-->
Tampilkan postingan dengan label fotografi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label fotografi. Tampilkan semua postingan
Kartupos dari Maharasthra India
Lihat Detail

Kartupos dari Maharasthra India


Awal bulan Juni Si Ayah mendapat undangan workshop di India. Biasanya dia agak nggak enak sering pergi meninggalkan keluarga, karena dia tahu saya yang lebih seneng traveling, sementara dia yang lebih sering mendapat kesempatan untuk pergi. Tapi kali ini, dia nggak merasa bersalah pergi karena tahu India nggak masuk ke bucket list, destinasi impian saya. Sampai saat ini saya belum pengen ke India, cukup membaca atau mendengar ceritanya saja :)

Acara workshop tentang Citizen-Led Assesment ini cukup padat. Nino cuma punya waktu satu setengah hari untuk jalan-jalan, itu saja diorganisir oleh panitia. Karena itu dia malas bawa kamera besar (nggak besar-besar banget sih, wong 'cuma' mirrorless), apalagi bawa tripod. Dalam perjalanan ke India kali ini, Si Ayah hanya berbekal kamera poket lawas, Canon S-95. Tapi dasar pinter motret, dengan kamera poket pun dia bisa menghasilkan foto-foto keren (menurut istrinya, hahaha). Memang bener sih yang bilang: yang penting bukan gadget-nya, tapi the man behind the camera.

Worskhop dilaksanakan di kota Aurangabad, distrik Maharashtra. Kota ini bisa ditempuh 1 jam naik pesawat dari Mumbai. Di sini ada beberapa atraksi wisata yang cukup menarik, antara lain: Bibi Ka Maqbara (Mini Taj Mahal), Ellora Cave dan Daulatabad Fort. Tak lupa Nino juga mengabadikan desa-desa yang dia kunjungi. Dengan bidikan lensanya, senja di pengkolan kampung di India sana pun tampak indah ;) Saya senang bisa mendapat oleh-oleh foto suasana India yang berbeda dari yang biasa saya lihat di blog teman-teman traveler.

Selamat menikmati!


"Have you been to Taj Mahal?"
"No."
"Then go. If you've been to Taj Mahal, no use going there." Di Aurangabad, Maharashtra, ada Taj Mahal mini, sebutan resminya Bibi Ka Maqbara. Kalau pernah ke Taj Mahal asli, melihat edisi KW ini nggak bakalan terkesan. Alhamdulillah saya melihat yang kw duluan sebelum melihat yang asli, jadi masih bisa menikmati.



 

Situs arkeologis Ellora terdiri dari puluhan kuil yang dibangun pemeluk tiga agama berbeda: Budha, Hindu, dan Jai. Yang istimewa, kuil-kuil ini dibuat dengan cara melubangi, memotong, dan memahat bukit-bukit batu. Struktur sebagian kuil tampak begitu geometris, seperti hasil potongan mesin-mesin modern. Sulit membayangkan bahwa usia kuil-kuil sudah lebih dari seribu tahun. Sekarang kuil-kuil Ellora dipromosikan sebagai lambang kerukunan antar agama. Mungkin mirip dengan gereja dan masjid yang kerap dibangun berdampingan di alun-alun beberapa kota di Indonesia. Beberapa pengunjung Ellora masih memanfaatkannya untuk mengangkat dupa dan bersembah sujud. Sebagian besar pengunjung yang lain lebih memilih mengangkat ponsel dan mengabadikan kenangan.




Mohammed bin Tughluq, the sultan of Delhi who built this fort was possibly a paranoid man. The Daulatabad fort is famous for its series of trick defence and secret escapes routes. In the middle section of this 12th century fortress, I found a magnificent wooden door plated with iron. Just perfect for framing my picture.


 
Dari ketinggian jalan menuju puncak benteng Daulatabad, terlihat jelas kering dan tandusnya tanah di daerah ini. Maharashtra memang salah satu negara bagian yang mengalami kekeringan paling parah di India. Konon, kekeringan pula yang membuat kota yang dibentengi tembok berlapis ini ditinggalkan penghuninya, sekitar seribu tahun silam. Semoga hujan segera menyapa dan mengubah hamparan tanah tandusmu menjadi kebun-kebun yang hijau.


Foto & caption: @ninoaditomo
Difoto dengan kamera saku Canon S95.


~ The Emak

Awal bulan Juni Si Ayah mendapat undangan workshop di India. Biasanya dia agak nggak enak sering pergi meninggalkan keluarga, karena dia tahu saya yang lebih seneng traveling, sementara dia yang lebih sering mendapat kesempatan untuk pergi. Tapi kali ini, dia nggak merasa bersalah pergi karena tahu India nggak masuk ke bucket list, destinasi impian saya. Sampai saat ini saya belum pengen ke India, cukup membaca atau mendengar ceritanya saja :)

Acara workshop tentang Citizen-Led Assesment ini cukup padat. Nino cuma punya waktu satu setengah hari untuk jalan-jalan, itu saja diorganisir oleh panitia. Karena itu dia malas bawa kamera besar (nggak besar-besar banget sih, wong 'cuma' mirrorless), apalagi bawa tripod. Dalam perjalanan ke India kali ini, Si Ayah hanya berbekal kamera poket lawas, Canon S-95. Tapi dasar pinter motret, dengan kamera poket pun dia bisa menghasilkan foto-foto keren (menurut istrinya, hahaha). Memang bener sih yang bilang: yang penting bukan gadget-nya, tapi the man behind the camera.

Worskhop dilaksanakan di kota Aurangabad, distrik Maharashtra. Kota ini bisa ditempuh 1 jam naik pesawat dari Mumbai. Di sini ada beberapa atraksi wisata yang cukup menarik, antara lain: Bibi Ka Maqbara (Mini Taj Mahal), Ellora Cave dan Daulatabad Fort. Tak lupa Nino juga mengabadikan desa-desa yang dia kunjungi. Dengan bidikan lensanya, senja di pengkolan kampung di India sana pun tampak indah ;) Saya senang bisa mendapat oleh-oleh foto suasana India yang berbeda dari yang biasa saya lihat di blog teman-teman traveler.

Selamat menikmati!


"Have you been to Taj Mahal?"
"No."
"Then go. If you've been to Taj Mahal, no use going there." Di Aurangabad, Maharashtra, ada Taj Mahal mini, sebutan resminya Bibi Ka Maqbara. Kalau pernah ke Taj Mahal asli, melihat edisi KW ini nggak bakalan terkesan. Alhamdulillah saya melihat yang kw duluan sebelum melihat yang asli, jadi masih bisa menikmati.



 

Situs arkeologis Ellora terdiri dari puluhan kuil yang dibangun pemeluk tiga agama berbeda: Budha, Hindu, dan Jai. Yang istimewa, kuil-kuil ini dibuat dengan cara melubangi, memotong, dan memahat bukit-bukit batu. Struktur sebagian kuil tampak begitu geometris, seperti hasil potongan mesin-mesin modern. Sulit membayangkan bahwa usia kuil-kuil sudah lebih dari seribu tahun. Sekarang kuil-kuil Ellora dipromosikan sebagai lambang kerukunan antar agama. Mungkin mirip dengan gereja dan masjid yang kerap dibangun berdampingan di alun-alun beberapa kota di Indonesia. Beberapa pengunjung Ellora masih memanfaatkannya untuk mengangkat dupa dan bersembah sujud. Sebagian besar pengunjung yang lain lebih memilih mengangkat ponsel dan mengabadikan kenangan.




Mohammed bin Tughluq, the sultan of Delhi who built this fort was possibly a paranoid man. The Daulatabad fort is famous for its series of trick defence and secret escapes routes. In the middle section of this 12th century fortress, I found a magnificent wooden door plated with iron. Just perfect for framing my picture.


 
Dari ketinggian jalan menuju puncak benteng Daulatabad, terlihat jelas kering dan tandusnya tanah di daerah ini. Maharashtra memang salah satu negara bagian yang mengalami kekeringan paling parah di India. Konon, kekeringan pula yang membuat kota yang dibentengi tembok berlapis ini ditinggalkan penghuninya, sekitar seribu tahun silam. Semoga hujan segera menyapa dan mengubah hamparan tanah tandusmu menjadi kebun-kebun yang hijau.


Foto & caption: @ninoaditomo
Difoto dengan kamera saku Canon S95.


~ The Emak

Awal bulan Juni Si Ayah mendapat undangan workshop di India. Biasanya dia agak nggak enak sering pergi meninggalkan keluarga, karena dia tahu saya yang lebih seneng traveling, sementara dia yang lebih sering mendapat kesempatan untuk pergi. Tapi kali ini, dia nggak merasa bersalah pergi karena tahu India nggak masuk ke bucket list, destinasi impian saya. Sampai saat ini saya belum pengen ke India, cukup membaca atau mendengar ceritanya saja :)

Acara workshop tentang Citizen-Led Assesment ini cukup padat. Nino cuma punya waktu satu setengah hari untuk jalan-jalan, itu saja diorganisir oleh panitia. Karena itu dia malas bawa kamera besar (nggak besar-besar banget sih, wong 'cuma' mirrorless), apalagi bawa tripod. Dalam perjalanan ke India kali ini, Si Ayah hanya berbekal kamera poket lawas, Canon S-95. Tapi dasar pinter motret, dengan kamera poket pun dia bisa menghasilkan foto-foto keren (menurut istrinya, hahaha). Memang bener sih yang bilang: yang penting bukan gadget-nya, tapi the man behind the camera.

Worskhop dilaksanakan di kota Aurangabad, distrik Maharashtra. Kota ini bisa ditempuh 1 jam naik pesawat dari Mumbai. Di sini ada beberapa atraksi wisata yang cukup menarik, antara lain: Bibi Ka Maqbara (Mini Taj Mahal), Ellora Cave dan Daulatabad Fort. Tak lupa Nino juga mengabadikan desa-desa yang dia kunjungi. Dengan bidikan lensanya, senja di pengkolan kampung di India sana pun tampak indah ;) Saya senang bisa mendapat oleh-oleh foto suasana India yang berbeda dari yang biasa saya lihat di blog teman-teman traveler.

Selamat menikmati!


"Have you been to Taj Mahal?"
"No."
"Then go. If you've been to Taj Mahal, no use going there." Di Aurangabad, Maharashtra, ada Taj Mahal mini, sebutan resminya Bibi Ka Maqbara. Kalau pernah ke Taj Mahal asli, melihat edisi KW ini nggak bakalan terkesan. Alhamdulillah saya melihat yang kw duluan sebelum melihat yang asli, jadi masih bisa menikmati.



 

Situs arkeologis Ellora terdiri dari puluhan kuil yang dibangun pemeluk tiga agama berbeda: Budha, Hindu, dan Jai. Yang istimewa, kuil-kuil ini dibuat dengan cara melubangi, memotong, dan memahat bukit-bukit batu. Struktur sebagian kuil tampak begitu geometris, seperti hasil potongan mesin-mesin modern. Sulit membayangkan bahwa usia kuil-kuil sudah lebih dari seribu tahun. Sekarang kuil-kuil Ellora dipromosikan sebagai lambang kerukunan antar agama. Mungkin mirip dengan gereja dan masjid yang kerap dibangun berdampingan di alun-alun beberapa kota di Indonesia. Beberapa pengunjung Ellora masih memanfaatkannya untuk mengangkat dupa dan bersembah sujud. Sebagian besar pengunjung yang lain lebih memilih mengangkat ponsel dan mengabadikan kenangan.




Mohammed bin Tughluq, the sultan of Delhi who built this fort was possibly a paranoid man. The Daulatabad fort is famous for its series of trick defence and secret escapes routes. In the middle section of this 12th century fortress, I found a magnificent wooden door plated with iron. Just perfect for framing my picture.


 
Dari ketinggian jalan menuju puncak benteng Daulatabad, terlihat jelas kering dan tandusnya tanah di daerah ini. Maharashtra memang salah satu negara bagian yang mengalami kekeringan paling parah di India. Konon, kekeringan pula yang membuat kota yang dibentengi tembok berlapis ini ditinggalkan penghuninya, sekitar seribu tahun silam. Semoga hujan segera menyapa dan mengubah hamparan tanah tandusmu menjadi kebun-kebun yang hijau.


Foto & caption: @ninoaditomo
Difoto dengan kamera saku Canon S95.


~ The Emak
Kartupos Dari Alor
Lihat Detail

Kartupos Dari Alor


Si Ayah baru saja pulang dari Alor, Nusa Tenggara Timur. Ketika ditawari menjadi tim penyeleksi beasiswa di pulau ini, dia langsung setuju. Tapi sesaat kemudian dia mengirim pesan WA ke saya, "Alor itu di mana sih?"

IQ boleh tinggi, TOELF boleh mendekati sempurna, tapi Si Ayah ini gak jago geografi. Dia pikir Alor dekat sama Lombok *keselek*. Untuk yang buta peta Indonesia juga, kepulauan Alor itu di sebelah utaranya Pulau Timor (tahu kan, yang bagian timurnya sudah masuk wilayah East Timor?). Untuk menuju Alor, ada penerbangan dari Kupang (yang ini ibukota provinsi Nusa Tenggara Timur, ada di pulau Timor). Sehari ada dua penerbangan Kupang - Alor (jam 10.00 dan jam 14.00), dan dua penerbangan balik Alor - Kupang (jam 11.10 dan jam 15.10). Penerbangan ini dilayani oleh maskapai Trans Nusa. Lama penerbangan dari Kupang ke Alor adalah 50 menit. 


Sementara itu, ada banyak jalan menuju Kupang. Dari Surabaya ada 4 maskapai yang melayani penerbangan ke Kupang: Sriwijaya, Lion Air, Citilink dan Garuda Indonesia.

Dari Alor, Si Ayah membawakan oleh-oleh kain tenun, kacang kenari, kue-kue, dan terutama cerita. Tentang penduduk Alor yang seumur hidupnya belum pernah keluar dari pulau. Tentang jamuan makan malam dengan Bapak Bupati (menu ikan tentu saja). Tentang Bapak Bupati yang semangat mengirim putera daerah untuk sekolah lagi. Tentang anak-anak yang gembira bermain dengan penyu dan mengembalikannya ke laut setelah mereka puas. Dan terutama tentang alam Alor yang sangat indah, meski penduduk lokal merasa biasa-biasa saja.

Selamat menikmati cerita tentang Alor, lewat foto-foto Si Ayah ini.

The beauty of Alor...






And the people of Alor...






~ The Emak

Si Ayah baru saja pulang dari Alor, Nusa Tenggara Timur. Ketika ditawari menjadi tim penyeleksi beasiswa di pulau ini, dia langsung setuju. Tapi sesaat kemudian dia mengirim pesan WA ke saya, "Alor itu di mana sih?"

IQ boleh tinggi, TOELF boleh mendekati sempurna, tapi Si Ayah ini gak jago geografi. Dia pikir Alor dekat sama Lombok *keselek*. Untuk yang buta peta Indonesia juga, kepulauan Alor itu di sebelah utaranya Pulau Timor (tahu kan, yang bagian timurnya sudah masuk wilayah East Timor?). Untuk menuju Alor, ada penerbangan dari Kupang (yang ini ibukota provinsi Nusa Tenggara Timur, ada di pulau Timor). Sehari ada dua penerbangan Kupang - Alor (jam 10.00 dan jam 14.00), dan dua penerbangan balik Alor - Kupang (jam 11.10 dan jam 15.10). Penerbangan ini dilayani oleh maskapai Trans Nusa. Lama penerbangan dari Kupang ke Alor adalah 50 menit. 


Sementara itu, ada banyak jalan menuju Kupang. Dari Surabaya ada 4 maskapai yang melayani penerbangan ke Kupang: Sriwijaya, Lion Air, Citilink dan Garuda Indonesia.

Dari Alor, Si Ayah membawakan oleh-oleh kain tenun, kacang kenari, kue-kue, dan terutama cerita. Tentang penduduk Alor yang seumur hidupnya belum pernah keluar dari pulau. Tentang jamuan makan malam dengan Bapak Bupati (menu ikan tentu saja). Tentang Bapak Bupati yang semangat mengirim putera daerah untuk sekolah lagi. Tentang anak-anak yang gembira bermain dengan penyu dan mengembalikannya ke laut setelah mereka puas. Dan terutama tentang alam Alor yang sangat indah, meski penduduk lokal merasa biasa-biasa saja.

Selamat menikmati cerita tentang Alor, lewat foto-foto Si Ayah ini.

The beauty of Alor...






And the people of Alor...






~ The Emak

Si Ayah baru saja pulang dari Alor, Nusa Tenggara Timur. Ketika ditawari menjadi tim penyeleksi beasiswa di pulau ini, dia langsung setuju. Tapi sesaat kemudian dia mengirim pesan WA ke saya, "Alor itu di mana sih?"

IQ boleh tinggi, TOELF boleh mendekati sempurna, tapi Si Ayah ini gak jago geografi. Dia pikir Alor dekat sama Lombok *keselek*. Untuk yang buta peta Indonesia juga, kepulauan Alor itu di sebelah utaranya Pulau Timor (tahu kan, yang bagian timurnya sudah masuk wilayah East Timor?). Untuk menuju Alor, ada penerbangan dari Kupang (yang ini ibukota provinsi Nusa Tenggara Timur, ada di pulau Timor). Sehari ada dua penerbangan Kupang - Alor (jam 10.00 dan jam 14.00), dan dua penerbangan balik Alor - Kupang (jam 11.10 dan jam 15.10). Penerbangan ini dilayani oleh maskapai Trans Nusa. Lama penerbangan dari Kupang ke Alor adalah 50 menit. 


Sementara itu, ada banyak jalan menuju Kupang. Dari Surabaya ada 4 maskapai yang melayani penerbangan ke Kupang: Sriwijaya, Lion Air, Citilink dan Garuda Indonesia.

Dari Alor, Si Ayah membawakan oleh-oleh kain tenun, kacang kenari, kue-kue, dan terutama cerita. Tentang penduduk Alor yang seumur hidupnya belum pernah keluar dari pulau. Tentang jamuan makan malam dengan Bapak Bupati (menu ikan tentu saja). Tentang Bapak Bupati yang semangat mengirim putera daerah untuk sekolah lagi. Tentang anak-anak yang gembira bermain dengan penyu dan mengembalikannya ke laut setelah mereka puas. Dan terutama tentang alam Alor yang sangat indah, meski penduduk lokal merasa biasa-biasa saja.

Selamat menikmati cerita tentang Alor, lewat foto-foto Si Ayah ini.

The beauty of Alor...






And the people of Alor...






~ The Emak
Miniatur Dari Lego, Kepingan Yang Menakjubkan
Lihat Detail

Miniatur Dari Lego, Kepingan Yang Menakjubkan

Miniatur Angkor Wat, Kamboja
Si Ayah sudah main lego sejak kecil. Koleksi legonya sejak dua puluh tahun yang lalu masih tersimpan rapi dan kerap kami mainkan lagi bersama koleksi lego precils yang baru. Ketika seumuran dengan Big A sekarang, Si Ayah diajak orang tuanya mengunjungi Legoland di Eropa. Gimana nggak bikin ngiri, coba? :D Makanya The Emak kekeuh mau ngajak Precils ke Legoland Malaysia, lagian dekat banget kan?

Di Legoland Malaysia, mungkin Si Ayah bernostalgia, asyik sekali mengabadikan miniatur lego dengan kamera mirrorless-nya. Sering, kami sudah beranjak ke bangunan berikutnya, Si Ayah masih asyik di belakang. Tapi hasilnya luar biasa. Berikut galeri hasil jepretan Si Ayah, mengabadikan keping-keping lego yang disusun menjadi bentuk yang menakjubkan.  

Yang mana favoritmu? Enjoy!

Miniatur lego di lobi hotel Legoland
I am your father!
Barongsai
Forbidden City, Tiongkok
Taj Mahal, India
Sultan Abdul Samad building, KL
Downtown KL
Downtown KL
Masjid Sultan Omar Ali Saifuddin, Brunei
Wat Arun temple, Thailand
You know this one :)
Baca juga:
Johor Bahru With Kids: Itinerary & Budget
Ke Legoland Malaysia, Via Changi Atau Senai? 
Review Hotel Legoland
Legoland Themepark & Waterpark, Asyiknya Dobel! 

Miniatur Angkor Wat, Kamboja
Si Ayah sudah main lego sejak kecil. Koleksi legonya sejak dua puluh tahun yang lalu masih tersimpan rapi dan kerap kami mainkan lagi bersama koleksi lego precils yang baru. Ketika seumuran dengan Big A sekarang, Si Ayah diajak orang tuanya mengunjungi Legoland di Eropa. Gimana nggak bikin ngiri, coba? :D Makanya The Emak kekeuh mau ngajak Precils ke Legoland Malaysia, lagian dekat banget kan?

Di Legoland Malaysia, mungkin Si Ayah bernostalgia, asyik sekali mengabadikan miniatur lego dengan kamera mirrorless-nya. Sering, kami sudah beranjak ke bangunan berikutnya, Si Ayah masih asyik di belakang. Tapi hasilnya luar biasa. Berikut galeri hasil jepretan Si Ayah, mengabadikan keping-keping lego yang disusun menjadi bentuk yang menakjubkan.  

Yang mana favoritmu? Enjoy!

Miniatur lego di lobi hotel Legoland
I am your father!
Barongsai
Forbidden City, Tiongkok
Taj Mahal, India
Sultan Abdul Samad building, KL
Downtown KL
Downtown KL
Masjid Sultan Omar Ali Saifuddin, Brunei
Wat Arun temple, Thailand
You know this one :)
Baca juga:
Johor Bahru With Kids: Itinerary & Budget
Ke Legoland Malaysia, Via Changi Atau Senai? 
Review Hotel Legoland
Legoland Themepark & Waterpark, Asyiknya Dobel! 

Miniatur Angkor Wat, Kamboja
Si Ayah sudah main lego sejak kecil. Koleksi legonya sejak dua puluh tahun yang lalu masih tersimpan rapi dan kerap kami mainkan lagi bersama koleksi lego precils yang baru. Ketika seumuran dengan Big A sekarang, Si Ayah diajak orang tuanya mengunjungi Legoland di Eropa. Gimana nggak bikin ngiri, coba? :D Makanya The Emak kekeuh mau ngajak Precils ke Legoland Malaysia, lagian dekat banget kan?

Di Legoland Malaysia, mungkin Si Ayah bernostalgia, asyik sekali mengabadikan miniatur lego dengan kamera mirrorless-nya. Sering, kami sudah beranjak ke bangunan berikutnya, Si Ayah masih asyik di belakang. Tapi hasilnya luar biasa. Berikut galeri hasil jepretan Si Ayah, mengabadikan keping-keping lego yang disusun menjadi bentuk yang menakjubkan.  

Yang mana favoritmu? Enjoy!

Miniatur lego di lobi hotel Legoland
I am your father!
Barongsai
Forbidden City, Tiongkok
Taj Mahal, India
Sultan Abdul Samad building, KL
Downtown KL
Downtown KL
Masjid Sultan Omar Ali Saifuddin, Brunei
Wat Arun temple, Thailand
You know this one :)
Baca juga:
Johor Bahru With Kids: Itinerary & Budget
Ke Legoland Malaysia, Via Changi Atau Senai? 
Review Hotel Legoland
Legoland Themepark & Waterpark, Asyiknya Dobel! 

Kartupos dari Washington DC
Lihat Detail

Kartupos dari Washington DC

Bayangan gedung US Capitol (DPR Amerika) di genangan air yang membeku
Hari ini aku menjelajahi museum Natural History dan galeri seni. Keduanya di satu kompleks, sekitar 30 menit jalan kaki dari hotel. Sebenarnya agak malas jalan, karena dingin dan hujan. Tapi sudah jauh-jauh sampai Washington, masa nggak jalan-jalan dan motret? Besok sudah terbang pulang ke iklim tropis. Lagi pula, jalurnya melewati White House, jadi sekalian mampir untuk numpang narsis di depan rumah Obama. Sayang seflie-nya tidak layak tayang, hehe. Gantinya, ini beberapa gambar dari jalan dan museum. 
White House, rumah Obama. Sayang penghuninya nggak kelihatan.
Supreme Court Building. Gedung Mahkamah Agung Amrik.
Gloomy Morning
Display Mammoth di Museum of Natural History
Giant Fish at Museum of Natural History
The story of our DNA
Bayangan gedung US Capitol (DPR Amerika) di genangan air yang membeku
Hari ini aku menjelajahi museum Natural History dan galeri seni. Keduanya di satu kompleks, sekitar 30 menit jalan kaki dari hotel. Sebenarnya agak malas jalan, karena dingin dan hujan. Tapi sudah jauh-jauh sampai Washington, masa nggak jalan-jalan dan motret? Besok sudah terbang pulang ke iklim tropis. Lagi pula, jalurnya melewati White House, jadi sekalian mampir untuk numpang narsis di depan rumah Obama. Sayang seflie-nya tidak layak tayang, hehe. Gantinya, ini beberapa gambar dari jalan dan museum. 
White House, rumah Obama. Sayang penghuninya nggak kelihatan.
Supreme Court Building. Gedung Mahkamah Agung Amrik.
Gloomy Morning
Display Mammoth di Museum of Natural History
Giant Fish at Museum of Natural History
The story of our DNA
Kartupos dari Annapolis
Lihat Detail

Kartupos dari Annapolis

Gereja tua di tengah kota

Kota ini kota tua, kata orang. Kota bersejarah, terutama bagi warga kulit hitam Amerika. Kota ini kecil saja. Alun-alunnya hanya memuat sebuah gereja dan kantor pos. Ruas-ruas jalannya sempit, dihimpit rumah-rumah tua yang berpadu dengan bangunan baru. Tapi sayangnya pagi ini aku tak sempat memikirkan sejarah yang dikisahkan kota ini. Yang kupikirkan adalah bagaimana cara mendapatkan magnet kulkas – cindera mata pesanan keluarga – tanpa harus terlalu lama meninggalkan hangatnya kamar hotel. Ya, udara di luar sedang dingin, sekitar minus 25 derajat Celsius. Dingin, bahkan untuk penduduk lokal, gara-gara angin kutub utara yang tahun ini menyapu jauh ke selatan.

~ Si Ayah 

Foto-foto Annapolis:
Trem gratis (The Free Troley) yang ngetem di depan hotel Westin
Rumah-rumah penduduk
Pertokoan
Balai Kota

Gereja tua di tengah kota

Kota ini kota tua, kata orang. Kota bersejarah, terutama bagi warga kulit hitam Amerika. Kota ini kecil saja. Alun-alunnya hanya memuat sebuah gereja dan kantor pos. Ruas-ruas jalannya sempit, dihimpit rumah-rumah tua yang berpadu dengan bangunan baru. Tapi sayangnya pagi ini aku tak sempat memikirkan sejarah yang dikisahkan kota ini. Yang kupikirkan adalah bagaimana cara mendapatkan magnet kulkas – cindera mata pesanan keluarga – tanpa harus terlalu lama meninggalkan hangatnya kamar hotel. Ya, udara di luar sedang dingin, sekitar minus 25 derajat Celsius. Dingin, bahkan untuk penduduk lokal, gara-gara angin kutub utara yang tahun ini menyapu jauh ke selatan.

~ Si Ayah 

Foto-foto Annapolis:
Trem gratis (The Free Troley) yang ngetem di depan hotel Westin
Rumah-rumah penduduk
Pertokoan
Balai Kota

Pemenang Turnamen Foto Perjalanan Ronde 23
Lihat Detail

Pemenang Turnamen Foto Perjalanan Ronde 23

Lorne, Victoria
*Give myself pat in the back* Alhamdulillah Turnamen Foto Perjalanan ronde 23 berlangsung sukses dan meriah, penuh keriaan celotehan teman-teman yang mampir dan nongkrongin kandang burung The Emak :D

Terima kasih atas semua partisipasi teman-teman dalam #TFP23 ini, baik yang sudah submit foto, atau yang ikut koar-koar di twitter meski tidak bisa submit foto karena ngakunya tidak punya burung :) Err... foto burung, begitulah.

Foto di album ini membawa kami berkelana ke tempat-tempat yang belum pernah kami kunjungi dan berkenalan dengan burung-burung yang belum pernah kami lihat. Melihat burung-burung beterbangan bebas di pekarangan dan taman membuat #LittleA minta pulang ke tanah kelahirannya :p Foto  @tesyasblog dan @clararch02 sukses membuat kami kangen sama Hobart dan Queenstown. Hiks, kalian nakal :p

#BigA menyukai foto Elang dari @philardi dan @dananwahyu. Sejak dulu dia memang suka Elang dan punya beberapa koleksi foto Elang di Kakadu NP. Spesial mention dan terima kasih untuk Mamah Suri Dina @duaransel yang sudah ikut submit foto Merpati Ketiga yang sedang galau. Dapat titipan jempol dari Si Ayah yang juga penggemar HDR :)

Tapi... dari semua foto-foto burung yang keren-keren di album ini, saya hanya boleh memilih satu pemenang, yang berhak menjadi host turnamen foto perjalanan ronde berikutnya.

Dan pemenangnya adalah.... *drum roll*

Keep calm and stop arguing 
Foto burung Blue Tanager dari kak @Mindoel ini membuat saya terpesona. Saya jadi terseret lamunan, ikut nongkrong di balkon Kak Mindoel, minum teh panas dan nyemil pisang goreng, sambil mengamati burung-burung kiyut ini bercicip berebut pisang. Ah, indahnya hidup :)

Selamat untuk Mindy aka @mindoel yang berhak menjadi host Turnamen Foto Perjalanan ronde 24. Pantengin terus blog Mindy di http://mindoel.blogspot.de.

Terima kasih ^_^

~ The Emak
Turnamen Foto Perjalanan Ronde 23: Burung
Lihat Detail

Turnamen Foto Perjalanan Ronde 23: Burung

Burung Kakatua di pantai Lorne, Victoria, Australia yang sedang menikmati makan siang. 

Turnamen ini sudah ditutup. Sila melihat pengumuman pemenang di sini. Terima kasih untuk semua partisipan. Cheers :) 

=================================================

Halo semua! Maafken The Emak yang terlambat meng-update turnamen foto perjalanan ini. Setelah seminggu merawat seisi rumah yang kompak sakit, kami juga mesti pergi ke negeri tetangga untuk ikut mengusir kabut asap (halah!). Sebenarnya nggak nyangka juga foto sunrise dari dalam tenda ketika 'Menanti Matahari Terbit di Kiama' dipilih oleh Kak @andrianiken sebagai pemenang. Padahal foto-foto matahari dalam turnamen ronde 22 kemarin bagus-bagus banget! Terima kasih banyak Kak Niken :)

Pilihan tema foto perjalanan kali ini: Burung! Soalnya The Emak memang demen sama burung. Ketika pertama kali mengunjungi Sydney, kami dibuat takjub oleh burung-burung camar yang bebas berkeliaran di pelabuhan dan burung-burung merpati yang santai nongkrong di taman. Mereka ini tidak takut sama sekali dengan manusia. Malah sering kurang ajar mencuri makanan kami. Yah, maklum aja, di Australia orang-orang tidak lagi menembaki burung. Bahkan saya belum pernah menemukan peringatan: Dilarang Menembak Burung. Yang ada malah: Dilarang Memberi Makan Burung ^_^

Selanjutnya, burung-burung menjadi bagian dari hidup dan perjalanan kami. Setiap pagi, burung robin bertamu ke balkon apartemen kami sambil berkicau. Di taman dekat rumah, kami dengan mudah menemukan rainbow loriiket yang berwarna-warni.

Dalam perjalanan, kami pun mudah menemukan burung di alam bebas, bukan hanya di kebun binatang. Di Sydney harbour dan pantai-pantainya, gampang menemukan burung Kookaburra yang sering tega mencuri makan dan kemudian ketawa-ketawa ngeselin. Ketika mengunjungi Kakadu National Park, saya dibuat takjub oleh Jacana, burung mungil yang dijuluki Jesus bird karena bisa berjalan di atas air. Di Kangaroo Island, #LittleA sempat berenang bersama Pelican yang meluncur anggun. Di Lorne, Victoria, burung-burung Kakatua berjambul kuning menguasai pantai, sepasang pacaran, beberapa ekor lainnya mengganggu orang pacaran, dan yang lain sibuk mencari makan siang. Pengalaman paling menarik ketika kami mengunjungi Milford Sound, New Zealand. Di tengah jalan kami berhenti untuk memotret pemandangan. Tiba-tiba ada burung Kea yang menghampiri kami dan mulai mematuk-matuk karet di jendela mobil sampai cuwil. Duh, untung ada asuransi :p

Burung-burung camar di Darling Harbour, Sydney, Australia

Saya pengen melihat lebih banyak lagi foto-foto burung, terutama di negeri kita tercinta. Senakal-nakalnya burung, saya tetap lebih suka burung-burung ini bisa terbang bebas di luar kandang sempit. Impian saya, burung-burung di negeri kita ini juga bisa bebas berkeliaran tanpa takut dengan bedil manusia. Burung-burung kita tetap bisa nyaman membuat sarang di pohon-pohon, dan menghibur kita dengan kicaunya yang merdu.

Yuk, pamerin pengalamanmu dengan burung di sini :)

Burung khas New Zealand: Kea, yang sempat mencungkil karet jendela mobil sewaan kami

Aturan main Turnamen Foto Perjalanan

1. Masa submisi : 2 – 14 Juli 2013 jam 23.59 WIB

2. Foto HARUS merupakan hasil jepretan alias karya kamu sendiri

3. Host foto ‘Burung’ – mu di situsmu sendiri. Web, blog, Flickr, Picasa, Photobucket, dsb terserah.

4. Submit foto pada kolom comment artikel ini dengan format berikut :

     Nama/nama blog (akun Twitter bila ada)

     Link blog

     Judul/keterangan foto (maksimal 1 paragraf)

     Link foto (ukuran foto maksimal 600 pixel pada sisi terpanjang)

5. Ada kemungkinan foto yang kamu kirim akan di-rehost di web tuan rumah. Terutama kalau terlalu besar atau bermasalah

6. Submisi lebih cepat lebih baik, sehingga fotomu bisa tertampil seatas mungkin.

7. Foto yang tidak patut, tidak akan di-upload disini, sesuai kebijaksanaan tuan rumah (misal : mengandung kebencian SARA, nyeleneh, menghina pihak lain)

8. Foto tidak diperkenankan dalam bentuk kolase

9. Pengumuman pemenang : 2-3 hari setelah batas masa submisi

10. Foto akan dipampang di dalam post setiap harinya berdasarkan queue Comment post ini.
______________________________________________________________________________

Turnamen Foto Perjalanan untuk Traveler Indonesia
Mengapa mengikuti Turnamen Foto Perjalanan?

  • Ajang sharing foto. Bersama, para travel blogger Indonesia membuat album-album perjalanan yang indah. Yang tersebar dalam ronde-ronde turnamen ini. Untuk dinikmati para pencinta perjalanan lainnya.
  • Kesempatan jadi pemenang. Pemenang tiap ronde menjadi tuan rumah ronde berikutnya. Plus, blog dan temamu (dengan link ybs) akan tercantum dalam daftar turnamen yang dimuat di setiap ronde yang mendatang. Not a bad publication.

Siapa yang bisa ikut?
  • (Travel) blogger – Tak terbatas pada travel blogger profesional, blogger random yang suka perjalanan juga boleh ikut.
  • Setiap blog hanya boleh mengirimkan 1 foto. Misal DuaRansel yang terdiri dari Ryan dan Dina (2 orang) hanya boleh mengirim 1 foto total.
  • Pemenang berkewajiban menyelenggarakan ronde berikutnya di (travel) blog pribadinya, dalam kurun 1 minggu. Dengan demikian, roda turnamen tetap berputar.
  • Panduan bagi tuan rumah baru akan diinformasikan pada pengumuman pemenang. Jika pemenang tidak sanggup menjadi tuan rumah baru, pemenang lain akan ditunjuk.    


    • Nggak punya blog tapi ingin ikutan?
    • Oke deh, ga apa-apa, kirim sini fotomu. Tapi partisipasimu hanya sebatas penyumbang foto saja. Kamu nggak bisa menang karena kamu nggak bisa jadi tuan rumah ronde berikutnya.
    • Eh tapi, kenapa nggak bikin travel blog baru aja sekalian? WordPress, Tumblr, dan Blogspot gampang kok, pakainya. Jangan pake Multiply ya, karena Multiply sudah gulung kasur.

     
    Hak dan kewajiban tuan rumah:
    • Menyelenggarakan ronde Turnamen Foto Perjalanan di blog-nya
    • Memilih tema
    • Melalui social media, mengajak para blogger lain untuk berpartisipasi
    • Meng-upload foto-foto yang masuk
    • Memilih pemenang (boleh dengan alasan apapun)
    • Menginformasikan pemenang baru apa yang perlu mereka lakukan (panduan akan disediakan)


      Ronde Turnamen Foto Perjalanan:

      1. Laut – DuaRansel
      2. Kuliner – A Border that breaks!
      3. Potret – Wira Nurmansyah
      4. Senja – Giri Prasetyo
      5. Pasar – Dwi Putri Ratnasari
      6. Kota – Mainmakan
      7. Hello, Human! (Manusia) – Windy Ariestanty
      8. Colour Up Your Life – Jalan2liburan
      9. Anak-Anak – Farli Sukanto
      10. Dia dan Binatang – Made Tozan Mimba
      11. Culture & Heritage – Noni Khairani
      12. Fotografer – Danan Wahyu Sumirat
      13. Malam – Noerazhka
      14. Transportasi – Titik
      15. Pasangan – Dansapar
      16. Pelarian/Escapism – Febry Fawzi
      17. Ocean Creatures – Danar Tri Atmojo
      18. Hutan – Regy Kurniawan
      19. Moment – bem
      20. Festival/Tarian – Yoesrianto Tahir
      21. Jalanan – PergiDulu
      22. Matahari - Niken Andriani
      23. Burung - The Emak
      24. Kamu?
      ___________________________________________________________________
      Pendiri dan koordinator Turnamen Foto Perjalanan:
      Dina DuaRansel.com email: dina@duaransel.com Twitter: @duaransel
      Facebook: fb.com/duaransel
      Pertanyaan seputar penyelenggaraan dan lain sebagainya? Hubungi Dina.
      Untuk menilik status terbaru beserta FAQ Turnamen Foto Perjalanan, silahkan cek: Turnamen Foto Perjalanan untuk Traveler Indonesia


      __________________________________________________________________________________
      Turnamen Foto Perjalanan Ronde 23: Burung
      1. Avant Garde  (@isna_saragih)

      Mau lihat penguin di Indonesia? Datang saja ke Museum Satwa, Batu :-)

       2. Halim Santoso (@halim_san)
                                Kalkun fotogenik di Taman Balekambang, Solo

      3. Meidiana Kusuma (@geretkoper)
      Hey Pretty!
      Warna bulu si burung cantik ini tidak pernah berhenti membuat saya kagum.

      4. Anti Siladja (@Antimbon)
      I Love You, Sleepyhead
      Owl is one of my favorite animals. I adore their stunning eyes, the way they make creepy weird sounds and their beautiful feathers.

      5. Niken Andriani (@andrianiken)
      Hello bird!
      Sambutan di pasar souvenir Pulau Komodo.

      6. Shu (@travelographers)
      Burung onta merupakan burung terbesar yang masih hidup di bumi, dengan tinggi bisa mencapai 2,5 meter burung ini mungkin satu-satunya burung yang dapat ditunggai oleh manusia baik untuk transportasi maupun perlombaan balap layaknya kuda pacu :)

      7. Diah
      Ready For The Show
      Rajawali ini tengah menunggu giliran untuk beratraksi di hadapan pengunjung Taman Safari Indonesia. 

      8. Mira Afianti
      Playful Birds
      Ada ratusan, mungkin ribuan, burung merpati yang jinak di jalan sekitar Masjid Nabawi, Madinah. Burung-burung tersebut bertambah banyak seiring dengan banyaknya orang-orang yang datang dan memberikan makanan. Uniknya burung-burung ini bisa diajak bermain. Angkatkan tanganmu tinggi-tinggi, maka mereka akan terbang se-irama!

      9. Fahmi (@fahmianhar)

      Burung Kakak Tua yang tidak sedang hinggap di jendela ini caper banget. Setiap ada pengunjung yang mendekatinya, dia langsung ambil posisi kayang di tiang gantungan buat atraksi, sementara burung² lain tetap diam di tempatnya sambil menatapnya dengan sinis. Bosan dengan kelakuannya, akhirnya salah satu temannya menegurnya. Si Kakak Tua nggak terima sampai akhirnya mereka jambak-jambakan... #drama #sinetronburung #krik #kemudianhening

      10. Danan Wahyu S (@dananwahyu)
      Pertarungan Kanawa
      Lengkingan dua unggas di angkasa mengagetkan pagi di Pulau Kanawa, Flores. Dari atas bukit terlihat gagak dan elang saring menyambar liar, tidak tahu apa yang mereka perebutkan. 

      11. Ratna (@queenerva)

      "Ehm...Hai there.. Maaf, boleh saya telan biji palem ini dulu?"
      Mungkin itu yang dikatakan tatapan burung ini pada saya yang sedang membidik dari balik lensa tepat ketika dia menikmati makan siangnya.


      12. Antho (@JustAntho)

      Siapa sangka, burung berbulu cantik ini berjenis kelamin jantan. Ya, faktanya merak jantan (peacock) memiliki bulu lebih indah dibandingkan merak betina (peahen). Dalam istilah biologis disebut dimorfisme.  


      13. Clara Croft (@clararch02)

      Burung Camar ini sedang galau di tepian Danau Wakatipu di Queenstown New Zealand Selatan. Di kejauhan mengintip cantik sekilas keindahan New Zealand yang tak terlupakan..  


      14. Ristalia (@hogarista3)

      Mungkin Anda Pernah dengar Film The Mirror Never Lies Yang Syuting di Wakatobi dengan mengangkat Kehidupan Suku Bajo. Masih Inget dengan salah Satu adegan dalam Film itu ?? Dimana Tingkah Eko, sahabat Pakis yang selalu Lucu saat memberi makan burung Camar. Burung ini adalah sahabat masyarakat Suku Bajo. Dan saya adalah anak daerah Wakatobi. 


      15. Noerazhka (@noerazhka)
      Perbincangan Dalam Kandang ..
      Bukan hanya manusia, burung pun punya kemampuan berkomunikasi dengan sesamanya. Mungkin bukan hanya berkomunikasi, tapi juga berekspresi. Momen yang saya temui di Eco Green Park, yang merupakan bagian dari Jawa Timur Park 2 ini adalah buktinya. Entah apa yang sedang mereka perbincangkan. Kekaguman saya pada mereka, mungkin. Nice !

      16. Ari Murdiyanto (@buzzerbeezz)
      Yellow Birds
      Molek bukan burung berwarna kuning ini? Tapi siapa sangka burung ini bukan burung beneran. Burung hasil awetan ini memang tampak seperti burung sesungguhnya. Saya bertemu mereka di “Rahmat” International Wildlife Museum & Gallery, Medan. Saya sebagai penyuka warna kuning, langsung jatuh cinta pada pandangan pertama dengan burung ini.


      17. Philardi Ogi (@philardi)
      Elang Gili Laba/Gili Lawa
      Seekor elang berputar-putar di langit Flores kala rombongan kami mulai trekking di salah satu bukit Gili Lawa, Seolah ingin menyambut ramah kedatangan kami.

      18. Teuku Amir (@zamerseven)
      Senja di Atas Dawai
      Layaknya manusia, sepasang burung ini sepertinya sedang mengalami hubungan yang kurang harmonis. Keduanya bersitegang di antena belakang rumah saya. Saling tak acuh dengan mempalingkan kepala. Kiranya keempat kepak sayap itu terbang tentu indah sekali bukan. Tapi mau diapakan lagi. Bukankah perseteruan akan selalu hadir di setiap santiran kaki komponen semesta?

      Foto diambil menggunakan kamera Smartphone: Samsung Mini 2.


      19. Maya Indah (@chiemay_acc)
      Hitam Putih
      Ketika mengunjungi The Blanco Renaissance Museum di Ubud, Bali, di pintu masuknya saya melihat kedua burung ini. Entah mereka sendiri yang berpose seperti itu, ataukah diatur oleh penjaga museum/galery. Lucu aja, dua burung dengan warna yang berlawanan, hitam dan putih, menghadap ke arah yang berlawanan :D 


      20. Shella Hudaya (@shellahudaya)
      Aksi Akrobat Kakaktua "Faber Castell"
      Bila traveling ke Ubud tentunya jangan lupa menyambangi Museum Renaissance Antonio Blanco yang terkenal dengan lukisan erotiknya. Selain menikmati keindahan lukisan karya Sang Maestro asal Spanyol itu, Anda juga bisa menikmati cantiknya burung-burung kakaktua yang senang berakrobat di halaman museum. Sang Maestro sendiri memang banyak menampilkan burung kakaktua di dalam lukisannya. Anda juga bisa berfoto dengan burung-burung cantik ini lho! ^^ 

      21. Frederika Tarigan (@ndetigan_aza)
      ayam, nasibmu kini..
      Ketika dalam perjalanan ke Baduy Dalam, beberapa orang Baduy memanggul ayam ini untuk di bawa ke Kampung, kata mereka akan ada pesta pernikahan di Baduy Dalam, jadi kemungkinan ayam-ayam ini akan menjadi menu istimewa di pesta ini... hihihi 

      22. Izzatul Arifah (@izza_ari)
      Pulang
      Bahkan mereka yang bisa terbang jauh sekalipun pun, tak pernah lupa untuk pulang. :)

      23. May Sari
      Playing and Feeding
      This is an old photo from my trip to Venice, back to October 2005.  Taken by my lovely FM 10 camera, scan negative and voila..this is one of my favorite. Kids were playing and feeding the birds at Piazza San Marco. 

      24. DuaRansel (@DuaRansel)
      Merpati ketiga

      25. Tesyasblog (@tesyasblog)
      Menunggu
      Burung ini seolah menunggu seseorang akan berbaik hati berbagi makanan yang dibeli dari Flippers. Sayangnya ia tidak bisa membaca larangan tertulis untuk memberi makan burung, tidak jauh dari tempatnya bertengger.

      26. Mindy (@mindoel)
      Keep calm and stop arguing
      Balkon apartemen kami di Caracas penuh dengan beragam burung. Gimana ga penuh kalau buffet-nya selalu terisi makanan - nasi, buah²an, biji²an - tapi biarpun cukup makanan, dua ekor burung blue tanager ini tetep rempong rebutan pisang.

      27. Fanny Fristhia Nila
      Serene and Tranquil
      Komplek Wat Arun yang hijau, bersih, dan indah pun, menarik minat para merpati ini untuk melepas penat sejenak ..  


      28. Olenka Priyadarsani (@olenp)

      Dua burung berkejaran di atas danau yang baru saja mencair di Danau Breivatnet, Stavanger, Norwegia. Perbedaan warna bulu bukanlah halangan. 



      29. Diah Alfa Saadah (@diah87)
      Burung-Burung di Kaki Batu Cave
      Sekerumunan burung merpati di Kaki Batu Cave akan menyambut kita ketika memasuki pelataran Batu Cave, Kuala Lumpur. Para pengunjung akan disuguhi pemandangan indah ini, kita bisa bermain dengan sekerumunan burung merpati yang jinak ini sambil memberikan makan. 

      ==================================================

      Turnamen ini sudah ditutup. Sila melihat pengumuman pemenang di sini. Terima kasih untuk semua partisipan. Cheers :)