normal pada penelitian ini adalah jika hasil pemeriksaan laboratorium darah ibu menunjukkan kadar ≥ 11 g/dl pada manusia normal.
Dampak kesehatan yang dapat dijadikan dasar dari pengaruh kejadian anemia pada ibu hamil salah satunya adalah kejadian berat bayi lahir rendah (BBLR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan kadar Hb kurang (mengalami anemia) lebih banyak yang melahirkan bayi tidak dengan BBLR (59,2%) yang memberi interpretasi bahwa kadar Hb tidak memberi pengaruh terhadap kejadian BBLR.
Namun jika dengan meninjau ibu dengan kadar haemoglobin yang tidak berisiko dengan kadar Hb 11 g/dl keatas lebih banyak tidak mengalami kelahiran bayi dengan BBLR dan menunjukkan peningkatan yang berarti (70,9%). Hal ini memberi indikasi bahwa semakin baiknya kadar Hb dalam darah merupakan wujud nyata terhadap status kesehatan ibu yang optimal dan sekaligus sebagai unsur penunjang dalam pelaksanaan proses persalinan.
Hasil uji statistik diperoleh nilai Odds Ratio (OR) = 2,159 sehingga dapat dikatakan bahwa kadar haemoglobin merupakan faktor risiko terhadap kejadian BBLR dimana ibu yang memiliki kadar haemoglobin <>
    1. Analisis Faktor Risiko Pemanfaatan Antenatal Care (ANC) Terhadap Kejadian BBLR
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih banyak dari ibu yang kurang memanfaatkan pemeriksaan pada masa kehamilan dan merupakan kelompok berisiko (51,4%). Pemeriksaan kehamilan yang lengkap dimaksudkan dalam penelitian ini adalah jika ibu telah melaksanakan pemeriksaan antenatal secara lengkap dan teratur mulai dari pemeriksaan kala 1 (KI) sampai kala 4 (Kala IV). Jadi frekuensi kunjungan ibu ke pelayanan kesehatan pada masa kehamilan harus dilaksanaka minimal 4 kali.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu dengan banyaknya pemeriksaan kehamilan yang kurang lengkap yang merupakan kelompok berisiko lebih banyak yang melahirkan bayi tidak dengan BBLR (50,7%) yang memberi indikasi bahwa pelayanan antenatal tidak memberi pengaruh terhadap status kesehatan bayi. Hal ini memberi gambaran akan adanya pengaruh dari faktor lain yang dapat berhubungan dengan penciptaan status gizi ibu yang optimal sehingga juga akan mendukung status kesehatan dan status gizi bayi yang dikandung dan lahir dengan tidak BBLR.
Selanjutnya berdasarkan hasil pengujian statistik diperoleh nilai Odds Ratio (OR) = 4,949 sehingga dapat dikatakan bahwa pemeriksaan kehamilan secara lengkap sebagai wujud pemanfaatan pelayanan antenatal care (ANC) merupakan faktor risiko terhadap kejadian BBLR dimana ibu yang tidak melaksanakan pemeriksaan kehamilan secara lengkap berisiko 5 kali untuk melahirkan bayi dengan BBLR.
Sedangkan dengan meninjau nilai Confidence Interval (CI) yang tidak mencakup nilai 1 (2,232 – 10,976) maka risiko yang ditimbulkan dikatakan bermakna, Ho ditolak. Sehingga dapat diinterpretasikan bahwa ibu yang kurang memanfaatkan pemeriksaan kehamilan dengan frekuensi kunjungan ke pelayanan ANC yang tidak secara lengkap memiliki hubungan yang bermakna terhadap kejadian BBLR pada bayi dan memiliki peluang untuk melahirkan bayi dengan berat lahir rendah <>


KESIMPULAN DAN SARAN
  1. Kesimpulan
    1. Paritas merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap kejadian BBLR sehingga ibu dengan paritas lebih dari 3 anak berrisiko 2,4 kali untuk melahirkan bayi dengan BBLR
    2. Jarak kelahiran merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap kejadian BBLR sehingga ibu dengan jarak antara kelahiran <>
    3. Kadar Haemoglobin merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap kejadian BBLR sehingga ibu dengan kadar haemoglobin dalam darah yang kurang dari 11 g/dl berrisiko 2,2 kali untuk melahirkan bayi dengan BBLR
    4. Pemanfaatan pelayanan ANC merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap kejadian BBLR sehingga ibu yang kurang memanfaatkan pelayanan ANC dengan frekuensi kunjungan pemeriksaan kehamilan yang tidak lengkap minimal 4 kali berrisiko 5 kali untuk melahirkan bayi dengan BBLR
  1. Saran
    1. Perlunya peningkatan pembinaan kepada masyarakat tentang norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera sehingga dapat meningkatkan taraf kesejahteraan keluarga yang tidak hanya melibatkan ibu namun dengan adanya dukungan dari suami sehingga perwujudan masyarakat sehat dapat dicapai secara optimal.
    2. Perlunya pemberian informasi secara aktual kepada ibu dan suami untuk mengatur jarak kelahiran dalam rangka mencegah timbulnya berbagai dampak kesehatan pada masa kehamilan dan persalinan.
    3. Perlunya pula peningkatan kesadaran dari ibu tentang pentingnya pelaksanaan pemeriksaan kesehatan khususnya pemeriksaan pada masa kehamilan yang dilakukan secara lengkap melalui pemberian informasi akan pentingnya pemeriksaan kehamilan dalam rangka kontrol kesehatan ibu dan bayi pada masa kehamilan
    4. Adanya pengetahuan tentang pentingnya hidup sehat pada ibu khususnya pada masa kehamilan dengan penerapan pola makan teratur dan seimbang sehingga dapat memenuhi kebutuhan nutrisi ibu dan bayi yang dikandungnya yang juga merupakan unsur pendukung pencapaian status kesehatan yang optimal baik ibu maupun bayi yang dikandungnya.

Dokument lengkap dapat menghubungi
Rhano
Phone : 085242854524
BEBERAPA FAKTOR RISIKO KEJADIAN BBLR DI RUMAH SAKIT
AL FATAH AMBON PERIODE JANUARI – DESEMBER
TAHUN 2006

Oleh :

Tim Peneliti
Zaenab R. SKM dan Joeharno, SKM


ABSTRAK


BEBERAPA FAKTOR RISIKO KEJADIAN BBLR DI RUMAH SAKIT AL FATAH AMBON PERIODE JANUARI – DESEMBER TAHUN 2006”
Xii + 69 halaman + 12 tabel + 8 lampiran
BBLR merupakan masalah kesehatan yang sering dialami pada sebahagian besar masyarakat yang ditandai dengan berat lahir yang kurang dari 2500 gram. Kejadian BBLR pada dasarnya berhubungan dengan kurangnya pemenuhan nutrisi pada masa kehamilan ibu dan hal ini berhubungan dengan banyak faktor dan lebih utama pada masalah perekonomian keluarga sehingga pemenuhan kebutuhan konsumsi makanan pun kurang. Namun kejadian BBLR juga dapat terjadi tidak hanya karena aspek perekonomian, dimana kejadian BBLR dapat saja terjadi pada mereka dengan status perekonomian yang cukup. Dan hal ini terkait adanya pengaruh dari berbagai faktor yang pada penelitian ini mencakup paritas, jarak kelahiran, kadar haemoglobin dan pemanfaatan pelayanan antenatal.
Jenis penelitian yang diguanakan adalah observasional dengan rancangan Case Control Study yang bertujuan untuk menganalisis besar risiko paritas, jarak kelahiran, kadar haemoglobin dan pemanfaatan pelayanan antenatal terhadap kejadian BBLR dengan mengambil subjek penelitian pada data rekam medis Rumah Sakit Umum Al Fatah Ambon periode Januari – Desember 2006.
Sampel penelitian dibedakan atas kasus (kelahiran bayi dengan BBLR) dan kontrol (kelahiran bayi tidak dengan BBLR) sebanyak 138 dengan perbandingan sampel 1 : 2 antara kasus dan kontrol. Pengumpulan data dengan melaksanakan penelusuran status rekam medis pada instalasi kebidanan. Pengolahan data secara komputerisasi dengan analisis data berdasarkan uji statistik Odds Ratio. Penyajian data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi analisi univariat dan tabel silang analisis bivariat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa paritas merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap kejadian BBLR sehingga ibu dengan paritas lebih dari 3 anak berrisiko 2,4 kali untuk melahirkan bayi dengan BBLR, Jarak kelahiran merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap kejadian BBLR sehingga ibu dengan jarak antara kelahiran <>
Saran yang diajukan pada penelitian ini adalah Perlunya peningkatan pembinaan kepada masyarakat tentang norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera sehingga dapat meningkatkan taraf kesejahteraan keluarga yang tidak hanya melibatkan ibu namun dengan adanya dukungan dari suami sehingga perwujudan masyarakat sehat dapat dicapai secara optimal, pemberian informasi secara aktual kepada ibu dan suami untuk mengatur jarak kelahiran dalam rangka mencegah timbulnya berbagai dampak kesehatan pada masa kehamilan dan persalinan, peningkatan kesadaran dari ibu tentang pentingnya pelaksanaan pemeriksaan kesehatan khususnya pemeriksaan pada masa kehamilan yang dilakukan secara lengkap melalui pemberian informasi akan pentingnya pemeriksaan kehamilan dalam rangka kontrol kesehatan ibu dan bayi pada masa kehamilan dan peningkatan pengetahuan tentang pentingnya hidup sehat pada ibu khususnya pada masa kehamilan dengan penerapan pola makan teratur dan seimbang sehingga dapat memenuhi kebutuhan nutrisi ibu dan bayi yang dikandungnya yang juga merupakan unsur pendukung pencapaian status kesehatan yang optimal baik ibu maupun bayi yang dikandungnya.
Kepustakaan : 32 (1982 – 2006)
P E N D A H U L U A N
  1. Latar Belakang
Bayi lahir dengan berat lahir renndah (BBLR) merupakan salah satu faktor resiko yanng mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya sehingga membutuhkan biaya perawatan yang tinggi (Anonim, 2006).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah salah satu hasil dari ibu hamil yang menderita energi kronis dan akan mempunyai status gizi buruk. BBLR berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius pada kualitas generasi mendatang, yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan perkembangan anak, serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan (Depkes RI, 2005).
Menurut perkiraan WHO, pada tahun 1995 hampir semua (98%) dari 5 juta kematian neonatal di negara berkembang atau berpenghasilan rendah. Lebih dari dua per tiga kematian adalah BBLR yaitu berat badan lahir kurang dari 2500 gram. Secara global diperkirakan terdapat 25 juta persalinan per tahun dimana 17% diantaranya adalah BBLR dan hampir semua terjadi di Negara berkembang (Hadi, 2001).
Data epidemiologi di Inggris dan berbagai Negara maju lainnya memperlihatkan, setelah menjadi dewasa bayi dengan berat ringan untuk masa kehamilannya akan lebih mudah terkena penyakit kronis seperti Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 maupun penyakit kordiovaskuler (PKV) (Sayogo, 2003).
Berdasarkan hasil pengumpulan data indikator kesehatan propinsi yang berasal dari fasilitas pelayanan kesehatan, proporsi BBLR pada tahun 2000 berkisar antara 0,91% (Gorontalo) dan 18,89% (Jawa Tengah), sedangkan pada tahun 2001 berkisar antara 0,54% (NAD) dan 6,90% (Sumatra Utara). Angka tersebut belum mencerminkan kondisi sebenarnya yang ada di masyarakat karena belum semua berat badan bayi yang dilahirkan dapat dipantau oleh petugas kesehatan, khususnya yang ditolong oleh dukun atau tenaga non kesehatan lainnya (Profil Kesehatan RI, 2004).
Secara umum Indonesia belum mempunyai angka untuk bayi berat lahir rendah (BBLR) yang diperoleh berdasarkan survai nasional. Proporsi BBLR ditentukan berdasarkan estimasi yang sifatnya sangat kasar, yaitu berkisar antara 7 – 14% selama periode 1999 – 2000. Jika proporsi ibu hamil adalah 2,5% dari total penduduk maka setiap tahun diperkirakan 355.000 – 710.000 dari 5 juta bayi lahir dengan kondisi BBLR (Depkes RI, 2001).
Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat adalah angka kematian bayi (AKB). Angka kematian bayi di Indonesia saat ini masih tergolong tinggi. Angka kematian bayi di Indoesia tercatat 51,0 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2003, ini memang bukan gambaran yang indah karena masih terbilang tinggi bila di bandingkan dengan Negara –negara di bagian ASEAN. pennyebab kematian bayi terbanyak adalah karena gangguan perinatal. Dari seluruh kematian perinatal sekitar 2 – 27% disebabkan karena kelahiran bayi berat lahir rendah (BBLR). Sementara itu prevalensi BBLR pada saat ini diperkirakan 7 – 14% yaitu sekitar 459.200 – 900.000 bayi (Depkes RI, 2005).
Proporsi BBLR dapat diketahui berdasarkan estimasi dari Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI). Pada tahun 1992 – 1997 yaitu secara nasional proporsi bayi dengan berat badan lahir rendah yaitu 7,7% untuk perkotaan 6,6%, dan untuk pedesaan 8,4. Dan pada tahun 2002 – 2003 angka proporsi BBLR tidak mengalami penurunan yaitu sekitar 7,6% (Profil Kesehatan Propinsi Sulsel, 2005).
Hasil penelitian Rumah Sakit maupun Puskesmas menyatakan bahwa pada tahun 1999 tercatat kejadian BBLR sebesar 3,27% dari 25.422 bayi lahir hidup. Data di wilayah Puskesmas pada tahun 2000 menggambarkan bahwa bayi lahir hidup <2500>
BBLR bervariasi menurut propinsi dengan rentang 2,0% - 15,1% terendah di propinsi Sumatra Utara dan tertinggi di Sulawesi Selatan, tercatat bahwa jumlah bayi dengan BBLR sebanyak 1.554 (1,2% dari total bayi lahir) dan yang tertangani sebanyak 1.178 orang (75,8%), dengan kasus tertinggi terjadi di Kota Makassar yaitu 355 kasus (2,63%) dari 13.486 bayi lahir hidup dan yang terendah di Kabupaten Pangkep hanya 3 kasus (Profil Kesehatan Propinsi Sulsel,2005).
Rumah Sakit Al-Fatah adalah salah satu UPT Dinas Kesehatan Propinsi Maluku yang keberadaannya dilandasi dengan keputusan Gubernur Maluku No.5 tahun 1999. Adapun alasan memilih RS Al-Fatah karena Rumah Sakit tersebut melakukan pelayanan kesehatan ibu dan anak, merupakan salah satu Rumah Sakit rujukan untuk kasus – kasus obstetric dan angka kejadian BBLR dalam beberapa tahun ini masih tinggi. Berdasarkan laporan tahunan kegiatan pelayanan RS Al-Fatah, angka prevalensi dari tahun 2004 – 2006 cukup tinggi yaitu 9,05% pada tahun 2004, meningkat pada tahun 2005 sebesar 7,79% dan pada tahun 2006 prevalensi BBLR adalah 7,15%. Dari data tersebut terlihat bahwa selama kurun waktu tiga tahun memperlihatkan adanya masalah BBLR di Rumah Sakit Al-Fatah.
Berdasarkan data yang didapatkan di Rumah Sakit Al-Fatah Ambon yakni pada tahun 2003 ada 64 (10,30%) kasus BBLR dari 621 bayi lahir hidup, tahun 2004 ada 51 (9,05%) kasus BBLR dari 563 bayi lahir hidup, dan pada tahun 2005 ada 65 (7,79%) dari 834 bayi lahir hidup yang menderita BBLR. Sedangkan pada tahun 2006 ada 46 (7,15%) kasus BBLRdari 643 bayi lahir hidup.
Melihat masih tingginya kejadian bayi berat lahir rendah di Maluku termasuk kota Ambon Khususnya di Rumah Sakit Al-Fatah Ambon, maka peneliti tertarik untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian BBLR di Rumah Sakit al-Fatah Ambon untuk periode januari – desember tahun 2006.
  1. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas maka dapat diberikan rumusan masalahnya sebagai berikut :
  1. Apakah umur ibu menjadi faktor risiko kejadian bayi berat lahir rendah di RS Al-Fatah Ambon tahun 2006 ?
  2. Apakah jarak kehamilan menjadi faktor risiko kejadian bayi berat lahir rendah di RS Al-Fatah Ambon tahun 2006 ?
  3. Apakah paritas ibu menjadi faktor risko kejadian bayi berat lahir rendah di RS Al-Fatah Ambon tahun 2006 ?
  4. Apakah kadar Hb menjadi faktor risiko kejadian bayi berat lahir rendah di RS Al-Fatah Ambon tahun 2006 ?
  5. Apakah pemeriksaan kehamilan/ANC menjadi faktor risiko kejadian bayi berat lahir rendah di RS Al-Fatah Ambon tahun 2006 ?
  1. Tujuan penelitian
  1. Tujuan umum
Untuk mengetahui faktor risiko kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) di RS Al-Fatah Ambon periode januari – desember tahun 2006.
  1. Tujuan khusus
  1. Untuk mengetahui umur ibu sebagai faktor risiko kejadian bayi berat lahir rendah di RS Al-Fatah Ambon tahun 2006.
  2. Untuk mengetahui jarak kehamilan sebagai faktor risiko kejadian bayi berat lahir rendah di RS Al-Fatah Ambon tahun 2006.
  3. Untuk mengetahui paritas ibu sebagai faktor risiko kejadian bayi berat lahir rendah di RS Al-Fatah Ambon tahun 2006.
  4. Untuk mengetahui kadar Hb sebagai faktor risiko kejadian bayi berat lahir rendah di RS Al-Fatah Ambon tahun 2006
  5. Untuk mengetahui pemeriksaan kehamilan/ANC sebagai faktor risiko kejadian bayi berat lahir rendah di RS Al-fatah Ambon tahun 2006.
  1. Manfaat Penelitian
  1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan yang dapat menambah wawasan khususnya mengenai faktor penyebab kejadian bayi beral lahir rendah (BBLR).
  1. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi segenap penentu kebijakan dan instansi terkait untuk memprioritaskan program kesehatan dalam upaya menurunkan angka kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR).


TINJAUAN PUSTAKA

  1. Tinjauan umum tentang bayi berat lahir rendah
  1. Pengertian bayi dengan berat badan lahir rendah
  2. Karakteristik bayi berat lahir rendah
  3. Upaya mencegah terjadinya persalinan prematuritas atau bayi dengan berat badan lahir rendah.
  1. Tinjauan umum tentang umur ibu
  2. Tinjauan Umum Tentang Jarak Kelahiran
  3. Tinjauan umum tentang paritas ibu
E. Tinjauan Umum Tentang Kadar HB Ibu
  1. Tinjauan umum tentang pemeriksaan kehamilan/ANC

KERANGKA KONGSEP
  1. Dasar Pemikiran Variabel yang diteliti
  1. Umur ibu
Umur ibu merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kejadian bayi dengan berat lahir rendah, dimana angka kejadian tertinggi BBLR adalah pada usia dibawah 20 tahun dan pada multigravida yang jarak antara kelahirannya terlalu dekat. Kejadian terendah adalah pada usia ibu antara 26 - 30 tahun (Hasan dkk, 2000).
  1. Jarak kelahiran
  1. Paritas ibu
d. Kadar HB
  1. Pemeriksaan kehamilan/ANC
  1. Pola Variabel Yang Diteliti
  2. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
  1. Berat badan lahir
  2. Umur ibu
  3. Jarak kelahiran
  4. Paritas ibu
  5. Kadar Hb Ibu
  6. Pemeriksaan kehamilan/ANC


METODE PENELITIAN
Download MP3 Musik
A. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional denga pendekatan case control study, dengan maksud untuk melihat apakah umur ibu, jarak kehamilan, paritas, kadar HB dan pemeriksaan kehamilan/ANC merupakan faktor resiko kejadian bayi berat lahir rendah.
B. Lokasi penelitian
Adapun lokasi penelitian adalah Rumah Sakit Al-Fatah Kota Ambon, propinsi Maluku
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Semua bayi yang dilahirkan hidup yang yang tercatat dalam rekam medik antara bulan januari sampai desember tahun 2006 dengan jumlah 643 bayi di Rumah Sakit Al-Fatah Kota Ambon.
2. Sampel
a. Kasus : Semua bayi yang lahir dengan berat badan rendah di Rumah Sakit Al-Fatah Ambon periode januari sampai desember tahun 2006.
b. Kontrol : Semua bayi yang lahir hidup di Rumah Sakit Al-Fatah Ambon periode januari sampai desember tahun 2006.
3. Besarnya sampel
Jumlah sample pada kelompok kasus sebanyak 46 orang yang terkena BBLR di Rumah Sakit Al-Fatah Ambon. Dan jumlah sample pada kelompok control sebanyak 92 orang yang tidak terkena BBLR, sehingga perbandingan antara kelompok kasus dan kelompok control yaitu 1 : 2 jadi total sample adalah sebanyak 138 orang.
4. Cara Pengambilan Sampel
Cara pengambilan sample dlakukan secara purposive sampling. Dengan criteria sample yang memiliki data yang lengkap, yang sesuai dengan variabel penelitian. Yang meliputi umur ibu, jarak kehamilan, paritas, kadar HB dan pemeriksaan kehamilan/ANC. Dengan cara mula-mula diambil sampel kasus, kemudian dipilih seperti kriteria seperti variable yang diteliti. Setelah itu di ambil sample control yang juga mempunyai kriteria yang sama.
D. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diolah dari rekam medik di Rumah Sakit Al-Fatah Ambon, propinsi maluku tahun 2006.
E. Pengolahan dan Penyajian Data
Data diolah dengan menggunakan bantuan elektronik berupa computer dengan metode sebagai berikut : membuat variable, input data, pengolahan data, dan disajikan dalam bentuk tabel dan penjelasan.
F. Analisis Data
Untuk menguji hipotesis nol (Ho) dengan analisis bivariat (oods Ratio) dengan menggunakan tabel 2 X 2
Interpretasi nilai OR dengan menggunakan interval kepercayaan 95% yakni :
OR <>
OR = 1, bukan factor risiko
OR > 1, berarti variable tersebut adalah factor risiko
Hubungan dikatakan bermakna apabila nilai lower limit dan upper limit tidak mencakup nilai 1.
Lower limit = OR x e ˉ­­
Upper limit = OR x eˉ
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
    1. Analisis Faktor Risiko Paritas Terhadap Kejadian BBLR
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebahagian besar ibu yang melaksanakan persalinan dengan paritas rendah minimal 3 anak (79,7%) yang menunjukkan bahwa ibu telah menerapkan normal keluarga kecil bahagia dan sejahtera sebagai salah satu bentuk program pembangunan kesehatan dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Paritas yang tinggi akan berdampak pada timbulnya berbagai masalah kesehatan baik bagi ibu maupun bayi yang dilahirkan. Salah satu dampak kesehatan yang mungkin timbul dari paritas yang tinggi adalah berhubungan dengan kejadian BBLR.
Sebagaimana hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu dengan paritas tinggi yang merupakan kelompok berisiko tinggi secara merata terdistribusi pada kelompok kasus dan kontrol (50%) yang memberi interpretasi bahwa paritas yang tinggi tidak mempengaruhi kesehatan ibu sehingga melahirkan bayi dengan berat lahir yang cenderung normal.
Pengaruh paritas terhadap kejadian BBLR berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa paritas merupakan faktor risiko penyebab kejadian BBLR pada bayi. Hal ini ditunjukkan dengan hasil pengujian statistik yang diperoleh nilai Odds Ratio (OR) = 2,438 sehingga dapat dikatakan bahwa paritas merupakan faktor risiko terhadap kejadian BBLR dimana ibu dengan paritas > 3 anak berisiko 2 kali terhadap melahirkan bayi dengan BBLR.
    1. Analisis Faktor Risiko Jarak Kelahiran Terhadap Kejadian BBLR
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebahagian besar ibu telah memiliki jarak antara kelahiran pada kategori renggang dan merupakan kelompok dengan risiko rendah (61,6%). Jarak kelahiran renggang pada penelitian ini jika rentang waktu antara satu kelahiran dengan kelahiran berikutnya minimal 2 tahun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu dengan jarak kelahiran yang rapat lebih banyak dengan kelahiran bayi dengan berat lahir yang tidak tergolong BBLR (54,7%) namun jika ditinjau dari angka pencapai tersebut masih relatif rendah yang memberi indikasi bahwa kejadian BBLR sendiri masih cenderung tinggi yang disebabkan karena jarak kelahiran yang terlalu dekat.
Hasil uji statistik diperoleh nilai Odds Ratio (OR) = 2,370 sehingga dapat dikatakan bahwa jarak kelahiran merupakan faktor risiko terhadap kejadian BBLR dimana ibu yang memiliki jarak kelahiran <>
    1. Analisis Faktor Risiko Kadar Haemoglobin Terhadap Kejadian BBLR
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih banyak dari ibu yang memiliki kadar haemoglobin yang berisiko (55,1%) dengan kadar haemoglobin dalam darah kurang 11 g/dl.. Kadar Hb yang normal pada penelitian ini adalah jika hasil pemeriksaan laboratorium darah ibu menunjukkan kadar ≥ 11 g/dl pada manusia normal.
Dampak kesehatan yang dapat dijadikan dasar dari pengaruh kejadian anemia pada ibu hamil salah satunya adalah kejadian berat bayi lahir rendah (BBLR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan kadar Hb kurang (mengalami anemia) lebih banyak yang melahirkan bayi tidak dengan BBLR (59,2%) yang memberi interpretasi bahwa kadar Hb tidak memberi pengaruh terhadap kejadian BBLR.
Namun jika dengan meninjau ibu dengan kadar haemoglobin yang tidak berisiko dengan kadar Hb 11 g/dl keatas lebih banyak tidak mengalami kelahiran bayi dengan BBLR dan menunjukkan peningkatan yang berarti (70,9%). Hal ini memberi indikasi bahwa semakin baiknya kadar Hb dalam darah merupakan wujud nyata terhadap status kesehatan ibu yang optimal dan sekaligus sebagai unsur penunjang dalam pelaksanaan proses persalinan.
Hasil uji statistik diperoleh nilai Odds Ratio (OR) = 2,159 sehingga dapat dikatakan bahwa kadar haemoglobin merupakan faktor risiko terhadap kejadian BBLR dimana ibu yang memiliki kadar haemoglobin <>
    1. Analisis Faktor Risiko Pemanfaatan Antenatal Care (ANC) Terhadap Kejadian BBLR
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih banyak dari ibu yang kurang memanfaatkan pemeriksaan pada masa kehamilan dan merupakan kelompok berisiko (51,4%). Pemeriksaan kehamilan yang lengkap dimaksudkan dalam penelitian ini adalah jika ibu telah melaksanakan pemeriksaan antenatal secara lengkap dan teratur mulai dari pemeriksaan kala 1 (KI) sampai kala 4 (Kala IV). Jadi frekuensi kunjungan ibu ke pelayanan kesehatan pada masa kehamilan harus dilaksanaka minimal 4 kali.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu dengan banyaknya pemeriksaan kehamilan yang kurang lengkap yang merupakan kelompok berisiko lebih banyak yang melahirkan bayi tidak dengan BBLR (50,7%) yang memberi indikasi bahwa pelayanan antenatal tidak memberi pengaruh terhadap status kesehatan bayi. Hal ini memberi gambaran akan adanya pengaruh dari faktor lain yang dapat berhubungan dengan penciptaan status gizi ibu yang optimal sehingga juga akan mendukung status kesehatan dan status gizi bayi yang dikandung dan lahir dengan tidak BBLR.
Selanjutnya berdasarkan hasil pengujian statistik diperoleh nilai Odds Ratio (OR) = 4,949 sehingga dapat dikatakan bahwa pemeriksaan kehamilan secara lengkap sebagai wujud pemanfaatan pelayanan antenatal care (ANC) merupakan faktor risiko terhadap kejadian BBLR dimana ibu yang tidak melaksanakan pemeriksaan kehamilan secara lengkap berisiko 5 kali untuk melahirkan bayi dengan BBLR.
Sedangkan dengan meninjau nilai Confidence Interval (CI) yang tidak mencakup nilai 1 (2,232 – 10,976) maka risiko yang ditimbulkan dikatakan bermakna, Ho ditolak. Sehingga dapat diinterpretasikan bahwa ibu yang kurang memanfaatkan pemeriksaan kehamilan dengan frekuensi kunjungan ke pelayanan ANC yang tidak secara lengkap memiliki hubungan yang bermakna terhadap kejadian BBLR pada bayi dan memiliki peluang untuk melahirkan bayi dengan berat lahir rendah <>


KESIMPULAN DAN SARAN
  1. Kesimpulan
    1. Paritas merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap kejadian BBLR sehingga ibu dengan paritas lebih dari 3 anak berrisiko 2,4 kali untuk melahirkan bayi dengan BBLR
    2. Jarak kelahiran merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap kejadian BBLR sehingga ibu dengan jarak antara kelahiran <>
    3. Kadar Haemoglobin merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap kejadian BBLR sehingga ibu dengan kadar haemoglobin dalam darah yang kurang dari 11 g/dl berrisiko 2,2 kali untuk melahirkan bayi dengan BBLR
    4. Pemanfaatan pelayanan ANC merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap kejadian BBLR sehingga ibu yang kurang memanfaatkan pelayanan ANC dengan frekuensi kunjungan pemeriksaan kehamilan yang tidak lengkap minimal 4 kali berrisiko 5 kali untuk melahirkan bayi dengan BBLR
  1. Saran
    1. Perlunya peningkatan pembinaan kepada masyarakat tentang norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera sehingga dapat meningkatkan taraf kesejahteraan keluarga yang tidak hanya melibatkan ibu namun dengan adanya dukungan dari suami sehingga perwujudan masyarakat sehat dapat dicapai secara optimal.
    2. Perlunya pemberian informasi secara aktual kepada ibu dan suami untuk mengatur jarak kelahiran dalam rangka mencegah timbulnya berbagai dampak kesehatan pada masa kehamilan dan persalinan.
    3. Perlunya pula peningkatan kesadaran dari ibu tentang pentingnya pelaksanaan pemeriksaan kesehatan khususnya pemeriksaan pada masa kehamilan yang dilakukan secara lengkap melalui pemberian informasi akan pentingnya pemeriksaan kehamilan dalam rangka kontrol kesehatan ibu dan bayi pada masa kehamilan
    4. Adanya pengetahuan tentang pentingnya hidup sehat pada ibu khususnya pada masa kehamilan dengan penerapan pola makan teratur dan seimbang sehingga dapat memenuhi kebutuhan nutrisi ibu dan bayi yang dikandungnya yang juga merupakan unsur pendukung pencapaian status kesehatan yang optimal baik ibu maupun bayi yang dikandungnya.

Dokument lengkap dapat menghubungi
Rhano
Phone : 085242854524
BEBERAPA FAKTOR RISIKO KEJADIAN BBLR DI RUMAH SAKIT
AL FATAH AMBON PERIODE JANUARI – DESEMBER
TAHUN 2006

Oleh :

Tim Peneliti
Zaenab R. SKM dan Joeharno, SKM


ABSTRAK


BEBERAPA FAKTOR RISIKO KEJADIAN BBLR DI RUMAH SAKIT AL FATAH AMBON PERIODE JANUARI – DESEMBER TAHUN 2006”
Xii + 69 halaman + 12 tabel + 8 lampiran
BBLR merupakan masalah kesehatan yang sering dialami pada sebahagian besar masyarakat yang ditandai dengan berat lahir yang kurang dari 2500 gram. Kejadian BBLR pada dasarnya berhubungan dengan kurangnya pemenuhan nutrisi pada masa kehamilan ibu dan hal ini berhubungan dengan banyak faktor dan lebih utama pada masalah perekonomian keluarga sehingga pemenuhan kebutuhan konsumsi makanan pun kurang. Namun kejadian BBLR juga dapat terjadi tidak hanya karena aspek perekonomian, dimana kejadian BBLR dapat saja terjadi pada mereka dengan status perekonomian yang cukup. Dan hal ini terkait adanya pengaruh dari berbagai faktor yang pada penelitian ini mencakup paritas, jarak kelahiran, kadar haemoglobin dan pemanfaatan pelayanan antenatal.
Jenis penelitian yang diguanakan adalah observasional dengan rancangan Case Control Study yang bertujuan untuk menganalisis besar risiko paritas, jarak kelahiran, kadar haemoglobin dan pemanfaatan pelayanan antenatal terhadap kejadian BBLR dengan mengambil subjek penelitian pada data rekam medis Rumah Sakit Umum Al Fatah Ambon periode Januari – Desember 2006.
Sampel penelitian dibedakan atas kasus (kelahiran bayi dengan BBLR) dan kontrol (kelahiran bayi tidak dengan BBLR) sebanyak 138 dengan perbandingan sampel 1 : 2 antara kasus dan kontrol. Pengumpulan data dengan melaksanakan penelusuran status rekam medis pada instalasi kebidanan. Pengolahan data secara komputerisasi dengan analisis data berdasarkan uji statistik Odds Ratio. Penyajian data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi analisi univariat dan tabel silang analisis bivariat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa paritas merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap kejadian BBLR sehingga ibu dengan paritas lebih dari 3 anak berrisiko 2,4 kali untuk melahirkan bayi dengan BBLR, Jarak kelahiran merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap kejadian BBLR sehingga ibu dengan jarak antara kelahiran <>
Saran yang diajukan pada penelitian ini adalah Perlunya peningkatan pembinaan kepada masyarakat tentang norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera sehingga dapat meningkatkan taraf kesejahteraan keluarga yang tidak hanya melibatkan ibu namun dengan adanya dukungan dari suami sehingga perwujudan masyarakat sehat dapat dicapai secara optimal, pemberian informasi secara aktual kepada ibu dan suami untuk mengatur jarak kelahiran dalam rangka mencegah timbulnya berbagai dampak kesehatan pada masa kehamilan dan persalinan, peningkatan kesadaran dari ibu tentang pentingnya pelaksanaan pemeriksaan kesehatan khususnya pemeriksaan pada masa kehamilan yang dilakukan secara lengkap melalui pemberian informasi akan pentingnya pemeriksaan kehamilan dalam rangka kontrol kesehatan ibu dan bayi pada masa kehamilan dan peningkatan pengetahuan tentang pentingnya hidup sehat pada ibu khususnya pada masa kehamilan dengan penerapan pola makan teratur dan seimbang sehingga dapat memenuhi kebutuhan nutrisi ibu dan bayi yang dikandungnya yang juga merupakan unsur pendukung pencapaian status kesehatan yang optimal baik ibu maupun bayi yang dikandungnya.
Kepustakaan : 32 (1982 – 2006)
P E N D A H U L U A N
  1. Latar Belakang
Bayi lahir dengan berat lahir renndah (BBLR) merupakan salah satu faktor resiko yanng mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya sehingga membutuhkan biaya perawatan yang tinggi (Anonim, 2006).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah salah satu hasil dari ibu hamil yang menderita energi kronis dan akan mempunyai status gizi buruk. BBLR berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius pada kualitas generasi mendatang, yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan perkembangan anak, serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan (Depkes RI, 2005).
Menurut perkiraan WHO, pada tahun 1995 hampir semua (98%) dari 5 juta kematian neonatal di negara berkembang atau berpenghasilan rendah. Lebih dari dua per tiga kematian adalah BBLR yaitu berat badan lahir kurang dari 2500 gram. Secara global diperkirakan terdapat 25 juta persalinan per tahun dimana 17% diantaranya adalah BBLR dan hampir semua terjadi di Negara berkembang (Hadi, 2001).
Data epidemiologi di Inggris dan berbagai Negara maju lainnya memperlihatkan, setelah menjadi dewasa bayi dengan berat ringan untuk masa kehamilannya akan lebih mudah terkena penyakit kronis seperti Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 maupun penyakit kordiovaskuler (PKV) (Sayogo, 2003).
Berdasarkan hasil pengumpulan data indikator kesehatan propinsi yang berasal dari fasilitas pelayanan kesehatan, proporsi BBLR pada tahun 2000 berkisar antara 0,91% (Gorontalo) dan 18,89% (Jawa Tengah), sedangkan pada tahun 2001 berkisar antara 0,54% (NAD) dan 6,90% (Sumatra Utara). Angka tersebut belum mencerminkan kondisi sebenarnya yang ada di masyarakat karena belum semua berat badan bayi yang dilahirkan dapat dipantau oleh petugas kesehatan, khususnya yang ditolong oleh dukun atau tenaga non kesehatan lainnya (Profil Kesehatan RI, 2004).
Secara umum Indonesia belum mempunyai angka untuk bayi berat lahir rendah (BBLR) yang diperoleh berdasarkan survai nasional. Proporsi BBLR ditentukan berdasarkan estimasi yang sifatnya sangat kasar, yaitu berkisar antara 7 – 14% selama periode 1999 – 2000. Jika proporsi ibu hamil adalah 2,5% dari total penduduk maka setiap tahun diperkirakan 355.000 – 710.000 dari 5 juta bayi lahir dengan kondisi BBLR (Depkes RI, 2001).
Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat adalah angka kematian bayi (AKB). Angka kematian bayi di Indonesia saat ini masih tergolong tinggi. Angka kematian bayi di Indoesia tercatat 51,0 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2003, ini memang bukan gambaran yang indah karena masih terbilang tinggi bila di bandingkan dengan Negara –negara di bagian ASEAN. pennyebab kematian bayi terbanyak adalah karena gangguan perinatal. Dari seluruh kematian perinatal sekitar 2 – 27% disebabkan karena kelahiran bayi berat lahir rendah (BBLR). Sementara itu prevalensi BBLR pada saat ini diperkirakan 7 – 14% yaitu sekitar 459.200 – 900.000 bayi (Depkes RI, 2005).
Proporsi BBLR dapat diketahui berdasarkan estimasi dari Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI). Pada tahun 1992 – 1997 yaitu secara nasional proporsi bayi dengan berat badan lahir rendah yaitu 7,7% untuk perkotaan 6,6%, dan untuk pedesaan 8,4. Dan pada tahun 2002 – 2003 angka proporsi BBLR tidak mengalami penurunan yaitu sekitar 7,6% (Profil Kesehatan Propinsi Sulsel, 2005).
Hasil penelitian Rumah Sakit maupun Puskesmas menyatakan bahwa pada tahun 1999 tercatat kejadian BBLR sebesar 3,27% dari 25.422 bayi lahir hidup. Data di wilayah Puskesmas pada tahun 2000 menggambarkan bahwa bayi lahir hidup <2500>
BBLR bervariasi menurut propinsi dengan rentang 2,0% - 15,1% terendah di propinsi Sumatra Utara dan tertinggi di Sulawesi Selatan, tercatat bahwa jumlah bayi dengan BBLR sebanyak 1.554 (1,2% dari total bayi lahir) dan yang tertangani sebanyak 1.178 orang (75,8%), dengan kasus tertinggi terjadi di Kota Makassar yaitu 355 kasus (2,63%) dari 13.486 bayi lahir hidup dan yang terendah di Kabupaten Pangkep hanya 3 kasus (Profil Kesehatan Propinsi Sulsel,2005).
Rumah Sakit Al-Fatah adalah salah satu UPT Dinas Kesehatan Propinsi Maluku yang keberadaannya dilandasi dengan keputusan Gubernur Maluku No.5 tahun 1999. Adapun alasan memilih RS Al-Fatah karena Rumah Sakit tersebut melakukan pelayanan kesehatan ibu dan anak, merupakan salah satu Rumah Sakit rujukan untuk kasus – kasus obstetric dan angka kejadian BBLR dalam beberapa tahun ini masih tinggi. Berdasarkan laporan tahunan kegiatan pelayanan RS Al-Fatah, angka prevalensi dari tahun 2004 – 2006 cukup tinggi yaitu 9,05% pada tahun 2004, meningkat pada tahun 2005 sebesar 7,79% dan pada tahun 2006 prevalensi BBLR adalah 7,15%. Dari data tersebut terlihat bahwa selama kurun waktu tiga tahun memperlihatkan adanya masalah BBLR di Rumah Sakit Al-Fatah.
Berdasarkan data yang didapatkan di Rumah Sakit Al-Fatah Ambon yakni pada tahun 2003 ada 64 (10,30%) kasus BBLR dari 621 bayi lahir hidup, tahun 2004 ada 51 (9,05%) kasus BBLR dari 563 bayi lahir hidup, dan pada tahun 2005 ada 65 (7,79%) dari 834 bayi lahir hidup yang menderita BBLR. Sedangkan pada tahun 2006 ada 46 (7,15%) kasus BBLRdari 643 bayi lahir hidup.
Melihat masih tingginya kejadian bayi berat lahir rendah di Maluku termasuk kota Ambon Khususnya di Rumah Sakit Al-Fatah Ambon, maka peneliti tertarik untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian BBLR di Rumah Sakit al-Fatah Ambon untuk periode januari – desember tahun 2006.
  1. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas maka dapat diberikan rumusan masalahnya sebagai berikut :
  1. Apakah umur ibu menjadi faktor risiko kejadian bayi berat lahir rendah di RS Al-Fatah Ambon tahun 2006 ?
  2. Apakah jarak kehamilan menjadi faktor risiko kejadian bayi berat lahir rendah di RS Al-Fatah Ambon tahun 2006 ?
  3. Apakah paritas ibu menjadi faktor risko kejadian bayi berat lahir rendah di RS Al-Fatah Ambon tahun 2006 ?
  4. Apakah kadar Hb menjadi faktor risiko kejadian bayi berat lahir rendah di RS Al-Fatah Ambon tahun 2006 ?
  5. Apakah pemeriksaan kehamilan/ANC menjadi faktor risiko kejadian bayi berat lahir rendah di RS Al-Fatah Ambon tahun 2006 ?
  1. Tujuan penelitian
  1. Tujuan umum
Untuk mengetahui faktor risiko kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) di RS Al-Fatah Ambon periode januari – desember tahun 2006.
  1. Tujuan khusus
  1. Untuk mengetahui umur ibu sebagai faktor risiko kejadian bayi berat lahir rendah di RS Al-Fatah Ambon tahun 2006.
  2. Untuk mengetahui jarak kehamilan sebagai faktor risiko kejadian bayi berat lahir rendah di RS Al-Fatah Ambon tahun 2006.
  3. Untuk mengetahui paritas ibu sebagai faktor risiko kejadian bayi berat lahir rendah di RS Al-Fatah Ambon tahun 2006.
  4. Untuk mengetahui kadar Hb sebagai faktor risiko kejadian bayi berat lahir rendah di RS Al-Fatah Ambon tahun 2006
  5. Untuk mengetahui pemeriksaan kehamilan/ANC sebagai faktor risiko kejadian bayi berat lahir rendah di RS Al-fatah Ambon tahun 2006.
  1. Manfaat Penelitian
  1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan yang dapat menambah wawasan khususnya mengenai faktor penyebab kejadian bayi beral lahir rendah (BBLR).
  1. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi segenap penentu kebijakan dan instansi terkait untuk memprioritaskan program kesehatan dalam upaya menurunkan angka kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR).


TINJAUAN PUSTAKA

  1. Tinjauan umum tentang bayi berat lahir rendah
  1. Pengertian bayi dengan berat badan lahir rendah
  2. Karakteristik bayi berat lahir rendah
  3. Upaya mencegah terjadinya persalinan prematuritas atau bayi dengan berat badan lahir rendah.
  1. Tinjauan umum tentang umur ibu
  2. Tinjauan Umum Tentang Jarak Kelahiran
  3. Tinjauan umum tentang paritas ibu
E. Tinjauan Umum Tentang Kadar HB Ibu
  1. Tinjauan umum tentang pemeriksaan kehamilan/ANC

KERANGKA KONGSEP
  1. Dasar Pemikiran Variabel yang diteliti
  1. Umur ibu
Umur ibu merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kejadian bayi dengan berat lahir rendah, dimana angka kejadian tertinggi BBLR adalah pada usia dibawah 20 tahun dan pada multigravida yang jarak antara kelahirannya terlalu dekat. Kejadian terendah adalah pada usia ibu antara 26 - 30 tahun (Hasan dkk, 2000).
  1. Jarak kelahiran
  1. Paritas ibu
d. Kadar HB
  1. Pemeriksaan kehamilan/ANC
  1. Pola Variabel Yang Diteliti
  2. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
  1. Berat badan lahir
  2. Umur ibu
  3. Jarak kelahiran
  4. Paritas ibu
  5. Kadar Hb Ibu
  6. Pemeriksaan kehamilan/ANC


METODE PENELITIAN
Download MP3 Musik
A. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional denga pendekatan case control study, dengan maksud untuk melihat apakah umur ibu, jarak kehamilan, paritas, kadar HB dan pemeriksaan kehamilan/ANC merupakan faktor resiko kejadian bayi berat lahir rendah.
B. Lokasi penelitian
Adapun lokasi penelitian adalah Rumah Sakit Al-Fatah Kota Ambon, propinsi Maluku
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Semua bayi yang dilahirkan hidup yang yang tercatat dalam rekam medik antara bulan januari sampai desember tahun 2006 dengan jumlah 643 bayi di Rumah Sakit Al-Fatah Kota Ambon.
2. Sampel
a. Kasus : Semua bayi yang lahir dengan berat badan rendah di Rumah Sakit Al-Fatah Ambon periode januari sampai desember tahun 2006.
b. Kontrol : Semua bayi yang lahir hidup di Rumah Sakit Al-Fatah Ambon periode januari sampai desember tahun 2006.
3. Besarnya sampel
Jumlah sample pada kelompok kasus sebanyak 46 orang yang terkena BBLR di Rumah Sakit Al-Fatah Ambon. Dan jumlah sample pada kelompok control sebanyak 92 orang yang tidak terkena BBLR, sehingga perbandingan antara kelompok kasus dan kelompok control yaitu 1 : 2 jadi total sample adalah sebanyak 138 orang.
4. Cara Pengambilan Sampel
Cara pengambilan sample dlakukan secara purposive sampling. Dengan criteria sample yang memiliki data yang lengkap, yang sesuai dengan variabel penelitian. Yang meliputi umur ibu, jarak kehamilan, paritas, kadar HB dan pemeriksaan kehamilan/ANC. Dengan cara mula-mula diambil sampel kasus, kemudian dipilih seperti kriteria seperti variable yang diteliti. Setelah itu di ambil sample control yang juga mempunyai kriteria yang sama.
D. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diolah dari rekam medik di Rumah Sakit Al-Fatah Ambon, propinsi maluku tahun 2006.
E. Pengolahan dan Penyajian Data
Data diolah dengan menggunakan bantuan elektronik berupa computer dengan metode sebagai berikut : membuat variable, input data, pengolahan data, dan disajikan dalam bentuk tabel dan penjelasan.
F. Analisis Data
Untuk menguji hipotesis nol (Ho) dengan analisis bivariat (oods Ratio) dengan menggunakan tabel 2 X 2
Interpretasi nilai OR dengan menggunakan interval kepercayaan 95% yakni :
OR <>
OR = 1, bukan factor risiko
OR > 1, berarti variable tersebut adalah factor risiko
Hubungan dikatakan bermakna apabila nilai lower limit dan upper limit tidak mencakup nilai 1.
Lower limit = OR x e ˉ­­
Upper limit = OR x eˉ
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
    1. Analisis Faktor Risiko Paritas Terhadap Kejadian BBLR
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebahagian besar ibu yang melaksanakan persalinan dengan paritas rendah minimal 3 anak (79,7%) yang menunjukkan bahwa ibu telah menerapkan normal keluarga kecil bahagia dan sejahtera sebagai salah satu bentuk program pembangunan kesehatan dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Paritas yang tinggi akan berdampak pada timbulnya berbagai masalah kesehatan baik bagi ibu maupun bayi yang dilahirkan. Salah satu dampak kesehatan yang mungkin timbul dari paritas yang tinggi adalah berhubungan dengan kejadian BBLR.
Sebagaimana hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu dengan paritas tinggi yang merupakan kelompok berisiko tinggi secara merata terdistribusi pada kelompok kasus dan kontrol (50%) yang memberi interpretasi bahwa paritas yang tinggi tidak mempengaruhi kesehatan ibu sehingga melahirkan bayi dengan berat lahir yang cenderung normal.
Pengaruh paritas terhadap kejadian BBLR berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa paritas merupakan faktor risiko penyebab kejadian BBLR pada bayi. Hal ini ditunjukkan dengan hasil pengujian statistik yang diperoleh nilai Odds Ratio (OR) = 2,438 sehingga dapat dikatakan bahwa paritas merupakan faktor risiko terhadap kejadian BBLR dimana ibu dengan paritas > 3 anak berisiko 2 kali terhadap melahirkan bayi dengan BBLR.
    1. Analisis Faktor Risiko Jarak Kelahiran Terhadap Kejadian BBLR
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebahagian besar ibu telah memiliki jarak antara kelahiran pada kategori renggang dan merupakan kelompok dengan risiko rendah (61,6%). Jarak kelahiran renggang pada penelitian ini jika rentang waktu antara satu kelahiran dengan kelahiran berikutnya minimal 2 tahun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu dengan jarak kelahiran yang rapat lebih banyak dengan kelahiran bayi dengan berat lahir yang tidak tergolong BBLR (54,7%) namun jika ditinjau dari angka pencapai tersebut masih relatif rendah yang memberi indikasi bahwa kejadian BBLR sendiri masih cenderung tinggi yang disebabkan karena jarak kelahiran yang terlalu dekat.
Hasil uji statistik diperoleh nilai Odds Ratio (OR) = 2,370 sehingga dapat dikatakan bahwa jarak kelahiran merupakan faktor risiko terhadap kejadian BBLR dimana ibu yang memiliki jarak kelahiran <>
    1. Analisis Faktor Risiko Kadar Haemoglobin Terhadap Kejadian BBLR
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih banyak dari ibu yang memiliki kadar haemoglobin yang berisiko (55,1%) dengan kadar haemoglobin dalam darah kurang 11 g/dl.. Kadar Hb yang normal pada penelitian ini adalah jika hasil pemeriksaan laboratorium darah ibu menunjukkan kadar ≥ 11 g/dl pada manusia normal.
Dampak kesehatan yang dapat dijadikan dasar dari pengaruh kejadian anemia pada ibu hamil salah satunya adalah kejadian berat bayi lahir rendah (BBLR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan kadar Hb kurang (mengalami anemia) lebih banyak yang melahirkan bayi tidak dengan BBLR (59,2%) yang memberi interpretasi bahwa kadar Hb tidak memberi pengaruh terhadap kejadian BBLR.
Namun jika dengan meninjau ibu dengan kadar haemoglobin yang tidak berisiko dengan kadar Hb 11 g/dl keatas lebih banyak tidak mengalami kelahiran bayi dengan BBLR dan menunjukkan peningkatan yang berarti (70,9%). Hal ini memberi indikasi bahwa semakin baiknya kadar Hb dalam darah merupakan wujud nyata terhadap status kesehatan ibu yang optimal dan sekaligus sebagai unsur penunjang dalam pelaksanaan proses persalinan.
Hasil uji statistik diperoleh nilai Odds Ratio (OR) = 2,159 sehingga dapat dikatakan bahwa kadar haemoglobin merupakan faktor risiko terhadap kejadian BBLR dimana ibu yang memiliki kadar haemoglobin <>
    1. Analisis Faktor Risiko Pemanfaatan Antenatal Care (ANC) Terhadap Kejadian BBLR
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih banyak dari ibu yang kurang memanfaatkan pemeriksaan pada masa kehamilan dan merupakan kelompok berisiko (51,4%). Pemeriksaan kehamilan yang lengkap dimaksudkan dalam penelitian ini adalah jika ibu telah melaksanakan pemeriksaan antenatal secara lengkap dan teratur mulai dari pemeriksaan kala 1 (KI) sampai kala 4 (Kala IV). Jadi frekuensi kunjungan ibu ke pelayanan kesehatan pada masa kehamilan harus dilaksanaka minimal 4 kali.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu dengan banyaknya pemeriksaan kehamilan yang kurang lengkap yang merupakan kelompok berisiko lebih banyak yang melahirkan bayi tidak dengan BBLR (50,7%) yang memberi indikasi bahwa pelayanan antenatal tidak memberi pengaruh terhadap status kesehatan bayi. Hal ini memberi gambaran akan adanya pengaruh dari faktor lain yang dapat berhubungan dengan penciptaan status gizi ibu yang optimal sehingga juga akan mendukung status kesehatan dan status gizi bayi yang dikandung dan lahir dengan tidak BBLR.
Selanjutnya berdasarkan hasil pengujian statistik diperoleh nilai Odds Ratio (OR) = 4,949 sehingga dapat dikatakan bahwa pemeriksaan kehamilan secara lengkap sebagai wujud pemanfaatan pelayanan antenatal care (ANC) merupakan faktor risiko terhadap kejadian BBLR dimana ibu yang tidak melaksanakan pemeriksaan kehamilan secara lengkap berisiko 5 kali untuk melahirkan bayi dengan BBLR.
Sedangkan dengan meninjau nilai Confidence Interval (CI) yang tidak mencakup nilai 1 (2,232 – 10,976) maka risiko yang ditimbulkan dikatakan bermakna, Ho ditolak. Sehingga dapat diinterpretasikan bahwa ibu yang kurang memanfaatkan pemeriksaan kehamilan dengan frekuensi kunjungan ke pelayanan ANC yang tidak secara lengkap memiliki hubungan yang bermakna terhadap kejadian BBLR pada bayi dan memiliki peluang untuk melahirkan bayi dengan berat lahir rendah <>


KESIMPULAN DAN SARAN
  1. Kesimpulan
    1. Paritas merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap kejadian BBLR sehingga ibu dengan paritas lebih dari 3 anak berrisiko 2,4 kali untuk melahirkan bayi dengan BBLR
    2. Jarak kelahiran merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap kejadian BBLR sehingga ibu dengan jarak antara kelahiran <>
    3. Kadar Haemoglobin merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap kejadian BBLR sehingga ibu dengan kadar haemoglobin dalam darah yang kurang dari 11 g/dl berrisiko 2,2 kali untuk melahirkan bayi dengan BBLR
    4. Pemanfaatan pelayanan ANC merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap kejadian BBLR sehingga ibu yang kurang memanfaatkan pelayanan ANC dengan frekuensi kunjungan pemeriksaan kehamilan yang tidak lengkap minimal 4 kali berrisiko 5 kali untuk melahirkan bayi dengan BBLR
  1. Saran
    1. Perlunya peningkatan pembinaan kepada masyarakat tentang norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera sehingga dapat meningkatkan taraf kesejahteraan keluarga yang tidak hanya melibatkan ibu namun dengan adanya dukungan dari suami sehingga perwujudan masyarakat sehat dapat dicapai secara optimal.
    2. Perlunya pemberian informasi secara aktual kepada ibu dan suami untuk mengatur jarak kelahiran dalam rangka mencegah timbulnya berbagai dampak kesehatan pada masa kehamilan dan persalinan.
    3. Perlunya pula peningkatan kesadaran dari ibu tentang pentingnya pelaksanaan pemeriksaan kesehatan khususnya pemeriksaan pada masa kehamilan yang dilakukan secara lengkap melalui pemberian informasi akan pentingnya pemeriksaan kehamilan dalam rangka kontrol kesehatan ibu dan bayi pada masa kehamilan
    4. Adanya pengetahuan tentang pentingnya hidup sehat pada ibu khususnya pada masa kehamilan dengan penerapan pola makan teratur dan seimbang sehingga dapat memenuhi kebutuhan nutrisi ibu dan bayi yang dikandungnya yang juga merupakan unsur pendukung pencapaian status kesehatan yang optimal baik ibu maupun bayi yang dikandungnya.

Dokument lengkap dapat menghubungi
Rhano
Phone : 085242854524