-->
Tampilkan postingan dengan label penginapan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label penginapan. Tampilkan semua postingan
Mewahnya Akomodasi Kapal Pesiar Royal Caribbean
Lihat Detail

Mewahnya Akomodasi Kapal Pesiar Royal Caribbean


Sebelum naik ke kapal pesiar Royal Caribbean, saya deg-deg-an membayangkan bagaimana nanti kalau saya mabuk laut. Maklum lah, nenek moyang saya bukan pelaut. Saya kembali teringat pengalaman ngehe menyeberang selat Bass dari Tasmania, pusing banget terombang-ambing di lautan meski cuma berlayar semalam. Juga pengalaman terakhir kami LOB menyusuri sungai Sekonyer di Tanjung Puting National Park. Kapal kelotoknya sih jalan pelan-pelan, tapi dua hari setelah kembali ke darat, rasanya badan masih terayun-ayun di sungai.

Tapi rasa penasaran saya pada kapal pesiar mengalahkan kecemasan saya. Dan... begitu lihat kamar dan balkonnya, rasa gugup saya langsung lenyap, berganti dengan excitement. Batin saya, "Ini sih hotel terapung bintang lima!"


Our room
Handuk binatang imut, tiap hari ada di kamar


Kita bisa tahu lokasi kapal dari TV di kamar
 
 

Kami berempat mendapatkan dua kamar (stateroom) di deck 6. Untuk keluarga sebenarnya bisa pesan family room untuk berempat, atau connecting room. Kamar standar mempunyai tempat tidur ukuran king, yang bisa dipisah menjadi dua single bed.

Fasilitas kamar kami ini lengkap seperti layaknya kamar hotel di darat. Ada sofa, televisi yang dilengkapi dengan program untuk anak-anak (Dreamworks), ketel listrik, kopi dan teh, minibar, lemari dan tentu saja pelampung. Kalau ada penghuni anak-anak, room attendant akan memberikan pelampung khusus anak-anak. Colokan listriknya sama dengan di Indonesia, jadi tidak perlu menggunakan konektor.  

Kamar mandinya cukup nyaman dan bersih. Sabun, sampo, dan handuk sudah disediakan, tapi kita perlu membawa sikat dan pasta gigi sendiri. Alat pengering rambut juga tersedia.

Kasurnya sangat nyaman untuk tidur. Kalau sudah ketemu kasur, rasanya susah buat keluar kamar lagi, hehehe. Beberapa kali kami niatnya rehat sejenak di antara aktivitas di kapal, eh jadinya Big A atau Little A malah tidur siang. Little A juga senang setiap kali menyalakan TV, ada film kartun dari Dreamworks. Setelah nonton filmnya bisa langsung meet and greet dengan karakter aslinya, sesuai jadwal yang diadakan.

Setiap kamar punya room attendant atau buttler yang akan membersihkan kamar sehari dua kali. Kamar kami, 6668, room attendant-nya Pak Awit dari Indonesia. Enak kan, kalau mau minta apa-apa bisa pakai bahasa Indonesia aja :D Pak Awit ini sopan, ramah, dan rajin. Room attendant juga yang memastikan setiap penghuni kapal ikut "drill", latihan penyelamatan dalam keadaan darurat. Sebelum kapal berangkat, sekitar jam 4 sore sirine dibunyikan. Semua penghuni harus keluar kapal sesuai dengan nomor titik berkumpul yang ada di seapass card. Setelah berkumpul, kami diberi peragaan cara menggunakan pelampung. Anak-anak diberi gelang sesuai nomor titik kumpul tadi.   

From where I sleep ;)
Tumben Big A mau berpose :p
Little A menikmati pemandangan Langkawi

Foto oleh Nabila Azzahra
Apa yang paling asyik di kamar kami? Jawabnya adalah balkon! Dari balkon, kita bisa melihat kesibukan di pelabuhan, laut lepas, dan pemandangan pulau atau kota ketika kapal akan berlabuh. Tiap pagi bisa melihat matahari terbit, dan sorenya bisa melihat matahari terbenam. Kadang kami juga dihadiahi pelangi yang cantik setelah hujan usai. Kalau menginap di hotel, kami hanya bisa melihat satu view yang sama. Tapi kalau ikut cruise, pemandangannya bisa beda-beda tiap hari.


Rute kapal kami yang berlayar selama 4 malam adalah Singapura - Port Klang (KL) - Langkawi - Singapura. Di hari pertama kami bisa menikmati pemandangan pelabuhan Singapura yang sibuk. Di hari kedua, kami disuguhi pemandangan Port Klang Malaysia yang relatif lebih sepi dan tenang. Hari ketiga pemandangannya super sekali, gugusan pulau di Langkawi.
 
Saya sendiri cukup senang bisa duduk bengong di balkon sambil minum minuman hangat. Melihat air bergerak pelan ditinggalkan kapal yang melaju benar-benar membuat saya rileks. Tidak ada di antara kami berempat yang mabuk laut :D





Ada beberapa pilihan kamar di kapal pesiar Royal Caribbean. Yang paling istimewa adalah suite dengan balkon pribadi, bath tub, dan juga pelayan pribadi. Setingkat di bawahnya adalah kamar dengan balkon. Yang lebih hemat lagi adalah kamar dengan sea view, jendela yang menghadap laut. Pilihan yang paling hemat adalah stateroom interior, yaitu kamar yang menghadap ke dalam kapal. Ada yang mempunyai balkon menghadap ke promenade (semacam Mal di dalam kapal). Keuntungannya, penghuninya bisa melihat parade atau atraksi di promenade, cukup dari dalam kamar.


Tarif stateroom interior sekitar $400 per orang untuk cruise selama 4 malam. Sementara untuk stateroom dengan balkon, harganya sekitar $600 per orang untuk cruise 4 malam. Harga ini sudah termasuk pajak, biaya pelabuhan, tip, makanan, dan hiburan di kapal. Tarif selengkapnya bisa dicek di website www.royalcaribbean.com.

Harga segitu, dibandingkan dengan apa yang didapat (biaya liburan all in), tidaklah begitu mahal. Tahu sendiri kan, harga kamar hotel di Singapura aja semalam nyampai berapa. Benefit lain dari cruising adalah nggak perlu ribet bongkar koper dan cek in pesawat, tapi sudah nyampai ke beberapa destinasi. Keuntungannya mirip dengan liburan naik campervan, hanya saja ini memakai jalur laut.

Balkon yang menghadap promenade

Balkon kamar interior

Budget liburan dengan kapal pesiar atau cruising sudah fullboard, artinya biaya yang kita keluarkan sudah termasuk makanan 3x sehari. Selain cruising, biasanya ada resort yang menawarkan liburan full board juga. Tapi keuntungan naik kapal pesiar, kita tidak hanya makannya saja yang dijamin, tapi juga ada hiburan dan aktivitas seru lainnya yang bisa dicoba. Untuk aktivitas yang cocok dilakukan oleh keluarga akan saya buatkan post tersendiri ya.

Makanan di kapal pesiar Royal Caribbean melimpah ruah. Dijamin tidak akan kelaparan di sini. Kalau memilih leyeh-leyeh di kamar pun, kita bisa pesan room servis, gratis! Biaya hanya dikenakan untuk pemesanan tengah malam.



Untuk sarapan prasmanan seperti di hotel, ada restoran Windjammer. Kalau bisa datang pagi dan langit kebetulan cerah, kita bakal sarapan dengan pemandangan sunrise yang cantik. Meski pilihan makanan berlimpah, saya dan anak-anak ternyata nggak bisa mengubah kebiasaan sarapan favorit kami. Saya tetap sarapan dengan buah potong, salad sayuran, dan kopi. Big A sarapan dengan hash brown dan omelet, sementara Little A dengan roti panggang dioles selai. Alhamdulillah ada susu full cream untuk melengkapi sarapan duo precils.

Selain Windjammer, kita bisa sarapan di restoran ala carte seperti di Rhapsody in Blue atau Top Hat and Tails. Di sini kita harus antre untuk mendapatkan tempat duduk, dan menu sarapannya pun akan disiapkan pelayan. Kita bisa minta dibuatkan bagel salmon atau french toast. Tapi di sini pun saya tetap sarapan dengan granola, buah, dan yoghurt. Yang penting kopinya enak!


Untuk makan siang, kita bisa tetap makan di Windjammer. Menu untuk makan siang tentu berbeda dengan menu sarapan. Atau kalau bosen prasmanan, bisa mencoba beberapa restoran yang berbayar, seperti Johnny Rockets yang menyajikan hamburger atau Giovannis' Table yang merupakan restoran Italia.

Tetap setia sama yang gratisan saja? Bisa mencoba gerai hot dog atau gerai es krim di dekat kolam renang.



Masih lapar di luar jam makan? Ada kafe yang buka 24 jam! Kafe Promenade ini letaknya di 'Mal' di dalam kapal. Menunya makanan ringan seperti sandwich, pizza, puding, cheesecake, cookies, muffin, dan berbagai minuman hangat maupun dingin.

Kalau di kapal pesiar, sudah biasa makannya nggak 3 kali, tapi 5 kali sehari, hehehe.

Buka 24 jam!


Pengalaman makan yang tak terlupakan di kapal pesiar adalah fine dining setiap malam. Setiap penumpang kapal sudah dialokasikan meja tertentu untuk makan malam. Jadwal makan malam kami setiap jam 5.30 sore di restoran Top Hat and Tails. Menunya 3 course, mulai dari hidangan pembuka, hidangan utama, dan hidangan penutup. Setiap hari menunya ganti-ganti. 

Tidak semua makanan di sini halal, jadi untuk yang muslim sila menghindari masakan yang ada pork/ham-nya. Untuk yang ragu makan daging tanpa sertifikat halal, bisa memilih hidangan laut atau vegetarian. Di setiap pilihan menu pasti ada pilihan hidangan vegetarian dan sea food-nya. Salah satu teman dalam rombongan kami vegetarian dan dia asyik-asyik aja, tetap makan enak dan kenyang :)

Rombongan kami berjumlah 12 orang dan duduk di dua meja. Waiter yang melayani kami adalah Xiaolong, dan asistennya adalah Pak I Gede dari Bali. Servis mereka bagus sekali, selalu menjelaskan pilihan makanan ke kami, memastikan kami suka dengan hidangannya, dan minumnya tidak pernah kekurangan. Little A sangat terkesan dengan Xiaolong yang membuatkannya mainan dari serbet. Di malam terakhir, Xiaolong membuatkan topi dari serbet yang cantik banget. Little A berasa seperti princess, hehehe.

Di hari terakhir, ada malam apresiasi untuk seluruh kru yang bertugas di restoran. Mereka melakukan parade dan chef-nya malah menyumbangkan lagu untuk menghibur. Suasananya hangat dan akrab sekali, rasa-rasanya saya tidak ingin kembali ke dunia nyata, hahaha. 


yummy dinner bread roll and appetizer
New Zealand Mussels




Merasakan kemewahan kapal pesiar ini, saya berasa naik Titanic, sayangnya mamas Leonardo-nya nggak ikut ;)

~ The Emak 

Previous post: Cruise 101: Pengalaman Pertama Naik Royal Caribbean
Next post: 10 Aktivitas Seru Untuk Keluarga di Kapal Pesiar


Sebelum naik ke kapal pesiar Royal Caribbean, saya deg-deg-an membayangkan bagaimana nanti kalau saya mabuk laut. Maklum lah, nenek moyang saya bukan pelaut. Saya kembali teringat pengalaman ngehe menyeberang selat Bass dari Tasmania, pusing banget terombang-ambing di lautan meski cuma berlayar semalam. Juga pengalaman terakhir kami LOB menyusuri sungai Sekonyer di Tanjung Puting National Park. Kapal kelotoknya sih jalan pelan-pelan, tapi dua hari setelah kembali ke darat, rasanya badan masih terayun-ayun di sungai.

Tapi rasa penasaran saya pada kapal pesiar mengalahkan kecemasan saya. Dan... begitu lihat kamar dan balkonnya, rasa gugup saya langsung lenyap, berganti dengan excitement. Batin saya, "Ini sih hotel terapung bintang lima!"


Our room
Handuk binatang imut, tiap hari ada di kamar


Kita bisa tahu lokasi kapal dari TV di kamar
 
 

Kami berempat mendapatkan dua kamar (stateroom) di deck 6. Untuk keluarga sebenarnya bisa pesan family room untuk berempat, atau connecting room. Kamar standar mempunyai tempat tidur ukuran king, yang bisa dipisah menjadi dua single bed.

Fasilitas kamar kami ini lengkap seperti layaknya kamar hotel di darat. Ada sofa, televisi yang dilengkapi dengan program untuk anak-anak (Dreamworks), ketel listrik, kopi dan teh, minibar, lemari dan tentu saja pelampung. Kalau ada penghuni anak-anak, room attendant akan memberikan pelampung khusus anak-anak. Colokan listriknya sama dengan di Indonesia, jadi tidak perlu menggunakan konektor.  

Kamar mandinya cukup nyaman dan bersih. Sabun, sampo, dan handuk sudah disediakan, tapi kita perlu membawa sikat dan pasta gigi sendiri. Alat pengering rambut juga tersedia.

Kasurnya sangat nyaman untuk tidur. Kalau sudah ketemu kasur, rasanya susah buat keluar kamar lagi, hehehe. Beberapa kali kami niatnya rehat sejenak di antara aktivitas di kapal, eh jadinya Big A atau Little A malah tidur siang. Little A juga senang setiap kali menyalakan TV, ada film kartun dari Dreamworks. Setelah nonton filmnya bisa langsung meet and greet dengan karakter aslinya, sesuai jadwal yang diadakan.

Setiap kamar punya room attendant atau buttler yang akan membersihkan kamar sehari dua kali. Kamar kami, 6668, room attendant-nya Pak Awit dari Indonesia. Enak kan, kalau mau minta apa-apa bisa pakai bahasa Indonesia aja :D Pak Awit ini sopan, ramah, dan rajin. Room attendant juga yang memastikan setiap penghuni kapal ikut "drill", latihan penyelamatan dalam keadaan darurat. Sebelum kapal berangkat, sekitar jam 4 sore sirine dibunyikan. Semua penghuni harus keluar kapal sesuai dengan nomor titik berkumpul yang ada di seapass card. Setelah berkumpul, kami diberi peragaan cara menggunakan pelampung. Anak-anak diberi gelang sesuai nomor titik kumpul tadi.   

From where I sleep ;)
Tumben Big A mau berpose :p
Little A menikmati pemandangan Langkawi

Foto oleh Nabila Azzahra
Apa yang paling asyik di kamar kami? Jawabnya adalah balkon! Dari balkon, kita bisa melihat kesibukan di pelabuhan, laut lepas, dan pemandangan pulau atau kota ketika kapal akan berlabuh. Tiap pagi bisa melihat matahari terbit, dan sorenya bisa melihat matahari terbenam. Kadang kami juga dihadiahi pelangi yang cantik setelah hujan usai. Kalau menginap di hotel, kami hanya bisa melihat satu view yang sama. Tapi kalau ikut cruise, pemandangannya bisa beda-beda tiap hari.


Rute kapal kami yang berlayar selama 4 malam adalah Singapura - Port Klang (KL) - Langkawi - Singapura. Di hari pertama kami bisa menikmati pemandangan pelabuhan Singapura yang sibuk. Di hari kedua, kami disuguhi pemandangan Port Klang Malaysia yang relatif lebih sepi dan tenang. Hari ketiga pemandangannya super sekali, gugusan pulau di Langkawi.
 
Saya sendiri cukup senang bisa duduk bengong di balkon sambil minum minuman hangat. Melihat air bergerak pelan ditinggalkan kapal yang melaju benar-benar membuat saya rileks. Tidak ada di antara kami berempat yang mabuk laut :D





Ada beberapa pilihan kamar di kapal pesiar Royal Caribbean. Yang paling istimewa adalah suite dengan balkon pribadi, bath tub, dan juga pelayan pribadi. Setingkat di bawahnya adalah kamar dengan balkon. Yang lebih hemat lagi adalah kamar dengan sea view, jendela yang menghadap laut. Pilihan yang paling hemat adalah stateroom interior, yaitu kamar yang menghadap ke dalam kapal. Ada yang mempunyai balkon menghadap ke promenade (semacam Mal di dalam kapal). Keuntungannya, penghuninya bisa melihat parade atau atraksi di promenade, cukup dari dalam kamar.


Tarif stateroom interior sekitar $400 per orang untuk cruise selama 4 malam. Sementara untuk stateroom dengan balkon, harganya sekitar $600 per orang untuk cruise 4 malam. Harga ini sudah termasuk pajak, biaya pelabuhan, tip, makanan, dan hiburan di kapal. Tarif selengkapnya bisa dicek di website www.royalcaribbean.com.

Harga segitu, dibandingkan dengan apa yang didapat (biaya liburan all in), tidaklah begitu mahal. Tahu sendiri kan, harga kamar hotel di Singapura aja semalam nyampai berapa. Benefit lain dari cruising adalah nggak perlu ribet bongkar koper dan cek in pesawat, tapi sudah nyampai ke beberapa destinasi. Keuntungannya mirip dengan liburan naik campervan, hanya saja ini memakai jalur laut.

Balkon yang menghadap promenade

Balkon kamar interior

Budget liburan dengan kapal pesiar atau cruising sudah fullboard, artinya biaya yang kita keluarkan sudah termasuk makanan 3x sehari. Selain cruising, biasanya ada resort yang menawarkan liburan full board juga. Tapi keuntungan naik kapal pesiar, kita tidak hanya makannya saja yang dijamin, tapi juga ada hiburan dan aktivitas seru lainnya yang bisa dicoba. Untuk aktivitas yang cocok dilakukan oleh keluarga akan saya buatkan post tersendiri ya.

Makanan di kapal pesiar Royal Caribbean melimpah ruah. Dijamin tidak akan kelaparan di sini. Kalau memilih leyeh-leyeh di kamar pun, kita bisa pesan room servis, gratis! Biaya hanya dikenakan untuk pemesanan tengah malam.



Untuk sarapan prasmanan seperti di hotel, ada restoran Windjammer. Kalau bisa datang pagi dan langit kebetulan cerah, kita bakal sarapan dengan pemandangan sunrise yang cantik. Meski pilihan makanan berlimpah, saya dan anak-anak ternyata nggak bisa mengubah kebiasaan sarapan favorit kami. Saya tetap sarapan dengan buah potong, salad sayuran, dan kopi. Big A sarapan dengan hash brown dan omelet, sementara Little A dengan roti panggang dioles selai. Alhamdulillah ada susu full cream untuk melengkapi sarapan duo precils.

Selain Windjammer, kita bisa sarapan di restoran ala carte seperti di Rhapsody in Blue atau Top Hat and Tails. Di sini kita harus antre untuk mendapatkan tempat duduk, dan menu sarapannya pun akan disiapkan pelayan. Kita bisa minta dibuatkan bagel salmon atau french toast. Tapi di sini pun saya tetap sarapan dengan granola, buah, dan yoghurt. Yang penting kopinya enak!


Untuk makan siang, kita bisa tetap makan di Windjammer. Menu untuk makan siang tentu berbeda dengan menu sarapan. Atau kalau bosen prasmanan, bisa mencoba beberapa restoran yang berbayar, seperti Johnny Rockets yang menyajikan hamburger atau Giovannis' Table yang merupakan restoran Italia.

Tetap setia sama yang gratisan saja? Bisa mencoba gerai hot dog atau gerai es krim di dekat kolam renang.



Masih lapar di luar jam makan? Ada kafe yang buka 24 jam! Kafe Promenade ini letaknya di 'Mal' di dalam kapal. Menunya makanan ringan seperti sandwich, pizza, puding, cheesecake, cookies, muffin, dan berbagai minuman hangat maupun dingin.

Kalau di kapal pesiar, sudah biasa makannya nggak 3 kali, tapi 5 kali sehari, hehehe.

Buka 24 jam!


Pengalaman makan yang tak terlupakan di kapal pesiar adalah fine dining setiap malam. Setiap penumpang kapal sudah dialokasikan meja tertentu untuk makan malam. Jadwal makan malam kami setiap jam 5.30 sore di restoran Top Hat and Tails. Menunya 3 course, mulai dari hidangan pembuka, hidangan utama, dan hidangan penutup. Setiap hari menunya ganti-ganti. 

Tidak semua makanan di sini halal, jadi untuk yang muslim sila menghindari masakan yang ada pork/ham-nya. Untuk yang ragu makan daging tanpa sertifikat halal, bisa memilih hidangan laut atau vegetarian. Di setiap pilihan menu pasti ada pilihan hidangan vegetarian dan sea food-nya. Salah satu teman dalam rombongan kami vegetarian dan dia asyik-asyik aja, tetap makan enak dan kenyang :)

Rombongan kami berjumlah 12 orang dan duduk di dua meja. Waiter yang melayani kami adalah Xiaolong, dan asistennya adalah Pak I Gede dari Bali. Servis mereka bagus sekali, selalu menjelaskan pilihan makanan ke kami, memastikan kami suka dengan hidangannya, dan minumnya tidak pernah kekurangan. Little A sangat terkesan dengan Xiaolong yang membuatkannya mainan dari serbet. Di malam terakhir, Xiaolong membuatkan topi dari serbet yang cantik banget. Little A berasa seperti princess, hehehe.

Di hari terakhir, ada malam apresiasi untuk seluruh kru yang bertugas di restoran. Mereka melakukan parade dan chef-nya malah menyumbangkan lagu untuk menghibur. Suasananya hangat dan akrab sekali, rasa-rasanya saya tidak ingin kembali ke dunia nyata, hahaha. 


yummy dinner bread roll and appetizer
New Zealand Mussels




Merasakan kemewahan kapal pesiar ini, saya berasa naik Titanic, sayangnya mamas Leonardo-nya nggak ikut ;)

~ The Emak 

Previous post: Cruise 101: Pengalaman Pertama Naik Royal Caribbean
Next post: 10 Aktivitas Seru Untuk Keluarga di Kapal Pesiar


Sebelum naik ke kapal pesiar Royal Caribbean, saya deg-deg-an membayangkan bagaimana nanti kalau saya mabuk laut. Maklum lah, nenek moyang saya bukan pelaut. Saya kembali teringat pengalaman ngehe menyeberang selat Bass dari Tasmania, pusing banget terombang-ambing di lautan meski cuma berlayar semalam. Juga pengalaman terakhir kami LOB menyusuri sungai Sekonyer di Tanjung Puting National Park. Kapal kelotoknya sih jalan pelan-pelan, tapi dua hari setelah kembali ke darat, rasanya badan masih terayun-ayun di sungai.

Tapi rasa penasaran saya pada kapal pesiar mengalahkan kecemasan saya. Dan... begitu lihat kamar dan balkonnya, rasa gugup saya langsung lenyap, berganti dengan excitement. Batin saya, "Ini sih hotel terapung bintang lima!"


Our room
Handuk binatang imut, tiap hari ada di kamar


Kita bisa tahu lokasi kapal dari TV di kamar
 
 

Kami berempat mendapatkan dua kamar (stateroom) di deck 6. Untuk keluarga sebenarnya bisa pesan family room untuk berempat, atau connecting room. Kamar standar mempunyai tempat tidur ukuran king, yang bisa dipisah menjadi dua single bed.

Fasilitas kamar kami ini lengkap seperti layaknya kamar hotel di darat. Ada sofa, televisi yang dilengkapi dengan program untuk anak-anak (Dreamworks), ketel listrik, kopi dan teh, minibar, lemari dan tentu saja pelampung. Kalau ada penghuni anak-anak, room attendant akan memberikan pelampung khusus anak-anak. Colokan listriknya sama dengan di Indonesia, jadi tidak perlu menggunakan konektor.  

Kamar mandinya cukup nyaman dan bersih. Sabun, sampo, dan handuk sudah disediakan, tapi kita perlu membawa sikat dan pasta gigi sendiri. Alat pengering rambut juga tersedia.

Kasurnya sangat nyaman untuk tidur. Kalau sudah ketemu kasur, rasanya susah buat keluar kamar lagi, hehehe. Beberapa kali kami niatnya rehat sejenak di antara aktivitas di kapal, eh jadinya Big A atau Little A malah tidur siang. Little A juga senang setiap kali menyalakan TV, ada film kartun dari Dreamworks. Setelah nonton filmnya bisa langsung meet and greet dengan karakter aslinya, sesuai jadwal yang diadakan.

Setiap kamar punya room attendant atau buttler yang akan membersihkan kamar sehari dua kali. Kamar kami, 6668, room attendant-nya Pak Awit dari Indonesia. Enak kan, kalau mau minta apa-apa bisa pakai bahasa Indonesia aja :D Pak Awit ini sopan, ramah, dan rajin. Room attendant juga yang memastikan setiap penghuni kapal ikut "drill", latihan penyelamatan dalam keadaan darurat. Sebelum kapal berangkat, sekitar jam 4 sore sirine dibunyikan. Semua penghuni harus keluar kapal sesuai dengan nomor titik berkumpul yang ada di seapass card. Setelah berkumpul, kami diberi peragaan cara menggunakan pelampung. Anak-anak diberi gelang sesuai nomor titik kumpul tadi.   

From where I sleep ;)
Tumben Big A mau berpose :p
Little A menikmati pemandangan Langkawi

Foto oleh Nabila Azzahra
Apa yang paling asyik di kamar kami? Jawabnya adalah balkon! Dari balkon, kita bisa melihat kesibukan di pelabuhan, laut lepas, dan pemandangan pulau atau kota ketika kapal akan berlabuh. Tiap pagi bisa melihat matahari terbit, dan sorenya bisa melihat matahari terbenam. Kadang kami juga dihadiahi pelangi yang cantik setelah hujan usai. Kalau menginap di hotel, kami hanya bisa melihat satu view yang sama. Tapi kalau ikut cruise, pemandangannya bisa beda-beda tiap hari.


Rute kapal kami yang berlayar selama 4 malam adalah Singapura - Port Klang (KL) - Langkawi - Singapura. Di hari pertama kami bisa menikmati pemandangan pelabuhan Singapura yang sibuk. Di hari kedua, kami disuguhi pemandangan Port Klang Malaysia yang relatif lebih sepi dan tenang. Hari ketiga pemandangannya super sekali, gugusan pulau di Langkawi.
 
Saya sendiri cukup senang bisa duduk bengong di balkon sambil minum minuman hangat. Melihat air bergerak pelan ditinggalkan kapal yang melaju benar-benar membuat saya rileks. Tidak ada di antara kami berempat yang mabuk laut :D





Ada beberapa pilihan kamar di kapal pesiar Royal Caribbean. Yang paling istimewa adalah suite dengan balkon pribadi, bath tub, dan juga pelayan pribadi. Setingkat di bawahnya adalah kamar dengan balkon. Yang lebih hemat lagi adalah kamar dengan sea view, jendela yang menghadap laut. Pilihan yang paling hemat adalah stateroom interior, yaitu kamar yang menghadap ke dalam kapal. Ada yang mempunyai balkon menghadap ke promenade (semacam Mal di dalam kapal). Keuntungannya, penghuninya bisa melihat parade atau atraksi di promenade, cukup dari dalam kamar.


Tarif stateroom interior sekitar $400 per orang untuk cruise selama 4 malam. Sementara untuk stateroom dengan balkon, harganya sekitar $600 per orang untuk cruise 4 malam. Harga ini sudah termasuk pajak, biaya pelabuhan, tip, makanan, dan hiburan di kapal. Tarif selengkapnya bisa dicek di website www.royalcaribbean.com.

Harga segitu, dibandingkan dengan apa yang didapat (biaya liburan all in), tidaklah begitu mahal. Tahu sendiri kan, harga kamar hotel di Singapura aja semalam nyampai berapa. Benefit lain dari cruising adalah nggak perlu ribet bongkar koper dan cek in pesawat, tapi sudah nyampai ke beberapa destinasi. Keuntungannya mirip dengan liburan naik campervan, hanya saja ini memakai jalur laut.

Balkon yang menghadap promenade

Balkon kamar interior

Budget liburan dengan kapal pesiar atau cruising sudah fullboard, artinya biaya yang kita keluarkan sudah termasuk makanan 3x sehari. Selain cruising, biasanya ada resort yang menawarkan liburan full board juga. Tapi keuntungan naik kapal pesiar, kita tidak hanya makannya saja yang dijamin, tapi juga ada hiburan dan aktivitas seru lainnya yang bisa dicoba. Untuk aktivitas yang cocok dilakukan oleh keluarga akan saya buatkan post tersendiri ya.

Makanan di kapal pesiar Royal Caribbean melimpah ruah. Dijamin tidak akan kelaparan di sini. Kalau memilih leyeh-leyeh di kamar pun, kita bisa pesan room servis, gratis! Biaya hanya dikenakan untuk pemesanan tengah malam.



Untuk sarapan prasmanan seperti di hotel, ada restoran Windjammer. Kalau bisa datang pagi dan langit kebetulan cerah, kita bakal sarapan dengan pemandangan sunrise yang cantik. Meski pilihan makanan berlimpah, saya dan anak-anak ternyata nggak bisa mengubah kebiasaan sarapan favorit kami. Saya tetap sarapan dengan buah potong, salad sayuran, dan kopi. Big A sarapan dengan hash brown dan omelet, sementara Little A dengan roti panggang dioles selai. Alhamdulillah ada susu full cream untuk melengkapi sarapan duo precils.

Selain Windjammer, kita bisa sarapan di restoran ala carte seperti di Rhapsody in Blue atau Top Hat and Tails. Di sini kita harus antre untuk mendapatkan tempat duduk, dan menu sarapannya pun akan disiapkan pelayan. Kita bisa minta dibuatkan bagel salmon atau french toast. Tapi di sini pun saya tetap sarapan dengan granola, buah, dan yoghurt. Yang penting kopinya enak!


Untuk makan siang, kita bisa tetap makan di Windjammer. Menu untuk makan siang tentu berbeda dengan menu sarapan. Atau kalau bosen prasmanan, bisa mencoba beberapa restoran yang berbayar, seperti Johnny Rockets yang menyajikan hamburger atau Giovannis' Table yang merupakan restoran Italia.

Tetap setia sama yang gratisan saja? Bisa mencoba gerai hot dog atau gerai es krim di dekat kolam renang.



Masih lapar di luar jam makan? Ada kafe yang buka 24 jam! Kafe Promenade ini letaknya di 'Mal' di dalam kapal. Menunya makanan ringan seperti sandwich, pizza, puding, cheesecake, cookies, muffin, dan berbagai minuman hangat maupun dingin.

Kalau di kapal pesiar, sudah biasa makannya nggak 3 kali, tapi 5 kali sehari, hehehe.

Buka 24 jam!


Pengalaman makan yang tak terlupakan di kapal pesiar adalah fine dining setiap malam. Setiap penumpang kapal sudah dialokasikan meja tertentu untuk makan malam. Jadwal makan malam kami setiap jam 5.30 sore di restoran Top Hat and Tails. Menunya 3 course, mulai dari hidangan pembuka, hidangan utama, dan hidangan penutup. Setiap hari menunya ganti-ganti. 

Tidak semua makanan di sini halal, jadi untuk yang muslim sila menghindari masakan yang ada pork/ham-nya. Untuk yang ragu makan daging tanpa sertifikat halal, bisa memilih hidangan laut atau vegetarian. Di setiap pilihan menu pasti ada pilihan hidangan vegetarian dan sea food-nya. Salah satu teman dalam rombongan kami vegetarian dan dia asyik-asyik aja, tetap makan enak dan kenyang :)

Rombongan kami berjumlah 12 orang dan duduk di dua meja. Waiter yang melayani kami adalah Xiaolong, dan asistennya adalah Pak I Gede dari Bali. Servis mereka bagus sekali, selalu menjelaskan pilihan makanan ke kami, memastikan kami suka dengan hidangannya, dan minumnya tidak pernah kekurangan. Little A sangat terkesan dengan Xiaolong yang membuatkannya mainan dari serbet. Di malam terakhir, Xiaolong membuatkan topi dari serbet yang cantik banget. Little A berasa seperti princess, hehehe.

Di hari terakhir, ada malam apresiasi untuk seluruh kru yang bertugas di restoran. Mereka melakukan parade dan chef-nya malah menyumbangkan lagu untuk menghibur. Suasananya hangat dan akrab sekali, rasa-rasanya saya tidak ingin kembali ke dunia nyata, hahaha. 


yummy dinner bread roll and appetizer
New Zealand Mussels




Merasakan kemewahan kapal pesiar ini, saya berasa naik Titanic, sayangnya mamas Leonardo-nya nggak ikut ;)

~ The Emak 

Previous post: Cruise 101: Pengalaman Pertama Naik Royal Caribbean
Next post: 10 Aktivitas Seru Untuk Keluarga di Kapal Pesiar


Sebelum naik ke kapal pesiar Royal Caribbean, saya deg-deg-an membayangkan bagaimana nanti kalau saya mabuk laut. Maklum lah, nenek moyang saya bukan pelaut. Saya kembali teringat pengalaman ngehe menyeberang selat Bass dari Tasmania, pusing banget terombang-ambing di lautan meski cuma berlayar semalam. Juga pengalaman terakhir kami LOB menyusuri sungai Sekonyer di Tanjung Puting National Park. Kapal kelotoknya sih jalan pelan-pelan, tapi dua hari setelah kembali ke darat, rasanya badan masih terayun-ayun di sungai.

Tapi rasa penasaran saya pada kapal pesiar mengalahkan kecemasan saya. Dan... begitu lihat kamar dan balkonnya, rasa gugup saya langsung lenyap, berganti dengan excitement. Batin saya, "Ini sih hotel terapung bintang lima!"


Our room
Handuk binatang imut, tiap hari ada di kamar


Kita bisa tahu lokasi kapal dari TV di kamar
 
 

Kami berempat mendapatkan dua kamar (stateroom) di deck 6. Untuk keluarga sebenarnya bisa pesan family room untuk berempat, atau connecting room. Kamar standar mempunyai tempat tidur ukuran king, yang bisa dipisah menjadi dua single bed.

Fasilitas kamar kami ini lengkap seperti layaknya kamar hotel di darat. Ada sofa, televisi yang dilengkapi dengan program untuk anak-anak (Dreamworks), ketel listrik, kopi dan teh, minibar, lemari dan tentu saja pelampung. Kalau ada penghuni anak-anak, room attendant akan memberikan pelampung khusus anak-anak. Colokan listriknya sama dengan di Indonesia, jadi tidak perlu menggunakan konektor.  

Kamar mandinya cukup nyaman dan bersih. Sabun, sampo, dan handuk sudah disediakan, tapi kita perlu membawa sikat dan pasta gigi sendiri. Alat pengering rambut juga tersedia.

Kasurnya sangat nyaman untuk tidur. Kalau sudah ketemu kasur, rasanya susah buat keluar kamar lagi, hehehe. Beberapa kali kami niatnya rehat sejenak di antara aktivitas di kapal, eh jadinya Big A atau Little A malah tidur siang. Little A juga senang setiap kali menyalakan TV, ada film kartun dari Dreamworks. Setelah nonton filmnya bisa langsung meet and greet dengan karakter aslinya, sesuai jadwal yang diadakan.

Setiap kamar punya room attendant atau buttler yang akan membersihkan kamar sehari dua kali. Kamar kami, 6668, room attendant-nya Pak Awit dari Indonesia. Enak kan, kalau mau minta apa-apa bisa pakai bahasa Indonesia aja :D Pak Awit ini sopan, ramah, dan rajin. Room attendant juga yang memastikan setiap penghuni kapal ikut "drill", latihan penyelamatan dalam keadaan darurat. Sebelum kapal berangkat, sekitar jam 4 sore sirine dibunyikan. Semua penghuni harus keluar kapal sesuai dengan nomor titik berkumpul yang ada di seapass card. Setelah berkumpul, kami diberi peragaan cara menggunakan pelampung. Anak-anak diberi gelang sesuai nomor titik kumpul tadi.   

From where I sleep ;)
Tumben Big A mau berpose :p
Little A menikmati pemandangan Langkawi

Foto oleh Nabila Azzahra
Apa yang paling asyik di kamar kami? Jawabnya adalah balkon! Dari balkon, kita bisa melihat kesibukan di pelabuhan, laut lepas, dan pemandangan pulau atau kota ketika kapal akan berlabuh. Tiap pagi bisa melihat matahari terbit, dan sorenya bisa melihat matahari terbenam. Kadang kami juga dihadiahi pelangi yang cantik setelah hujan usai. Kalau menginap di hotel, kami hanya bisa melihat satu view yang sama. Tapi kalau ikut cruise, pemandangannya bisa beda-beda tiap hari.


Rute kapal kami yang berlayar selama 4 malam adalah Singapura - Port Klang (KL) - Langkawi - Singapura. Di hari pertama kami bisa menikmati pemandangan pelabuhan Singapura yang sibuk. Di hari kedua, kami disuguhi pemandangan Port Klang Malaysia yang relatif lebih sepi dan tenang. Hari ketiga pemandangannya super sekali, gugusan pulau di Langkawi.
 
Saya sendiri cukup senang bisa duduk bengong di balkon sambil minum minuman hangat. Melihat air bergerak pelan ditinggalkan kapal yang melaju benar-benar membuat saya rileks. Tidak ada di antara kami berempat yang mabuk laut :D





Ada beberapa pilihan kamar di kapal pesiar Royal Caribbean. Yang paling istimewa adalah suite dengan balkon pribadi, bath tub, dan juga pelayan pribadi. Setingkat di bawahnya adalah kamar dengan balkon. Yang lebih hemat lagi adalah kamar dengan sea view, jendela yang menghadap laut. Pilihan yang paling hemat adalah stateroom interior, yaitu kamar yang menghadap ke dalam kapal. Ada yang mempunyai balkon menghadap ke promenade (semacam Mal di dalam kapal). Keuntungannya, penghuninya bisa melihat parade atau atraksi di promenade, cukup dari dalam kamar.


Tarif stateroom interior sekitar $400 per orang untuk cruise selama 4 malam. Sementara untuk stateroom dengan balkon, harganya sekitar $600 per orang untuk cruise 4 malam. Harga ini sudah termasuk pajak, biaya pelabuhan, tip, makanan, dan hiburan di kapal. Tarif selengkapnya bisa dicek di website www.royalcaribbean.com.

Harga segitu, dibandingkan dengan apa yang didapat (biaya liburan all in), tidaklah begitu mahal. Tahu sendiri kan, harga kamar hotel di Singapura aja semalam nyampai berapa. Benefit lain dari cruising adalah nggak perlu ribet bongkar koper dan cek in pesawat, tapi sudah nyampai ke beberapa destinasi. Keuntungannya mirip dengan liburan naik campervan, hanya saja ini memakai jalur laut.

Balkon yang menghadap promenade

Balkon kamar interior

Budget liburan dengan kapal pesiar atau cruising sudah fullboard, artinya biaya yang kita keluarkan sudah termasuk makanan 3x sehari. Selain cruising, biasanya ada resort yang menawarkan liburan full board juga. Tapi keuntungan naik kapal pesiar, kita tidak hanya makannya saja yang dijamin, tapi juga ada hiburan dan aktivitas seru lainnya yang bisa dicoba. Untuk aktivitas yang cocok dilakukan oleh keluarga akan saya buatkan post tersendiri ya.

Makanan di kapal pesiar Royal Caribbean melimpah ruah. Dijamin tidak akan kelaparan di sini. Kalau memilih leyeh-leyeh di kamar pun, kita bisa pesan room servis, gratis! Biaya hanya dikenakan untuk pemesanan tengah malam.



Untuk sarapan prasmanan seperti di hotel, ada restoran Windjammer. Kalau bisa datang pagi dan langit kebetulan cerah, kita bakal sarapan dengan pemandangan sunrise yang cantik. Meski pilihan makanan berlimpah, saya dan anak-anak ternyata nggak bisa mengubah kebiasaan sarapan favorit kami. Saya tetap sarapan dengan buah potong, salad sayuran, dan kopi. Big A sarapan dengan hash brown dan omelet, sementara Little A dengan roti panggang dioles selai. Alhamdulillah ada susu full cream untuk melengkapi sarapan duo precils.

Selain Windjammer, kita bisa sarapan di restoran ala carte seperti di Rhapsody in Blue atau Top Hat and Tails. Di sini kita harus antre untuk mendapatkan tempat duduk, dan menu sarapannya pun akan disiapkan pelayan. Kita bisa minta dibuatkan bagel salmon atau french toast. Tapi di sini pun saya tetap sarapan dengan granola, buah, dan yoghurt. Yang penting kopinya enak!


Untuk makan siang, kita bisa tetap makan di Windjammer. Menu untuk makan siang tentu berbeda dengan menu sarapan. Atau kalau bosen prasmanan, bisa mencoba beberapa restoran yang berbayar, seperti Johnny Rockets yang menyajikan hamburger atau Giovannis' Table yang merupakan restoran Italia.

Tetap setia sama yang gratisan saja? Bisa mencoba gerai hot dog atau gerai es krim di dekat kolam renang.



Masih lapar di luar jam makan? Ada kafe yang buka 24 jam! Kafe Promenade ini letaknya di 'Mal' di dalam kapal. Menunya makanan ringan seperti sandwich, pizza, puding, cheesecake, cookies, muffin, dan berbagai minuman hangat maupun dingin.

Kalau di kapal pesiar, sudah biasa makannya nggak 3 kali, tapi 5 kali sehari, hehehe.

Buka 24 jam!


Pengalaman makan yang tak terlupakan di kapal pesiar adalah fine dining setiap malam. Setiap penumpang kapal sudah dialokasikan meja tertentu untuk makan malam. Jadwal makan malam kami setiap jam 5.30 sore di restoran Top Hat and Tails. Menunya 3 course, mulai dari hidangan pembuka, hidangan utama, dan hidangan penutup. Setiap hari menunya ganti-ganti. 

Tidak semua makanan di sini halal, jadi untuk yang muslim sila menghindari masakan yang ada pork/ham-nya. Untuk yang ragu makan daging tanpa sertifikat halal, bisa memilih hidangan laut atau vegetarian. Di setiap pilihan menu pasti ada pilihan hidangan vegetarian dan sea food-nya. Salah satu teman dalam rombongan kami vegetarian dan dia asyik-asyik aja, tetap makan enak dan kenyang :)

Rombongan kami berjumlah 12 orang dan duduk di dua meja. Waiter yang melayani kami adalah Xiaolong, dan asistennya adalah Pak I Gede dari Bali. Servis mereka bagus sekali, selalu menjelaskan pilihan makanan ke kami, memastikan kami suka dengan hidangannya, dan minumnya tidak pernah kekurangan. Little A sangat terkesan dengan Xiaolong yang membuatkannya mainan dari serbet. Di malam terakhir, Xiaolong membuatkan topi dari serbet yang cantik banget. Little A berasa seperti princess, hehehe.

Di hari terakhir, ada malam apresiasi untuk seluruh kru yang bertugas di restoran. Mereka melakukan parade dan chef-nya malah menyumbangkan lagu untuk menghibur. Suasananya hangat dan akrab sekali, rasa-rasanya saya tidak ingin kembali ke dunia nyata, hahaha. 


yummy dinner bread roll and appetizer
New Zealand Mussels




Merasakan kemewahan kapal pesiar ini, saya berasa naik Titanic, sayangnya mamas Leonardo-nya nggak ikut ;)

~ The Emak 

Previous post: Cruise 101: Pengalaman Pertama Naik Royal Caribbean
Next post: 10 Aktivitas Seru Untuk Keluarga di Kapal Pesiar

Review Hotel Village Bugis Singapura
Lihat Detail

Review Hotel Village Bugis Singapura


Saya sudah lama pengen nginep di Hotel Village di daerah Bugis yang lokasinya super strategis ini. Alhamdulillah kesampaian juga pas liburan kali ini, meskipun enggak dapat tarif yang murah.

Karena sekolah di sekolah Islam, anak-anak mendapat ekstra libur di hari-hari Tasrik. Saya ajak anak-anak ke Singapura (lagi) karena ada voucher Jetstar $330, refund dari kesialan saya dan Si Ayah ketika jalan-jalan pacaran ke Taipei tahun lalu. Kok ndilalahnya, tanggal itu bertepatan dengan acara Formula 1 digelar di Singapura. Just my luck, harga hotel sudah tentu meroket. 


Saya memesan Hotel Village Bugis lewat website Booking dot com. Alasannya biar bisa mendapatkan pembatalan gratis. Waktu itu saya masih was-was karena sedang merebak virus Zika di negara tetangga ini. Tapi alhamdulillah, kenyataan di lapangan nggak seheboh yang diberitakan. Aktivitas di Singapura tetap normal, berjalan seperti biasa. Tarif Hotel Village semalam untuk tipe kamar keluarga (satu king bed dan satu single bed) sebesar SGD 305 atau kalau dirupiahkan Rp 2.919.541, termasuk pajak dan sarapan untuk 3 orang dewasa dan 1 anak. Hiks, lumayan mahal ya? Tapi memang ini tarif akhir pekan di peak season dan untuk kamar yang bisa dibatalkan. Tarif untuk kamar double bed biasa nggak semahal ini kok, low season mulai Rp 1,7 jutaan. Jadi untuk keluarga yang anaknya dua orang di bawah usia 12 tahun, bisa pesan kamar dengan dua double bed, tidak perlu ekstra bed. Saya pesan family room karena Big A memang sudah 14 tahun, hitungannya orang dewasa. Ouch :p

Biar dapat cashback dari pemesanan di booking.com, saya mengaktifkan akun ShopBack ID. Jadi nanti kita masih bisa dapat uang kembali sekitar 5% dari setiap pemesanan hotel. Lumayan sih, dapat kembalian Rp 191.653 untuk transaksi ini. Ikutan shopback ini cukup menguntungkan buat yang biasa belanja online, baik untuk pesan hotel, tiket pesawat, pulsa, baju-baju, grocery shopping, sampai tiket nonton bioskop. Yang tertarik ngumpulin recehan kayak The Emak, daftar Shopback pakai tautan ini ya, biar dapat bonus Rp 25.000.

Karena tarifnya nggak begitu irit, saya cuma menginap semalam di hotel ini. Yang tiga malam lainnya kami habiskan di Hotel Boss, dekat stasiun MRT Lavender, yang tarifnya lebih bersahabat.


Pintu masuk menuju resepsionis ada di Arab St. Jadi kalau kita naik MRT, turun di stasiun Bugis (jalur hijau), dan keluar dari Exit B yang menuju Raffles Hospital. Untuk urusan exit dari MRT ini jangan sampai salah ya, karena kalau nyasar harus putar jauh banget. Kalau sambil geret koper bisa nangis, hehehe. Jadi mending begitu turun dari MRT, cek peta lokal dulu, daripada nyasar. Dari Exit B kita jalan kaki menyusuri Victoria St sekitar 200m, baru belok kanan ke Arab St. Hotelnya ada di pojokan Victoria St dan Arab St.




Setelah cek out dari Hotel Boss, saya dan anak-anak jalan kaki menuju Hotel Village menyusuri North Bridge Rd. Kami sampai di lobi jam 10 pagi. Resepsionis bilang kamar kami akan siap sekitar jam 11, jadi dia menyarankan kami sarapan dulu di restoran Zam-Zam yang persis di seberang hotel. Dan kami nurut aja. Koper bisa dititipkan di hotel.

Alhamdulillah kami bisa early check in, meski tidak meminta secara khusus sebelumnya. Kami menunggu kedatangan Si Ayah yang menyusul dari Surabaya.

Kamar untuk keluarga ini luas banget. Dibandingkan kamar-kamar hotel di Singapura lainnya yang biasanya mini, kamar kami super legaaa. Big A seneng banget bisa dapat kasur sendiri setelah tiga malam harus rela tidur empet-empetan kena tendangan Little A. Dari ujung kasur ke televisi masih ada ruang untuk bermain dan makan lesehan.


Fasilitas hotel bintang ini terbilang lengkap. Ada mini bar, pembuat teh dan kopi, setrika, hair dryer, brankas, dan sandal kamar. Kamar mandinya juga luas, meski tidak ada bath tub nya. Amenities kamar mandi lengkap, termasuk sabun batangan, sabun cair, shampo, conditioner, serta pasta dan sikat gigi. Saya suka sabun dan shampo-nya, dari bahan tea tree oil. Amenities ini persis seperti yang saya dapat di hotel Rendezvous. Dua hotel ini sama-sama dari grup Far East Hospitality.

TV ada saluran untuk anak-anaknya: Cartoon Network dan Disney Junior. Tapi anak-anak tidak begitu suka CN. Mereka lebih suka bisa nonton youtube dari TV seperti di hotel Boss. Internet di kamar langsung nyambung, tapi sayangnya tidak begitu cepat. Wifinya masih kalah cepat dari hape yang saya belikan kartu telpon lokal Starhub. Ya udah, Si Ayah tethering dari hape saya yang nggak bakalan habis datanya karena beli pulsa $15 dapat bonus 100GB, hahaha.

Fasilitas lain yang cukup unik, hotel ini menyediakan smartphone untuk dipakai selama kami menginap di sini. Isinya informasi destinasi wisata dan diskonan belanja. Fasilitas ini gratis, tapi kalau ada kerusakan pada gadgetnya, bakalan ada denda yang mahal. Saya nggak berani utak-utik, hehehe.



Keunggulan hotel Village Bugis ini di lokasi, lokasi, lokasi. Memang lokasinya sangat strategis di tengah-tengah Arab Quarter/Kampong Glam. Mau makan enak, restoran halal Zam-Zam cuma sepelemparan batu dari hotel. Mau salat berjamaah, masjid Sultan tinggal jalan kaki nggak sampai 3 menit. Pemandangan Sultan Mosque yang cakep banget bisa terlihat dari jendela kamar kami di lantai 10.

Menyeberang jalan dari hotel ada Haji Lane, gang sempit yang terkenal dengan kafe dan ruko-rukonya yang cantik. Hotel ini juga hanya dua gang dari Jalan Pisang, yang ada kafe halalnya (The Lab), bakery halal (Fluff Bakery), dan restoran Hjh Maimunah, warung makan halal yang masuk daftar Michelin guide. Rekomendasi kafe-kafe trendi dan bakery yang halal di daerah Bugis ini, saya tulis di sini.

Sultan Mosque view from our room
selangkah dari hotel, langsung nemu perempatan ini
Hotel Village Bugis juga menyediakan sarapan prasmanan halal. Restoran The Landmark di lantai 5 mempunyai dapur dengan sertifikat halal dari MUIS. Sayangnya ketika kami makan di sana, pilihan menu sarapannya tidak semewah yang kami bayangkan. Pilihan makanannya termasuk di bawah standar untuk hotel sekelas bintang empat. Bahkan pilihan lauk dagingnya hanya chicken nugget. Saya kecewa berat karena memang niat pertama menginap di hotel ini adalah mencicipi sarapan halal, nggak perlu menghindari lauk daging seperti di hotel lainnya. Untuk rasa makanannya pun tidak istimewa. Si Ayah mencoba nasi goreng Singapura, saya mencoba bubur. Rasanya nggak ada rasanya, hiks. Little A juga kecewa karena tidak ada roti pratha dengan kari. Adanya roti puri. 

Sayuran untuk saladnya juga tidak sesegar salad di hotel Boss. Nilai plusnya di sini, ada berbagai macam roti dan pastry, pilihan sereal yang lebih banyak, dan ada egg station-nya. Kita bisa meminta dimasakkan telur sesuai selera. Kalau menurut saya, hidangan sarapannya tidak sebanding dengan tarif hotelnya.



A photo posted by Ade Kumalasari✈️Travel Blogger (@travelingprecils) on


Hotel Village mempunyai kolam renang dan juga gym di lantai yang sama dengan restoran untuk sarapan halal. Tapi kami tidak sempat berenang di sini. Apalagi paginya hujan dan kami harus cepat-cepat menuju Changi untuk mengejar pesawat kembali ke Surabaya.

Overall, kelebihan hotel ini ada di lokasi yang sangat strategis, fasilitas yang lengkap, serta kamar dan luas dan nyaman. Sayangnya sarapannya tidak memuaskan dan harganya juga lumayan mahal. Kalau nggak keberatan dengan tarif hotelnya, memang enak banget nginep di sini, ke mana-mana dekat tinggal jalan kaki. Saya merekomendasikan hotel ini kalau jalan-jalan dengan keluarga membawa orang tua yang tidak kuat jalan jauh.

Pilihan lain untuk hotel yang lebih murah di lokasi ini adalah Hotel Marrison, yang dekat dengan MRT Bugis exit D, atau kalau tidak keberatan tinggal di hostel, ada beberapa pilihan di area Bugis ini. Untuk sarapan halal, banyak warung yang sudah buka di pagi hari, termasuk Zam-Zam, Hjh Maimunah, Sabar Menanti (masakan Padang) dan beberapa warung makan lainnya di sepanjang North Bridge Rd.



~ The Emak

Saya sudah lama pengen nginep di Hotel Village di daerah Bugis yang lokasinya super strategis ini. Alhamdulillah kesampaian juga pas liburan kali ini, meskipun enggak dapat tarif yang murah.

Karena sekolah di sekolah Islam, anak-anak mendapat ekstra libur di hari-hari Tasrik. Saya ajak anak-anak ke Singapura (lagi) karena ada voucher Jetstar $330, refund dari kesialan saya dan Si Ayah ketika jalan-jalan pacaran ke Taipei tahun lalu. Kok ndilalahnya, tanggal itu bertepatan dengan acara Formula 1 digelar di Singapura. Just my luck, harga hotel sudah tentu meroket. 


Saya memesan Hotel Village Bugis lewat website Booking dot com. Alasannya biar bisa mendapatkan pembatalan gratis. Waktu itu saya masih was-was karena sedang merebak virus Zika di negara tetangga ini. Tapi alhamdulillah, kenyataan di lapangan nggak seheboh yang diberitakan. Aktivitas di Singapura tetap normal, berjalan seperti biasa. Tarif Hotel Village semalam untuk tipe kamar keluarga (satu king bed dan satu single bed) sebesar SGD 305 atau kalau dirupiahkan Rp 2.919.541, termasuk pajak dan sarapan untuk 3 orang dewasa dan 1 anak. Hiks, lumayan mahal ya? Tapi memang ini tarif akhir pekan di peak season dan untuk kamar yang bisa dibatalkan. Tarif untuk kamar double bed biasa nggak semahal ini kok, low season mulai Rp 1,7 jutaan. Jadi untuk keluarga yang anaknya dua orang di bawah usia 12 tahun, bisa pesan kamar dengan dua double bed, tidak perlu ekstra bed. Saya pesan family room karena Big A memang sudah 14 tahun, hitungannya orang dewasa. Ouch :p

Biar dapat cashback dari pemesanan di booking.com, saya mengaktifkan akun ShopBack ID. Jadi nanti kita masih bisa dapat uang kembali sekitar 5% dari setiap pemesanan hotel. Lumayan sih, dapat kembalian Rp 191.653 untuk transaksi ini. Ikutan shopback ini cukup menguntungkan buat yang biasa belanja online, baik untuk pesan hotel, tiket pesawat, pulsa, baju-baju, grocery shopping, sampai tiket nonton bioskop. Yang tertarik ngumpulin recehan kayak The Emak, daftar Shopback pakai tautan ini ya, biar dapat bonus Rp 25.000.

Karena tarifnya nggak begitu irit, saya cuma menginap semalam di hotel ini. Yang tiga malam lainnya kami habiskan di Hotel Boss, dekat stasiun MRT Lavender, yang tarifnya lebih bersahabat.


Pintu masuk menuju resepsionis ada di Arab St. Jadi kalau kita naik MRT, turun di stasiun Bugis (jalur hijau), dan keluar dari Exit B yang menuju Raffles Hospital. Untuk urusan exit dari MRT ini jangan sampai salah ya, karena kalau nyasar harus putar jauh banget. Kalau sambil geret koper bisa nangis, hehehe. Jadi mending begitu turun dari MRT, cek peta lokal dulu, daripada nyasar. Dari Exit B kita jalan kaki menyusuri Victoria St sekitar 200m, baru belok kanan ke Arab St. Hotelnya ada di pojokan Victoria St dan Arab St.




Setelah cek out dari Hotel Boss, saya dan anak-anak jalan kaki menuju Hotel Village menyusuri North Bridge Rd. Kami sampai di lobi jam 10 pagi. Resepsionis bilang kamar kami akan siap sekitar jam 11, jadi dia menyarankan kami sarapan dulu di restoran Zam-Zam yang persis di seberang hotel. Dan kami nurut aja. Koper bisa dititipkan di hotel.

Alhamdulillah kami bisa early check in, meski tidak meminta secara khusus sebelumnya. Kami menunggu kedatangan Si Ayah yang menyusul dari Surabaya.

Kamar untuk keluarga ini luas banget. Dibandingkan kamar-kamar hotel di Singapura lainnya yang biasanya mini, kamar kami super legaaa. Big A seneng banget bisa dapat kasur sendiri setelah tiga malam harus rela tidur empet-empetan kena tendangan Little A. Dari ujung kasur ke televisi masih ada ruang untuk bermain dan makan lesehan.


Fasilitas hotel bintang ini terbilang lengkap. Ada mini bar, pembuat teh dan kopi, setrika, hair dryer, brankas, dan sandal kamar. Kamar mandinya juga luas, meski tidak ada bath tub nya. Amenities kamar mandi lengkap, termasuk sabun batangan, sabun cair, shampo, conditioner, serta pasta dan sikat gigi. Saya suka sabun dan shampo-nya, dari bahan tea tree oil. Amenities ini persis seperti yang saya dapat di hotel Rendezvous. Dua hotel ini sama-sama dari grup Far East Hospitality.

TV ada saluran untuk anak-anaknya: Cartoon Network dan Disney Junior. Tapi anak-anak tidak begitu suka CN. Mereka lebih suka bisa nonton youtube dari TV seperti di hotel Boss. Internet di kamar langsung nyambung, tapi sayangnya tidak begitu cepat. Wifinya masih kalah cepat dari hape yang saya belikan kartu telpon lokal Starhub. Ya udah, Si Ayah tethering dari hape saya yang nggak bakalan habis datanya karena beli pulsa $15 dapat bonus 100GB, hahaha.

Fasilitas lain yang cukup unik, hotel ini menyediakan smartphone untuk dipakai selama kami menginap di sini. Isinya informasi destinasi wisata dan diskonan belanja. Fasilitas ini gratis, tapi kalau ada kerusakan pada gadgetnya, bakalan ada denda yang mahal. Saya nggak berani utak-utik, hehehe.



Keunggulan hotel Village Bugis ini di lokasi, lokasi, lokasi. Memang lokasinya sangat strategis di tengah-tengah Arab Quarter/Kampong Glam. Mau makan enak, restoran halal Zam-Zam cuma sepelemparan batu dari hotel. Mau salat berjamaah, masjid Sultan tinggal jalan kaki nggak sampai 3 menit. Pemandangan Sultan Mosque yang cakep banget bisa terlihat dari jendela kamar kami di lantai 10.

Menyeberang jalan dari hotel ada Haji Lane, gang sempit yang terkenal dengan kafe dan ruko-rukonya yang cantik. Hotel ini juga hanya dua gang dari Jalan Pisang, yang ada kafe halalnya (The Lab), bakery halal (Fluff Bakery), dan restoran Hjh Maimunah, warung makan halal yang masuk daftar Michelin guide. Rekomendasi kafe-kafe trendi dan bakery yang halal di daerah Bugis ini, saya tulis di sini.

Sultan Mosque view from our room
selangkah dari hotel, langsung nemu perempatan ini
Hotel Village Bugis juga menyediakan sarapan prasmanan halal. Restoran The Landmark di lantai 5 mempunyai dapur dengan sertifikat halal dari MUIS. Sayangnya ketika kami makan di sana, pilihan menu sarapannya tidak semewah yang kami bayangkan. Pilihan makanannya termasuk di bawah standar untuk hotel sekelas bintang empat. Bahkan pilihan lauk dagingnya hanya chicken nugget. Saya kecewa berat karena memang niat pertama menginap di hotel ini adalah mencicipi sarapan halal, nggak perlu menghindari lauk daging seperti di hotel lainnya. Untuk rasa makanannya pun tidak istimewa. Si Ayah mencoba nasi goreng Singapura, saya mencoba bubur. Rasanya nggak ada rasanya, hiks. Little A juga kecewa karena tidak ada roti pratha dengan kari. Adanya roti puri. 

Sayuran untuk saladnya juga tidak sesegar salad di hotel Boss. Nilai plusnya di sini, ada berbagai macam roti dan pastry, pilihan sereal yang lebih banyak, dan ada egg station-nya. Kita bisa meminta dimasakkan telur sesuai selera. Kalau menurut saya, hidangan sarapannya tidak sebanding dengan tarif hotelnya.



A photo posted by Ade Kumalasari✈️Travel Blogger (@travelingprecils) on


Hotel Village mempunyai kolam renang dan juga gym di lantai yang sama dengan restoran untuk sarapan halal. Tapi kami tidak sempat berenang di sini. Apalagi paginya hujan dan kami harus cepat-cepat menuju Changi untuk mengejar pesawat kembali ke Surabaya.

Overall, kelebihan hotel ini ada di lokasi yang sangat strategis, fasilitas yang lengkap, serta kamar dan luas dan nyaman. Sayangnya sarapannya tidak memuaskan dan harganya juga lumayan mahal. Kalau nggak keberatan dengan tarif hotelnya, memang enak banget nginep di sini, ke mana-mana dekat tinggal jalan kaki. Saya merekomendasikan hotel ini kalau jalan-jalan dengan keluarga membawa orang tua yang tidak kuat jalan jauh.

Pilihan lain untuk hotel yang lebih murah di lokasi ini adalah Hotel Marrison, yang dekat dengan MRT Bugis exit D, atau kalau tidak keberatan tinggal di hostel, ada beberapa pilihan di area Bugis ini. Untuk sarapan halal, banyak warung yang sudah buka di pagi hari, termasuk Zam-Zam, Hjh Maimunah, Sabar Menanti (masakan Padang) dan beberapa warung makan lainnya di sepanjang North Bridge Rd.



~ The Emak

Saya sudah lama pengen nginep di Hotel Village di daerah Bugis yang lokasinya super strategis ini. Alhamdulillah kesampaian juga pas liburan kali ini, meskipun enggak dapat tarif yang murah.

Karena sekolah di sekolah Islam, anak-anak mendapat ekstra libur di hari-hari Tasrik. Saya ajak anak-anak ke Singapura (lagi) karena ada voucher Jetstar $330, refund dari kesialan saya dan Si Ayah ketika jalan-jalan pacaran ke Taipei tahun lalu. Kok ndilalahnya, tanggal itu bertepatan dengan acara Formula 1 digelar di Singapura. Just my luck, harga hotel sudah tentu meroket. 


Saya memesan Hotel Village Bugis lewat website Booking dot com. Alasannya biar bisa mendapatkan pembatalan gratis. Waktu itu saya masih was-was karena sedang merebak virus Zika di negara tetangga ini. Tapi alhamdulillah, kenyataan di lapangan nggak seheboh yang diberitakan. Aktivitas di Singapura tetap normal, berjalan seperti biasa. Tarif Hotel Village semalam untuk tipe kamar keluarga (satu king bed dan satu single bed) sebesar SGD 305 atau kalau dirupiahkan Rp 2.919.541, termasuk pajak dan sarapan untuk 3 orang dewasa dan 1 anak. Hiks, lumayan mahal ya? Tapi memang ini tarif akhir pekan di peak season dan untuk kamar yang bisa dibatalkan. Tarif untuk kamar double bed biasa nggak semahal ini kok, low season mulai Rp 1,7 jutaan. Jadi untuk keluarga yang anaknya dua orang di bawah usia 12 tahun, bisa pesan kamar dengan dua double bed, tidak perlu ekstra bed. Saya pesan family room karena Big A memang sudah 14 tahun, hitungannya orang dewasa. Ouch :p

Biar dapat cashback dari pemesanan di booking.com, saya mengaktifkan akun ShopBack ID. Jadi nanti kita masih bisa dapat uang kembali sekitar 5% dari setiap pemesanan hotel. Lumayan sih, dapat kembalian Rp 191.653 untuk transaksi ini. Ikutan shopback ini cukup menguntungkan buat yang biasa belanja online, baik untuk pesan hotel, tiket pesawat, pulsa, baju-baju, grocery shopping, sampai tiket nonton bioskop. Yang tertarik ngumpulin recehan kayak The Emak, daftar Shopback pakai tautan ini ya, biar dapat bonus Rp 25.000.

Karena tarifnya nggak begitu irit, saya cuma menginap semalam di hotel ini. Yang tiga malam lainnya kami habiskan di Hotel Boss, dekat stasiun MRT Lavender, yang tarifnya lebih bersahabat.


Pintu masuk menuju resepsionis ada di Arab St. Jadi kalau kita naik MRT, turun di stasiun Bugis (jalur hijau), dan keluar dari Exit B yang menuju Raffles Hospital. Untuk urusan exit dari MRT ini jangan sampai salah ya, karena kalau nyasar harus putar jauh banget. Kalau sambil geret koper bisa nangis, hehehe. Jadi mending begitu turun dari MRT, cek peta lokal dulu, daripada nyasar. Dari Exit B kita jalan kaki menyusuri Victoria St sekitar 200m, baru belok kanan ke Arab St. Hotelnya ada di pojokan Victoria St dan Arab St.




Setelah cek out dari Hotel Boss, saya dan anak-anak jalan kaki menuju Hotel Village menyusuri North Bridge Rd. Kami sampai di lobi jam 10 pagi. Resepsionis bilang kamar kami akan siap sekitar jam 11, jadi dia menyarankan kami sarapan dulu di restoran Zam-Zam yang persis di seberang hotel. Dan kami nurut aja. Koper bisa dititipkan di hotel.

Alhamdulillah kami bisa early check in, meski tidak meminta secara khusus sebelumnya. Kami menunggu kedatangan Si Ayah yang menyusul dari Surabaya.

Kamar untuk keluarga ini luas banget. Dibandingkan kamar-kamar hotel di Singapura lainnya yang biasanya mini, kamar kami super legaaa. Big A seneng banget bisa dapat kasur sendiri setelah tiga malam harus rela tidur empet-empetan kena tendangan Little A. Dari ujung kasur ke televisi masih ada ruang untuk bermain dan makan lesehan.


Fasilitas hotel bintang ini terbilang lengkap. Ada mini bar, pembuat teh dan kopi, setrika, hair dryer, brankas, dan sandal kamar. Kamar mandinya juga luas, meski tidak ada bath tub nya. Amenities kamar mandi lengkap, termasuk sabun batangan, sabun cair, shampo, conditioner, serta pasta dan sikat gigi. Saya suka sabun dan shampo-nya, dari bahan tea tree oil. Amenities ini persis seperti yang saya dapat di hotel Rendezvous. Dua hotel ini sama-sama dari grup Far East Hospitality.

TV ada saluran untuk anak-anaknya: Cartoon Network dan Disney Junior. Tapi anak-anak tidak begitu suka CN. Mereka lebih suka bisa nonton youtube dari TV seperti di hotel Boss. Internet di kamar langsung nyambung, tapi sayangnya tidak begitu cepat. Wifinya masih kalah cepat dari hape yang saya belikan kartu telpon lokal Starhub. Ya udah, Si Ayah tethering dari hape saya yang nggak bakalan habis datanya karena beli pulsa $15 dapat bonus 100GB, hahaha.

Fasilitas lain yang cukup unik, hotel ini menyediakan smartphone untuk dipakai selama kami menginap di sini. Isinya informasi destinasi wisata dan diskonan belanja. Fasilitas ini gratis, tapi kalau ada kerusakan pada gadgetnya, bakalan ada denda yang mahal. Saya nggak berani utak-utik, hehehe.



Keunggulan hotel Village Bugis ini di lokasi, lokasi, lokasi. Memang lokasinya sangat strategis di tengah-tengah Arab Quarter/Kampong Glam. Mau makan enak, restoran halal Zam-Zam cuma sepelemparan batu dari hotel. Mau salat berjamaah, masjid Sultan tinggal jalan kaki nggak sampai 3 menit. Pemandangan Sultan Mosque yang cakep banget bisa terlihat dari jendela kamar kami di lantai 10.

Menyeberang jalan dari hotel ada Haji Lane, gang sempit yang terkenal dengan kafe dan ruko-rukonya yang cantik. Hotel ini juga hanya dua gang dari Jalan Pisang, yang ada kafe halalnya (The Lab), bakery halal (Fluff Bakery), dan restoran Hjh Maimunah, warung makan halal yang masuk daftar Michelin guide. Rekomendasi kafe-kafe trendi dan bakery yang halal di daerah Bugis ini, saya tulis di sini.

Sultan Mosque view from our room
selangkah dari hotel, langsung nemu perempatan ini
Hotel Village Bugis juga menyediakan sarapan prasmanan halal. Restoran The Landmark di lantai 5 mempunyai dapur dengan sertifikat halal dari MUIS. Sayangnya ketika kami makan di sana, pilihan menu sarapannya tidak semewah yang kami bayangkan. Pilihan makanannya termasuk di bawah standar untuk hotel sekelas bintang empat. Bahkan pilihan lauk dagingnya hanya chicken nugget. Saya kecewa berat karena memang niat pertama menginap di hotel ini adalah mencicipi sarapan halal, nggak perlu menghindari lauk daging seperti di hotel lainnya. Untuk rasa makanannya pun tidak istimewa. Si Ayah mencoba nasi goreng Singapura, saya mencoba bubur. Rasanya nggak ada rasanya, hiks. Little A juga kecewa karena tidak ada roti pratha dengan kari. Adanya roti puri. 

Sayuran untuk saladnya juga tidak sesegar salad di hotel Boss. Nilai plusnya di sini, ada berbagai macam roti dan pastry, pilihan sereal yang lebih banyak, dan ada egg station-nya. Kita bisa meminta dimasakkan telur sesuai selera. Kalau menurut saya, hidangan sarapannya tidak sebanding dengan tarif hotelnya.



A photo posted by Ade Kumalasari✈️Travel Blogger (@travelingprecils) on


Hotel Village mempunyai kolam renang dan juga gym di lantai yang sama dengan restoran untuk sarapan halal. Tapi kami tidak sempat berenang di sini. Apalagi paginya hujan dan kami harus cepat-cepat menuju Changi untuk mengejar pesawat kembali ke Surabaya.

Overall, kelebihan hotel ini ada di lokasi yang sangat strategis, fasilitas yang lengkap, serta kamar dan luas dan nyaman. Sayangnya sarapannya tidak memuaskan dan harganya juga lumayan mahal. Kalau nggak keberatan dengan tarif hotelnya, memang enak banget nginep di sini, ke mana-mana dekat tinggal jalan kaki. Saya merekomendasikan hotel ini kalau jalan-jalan dengan keluarga membawa orang tua yang tidak kuat jalan jauh.

Pilihan lain untuk hotel yang lebih murah di lokasi ini adalah Hotel Marrison, yang dekat dengan MRT Bugis exit D, atau kalau tidak keberatan tinggal di hostel, ada beberapa pilihan di area Bugis ini. Untuk sarapan halal, banyak warung yang sudah buka di pagi hari, termasuk Zam-Zam, Hjh Maimunah, Sabar Menanti (masakan Padang) dan beberapa warung makan lainnya di sepanjang North Bridge Rd.



~ The Emak

Saya sudah lama pengen nginep di Hotel Village di daerah Bugis yang lokasinya super strategis ini. Alhamdulillah kesampaian juga pas liburan kali ini, meskipun enggak dapat tarif yang murah.

Karena sekolah di sekolah Islam, anak-anak mendapat ekstra libur di hari-hari Tasrik. Saya ajak anak-anak ke Singapura (lagi) karena ada voucher Jetstar $330, refund dari kesialan saya dan Si Ayah ketika jalan-jalan pacaran ke Taipei tahun lalu. Kok ndilalahnya, tanggal itu bertepatan dengan acara Formula 1 digelar di Singapura. Just my luck, harga hotel sudah tentu meroket. 


Saya memesan Hotel Village Bugis lewat website Booking dot com. Alasannya biar bisa mendapatkan pembatalan gratis. Waktu itu saya masih was-was karena sedang merebak virus Zika di negara tetangga ini. Tapi alhamdulillah, kenyataan di lapangan nggak seheboh yang diberitakan. Aktivitas di Singapura tetap normal, berjalan seperti biasa. Tarif Hotel Village semalam untuk tipe kamar keluarga (satu king bed dan satu single bed) sebesar SGD 305 atau kalau dirupiahkan Rp 2.919.541, termasuk pajak dan sarapan untuk 3 orang dewasa dan 1 anak. Hiks, lumayan mahal ya? Tapi memang ini tarif akhir pekan di peak season dan untuk kamar yang bisa dibatalkan. Tarif untuk kamar double bed biasa nggak semahal ini kok, low season mulai Rp 1,7 jutaan. Jadi untuk keluarga yang anaknya dua orang di bawah usia 12 tahun, bisa pesan kamar dengan dua double bed, tidak perlu ekstra bed. Saya pesan family room karena Big A memang sudah 14 tahun, hitungannya orang dewasa. Ouch :p

Biar dapat cashback dari pemesanan di booking.com, saya mengaktifkan akun ShopBack ID. Jadi nanti kita masih bisa dapat uang kembali sekitar 5% dari setiap pemesanan hotel. Lumayan sih, dapat kembalian Rp 191.653 untuk transaksi ini. Ikutan shopback ini cukup menguntungkan buat yang biasa belanja online, baik untuk pesan hotel, tiket pesawat, pulsa, baju-baju, grocery shopping, sampai tiket nonton bioskop. Yang tertarik ngumpulin recehan kayak The Emak, daftar Shopback pakai tautan ini ya, biar dapat bonus Rp 25.000.

Karena tarifnya nggak begitu irit, saya cuma menginap semalam di hotel ini. Yang tiga malam lainnya kami habiskan di Hotel Boss, dekat stasiun MRT Lavender, yang tarifnya lebih bersahabat.


Pintu masuk menuju resepsionis ada di Arab St. Jadi kalau kita naik MRT, turun di stasiun Bugis (jalur hijau), dan keluar dari Exit B yang menuju Raffles Hospital. Untuk urusan exit dari MRT ini jangan sampai salah ya, karena kalau nyasar harus putar jauh banget. Kalau sambil geret koper bisa nangis, hehehe. Jadi mending begitu turun dari MRT, cek peta lokal dulu, daripada nyasar. Dari Exit B kita jalan kaki menyusuri Victoria St sekitar 200m, baru belok kanan ke Arab St. Hotelnya ada di pojokan Victoria St dan Arab St.




Setelah cek out dari Hotel Boss, saya dan anak-anak jalan kaki menuju Hotel Village menyusuri North Bridge Rd. Kami sampai di lobi jam 10 pagi. Resepsionis bilang kamar kami akan siap sekitar jam 11, jadi dia menyarankan kami sarapan dulu di restoran Zam-Zam yang persis di seberang hotel. Dan kami nurut aja. Koper bisa dititipkan di hotel.

Alhamdulillah kami bisa early check in, meski tidak meminta secara khusus sebelumnya. Kami menunggu kedatangan Si Ayah yang menyusul dari Surabaya.

Kamar untuk keluarga ini luas banget. Dibandingkan kamar-kamar hotel di Singapura lainnya yang biasanya mini, kamar kami super legaaa. Big A seneng banget bisa dapat kasur sendiri setelah tiga malam harus rela tidur empet-empetan kena tendangan Little A. Dari ujung kasur ke televisi masih ada ruang untuk bermain dan makan lesehan.


Fasilitas hotel bintang ini terbilang lengkap. Ada mini bar, pembuat teh dan kopi, setrika, hair dryer, brankas, dan sandal kamar. Kamar mandinya juga luas, meski tidak ada bath tub nya. Amenities kamar mandi lengkap, termasuk sabun batangan, sabun cair, shampo, conditioner, serta pasta dan sikat gigi. Saya suka sabun dan shampo-nya, dari bahan tea tree oil. Amenities ini persis seperti yang saya dapat di hotel Rendezvous. Dua hotel ini sama-sama dari grup Far East Hospitality.

TV ada saluran untuk anak-anaknya: Cartoon Network dan Disney Junior. Tapi anak-anak tidak begitu suka CN. Mereka lebih suka bisa nonton youtube dari TV seperti di hotel Boss. Internet di kamar langsung nyambung, tapi sayangnya tidak begitu cepat. Wifinya masih kalah cepat dari hape yang saya belikan kartu telpon lokal Starhub. Ya udah, Si Ayah tethering dari hape saya yang nggak bakalan habis datanya karena beli pulsa $15 dapat bonus 100GB, hahaha.

Fasilitas lain yang cukup unik, hotel ini menyediakan smartphone untuk dipakai selama kami menginap di sini. Isinya informasi destinasi wisata dan diskonan belanja. Fasilitas ini gratis, tapi kalau ada kerusakan pada gadgetnya, bakalan ada denda yang mahal. Saya nggak berani utak-utik, hehehe.



Keunggulan hotel Village Bugis ini di lokasi, lokasi, lokasi. Memang lokasinya sangat strategis di tengah-tengah Arab Quarter/Kampong Glam. Mau makan enak, restoran halal Zam-Zam cuma sepelemparan batu dari hotel. Mau salat berjamaah, masjid Sultan tinggal jalan kaki nggak sampai 3 menit. Pemandangan Sultan Mosque yang cakep banget bisa terlihat dari jendela kamar kami di lantai 10.

Menyeberang jalan dari hotel ada Haji Lane, gang sempit yang terkenal dengan kafe dan ruko-rukonya yang cantik. Hotel ini juga hanya dua gang dari Jalan Pisang, yang ada kafe halalnya (The Lab), bakery halal (Fluff Bakery), dan restoran Hjh Maimunah, warung makan halal yang masuk daftar Michelin guide. Rekomendasi kafe-kafe trendi dan bakery yang halal di daerah Bugis ini, saya tulis di sini.

Sultan Mosque view from our room
selangkah dari hotel, langsung nemu perempatan ini
Hotel Village Bugis juga menyediakan sarapan prasmanan halal. Restoran The Landmark di lantai 5 mempunyai dapur dengan sertifikat halal dari MUIS. Sayangnya ketika kami makan di sana, pilihan menu sarapannya tidak semewah yang kami bayangkan. Pilihan makanannya termasuk di bawah standar untuk hotel sekelas bintang empat. Bahkan pilihan lauk dagingnya hanya chicken nugget. Saya kecewa berat karena memang niat pertama menginap di hotel ini adalah mencicipi sarapan halal, nggak perlu menghindari lauk daging seperti di hotel lainnya. Untuk rasa makanannya pun tidak istimewa. Si Ayah mencoba nasi goreng Singapura, saya mencoba bubur. Rasanya nggak ada rasanya, hiks. Little A juga kecewa karena tidak ada roti pratha dengan kari. Adanya roti puri. 

Sayuran untuk saladnya juga tidak sesegar salad di hotel Boss. Nilai plusnya di sini, ada berbagai macam roti dan pastry, pilihan sereal yang lebih banyak, dan ada egg station-nya. Kita bisa meminta dimasakkan telur sesuai selera. Kalau menurut saya, hidangan sarapannya tidak sebanding dengan tarif hotelnya.



A photo posted by Ade Kumalasari✈️Travel Blogger (@travelingprecils) on


Hotel Village mempunyai kolam renang dan juga gym di lantai yang sama dengan restoran untuk sarapan halal. Tapi kami tidak sempat berenang di sini. Apalagi paginya hujan dan kami harus cepat-cepat menuju Changi untuk mengejar pesawat kembali ke Surabaya.

Overall, kelebihan hotel ini ada di lokasi yang sangat strategis, fasilitas yang lengkap, serta kamar dan luas dan nyaman. Sayangnya sarapannya tidak memuaskan dan harganya juga lumayan mahal. Kalau nggak keberatan dengan tarif hotelnya, memang enak banget nginep di sini, ke mana-mana dekat tinggal jalan kaki. Saya merekomendasikan hotel ini kalau jalan-jalan dengan keluarga membawa orang tua yang tidak kuat jalan jauh.

Pilihan lain untuk hotel yang lebih murah di lokasi ini adalah Hotel Marrison, yang dekat dengan MRT Bugis exit D, atau kalau tidak keberatan tinggal di hostel, ada beberapa pilihan di area Bugis ini. Untuk sarapan halal, banyak warung yang sudah buka di pagi hari, termasuk Zam-Zam, Hjh Maimunah, Sabar Menanti (masakan Padang) dan beberapa warung makan lainnya di sepanjang North Bridge Rd.



~ The Emak

Saya sudah lama pengen nginep di Hotel Village di daerah Bugis yang lokasinya super strategis ini. Alhamdulillah kesampaian juga pas liburan kali ini, meskipun enggak dapat tarif yang murah.

Karena sekolah di sekolah Islam, anak-anak mendapat ekstra libur di hari-hari Tasrik. Saya ajak anak-anak ke Singapura (lagi) karena ada voucher Jetstar $330, refund dari kesialan saya dan Si Ayah ketika jalan-jalan pacaran ke Taipei tahun lalu. Kok ndilalahnya, tanggal itu bertepatan dengan acara Formula 1 digelar di Singapura. Just my luck, harga hotel sudah tentu meroket. 


Saya memesan Hotel Village Bugis lewat website Booking dot com. Alasannya biar bisa mendapatkan pembatalan gratis. Waktu itu saya masih was-was karena sedang merebak virus Zika di negara tetangga ini. Tapi alhamdulillah, kenyataan di lapangan nggak seheboh yang diberitakan. Aktivitas di Singapura tetap normal, berjalan seperti biasa. Tarif Hotel Village semalam untuk tipe kamar keluarga (satu king bed dan satu single bed) sebesar SGD 305 atau kalau dirupiahkan Rp 2.919.541, termasuk pajak dan sarapan untuk 3 orang dewasa dan 1 anak. Hiks, lumayan mahal ya? Tapi memang ini tarif akhir pekan di peak season dan untuk kamar yang bisa dibatalkan. Tarif untuk kamar double bed biasa nggak semahal ini kok, low season mulai Rp 1,7 jutaan. Jadi untuk keluarga yang anaknya dua orang di bawah usia 12 tahun, bisa pesan kamar dengan dua double bed, tidak perlu ekstra bed. Saya pesan family room karena Big A memang sudah 14 tahun, hitungannya orang dewasa. Ouch :p

Biar dapat cashback dari pemesanan di booking.com, saya mengaktifkan akun ShopBack ID. Jadi nanti kita masih bisa dapat uang kembali sekitar 5% dari setiap pemesanan hotel. Lumayan sih, dapat kembalian Rp 191.653 untuk transaksi ini. Ikutan shopback ini cukup menguntungkan buat yang biasa belanja online, baik untuk pesan hotel, tiket pesawat, pulsa, baju-baju, grocery shopping, sampai tiket nonton bioskop. Yang tertarik ngumpulin recehan kayak The Emak, daftar Shopback pakai tautan ini ya, biar dapat bonus Rp 25.000.

Karena tarifnya nggak begitu irit, saya cuma menginap semalam di hotel ini. Yang tiga malam lainnya kami habiskan di Hotel Boss, dekat stasiun MRT Lavender, yang tarifnya lebih bersahabat.


Pintu masuk menuju resepsionis ada di Arab St. Jadi kalau kita naik MRT, turun di stasiun Bugis (jalur hijau), dan keluar dari Exit B yang menuju Raffles Hospital. Untuk urusan exit dari MRT ini jangan sampai salah ya, karena kalau nyasar harus putar jauh banget. Kalau sambil geret koper bisa nangis, hehehe. Jadi mending begitu turun dari MRT, cek peta lokal dulu, daripada nyasar. Dari Exit B kita jalan kaki menyusuri Victoria St sekitar 200m, baru belok kanan ke Arab St. Hotelnya ada di pojokan Victoria St dan Arab St.




Setelah cek out dari Hotel Boss, saya dan anak-anak jalan kaki menuju Hotel Village menyusuri North Bridge Rd. Kami sampai di lobi jam 10 pagi. Resepsionis bilang kamar kami akan siap sekitar jam 11, jadi dia menyarankan kami sarapan dulu di restoran Zam-Zam yang persis di seberang hotel. Dan kami nurut aja. Koper bisa dititipkan di hotel.

Alhamdulillah kami bisa early check in, meski tidak meminta secara khusus sebelumnya. Kami menunggu kedatangan Si Ayah yang menyusul dari Surabaya.

Kamar untuk keluarga ini luas banget. Dibandingkan kamar-kamar hotel di Singapura lainnya yang biasanya mini, kamar kami super legaaa. Big A seneng banget bisa dapat kasur sendiri setelah tiga malam harus rela tidur empet-empetan kena tendangan Little A. Dari ujung kasur ke televisi masih ada ruang untuk bermain dan makan lesehan.


Fasilitas hotel bintang ini terbilang lengkap. Ada mini bar, pembuat teh dan kopi, setrika, hair dryer, brankas, dan sandal kamar. Kamar mandinya juga luas, meski tidak ada bath tub nya. Amenities kamar mandi lengkap, termasuk sabun batangan, sabun cair, shampo, conditioner, serta pasta dan sikat gigi. Saya suka sabun dan shampo-nya, dari bahan tea tree oil. Amenities ini persis seperti yang saya dapat di hotel Rendezvous. Dua hotel ini sama-sama dari grup Far East Hospitality.

TV ada saluran untuk anak-anaknya: Cartoon Network dan Disney Junior. Tapi anak-anak tidak begitu suka CN. Mereka lebih suka bisa nonton youtube dari TV seperti di hotel Boss. Internet di kamar langsung nyambung, tapi sayangnya tidak begitu cepat. Wifinya masih kalah cepat dari hape yang saya belikan kartu telpon lokal Starhub. Ya udah, Si Ayah tethering dari hape saya yang nggak bakalan habis datanya karena beli pulsa $15 dapat bonus 100GB, hahaha.

Fasilitas lain yang cukup unik, hotel ini menyediakan smartphone untuk dipakai selama kami menginap di sini. Isinya informasi destinasi wisata dan diskonan belanja. Fasilitas ini gratis, tapi kalau ada kerusakan pada gadgetnya, bakalan ada denda yang mahal. Saya nggak berani utak-utik, hehehe.



Keunggulan hotel Village Bugis ini di lokasi, lokasi, lokasi. Memang lokasinya sangat strategis di tengah-tengah Arab Quarter/Kampong Glam. Mau makan enak, restoran halal Zam-Zam cuma sepelemparan batu dari hotel. Mau salat berjamaah, masjid Sultan tinggal jalan kaki nggak sampai 3 menit. Pemandangan Sultan Mosque yang cakep banget bisa terlihat dari jendela kamar kami di lantai 10.

Menyeberang jalan dari hotel ada Haji Lane, gang sempit yang terkenal dengan kafe dan ruko-rukonya yang cantik. Hotel ini juga hanya dua gang dari Jalan Pisang, yang ada kafe halalnya (The Lab), bakery halal (Fluff Bakery), dan restoran Hjh Maimunah, warung makan halal yang masuk daftar Michelin guide. Rekomendasi kafe-kafe trendi dan bakery yang halal di daerah Bugis ini, saya tulis di sini.

Sultan Mosque view from our room
selangkah dari hotel, langsung nemu perempatan ini
Hotel Village Bugis juga menyediakan sarapan prasmanan halal. Restoran The Landmark di lantai 5 mempunyai dapur dengan sertifikat halal dari MUIS. Sayangnya ketika kami makan di sana, pilihan menu sarapannya tidak semewah yang kami bayangkan. Pilihan makanannya termasuk di bawah standar untuk hotel sekelas bintang empat. Bahkan pilihan lauk dagingnya hanya chicken nugget. Saya kecewa berat karena memang niat pertama menginap di hotel ini adalah mencicipi sarapan halal, nggak perlu menghindari lauk daging seperti di hotel lainnya. Untuk rasa makanannya pun tidak istimewa. Si Ayah mencoba nasi goreng Singapura, saya mencoba bubur. Rasanya nggak ada rasanya, hiks. Little A juga kecewa karena tidak ada roti pratha dengan kari. Adanya roti puri. 

Sayuran untuk saladnya juga tidak sesegar salad di hotel Boss. Nilai plusnya di sini, ada berbagai macam roti dan pastry, pilihan sereal yang lebih banyak, dan ada egg station-nya. Kita bisa meminta dimasakkan telur sesuai selera. Kalau menurut saya, hidangan sarapannya tidak sebanding dengan tarif hotelnya.



A photo posted by Ade Kumalasari✈️Travel Blogger (@travelingprecils) on


Hotel Village mempunyai kolam renang dan juga gym di lantai yang sama dengan restoran untuk sarapan halal. Tapi kami tidak sempat berenang di sini. Apalagi paginya hujan dan kami harus cepat-cepat menuju Changi untuk mengejar pesawat kembali ke Surabaya.

Overall, kelebihan hotel ini ada di lokasi yang sangat strategis, fasilitas yang lengkap, serta kamar dan luas dan nyaman. Sayangnya sarapannya tidak memuaskan dan harganya juga lumayan mahal. Kalau nggak keberatan dengan tarif hotelnya, memang enak banget nginep di sini, ke mana-mana dekat tinggal jalan kaki. Saya merekomendasikan hotel ini kalau jalan-jalan dengan keluarga membawa orang tua yang tidak kuat jalan jauh.

Pilihan lain untuk hotel yang lebih murah di lokasi ini adalah Hotel Marrison, yang dekat dengan MRT Bugis exit D, atau kalau tidak keberatan tinggal di hostel, ada beberapa pilihan di area Bugis ini. Untuk sarapan halal, banyak warung yang sudah buka di pagi hari, termasuk Zam-Zam, Hjh Maimunah, Sabar Menanti (masakan Padang) dan beberapa warung makan lainnya di sepanjang North Bridge Rd.



~ The Emak

Saya sudah lama pengen nginep di Hotel Village di daerah Bugis yang lokasinya super strategis ini. Alhamdulillah kesampaian juga pas liburan kali ini, meskipun enggak dapat tarif yang murah.

Karena sekolah di sekolah Islam, anak-anak mendapat ekstra libur di hari-hari Tasrik. Saya ajak anak-anak ke Singapura (lagi) karena ada voucher Jetstar $330, refund dari kesialan saya dan Si Ayah ketika jalan-jalan pacaran ke Taipei tahun lalu. Kok ndilalahnya, tanggal itu bertepatan dengan acara Formula 1 digelar di Singapura. Just my luck, harga hotel sudah tentu meroket. 


Saya memesan Hotel Village Bugis lewat website Booking dot com. Alasannya biar bisa mendapatkan pembatalan gratis. Waktu itu saya masih was-was karena sedang merebak virus Zika di negara tetangga ini. Tapi alhamdulillah, kenyataan di lapangan nggak seheboh yang diberitakan. Aktivitas di Singapura tetap normal, berjalan seperti biasa. Tarif Hotel Village semalam untuk tipe kamar keluarga (satu king bed dan satu single bed) sebesar SGD 305 atau kalau dirupiahkan Rp 2.919.541, termasuk pajak dan sarapan untuk 3 orang dewasa dan 1 anak. Hiks, lumayan mahal ya? Tapi memang ini tarif akhir pekan di peak season dan untuk kamar yang bisa dibatalkan. Tarif untuk kamar double bed biasa nggak semahal ini kok, low season mulai Rp 1,7 jutaan. Jadi untuk keluarga yang anaknya dua orang di bawah usia 12 tahun, bisa pesan kamar dengan dua double bed, tidak perlu ekstra bed. Saya pesan family room karena Big A memang sudah 14 tahun, hitungannya orang dewasa. Ouch :p

Biar dapat cashback dari pemesanan di booking.com, saya mengaktifkan akun ShopBack ID. Jadi nanti kita masih bisa dapat uang kembali sekitar 5% dari setiap pemesanan hotel. Lumayan sih, dapat kembalian Rp 191.653 untuk transaksi ini. Ikutan shopback ini cukup menguntungkan buat yang biasa belanja online, baik untuk pesan hotel, tiket pesawat, pulsa, baju-baju, grocery shopping, sampai tiket nonton bioskop. Yang tertarik ngumpulin recehan kayak The Emak, daftar Shopback pakai tautan ini ya, biar dapat bonus Rp 25.000.

Karena tarifnya nggak begitu irit, saya cuma menginap semalam di hotel ini. Yang tiga malam lainnya kami habiskan di Hotel Boss, dekat stasiun MRT Lavender, yang tarifnya lebih bersahabat.


Pintu masuk menuju resepsionis ada di Arab St. Jadi kalau kita naik MRT, turun di stasiun Bugis (jalur hijau), dan keluar dari Exit B yang menuju Raffles Hospital. Untuk urusan exit dari MRT ini jangan sampai salah ya, karena kalau nyasar harus putar jauh banget. Kalau sambil geret koper bisa nangis, hehehe. Jadi mending begitu turun dari MRT, cek peta lokal dulu, daripada nyasar. Dari Exit B kita jalan kaki menyusuri Victoria St sekitar 200m, baru belok kanan ke Arab St. Hotelnya ada di pojokan Victoria St dan Arab St.




Setelah cek out dari Hotel Boss, saya dan anak-anak jalan kaki menuju Hotel Village menyusuri North Bridge Rd. Kami sampai di lobi jam 10 pagi. Resepsionis bilang kamar kami akan siap sekitar jam 11, jadi dia menyarankan kami sarapan dulu di restoran Zam-Zam yang persis di seberang hotel. Dan kami nurut aja. Koper bisa dititipkan di hotel.

Alhamdulillah kami bisa early check in, meski tidak meminta secara khusus sebelumnya. Kami menunggu kedatangan Si Ayah yang menyusul dari Surabaya.

Kamar untuk keluarga ini luas banget. Dibandingkan kamar-kamar hotel di Singapura lainnya yang biasanya mini, kamar kami super legaaa. Big A seneng banget bisa dapat kasur sendiri setelah tiga malam harus rela tidur empet-empetan kena tendangan Little A. Dari ujung kasur ke televisi masih ada ruang untuk bermain dan makan lesehan.


Fasilitas hotel bintang ini terbilang lengkap. Ada mini bar, pembuat teh dan kopi, setrika, hair dryer, brankas, dan sandal kamar. Kamar mandinya juga luas, meski tidak ada bath tub nya. Amenities kamar mandi lengkap, termasuk sabun batangan, sabun cair, shampo, conditioner, serta pasta dan sikat gigi. Saya suka sabun dan shampo-nya, dari bahan tea tree oil. Amenities ini persis seperti yang saya dapat di hotel Rendezvous. Dua hotel ini sama-sama dari grup Far East Hospitality.

TV ada saluran untuk anak-anaknya: Cartoon Network dan Disney Junior. Tapi anak-anak tidak begitu suka CN. Mereka lebih suka bisa nonton youtube dari TV seperti di hotel Boss. Internet di kamar langsung nyambung, tapi sayangnya tidak begitu cepat. Wifinya masih kalah cepat dari hape yang saya belikan kartu telpon lokal Starhub. Ya udah, Si Ayah tethering dari hape saya yang nggak bakalan habis datanya karena beli pulsa $15 dapat bonus 100GB, hahaha.

Fasilitas lain yang cukup unik, hotel ini menyediakan smartphone untuk dipakai selama kami menginap di sini. Isinya informasi destinasi wisata dan diskonan belanja. Fasilitas ini gratis, tapi kalau ada kerusakan pada gadgetnya, bakalan ada denda yang mahal. Saya nggak berani utak-utik, hehehe.



Keunggulan hotel Village Bugis ini di lokasi, lokasi, lokasi. Memang lokasinya sangat strategis di tengah-tengah Arab Quarter/Kampong Glam. Mau makan enak, restoran halal Zam-Zam cuma sepelemparan batu dari hotel. Mau salat berjamaah, masjid Sultan tinggal jalan kaki nggak sampai 3 menit. Pemandangan Sultan Mosque yang cakep banget bisa terlihat dari jendela kamar kami di lantai 10.

Menyeberang jalan dari hotel ada Haji Lane, gang sempit yang terkenal dengan kafe dan ruko-rukonya yang cantik. Hotel ini juga hanya dua gang dari Jalan Pisang, yang ada kafe halalnya (The Lab), bakery halal (Fluff Bakery), dan restoran Hjh Maimunah, warung makan halal yang masuk daftar Michelin guide. Rekomendasi kafe-kafe trendi dan bakery yang halal di daerah Bugis ini, saya tulis di sini.

Sultan Mosque view from our room
selangkah dari hotel, langsung nemu perempatan ini
Hotel Village Bugis juga menyediakan sarapan prasmanan halal. Restoran The Landmark di lantai 5 mempunyai dapur dengan sertifikat halal dari MUIS. Sayangnya ketika kami makan di sana, pilihan menu sarapannya tidak semewah yang kami bayangkan. Pilihan makanannya termasuk di bawah standar untuk hotel sekelas bintang empat. Bahkan pilihan lauk dagingnya hanya chicken nugget. Saya kecewa berat karena memang niat pertama menginap di hotel ini adalah mencicipi sarapan halal, nggak perlu menghindari lauk daging seperti di hotel lainnya. Untuk rasa makanannya pun tidak istimewa. Si Ayah mencoba nasi goreng Singapura, saya mencoba bubur. Rasanya nggak ada rasanya, hiks. Little A juga kecewa karena tidak ada roti pratha dengan kari. Adanya roti puri. 

Sayuran untuk saladnya juga tidak sesegar salad di hotel Boss. Nilai plusnya di sini, ada berbagai macam roti dan pastry, pilihan sereal yang lebih banyak, dan ada egg station-nya. Kita bisa meminta dimasakkan telur sesuai selera. Kalau menurut saya, hidangan sarapannya tidak sebanding dengan tarif hotelnya.



A photo posted by Ade Kumalasari✈️Travel Blogger (@travelingprecils) on


Hotel Village mempunyai kolam renang dan juga gym di lantai yang sama dengan restoran untuk sarapan halal. Tapi kami tidak sempat berenang di sini. Apalagi paginya hujan dan kami harus cepat-cepat menuju Changi untuk mengejar pesawat kembali ke Surabaya.

Overall, kelebihan hotel ini ada di lokasi yang sangat strategis, fasilitas yang lengkap, serta kamar dan luas dan nyaman. Sayangnya sarapannya tidak memuaskan dan harganya juga lumayan mahal. Kalau nggak keberatan dengan tarif hotelnya, memang enak banget nginep di sini, ke mana-mana dekat tinggal jalan kaki. Saya merekomendasikan hotel ini kalau jalan-jalan dengan keluarga membawa orang tua yang tidak kuat jalan jauh.

Pilihan lain untuk hotel yang lebih murah di lokasi ini adalah Hotel Marrison, yang dekat dengan MRT Bugis exit D, atau kalau tidak keberatan tinggal di hostel, ada beberapa pilihan di area Bugis ini. Untuk sarapan halal, banyak warung yang sudah buka di pagi hari, termasuk Zam-Zam, Hjh Maimunah, Sabar Menanti (masakan Padang) dan beberapa warung makan lainnya di sepanjang North Bridge Rd.



~ The Emak

Saya sudah lama pengen nginep di Hotel Village di daerah Bugis yang lokasinya super strategis ini. Alhamdulillah kesampaian juga pas liburan kali ini, meskipun enggak dapat tarif yang murah.

Karena sekolah di sekolah Islam, anak-anak mendapat ekstra libur di hari-hari Tasrik. Saya ajak anak-anak ke Singapura (lagi) karena ada voucher Jetstar $330, refund dari kesialan saya dan Si Ayah ketika jalan-jalan pacaran ke Taipei tahun lalu. Kok ndilalahnya, tanggal itu bertepatan dengan acara Formula 1 digelar di Singapura. Just my luck, harga hotel sudah tentu meroket. 


Saya memesan Hotel Village Bugis lewat website Booking dot com. Alasannya biar bisa mendapatkan pembatalan gratis. Waktu itu saya masih was-was karena sedang merebak virus Zika di negara tetangga ini. Tapi alhamdulillah, kenyataan di lapangan nggak seheboh yang diberitakan. Aktivitas di Singapura tetap normal, berjalan seperti biasa. Tarif Hotel Village semalam untuk tipe kamar keluarga (satu king bed dan satu single bed) sebesar SGD 305 atau kalau dirupiahkan Rp 2.919.541, termasuk pajak dan sarapan untuk 3 orang dewasa dan 1 anak. Hiks, lumayan mahal ya? Tapi memang ini tarif akhir pekan di peak season dan untuk kamar yang bisa dibatalkan. Tarif untuk kamar double bed biasa nggak semahal ini kok, low season mulai Rp 1,7 jutaan. Jadi untuk keluarga yang anaknya dua orang di bawah usia 12 tahun, bisa pesan kamar dengan dua double bed, tidak perlu ekstra bed. Saya pesan family room karena Big A memang sudah 14 tahun, hitungannya orang dewasa. Ouch :p

Biar dapat cashback dari pemesanan di booking.com, saya mengaktifkan akun ShopBack ID. Jadi nanti kita masih bisa dapat uang kembali sekitar 5% dari setiap pemesanan hotel. Lumayan sih, dapat kembalian Rp 191.653 untuk transaksi ini. Ikutan shopback ini cukup menguntungkan buat yang biasa belanja online, baik untuk pesan hotel, tiket pesawat, pulsa, baju-baju, grocery shopping, sampai tiket nonton bioskop. Yang tertarik ngumpulin recehan kayak The Emak, daftar Shopback pakai tautan ini ya, biar dapat bonus Rp 25.000.

Karena tarifnya nggak begitu irit, saya cuma menginap semalam di hotel ini. Yang tiga malam lainnya kami habiskan di Hotel Boss, dekat stasiun MRT Lavender, yang tarifnya lebih bersahabat.


Pintu masuk menuju resepsionis ada di Arab St. Jadi kalau kita naik MRT, turun di stasiun Bugis (jalur hijau), dan keluar dari Exit B yang menuju Raffles Hospital. Untuk urusan exit dari MRT ini jangan sampai salah ya, karena kalau nyasar harus putar jauh banget. Kalau sambil geret koper bisa nangis, hehehe. Jadi mending begitu turun dari MRT, cek peta lokal dulu, daripada nyasar. Dari Exit B kita jalan kaki menyusuri Victoria St sekitar 200m, baru belok kanan ke Arab St. Hotelnya ada di pojokan Victoria St dan Arab St.




Setelah cek out dari Hotel Boss, saya dan anak-anak jalan kaki menuju Hotel Village menyusuri North Bridge Rd. Kami sampai di lobi jam 10 pagi. Resepsionis bilang kamar kami akan siap sekitar jam 11, jadi dia menyarankan kami sarapan dulu di restoran Zam-Zam yang persis di seberang hotel. Dan kami nurut aja. Koper bisa dititipkan di hotel.

Alhamdulillah kami bisa early check in, meski tidak meminta secara khusus sebelumnya. Kami menunggu kedatangan Si Ayah yang menyusul dari Surabaya.

Kamar untuk keluarga ini luas banget. Dibandingkan kamar-kamar hotel di Singapura lainnya yang biasanya mini, kamar kami super legaaa. Big A seneng banget bisa dapat kasur sendiri setelah tiga malam harus rela tidur empet-empetan kena tendangan Little A. Dari ujung kasur ke televisi masih ada ruang untuk bermain dan makan lesehan.


Fasilitas hotel bintang ini terbilang lengkap. Ada mini bar, pembuat teh dan kopi, setrika, hair dryer, brankas, dan sandal kamar. Kamar mandinya juga luas, meski tidak ada bath tub nya. Amenities kamar mandi lengkap, termasuk sabun batangan, sabun cair, shampo, conditioner, serta pasta dan sikat gigi. Saya suka sabun dan shampo-nya, dari bahan tea tree oil. Amenities ini persis seperti yang saya dapat di hotel Rendezvous. Dua hotel ini sama-sama dari grup Far East Hospitality.

TV ada saluran untuk anak-anaknya: Cartoon Network dan Disney Junior. Tapi anak-anak tidak begitu suka CN. Mereka lebih suka bisa nonton youtube dari TV seperti di hotel Boss. Internet di kamar langsung nyambung, tapi sayangnya tidak begitu cepat. Wifinya masih kalah cepat dari hape yang saya belikan kartu telpon lokal Starhub. Ya udah, Si Ayah tethering dari hape saya yang nggak bakalan habis datanya karena beli pulsa $15 dapat bonus 100GB, hahaha.

Fasilitas lain yang cukup unik, hotel ini menyediakan smartphone untuk dipakai selama kami menginap di sini. Isinya informasi destinasi wisata dan diskonan belanja. Fasilitas ini gratis, tapi kalau ada kerusakan pada gadgetnya, bakalan ada denda yang mahal. Saya nggak berani utak-utik, hehehe.



Keunggulan hotel Village Bugis ini di lokasi, lokasi, lokasi. Memang lokasinya sangat strategis di tengah-tengah Arab Quarter/Kampong Glam. Mau makan enak, restoran halal Zam-Zam cuma sepelemparan batu dari hotel. Mau salat berjamaah, masjid Sultan tinggal jalan kaki nggak sampai 3 menit. Pemandangan Sultan Mosque yang cakep banget bisa terlihat dari jendela kamar kami di lantai 10.

Menyeberang jalan dari hotel ada Haji Lane, gang sempit yang terkenal dengan kafe dan ruko-rukonya yang cantik. Hotel ini juga hanya dua gang dari Jalan Pisang, yang ada kafe halalnya (The Lab), bakery halal (Fluff Bakery), dan restoran Hjh Maimunah, warung makan halal yang masuk daftar Michelin guide. Rekomendasi kafe-kafe trendi dan bakery yang halal di daerah Bugis ini, saya tulis di sini.

Sultan Mosque view from our room
selangkah dari hotel, langsung nemu perempatan ini
Hotel Village Bugis juga menyediakan sarapan prasmanan halal. Restoran The Landmark di lantai 5 mempunyai dapur dengan sertifikat halal dari MUIS. Sayangnya ketika kami makan di sana, pilihan menu sarapannya tidak semewah yang kami bayangkan. Pilihan makanannya termasuk di bawah standar untuk hotel sekelas bintang empat. Bahkan pilihan lauk dagingnya hanya chicken nugget. Saya kecewa berat karena memang niat pertama menginap di hotel ini adalah mencicipi sarapan halal, nggak perlu menghindari lauk daging seperti di hotel lainnya. Untuk rasa makanannya pun tidak istimewa. Si Ayah mencoba nasi goreng Singapura, saya mencoba bubur. Rasanya nggak ada rasanya, hiks. Little A juga kecewa karena tidak ada roti pratha dengan kari. Adanya roti puri. 

Sayuran untuk saladnya juga tidak sesegar salad di hotel Boss. Nilai plusnya di sini, ada berbagai macam roti dan pastry, pilihan sereal yang lebih banyak, dan ada egg station-nya. Kita bisa meminta dimasakkan telur sesuai selera. Kalau menurut saya, hidangan sarapannya tidak sebanding dengan tarif hotelnya.



A photo posted by Ade Kumalasari✈️Travel Blogger (@travelingprecils) on


Hotel Village mempunyai kolam renang dan juga gym di lantai yang sama dengan restoran untuk sarapan halal. Tapi kami tidak sempat berenang di sini. Apalagi paginya hujan dan kami harus cepat-cepat menuju Changi untuk mengejar pesawat kembali ke Surabaya.

Overall, kelebihan hotel ini ada di lokasi yang sangat strategis, fasilitas yang lengkap, serta kamar dan luas dan nyaman. Sayangnya sarapannya tidak memuaskan dan harganya juga lumayan mahal. Kalau nggak keberatan dengan tarif hotelnya, memang enak banget nginep di sini, ke mana-mana dekat tinggal jalan kaki. Saya merekomendasikan hotel ini kalau jalan-jalan dengan keluarga membawa orang tua yang tidak kuat jalan jauh.

Pilihan lain untuk hotel yang lebih murah di lokasi ini adalah Hotel Marrison, yang dekat dengan MRT Bugis exit D, atau kalau tidak keberatan tinggal di hostel, ada beberapa pilihan di area Bugis ini. Untuk sarapan halal, banyak warung yang sudah buka di pagi hari, termasuk Zam-Zam, Hjh Maimunah, Sabar Menanti (masakan Padang) dan beberapa warung makan lainnya di sepanjang North Bridge Rd.



~ The Emak