Lihat Detail
Memesan Penginapan Airbnb di Taipei
Mau memesan penginapan yang lebih hemat daripada hotel dan lebih privat daripada hostel? Mungkin Airbnb bisa menjadi pilihan. Sebenarnya apa sih Airbnb itu? Website ini mempertemukan traveler yang memerlukan penginapan dan orang-orang biasa yang menyewakan kamar/apartemen atau rumahnya. Saya sekeluarga pernah menyewa apartemen di Paris dan vila di Ubud melalui airbnb. Aman nggak? Dari pengalaman saya sih aman dan berkesan, tapi tentu ada tip dan triknya. Baca sampai habis ya.
Step-by-step untuk memilih dan menyewa akomodasi di airbnb gampang banget, mirip dengan situs booking engine lainnya. Tapi di sini kita harus daftar menjadi anggota dulu, karena penyewa juga ingin tahu profil kita.
Langkah-langkah:
1. Buka website airbnb.
2. Klik "Daftar untuk mengklaim kredit" Kamu bakalan dapat kupon Rp 250.000.
3. Daftar dengan FB/Gmail/Email lain. Masukkan biodata seperti biasa.
4. Setelah daftar, balik ke halaman utama. Di pojok kiri atas, dekat logo airbnb, masukkan kota tujuan.
5. Masukkan tanggal cek in, cek out dan jumlah tamu.
6. Klik "Lebih banyak filter" Saya biasanya pilih (dengan centang) "Superhost" atau "Hos Teladan" dan "Bahasa tuan rumah: English", setelah itu klik "Berlakukan filter"
7. Untuk mencari penginapan di lokasi tertentu, zoom in dan geser peta
Tampilan Airbnb |
Selanjutnya kita bisa pilih-pilih akomodasi seperti biasa. Saya lihat foto, memastikan fasilitasnya sesuai dengan yang saya inginkan dan membaca ulasan atau review-nya. Untuk menghindari penipuan atau akomodasi fiktif, jangan memesan di listing yang yang belum ada review-nya meskipun harganya miring. Beberapa pilihan penginapan yang bagus bisa kita simpan di wish list, dengan meng-klik tanda hati.
Setelah melihat-lihat pilihan yang ada, saya tertarik memesan kamar privat di apartemen ini: https://www.airbnb.com/rooms/6405228. Lokasinya dekat dengan Taipei main station dan harganya tidak terlalu mahal. Tidak lupa saya cek profil host-nya, tampak meyakinkan kok :)
8. Ajukan pemesanan (request to book). Halaman selanjutnya meminta anda untuk memperkenalkan diri, kemudian membayar dengan kartu kredit, kartu debit atau paypal. Kartu kredit yang diterima untuk pembayaran adalah visa, mastercard, amex dan discover. Kalau tidak punya kartu kredit, bisa pinjam punya orang lain. Saya memasukkan nomor kartu kredit punya suami di akun saya dan nggak masalah. Sementara untuk kartu debit, yang sudah saya coba masukkan dan diterima adalah kartu debit dari Permata Bank yang ada tulisannya VISA Electron. Kartu Debit dari Bank Mandiri ditolak. Mungkin beberapa kartu debit dengan logo visa/mastercard perlu diaktifkan dulu fitur belanja online-nya di bank. Coba aja deh semua kartu yang ada :)
Perhatikan di halaman pembayaran bahwa kupon atau travel credit sudah dipotongkan sebagai diskon. Kalau punya kupon banyak seperti saya, bisa jadi bayarnya Rp 0 alias gratis :) Selain itu, perhatikan bahwa ada biaya jasa (fee airbnb) sebesar kurang lebih 12%.
Setelah isian beres > klik "kirim permohonan"
9. Untuk listing dengan tanda "pemesanan instan" yang logonya seperti petir, kita bisa langsung mendapat konfirmasi saat itu juga. Untuk yang tidak bertanda "instant confirmation" kita tunggu saja konfirmasinya melalui email. Ketika memesan vila di Ubud, saya mendapat konfirmasi instan, sedangan untuk apartemen di Paris dan kamar di Taipei ini, konfirmasinya perlu menunggu sebentar.
Sebelum memesan, perhatikan juga kebijakan pembatalan dari masing-masing listing. Ada yang fleksibel, artinya bisa dibatalkan sehari sebelumnya dengan pengembalian penuh (contohnya: vila kami di Ubud). Ada yang kebijakan pembatalannya sedang, artinya pembayaran bisa dikembalikan penuh kalau dibatalkan 5 hari sebelumnya. Tapi ada juga yang kebijakan pembatalannya ketat (strict), pembayaran hanya dikembalikan 50% kalau dibatalkan seminggu sebelumnya. Untuk semua pembatalan ini, fee atau biaya airbnb tidak dapat dikembalikan alias hangus.
Selain mendapat konfirmasi, kita juga akan memperoleh kuitansi atau tanda terima pembayaran. Fyi, kuitansi pemesanan penginapan airbnb ini bisa digunakan untuk melengkapi syarat visa, termasuk visa Schengen. Biasanya tuan rumah juga akan memberi petunjuk lengkap alamat dan cara menemukan rumah atau apartemnnya. Kalau kurang jelas, kita bisa menghubungi mereka via email atau sms/whatsapp.
Tuan rumah saya yang di Taipei ini, Angie, malah mempunyai video You Tube yang sangat jelas, menjelaskan cara mencapai apartemennya dari bandara di Taipei. Sangat membantu saya yang pusing lihat huruf-huruf keriting :)
Gimana, gampang kan? Yuk daftar airbnb sekarang biar nanti gampang kalau pas perlu. Mumpung ada kupon dari The Emak sebesar Rp 250.000. Daftarnya pakai tautan ini ya: www.airbnb.co.id/c/akumalasari
~ The Emak
Mau memesan penginapan yang lebih hemat daripada hotel dan lebih privat daripada hostel? Mungkin Airbnb bisa menjadi pilihan. Sebenarnya apa sih Airbnb itu? Website ini mempertemukan traveler yang memerlukan penginapan dan orang-orang biasa yang menyewakan kamar/apartemen atau rumahnya. Saya sekeluarga pernah menyewa apartemen di Paris dan vila di Ubud melalui airbnb. Aman nggak? Dari pengalaman saya sih aman dan berkesan, tapi tentu ada tip dan triknya. Baca sampai habis ya.
Step-by-step untuk memilih dan menyewa akomodasi di airbnb gampang banget, mirip dengan situs booking engine lainnya. Tapi di sini kita harus daftar menjadi anggota dulu, karena penyewa juga ingin tahu profil kita.
Langkah-langkah:
1. Buka website airbnb.
2. Klik "Daftar untuk mengklaim kredit" Kamu bakalan dapat kupon Rp 250.000.
3. Daftar dengan FB/Gmail/Email lain. Masukkan biodata seperti biasa.
4. Setelah daftar, balik ke halaman utama. Di pojok kiri atas, dekat logo airbnb, masukkan kota tujuan.
5. Masukkan tanggal cek in, cek out dan jumlah tamu.
6. Klik "Lebih banyak filter" Saya biasanya pilih (dengan centang) "Superhost" atau "Hos Teladan" dan "Bahasa tuan rumah: English", setelah itu klik "Berlakukan filter"
7. Untuk mencari penginapan di lokasi tertentu, zoom in dan geser peta
Tampilan Airbnb |
Selanjutnya kita bisa pilih-pilih akomodasi seperti biasa. Saya lihat foto, memastikan fasilitasnya sesuai dengan yang saya inginkan dan membaca ulasan atau review-nya. Untuk menghindari penipuan atau akomodasi fiktif, jangan memesan di listing yang yang belum ada review-nya meskipun harganya miring. Beberapa pilihan penginapan yang bagus bisa kita simpan di wish list, dengan meng-klik tanda hati.
Setelah melihat-lihat pilihan yang ada, saya tertarik memesan kamar privat di apartemen ini: https://www.airbnb.com/rooms/6405228. Lokasinya dekat dengan Taipei main station dan harganya tidak terlalu mahal. Tidak lupa saya cek profil host-nya, tampak meyakinkan kok :)
8. Ajukan pemesanan (request to book). Halaman selanjutnya meminta anda untuk memperkenalkan diri, kemudian membayar dengan kartu kredit, kartu debit atau paypal. Kartu kredit yang diterima untuk pembayaran adalah visa, mastercard, amex dan discover. Kalau tidak punya kartu kredit, bisa pinjam punya orang lain. Saya memasukkan nomor kartu kredit punya suami di akun saya dan nggak masalah. Sementara untuk kartu debit, yang sudah saya coba masukkan dan diterima adalah kartu debit dari Permata Bank yang ada tulisannya VISA Electron. Kartu Debit dari Bank Mandiri ditolak. Mungkin beberapa kartu debit dengan logo visa/mastercard perlu diaktifkan dulu fitur belanja online-nya di bank. Coba aja deh semua kartu yang ada :)
Perhatikan di halaman pembayaran bahwa kupon atau travel credit sudah dipotongkan sebagai diskon. Kalau punya kupon banyak seperti saya, bisa jadi bayarnya Rp 0 alias gratis :) Selain itu, perhatikan bahwa ada biaya jasa (fee airbnb) sebesar kurang lebih 12%.
Setelah isian beres > klik "kirim permohonan"
9. Untuk listing dengan tanda "pemesanan instan" yang logonya seperti petir, kita bisa langsung mendapat konfirmasi saat itu juga. Untuk yang tidak bertanda "instant confirmation" kita tunggu saja konfirmasinya melalui email. Ketika memesan vila di Ubud, saya mendapat konfirmasi instan, sedangan untuk apartemen di Paris dan kamar di Taipei ini, konfirmasinya perlu menunggu sebentar.
Sebelum memesan, perhatikan juga kebijakan pembatalan dari masing-masing listing. Ada yang fleksibel, artinya bisa dibatalkan sehari sebelumnya dengan pengembalian penuh (contohnya: vila kami di Ubud). Ada yang kebijakan pembatalannya sedang, artinya pembayaran bisa dikembalikan penuh kalau dibatalkan 5 hari sebelumnya. Tapi ada juga yang kebijakan pembatalannya ketat (strict), pembayaran hanya dikembalikan 50% kalau dibatalkan seminggu sebelumnya. Untuk semua pembatalan ini, fee atau biaya airbnb tidak dapat dikembalikan alias hangus.
Selain mendapat konfirmasi, kita juga akan memperoleh kuitansi atau tanda terima pembayaran. Fyi, kuitansi pemesanan penginapan airbnb ini bisa digunakan untuk melengkapi syarat visa, termasuk visa Schengen. Biasanya tuan rumah juga akan memberi petunjuk lengkap alamat dan cara menemukan rumah atau apartemnnya. Kalau kurang jelas, kita bisa menghubungi mereka via email atau sms/whatsapp.
Tuan rumah saya yang di Taipei ini, Angie, malah mempunyai video You Tube yang sangat jelas, menjelaskan cara mencapai apartemennya dari bandara di Taipei. Sangat membantu saya yang pusing lihat huruf-huruf keriting :)
Gimana, gampang kan? Yuk daftar airbnb sekarang biar nanti gampang kalau pas perlu. Mumpung ada kupon dari The Emak sebesar Rp 250.000. Daftarnya pakai tautan ini ya: www.airbnb.co.id/c/akumalasari
~ The Emak
Mau memesan penginapan yang lebih hemat daripada hotel dan lebih privat daripada hostel? Mungkin Airbnb bisa menjadi pilihan. Sebenarnya apa sih Airbnb itu? Website ini mempertemukan traveler yang memerlukan penginapan dan orang-orang biasa yang menyewakan kamar/apartemen atau rumahnya. Saya sekeluarga pernah menyewa apartemen di Paris dan vila di Ubud melalui airbnb. Aman nggak? Dari pengalaman saya sih aman dan berkesan, tapi tentu ada tip dan triknya. Baca sampai habis ya.
Step-by-step untuk memilih dan menyewa akomodasi di airbnb gampang banget, mirip dengan situs booking engine lainnya. Tapi di sini kita harus daftar menjadi anggota dulu, karena penyewa juga ingin tahu profil kita.
Langkah-langkah:
1. Buka website airbnb.
2. Klik "Daftar untuk mengklaim kredit" Kamu bakalan dapat kupon Rp 250.000.
3. Daftar dengan FB/Gmail/Email lain. Masukkan biodata seperti biasa.
4. Setelah daftar, balik ke halaman utama. Di pojok kiri atas, dekat logo airbnb, masukkan kota tujuan.
5. Masukkan tanggal cek in, cek out dan jumlah tamu.
6. Klik "Lebih banyak filter" Saya biasanya pilih (dengan centang) "Superhost" atau "Hos Teladan" dan "Bahasa tuan rumah: English", setelah itu klik "Berlakukan filter"
7. Untuk mencari penginapan di lokasi tertentu, zoom in dan geser peta
Tampilan Airbnb |
Selanjutnya kita bisa pilih-pilih akomodasi seperti biasa. Saya lihat foto, memastikan fasilitasnya sesuai dengan yang saya inginkan dan membaca ulasan atau review-nya. Untuk menghindari penipuan atau akomodasi fiktif, jangan memesan di listing yang yang belum ada review-nya meskipun harganya miring. Beberapa pilihan penginapan yang bagus bisa kita simpan di wish list, dengan meng-klik tanda hati.
Setelah melihat-lihat pilihan yang ada, saya tertarik memesan kamar privat di apartemen ini: https://www.airbnb.com/rooms/6405228. Lokasinya dekat dengan Taipei main station dan harganya tidak terlalu mahal. Tidak lupa saya cek profil host-nya, tampak meyakinkan kok :)
8. Ajukan pemesanan (request to book). Halaman selanjutnya meminta anda untuk memperkenalkan diri, kemudian membayar dengan kartu kredit, kartu debit atau paypal. Kartu kredit yang diterima untuk pembayaran adalah visa, mastercard, amex dan discover. Kalau tidak punya kartu kredit, bisa pinjam punya orang lain. Saya memasukkan nomor kartu kredit punya suami di akun saya dan nggak masalah. Sementara untuk kartu debit, yang sudah saya coba masukkan dan diterima adalah kartu debit dari Permata Bank yang ada tulisannya VISA Electron. Kartu Debit dari Bank Mandiri ditolak. Mungkin beberapa kartu debit dengan logo visa/mastercard perlu diaktifkan dulu fitur belanja online-nya di bank. Coba aja deh semua kartu yang ada :)
Perhatikan di halaman pembayaran bahwa kupon atau travel credit sudah dipotongkan sebagai diskon. Kalau punya kupon banyak seperti saya, bisa jadi bayarnya Rp 0 alias gratis :) Selain itu, perhatikan bahwa ada biaya jasa (fee airbnb) sebesar kurang lebih 12%.
Setelah isian beres > klik "kirim permohonan"
9. Untuk listing dengan tanda "pemesanan instan" yang logonya seperti petir, kita bisa langsung mendapat konfirmasi saat itu juga. Untuk yang tidak bertanda "instant confirmation" kita tunggu saja konfirmasinya melalui email. Ketika memesan vila di Ubud, saya mendapat konfirmasi instan, sedangan untuk apartemen di Paris dan kamar di Taipei ini, konfirmasinya perlu menunggu sebentar.
Sebelum memesan, perhatikan juga kebijakan pembatalan dari masing-masing listing. Ada yang fleksibel, artinya bisa dibatalkan sehari sebelumnya dengan pengembalian penuh (contohnya: vila kami di Ubud). Ada yang kebijakan pembatalannya sedang, artinya pembayaran bisa dikembalikan penuh kalau dibatalkan 5 hari sebelumnya. Tapi ada juga yang kebijakan pembatalannya ketat (strict), pembayaran hanya dikembalikan 50% kalau dibatalkan seminggu sebelumnya. Untuk semua pembatalan ini, fee atau biaya airbnb tidak dapat dikembalikan alias hangus.
Selain mendapat konfirmasi, kita juga akan memperoleh kuitansi atau tanda terima pembayaran. Fyi, kuitansi pemesanan penginapan airbnb ini bisa digunakan untuk melengkapi syarat visa, termasuk visa Schengen. Biasanya tuan rumah juga akan memberi petunjuk lengkap alamat dan cara menemukan rumah atau apartemnnya. Kalau kurang jelas, kita bisa menghubungi mereka via email atau sms/whatsapp.
Tuan rumah saya yang di Taipei ini, Angie, malah mempunyai video You Tube yang sangat jelas, menjelaskan cara mencapai apartemennya dari bandara di Taipei. Sangat membantu saya yang pusing lihat huruf-huruf keriting :)
Gimana, gampang kan? Yuk daftar airbnb sekarang biar nanti gampang kalau pas perlu. Mumpung ada kupon dari The Emak sebesar Rp 250.000. Daftarnya pakai tautan ini ya: www.airbnb.co.id/c/akumalasari
~ The Emak
Mau memesan penginapan yang lebih hemat daripada hotel dan lebih privat daripada hostel? Mungkin Airbnb bisa menjadi pilihan. Sebenarnya apa sih Airbnb itu? Website ini mempertemukan traveler yang memerlukan penginapan dan orang-orang biasa yang menyewakan kamar/apartemen atau rumahnya. Saya sekeluarga pernah menyewa apartemen di Paris dan vila di Ubud melalui airbnb. Aman nggak? Dari pengalaman saya sih aman dan berkesan, tapi tentu ada tip dan triknya. Baca sampai habis ya.
Step-by-step untuk memilih dan menyewa akomodasi di airbnb gampang banget, mirip dengan situs booking engine lainnya. Tapi di sini kita harus daftar menjadi anggota dulu, karena penyewa juga ingin tahu profil kita.
Langkah-langkah:
1. Buka website airbnb.
2. Klik "Daftar untuk mengklaim kredit" Kamu bakalan dapat kupon Rp 250.000.
3. Daftar dengan FB/Gmail/Email lain. Masukkan biodata seperti biasa.
4. Setelah daftar, balik ke halaman utama. Di pojok kiri atas, dekat logo airbnb, masukkan kota tujuan.
5. Masukkan tanggal cek in, cek out dan jumlah tamu.
6. Klik "Lebih banyak filter" Saya biasanya pilih (dengan centang) "Superhost" atau "Hos Teladan" dan "Bahasa tuan rumah: English", setelah itu klik "Berlakukan filter"
7. Untuk mencari penginapan di lokasi tertentu, zoom in dan geser peta
Tampilan Airbnb |
Selanjutnya kita bisa pilih-pilih akomodasi seperti biasa. Saya lihat foto, memastikan fasilitasnya sesuai dengan yang saya inginkan dan membaca ulasan atau review-nya. Untuk menghindari penipuan atau akomodasi fiktif, jangan memesan di listing yang yang belum ada review-nya meskipun harganya miring. Beberapa pilihan penginapan yang bagus bisa kita simpan di wish list, dengan meng-klik tanda hati.
Setelah melihat-lihat pilihan yang ada, saya tertarik memesan kamar privat di apartemen ini: https://www.airbnb.com/rooms/6405228. Lokasinya dekat dengan Taipei main station dan harganya tidak terlalu mahal. Tidak lupa saya cek profil host-nya, tampak meyakinkan kok :)
8. Ajukan pemesanan (request to book). Halaman selanjutnya meminta anda untuk memperkenalkan diri, kemudian membayar dengan kartu kredit, kartu debit atau paypal. Kartu kredit yang diterima untuk pembayaran adalah visa, mastercard, amex dan discover. Kalau tidak punya kartu kredit, bisa pinjam punya orang lain. Saya memasukkan nomor kartu kredit punya suami di akun saya dan nggak masalah. Sementara untuk kartu debit, yang sudah saya coba masukkan dan diterima adalah kartu debit dari Permata Bank yang ada tulisannya VISA Electron. Kartu Debit dari Bank Mandiri ditolak. Mungkin beberapa kartu debit dengan logo visa/mastercard perlu diaktifkan dulu fitur belanja online-nya di bank. Coba aja deh semua kartu yang ada :)
Perhatikan di halaman pembayaran bahwa kupon atau travel credit sudah dipotongkan sebagai diskon. Kalau punya kupon banyak seperti saya, bisa jadi bayarnya Rp 0 alias gratis :) Selain itu, perhatikan bahwa ada biaya jasa (fee airbnb) sebesar kurang lebih 12%.
Setelah isian beres > klik "kirim permohonan"
9. Untuk listing dengan tanda "pemesanan instan" yang logonya seperti petir, kita bisa langsung mendapat konfirmasi saat itu juga. Untuk yang tidak bertanda "instant confirmation" kita tunggu saja konfirmasinya melalui email. Ketika memesan vila di Ubud, saya mendapat konfirmasi instan, sedangan untuk apartemen di Paris dan kamar di Taipei ini, konfirmasinya perlu menunggu sebentar.
Sebelum memesan, perhatikan juga kebijakan pembatalan dari masing-masing listing. Ada yang fleksibel, artinya bisa dibatalkan sehari sebelumnya dengan pengembalian penuh (contohnya: vila kami di Ubud). Ada yang kebijakan pembatalannya sedang, artinya pembayaran bisa dikembalikan penuh kalau dibatalkan 5 hari sebelumnya. Tapi ada juga yang kebijakan pembatalannya ketat (strict), pembayaran hanya dikembalikan 50% kalau dibatalkan seminggu sebelumnya. Untuk semua pembatalan ini, fee atau biaya airbnb tidak dapat dikembalikan alias hangus.
Selain mendapat konfirmasi, kita juga akan memperoleh kuitansi atau tanda terima pembayaran. Fyi, kuitansi pemesanan penginapan airbnb ini bisa digunakan untuk melengkapi syarat visa, termasuk visa Schengen. Biasanya tuan rumah juga akan memberi petunjuk lengkap alamat dan cara menemukan rumah atau apartemnnya. Kalau kurang jelas, kita bisa menghubungi mereka via email atau sms/whatsapp.
Tuan rumah saya yang di Taipei ini, Angie, malah mempunyai video You Tube yang sangat jelas, menjelaskan cara mencapai apartemennya dari bandara di Taipei. Sangat membantu saya yang pusing lihat huruf-huruf keriting :)
Gimana, gampang kan? Yuk daftar airbnb sekarang biar nanti gampang kalau pas perlu. Mumpung ada kupon dari The Emak sebesar Rp 250.000. Daftarnya pakai tautan ini ya: www.airbnb.co.id/c/akumalasari
~ The Emak
Lihat Detail
Balada Tiket Gratisan Jetstar
Ini cerita saya ketika menang kuis berhadiah tiket Jetstar ke mana saja (yes, you heard that right :p) yang sudah saya pakai
Juli 2015 saya ikutan kuis di fanpage FB Jetstar Asia. "Like" fanpage mereka deh, sering banget ada kuis, siapa tahu rezeki kamu. Pertanyaannya waktu itu gampang banget, cuma disuruh menyebutkan tiga destinasi impian Jetstar Asia dengan transit di Changi Singapura. Alhamdulillah, rezeki Emak salehah, saya menang. Hadiahnya nggak tanggung-tanggung, dua tiket Jetstar pp ke mana saja, asal masih rute yang dilayani Jetstar Asia plus voucher Changi sebesar SGD 100. Awalnya saya sangka cuma dapat satu tiket pp, eh ternyata setelah saya baca lagi emailnya, hadiahnya 1 PAIR of return economy starter flights. Saya sampai nanya-nanya ke suami dan teman-teman, 1 pair itu sama dengan 2 tiket kan maksudnya? Hehehe. Akhirnya saya yakin bahwa hadiahnya 2 tiket setelah mendapatkan formulir dari Jetstar untuk pemesanan tiketnya. Asyiiiiik... bisa buat pacaran berdua. Tapi ke mana?
Saya sih pengennya ke Hong Kong, Bangkok atau Jepang, sesuai jawaban saya di kuis. Nggak bohong kan? Tapi Si Ayah sudah pernah ke HK, dua kali malah. Dan dia nggak begitu suka Hong Kong. Sementara itu, ketika saya cek rute ke Osaka, dari Surabaya harus transit dua kali, yaitu di Singapura dan Taipei. Duh ribetnya. Pilihan lainnya adalah ke Vietnam, Ho Chi Minh City. Si Ayah penasaran dengan Vietnam. Saya sih nggak begitu pengen, kalau pun ke Vietnam pengennya ke Hanoi saja, bukan HCMC. Karena belum ada kata sepakat, saya lupakan sementara rencana traveling berdua.
Di bulan November, saya mulai obrolkan lagi dengan Si Ayah. Ini maunya ke mana sih? Eh ternyata dia berubah pikiran. Dia pengennya kami pergi berempat dengan anak-anak. Hak dush! Si Ayah ini memang family man banget, nggak tega meninggalkan anak-anak sendirian. Kalau dia pergi sendiri dan ninggalin anak-anak dengan saya sih sudah sering. Saya agak gimanaaa gitu. FYI, saya dan Si Ayah belum pernah pergi menginap berdua saja. Dari dulu, setiap kali traveling, anak-anak selalu ikut kami. Keluarga kami memang sangat lengket satu sama lain karena pengalaman kami tinggal berempat saja di negeri seberang tanpa pembantu. Saya pikir sekarang sudah saatnya kami bisa pergi berdua karena Big A hampir 14 tahun dan Little A 7 tahun. Dengan agak kesal, saya cari-cari jadwal untuk berangkat berempat. Ternyata tambahan dua tiket di bulan Desember, Januari, Februari mahal banget. Ya jelas ya, memang peak season sih. Karena nomboknya mahal, jadi nggak berasa kalau menang kuis. Harga 2 tiket pas musim liburan sama saja dengan 4 tiket saat low season. Kami nggak sanggup kalau nombok banyak-banyak!
Akhirnya saya berhasil membujuk Si Ayah untuk berangkat berdua saja. Kami tentu juga harus membujuk anak-anak agar mau ditinggal. Tentu nggak gratis, mereka minta dibelikan oleh-oleh spesial. Itu pun mereka berdua masih protes keras. Baca protes Big A di blog pribadinya: http://anindyaspointofview.blogspot.co.id/2015/12/how-to-take-advantage-of-situation.html.
Karena izin prinsip dari Si Ayah sudah turun, saya serahkan pilihan destinasi ke dia. Ke mana aja boleh deh, saya manut saja. Sudah mending dia mau pergi berdua saja tanpa anak-anak. Dan... pilihannya jatuh ke Taipei!
Well, Taipei sebenarnya tidak masuk ke bucket list saya. Tapi saya orangnya senang mencoba sesuatu yang baru, jadi ya let's go aja. Untuk ke Taipei ini kami perlu visa. Sebenarnya visa Taiwan mudah diperoleh, tapi gara-gara saya salah baca informasi dari blog orang, malah jadi drama. Tentang visa akan saya tulis tersendiri ya.
Kami berangkat dari Surabaya 25 Desember dan pulang 29 Desember. Tiket high season kami ini kalau dirupiahkan seharga 22 jutaan. Wow, saya berasa menang besar. Perjalanan dari Surabaya sampai Singapura mulus-mulus saja. Kami sempat keluar dari Changi dan ikut merayakan kemeriahan natal di Marina Bay. Penerbangan ke Taipei masih tengah malam. Penerbangan dari Singapura ke Taipei ditempuh dalam 4 jam 45 menit. Kami sampai di bandara Taoyuan pagi hari jam 6.
Ternyata saya sangat menikmati perjalanan kami di Taipei. Kota ini jauh dari bayangan saya yang salah sangka menyamakan Taipei dengan kota di Tiongkok yang stereotipe-nya kotor, kumuh, banyak polusi, dll. Taipei sendiri kotanya rapi, bersih, mudah dijelajahi dan orang-orangnya sangat tertib. Makanannya juga enak-enaaaak. Meski kami berdua tidak bisa berbahasa Mandarin kecuali ni hao dan xie xie, kami bisa survive di Taipei :D
Drama dimulai ketika kami pulang dari Taipei dan kembali transit di Singapura. Kami tiba di bandara Changi pukul 1 dini hari, sementara pesawat ke Surabaya baru berangkat jam 11 siang. Untuk menghemat, kami berdua tidur di bandara saja. Paginya, setelah sarapan, kami cek jadwal penerbangan Jetstar, berangkat dari gate berapa. Lha kok ternyata penerbangannya ditunda menjadi jam 1 siang. Duh, kami mulai kesal karena sudah menunggu lama di bandara dan tidurnya juga kurang nyaman.
Horor terjadi ketika kami cek lagi informasi di layar, penerbangan kami dibatalkan. WHAT???
Kami segera menuju konter layanan Jetstar di dalam T1. Di sana tidak ada orang yang melayani. Beberapa saat kemudian ada orang-orang yang datang, senasib dengan kami. Ada yang nasibnya lebih buruk dari kami, orang ini penerbangannya sudah dibatalkan 2 kali dan sampai saat itu belum bisa berangkat. Kami bertanya-tanya alasan penerbangan dibatalkan, katanya karena ada aktivitas gunung berapi. Ketika ditanya gunung yang mana, petugas tidak menjawab. Kami yang sudah mempunyai boarding pass sempat terkatung-katung lama di dalam area T1. Kami tidak bisa melewati imigrasi sendiri untuk keluar ke konter cek in Jetstar. Sementara itu petugas Jetstar yang ditugaskan mengurus kami kurang bisa memberikan solusi. Mereka tidak mau memberikan ganti rugi apapun. Mereka hanya mau memberikan refund seharga tiket yang kami bayarkan atau pengalihan penerbangan ke Jakarta. Dari Jakarta ke Surabaya, harus kami tanggung sendiri.
Yang membuat kami kesal, alasan pembatalan penerbangan ini tidak masuk akal. Saya cari-cari di berita, tidak ada aktivitas gunung api apapun yang membahayakan di hari itu. Maskapai lain seperti Singapore Airline, China Airlines dan Garuda Indonesia tetap melakukan penerbangan dari Singapura ke Surabaya seperti biasa.
Belum lagi urusan bagasi. Setelah kami berhasil keluar melewati imigrasi, dengan kawalan petugas, kami tidak bisa menemukan bagasi kami. Perlu waktu hampir satu jam sampai akhirnya bagasi kami ditemukan oleh petugas. Setelah mendapat bagasi, kami kembali mendatangi konter cek in Jetstar untuk menyelesaikan urusan. Orang-orang yang senasib dengan kami umumnya pasrah rute mereka dialihkan ke Jakarta. Nanti mereka akan membeli sendiri tiket ke Surabaya. Kami tidak ingin ke Jakarta dulu karena tidak ingin menunda kepulangan kami ke Surabaya. Kami ingin sesegera mungkin bertemu anak-anak. Kami berdua memilih refund tiket dan membeli sendiri tiket baru dari Singapura ke Surabaya dengan Garuda Indonesia. Harapannya, tiket ini bisa di-reimburse oleh asuransi. Tentang klaim asuransi yang juga penuh perjuangan akan kami ceritakan sendiri.
Proses refund tiket ini tidak mulus. Di depan konter Jetstar, kami minta petugas untuk mengurus refund, tapi dia malah menyuruh kami menelepon call center. WHAT??? Ini bukan kami lho yang membatalkan penerbangan, tapi dari pihak mereka sendiri. Akhirnya Si Ayah meminta dipanggilkan manajer dan dia menyuruh petugas konter untuk mengurus refund kami. Ketak ketik ketak ketik, katanya refund bisa kami dapatkan dua minggu lagi. Fyuh.
Kami membeli tiket Garuda Indonesia dengan jadwal penerbangan malam hari jam 7. Duh, saya sudah bosen banget sama Changi dan pengen segera pulang meluk anak-anak.
Sebulan setelah itu, saya belum mendapat kabar apa-apa tentang refund tiket Jetstar saya. Bulan Februari, saya mengirim komplain via formulir feedback di website Jetstar. Bulan Maret, Jetstar membalas akan memroses refund saya dalam 15 hari dan uangnya akan diberikan lewat travel agen yang mengurus tiket saya. Setelah 15 hari, saya mengirim email ke marketing Jetstar yang memberi saya tiket hadiah ini, tapi tidak ada respon. Pertengahan April, saya mengirim email ke customer care DAN ke marketing menanyakan status refund saya. Setelah mengirim ulang email yang sama beberapa kali, akhirnya di bulan Mei saya mendapat balasan bahwa mereka tidak bisa memberikan refund berupa uang, tapi akan mengirim voucher sebesar $330.
*tarik napas* Panjang ya ceritanya? Kasus ini sudah selesai. Moral of the story, kalau kalian naik Jetstar, jangan lupa membeli asuransi perjalanan untuk back up karena Jetstar ini low cost airline dan nggak mau ribet memberi ganti rugi kalau perjalanan kalian ditunda atau dibatalkan, atau bagasi kalian hilang. Jetstar adalah maskapai langganan kami ketika kami tinggal di Australia. Kami selalu mengandalkan Jetstar untuk mendapatkan tiket termurah antar kota di Australia. Selama ini memang nggak ada masalah dengan pelayanan Jetstar. Petugas mereka memang nggak begitu ramah tapi setidaknya profesional. Tapi dengan peristiwa pembatalan penerbangan tanpa alasan yang jelas ini, dan juga layanan ground staff di Changi yang kurang profesional, sebaiknya jaga-jaga dengan membeli asuransi perjalanan yang bisa diandalkan.
So, tinggal satu pertanyaan sekarang. Voucher $330-nya mau buat terbang ke mana?
~ The Emak
Ini cerita saya ketika menang kuis berhadiah tiket Jetstar ke mana saja (yes, you heard that right :p) yang sudah saya pakai
Juli 2015 saya ikutan kuis di fanpage FB Jetstar Asia. "Like" fanpage mereka deh, sering banget ada kuis, siapa tahu rezeki kamu. Pertanyaannya waktu itu gampang banget, cuma disuruh menyebutkan tiga destinasi impian Jetstar Asia dengan transit di Changi Singapura. Alhamdulillah, rezeki Emak salehah, saya menang. Hadiahnya nggak tanggung-tanggung, dua tiket Jetstar pp ke mana saja, asal masih rute yang dilayani Jetstar Asia plus voucher Changi sebesar SGD 100. Awalnya saya sangka cuma dapat satu tiket pp, eh ternyata setelah saya baca lagi emailnya, hadiahnya 1 PAIR of return economy starter flights. Saya sampai nanya-nanya ke suami dan teman-teman, 1 pair itu sama dengan 2 tiket kan maksudnya? Hehehe. Akhirnya saya yakin bahwa hadiahnya 2 tiket setelah mendapatkan formulir dari Jetstar untuk pemesanan tiketnya. Asyiiiiik... bisa buat pacaran berdua. Tapi ke mana?
Saya sih pengennya ke Hong Kong, Bangkok atau Jepang, sesuai jawaban saya di kuis. Nggak bohong kan? Tapi Si Ayah sudah pernah ke HK, dua kali malah. Dan dia nggak begitu suka Hong Kong. Sementara itu, ketika saya cek rute ke Osaka, dari Surabaya harus transit dua kali, yaitu di Singapura dan Taipei. Duh ribetnya. Pilihan lainnya adalah ke Vietnam, Ho Chi Minh City. Si Ayah penasaran dengan Vietnam. Saya sih nggak begitu pengen, kalau pun ke Vietnam pengennya ke Hanoi saja, bukan HCMC. Karena belum ada kata sepakat, saya lupakan sementara rencana traveling berdua.
Di bulan November, saya mulai obrolkan lagi dengan Si Ayah. Ini maunya ke mana sih? Eh ternyata dia berubah pikiran. Dia pengennya kami pergi berempat dengan anak-anak. Hak dush! Si Ayah ini memang family man banget, nggak tega meninggalkan anak-anak sendirian. Kalau dia pergi sendiri dan ninggalin anak-anak dengan saya sih sudah sering. Saya agak gimanaaa gitu. FYI, saya dan Si Ayah belum pernah pergi menginap berdua saja. Dari dulu, setiap kali traveling, anak-anak selalu ikut kami. Keluarga kami memang sangat lengket satu sama lain karena pengalaman kami tinggal berempat saja di negeri seberang tanpa pembantu. Saya pikir sekarang sudah saatnya kami bisa pergi berdua karena Big A hampir 14 tahun dan Little A 7 tahun. Dengan agak kesal, saya cari-cari jadwal untuk berangkat berempat. Ternyata tambahan dua tiket di bulan Desember, Januari, Februari mahal banget. Ya jelas ya, memang peak season sih. Karena nomboknya mahal, jadi nggak berasa kalau menang kuis. Harga 2 tiket pas musim liburan sama saja dengan 4 tiket saat low season. Kami nggak sanggup kalau nombok banyak-banyak!
Akhirnya saya berhasil membujuk Si Ayah untuk berangkat berdua saja. Kami tentu juga harus membujuk anak-anak agar mau ditinggal. Tentu nggak gratis, mereka minta dibelikan oleh-oleh spesial. Itu pun mereka berdua masih protes keras. Baca protes Big A di blog pribadinya: http://anindyaspointofview.blogspot.co.id/2015/12/how-to-take-advantage-of-situation.html.
Karena izin prinsip dari Si Ayah sudah turun, saya serahkan pilihan destinasi ke dia. Ke mana aja boleh deh, saya manut saja. Sudah mending dia mau pergi berdua saja tanpa anak-anak. Dan... pilihannya jatuh ke Taipei!
Well, Taipei sebenarnya tidak masuk ke bucket list saya. Tapi saya orangnya senang mencoba sesuatu yang baru, jadi ya let's go aja. Untuk ke Taipei ini kami perlu visa. Sebenarnya visa Taiwan mudah diperoleh, tapi gara-gara saya salah baca informasi dari blog orang, malah jadi drama. Tentang visa akan saya tulis tersendiri ya.
Kami berangkat dari Surabaya 25 Desember dan pulang 29 Desember. Tiket high season kami ini kalau dirupiahkan seharga 22 jutaan. Wow, saya berasa menang besar. Perjalanan dari Surabaya sampai Singapura mulus-mulus saja. Kami sempat keluar dari Changi dan ikut merayakan kemeriahan natal di Marina Bay. Penerbangan ke Taipei masih tengah malam. Penerbangan dari Singapura ke Taipei ditempuh dalam 4 jam 45 menit. Kami sampai di bandara Taoyuan pagi hari jam 6.
Ternyata saya sangat menikmati perjalanan kami di Taipei. Kota ini jauh dari bayangan saya yang salah sangka menyamakan Taipei dengan kota di Tiongkok yang stereotipe-nya kotor, kumuh, banyak polusi, dll. Taipei sendiri kotanya rapi, bersih, mudah dijelajahi dan orang-orangnya sangat tertib. Makanannya juga enak-enaaaak. Meski kami berdua tidak bisa berbahasa Mandarin kecuali ni hao dan xie xie, kami bisa survive di Taipei :D
Drama dimulai ketika kami pulang dari Taipei dan kembali transit di Singapura. Kami tiba di bandara Changi pukul 1 dini hari, sementara pesawat ke Surabaya baru berangkat jam 11 siang. Untuk menghemat, kami berdua tidur di bandara saja. Paginya, setelah sarapan, kami cek jadwal penerbangan Jetstar, berangkat dari gate berapa. Lha kok ternyata penerbangannya ditunda menjadi jam 1 siang. Duh, kami mulai kesal karena sudah menunggu lama di bandara dan tidurnya juga kurang nyaman.
Horor terjadi ketika kami cek lagi informasi di layar, penerbangan kami dibatalkan. WHAT???
Kami segera menuju konter layanan Jetstar di dalam T1. Di sana tidak ada orang yang melayani. Beberapa saat kemudian ada orang-orang yang datang, senasib dengan kami. Ada yang nasibnya lebih buruk dari kami, orang ini penerbangannya sudah dibatalkan 2 kali dan sampai saat itu belum bisa berangkat. Kami bertanya-tanya alasan penerbangan dibatalkan, katanya karena ada aktivitas gunung berapi. Ketika ditanya gunung yang mana, petugas tidak menjawab. Kami yang sudah mempunyai boarding pass sempat terkatung-katung lama di dalam area T1. Kami tidak bisa melewati imigrasi sendiri untuk keluar ke konter cek in Jetstar. Sementara itu petugas Jetstar yang ditugaskan mengurus kami kurang bisa memberikan solusi. Mereka tidak mau memberikan ganti rugi apapun. Mereka hanya mau memberikan refund seharga tiket yang kami bayarkan atau pengalihan penerbangan ke Jakarta. Dari Jakarta ke Surabaya, harus kami tanggung sendiri.
Yang membuat kami kesal, alasan pembatalan penerbangan ini tidak masuk akal. Saya cari-cari di berita, tidak ada aktivitas gunung api apapun yang membahayakan di hari itu. Maskapai lain seperti Singapore Airline, China Airlines dan Garuda Indonesia tetap melakukan penerbangan dari Singapura ke Surabaya seperti biasa.
Belum lagi urusan bagasi. Setelah kami berhasil keluar melewati imigrasi, dengan kawalan petugas, kami tidak bisa menemukan bagasi kami. Perlu waktu hampir satu jam sampai akhirnya bagasi kami ditemukan oleh petugas. Setelah mendapat bagasi, kami kembali mendatangi konter cek in Jetstar untuk menyelesaikan urusan. Orang-orang yang senasib dengan kami umumnya pasrah rute mereka dialihkan ke Jakarta. Nanti mereka akan membeli sendiri tiket ke Surabaya. Kami tidak ingin ke Jakarta dulu karena tidak ingin menunda kepulangan kami ke Surabaya. Kami ingin sesegera mungkin bertemu anak-anak. Kami berdua memilih refund tiket dan membeli sendiri tiket baru dari Singapura ke Surabaya dengan Garuda Indonesia. Harapannya, tiket ini bisa di-reimburse oleh asuransi. Tentang klaim asuransi yang juga penuh perjuangan akan kami ceritakan sendiri.
Proses refund tiket ini tidak mulus. Di depan konter Jetstar, kami minta petugas untuk mengurus refund, tapi dia malah menyuruh kami menelepon call center. WHAT??? Ini bukan kami lho yang membatalkan penerbangan, tapi dari pihak mereka sendiri. Akhirnya Si Ayah meminta dipanggilkan manajer dan dia menyuruh petugas konter untuk mengurus refund kami. Ketak ketik ketak ketik, katanya refund bisa kami dapatkan dua minggu lagi. Fyuh.
Kami membeli tiket Garuda Indonesia dengan jadwal penerbangan malam hari jam 7. Duh, saya sudah bosen banget sama Changi dan pengen segera pulang meluk anak-anak.
Sebulan setelah itu, saya belum mendapat kabar apa-apa tentang refund tiket Jetstar saya. Bulan Februari, saya mengirim komplain via formulir feedback di website Jetstar. Bulan Maret, Jetstar membalas akan memroses refund saya dalam 15 hari dan uangnya akan diberikan lewat travel agen yang mengurus tiket saya. Setelah 15 hari, saya mengirim email ke marketing Jetstar yang memberi saya tiket hadiah ini, tapi tidak ada respon. Pertengahan April, saya mengirim email ke customer care DAN ke marketing menanyakan status refund saya. Setelah mengirim ulang email yang sama beberapa kali, akhirnya di bulan Mei saya mendapat balasan bahwa mereka tidak bisa memberikan refund berupa uang, tapi akan mengirim voucher sebesar $330.
*tarik napas* Panjang ya ceritanya? Kasus ini sudah selesai. Moral of the story, kalau kalian naik Jetstar, jangan lupa membeli asuransi perjalanan untuk back up karena Jetstar ini low cost airline dan nggak mau ribet memberi ganti rugi kalau perjalanan kalian ditunda atau dibatalkan, atau bagasi kalian hilang. Jetstar adalah maskapai langganan kami ketika kami tinggal di Australia. Kami selalu mengandalkan Jetstar untuk mendapatkan tiket termurah antar kota di Australia. Selama ini memang nggak ada masalah dengan pelayanan Jetstar. Petugas mereka memang nggak begitu ramah tapi setidaknya profesional. Tapi dengan peristiwa pembatalan penerbangan tanpa alasan yang jelas ini, dan juga layanan ground staff di Changi yang kurang profesional, sebaiknya jaga-jaga dengan membeli asuransi perjalanan yang bisa diandalkan.
So, tinggal satu pertanyaan sekarang. Voucher $330-nya mau buat terbang ke mana?
~ The Emak
Ini cerita saya ketika menang kuis berhadiah tiket Jetstar ke mana saja (yes, you heard that right :p) yang sudah saya pakai
Juli 2015 saya ikutan kuis di fanpage FB Jetstar Asia. "Like" fanpage mereka deh, sering banget ada kuis, siapa tahu rezeki kamu. Pertanyaannya waktu itu gampang banget, cuma disuruh menyebutkan tiga destinasi impian Jetstar Asia dengan transit di Changi Singapura. Alhamdulillah, rezeki Emak salehah, saya menang. Hadiahnya nggak tanggung-tanggung, dua tiket Jetstar pp ke mana saja, asal masih rute yang dilayani Jetstar Asia plus voucher Changi sebesar SGD 100. Awalnya saya sangka cuma dapat satu tiket pp, eh ternyata setelah saya baca lagi emailnya, hadiahnya 1 PAIR of return economy starter flights. Saya sampai nanya-nanya ke suami dan teman-teman, 1 pair itu sama dengan 2 tiket kan maksudnya? Hehehe. Akhirnya saya yakin bahwa hadiahnya 2 tiket setelah mendapatkan formulir dari Jetstar untuk pemesanan tiketnya. Asyiiiiik... bisa buat pacaran berdua. Tapi ke mana?
Saya sih pengennya ke Hong Kong, Bangkok atau Jepang, sesuai jawaban saya di kuis. Nggak bohong kan? Tapi Si Ayah sudah pernah ke HK, dua kali malah. Dan dia nggak begitu suka Hong Kong. Sementara itu, ketika saya cek rute ke Osaka, dari Surabaya harus transit dua kali, yaitu di Singapura dan Taipei. Duh ribetnya. Pilihan lainnya adalah ke Vietnam, Ho Chi Minh City. Si Ayah penasaran dengan Vietnam. Saya sih nggak begitu pengen, kalau pun ke Vietnam pengennya ke Hanoi saja, bukan HCMC. Karena belum ada kata sepakat, saya lupakan sementara rencana traveling berdua.
Di bulan November, saya mulai obrolkan lagi dengan Si Ayah. Ini maunya ke mana sih? Eh ternyata dia berubah pikiran. Dia pengennya kami pergi berempat dengan anak-anak. Hak dush! Si Ayah ini memang family man banget, nggak tega meninggalkan anak-anak sendirian. Kalau dia pergi sendiri dan ninggalin anak-anak dengan saya sih sudah sering. Saya agak gimanaaa gitu. FYI, saya dan Si Ayah belum pernah pergi menginap berdua saja. Dari dulu, setiap kali traveling, anak-anak selalu ikut kami. Keluarga kami memang sangat lengket satu sama lain karena pengalaman kami tinggal berempat saja di negeri seberang tanpa pembantu. Saya pikir sekarang sudah saatnya kami bisa pergi berdua karena Big A hampir 14 tahun dan Little A 7 tahun. Dengan agak kesal, saya cari-cari jadwal untuk berangkat berempat. Ternyata tambahan dua tiket di bulan Desember, Januari, Februari mahal banget. Ya jelas ya, memang peak season sih. Karena nomboknya mahal, jadi nggak berasa kalau menang kuis. Harga 2 tiket pas musim liburan sama saja dengan 4 tiket saat low season. Kami nggak sanggup kalau nombok banyak-banyak!
Akhirnya saya berhasil membujuk Si Ayah untuk berangkat berdua saja. Kami tentu juga harus membujuk anak-anak agar mau ditinggal. Tentu nggak gratis, mereka minta dibelikan oleh-oleh spesial. Itu pun mereka berdua masih protes keras. Baca protes Big A di blog pribadinya: http://anindyaspointofview.blogspot.co.id/2015/12/how-to-take-advantage-of-situation.html.
Karena izin prinsip dari Si Ayah sudah turun, saya serahkan pilihan destinasi ke dia. Ke mana aja boleh deh, saya manut saja. Sudah mending dia mau pergi berdua saja tanpa anak-anak. Dan... pilihannya jatuh ke Taipei!
Well, Taipei sebenarnya tidak masuk ke bucket list saya. Tapi saya orangnya senang mencoba sesuatu yang baru, jadi ya let's go aja. Untuk ke Taipei ini kami perlu visa. Sebenarnya visa Taiwan mudah diperoleh, tapi gara-gara saya salah baca informasi dari blog orang, malah jadi drama. Tentang visa akan saya tulis tersendiri ya.
Kami berangkat dari Surabaya 25 Desember dan pulang 29 Desember. Tiket high season kami ini kalau dirupiahkan seharga 22 jutaan. Wow, saya berasa menang besar. Perjalanan dari Surabaya sampai Singapura mulus-mulus saja. Kami sempat keluar dari Changi dan ikut merayakan kemeriahan natal di Marina Bay. Penerbangan ke Taipei masih tengah malam. Penerbangan dari Singapura ke Taipei ditempuh dalam 4 jam 45 menit. Kami sampai di bandara Taoyuan pagi hari jam 6.
Ternyata saya sangat menikmati perjalanan kami di Taipei. Kota ini jauh dari bayangan saya yang salah sangka menyamakan Taipei dengan kota di Tiongkok yang stereotipe-nya kotor, kumuh, banyak polusi, dll. Taipei sendiri kotanya rapi, bersih, mudah dijelajahi dan orang-orangnya sangat tertib. Makanannya juga enak-enaaaak. Meski kami berdua tidak bisa berbahasa Mandarin kecuali ni hao dan xie xie, kami bisa survive di Taipei :D
Drama dimulai ketika kami pulang dari Taipei dan kembali transit di Singapura. Kami tiba di bandara Changi pukul 1 dini hari, sementara pesawat ke Surabaya baru berangkat jam 11 siang. Untuk menghemat, kami berdua tidur di bandara saja. Paginya, setelah sarapan, kami cek jadwal penerbangan Jetstar, berangkat dari gate berapa. Lha kok ternyata penerbangannya ditunda menjadi jam 1 siang. Duh, kami mulai kesal karena sudah menunggu lama di bandara dan tidurnya juga kurang nyaman.
Horor terjadi ketika kami cek lagi informasi di layar, penerbangan kami dibatalkan. WHAT???
Kami segera menuju konter layanan Jetstar di dalam T1. Di sana tidak ada orang yang melayani. Beberapa saat kemudian ada orang-orang yang datang, senasib dengan kami. Ada yang nasibnya lebih buruk dari kami, orang ini penerbangannya sudah dibatalkan 2 kali dan sampai saat itu belum bisa berangkat. Kami bertanya-tanya alasan penerbangan dibatalkan, katanya karena ada aktivitas gunung berapi. Ketika ditanya gunung yang mana, petugas tidak menjawab. Kami yang sudah mempunyai boarding pass sempat terkatung-katung lama di dalam area T1. Kami tidak bisa melewati imigrasi sendiri untuk keluar ke konter cek in Jetstar. Sementara itu petugas Jetstar yang ditugaskan mengurus kami kurang bisa memberikan solusi. Mereka tidak mau memberikan ganti rugi apapun. Mereka hanya mau memberikan refund seharga tiket yang kami bayarkan atau pengalihan penerbangan ke Jakarta. Dari Jakarta ke Surabaya, harus kami tanggung sendiri.
Yang membuat kami kesal, alasan pembatalan penerbangan ini tidak masuk akal. Saya cari-cari di berita, tidak ada aktivitas gunung api apapun yang membahayakan di hari itu. Maskapai lain seperti Singapore Airline, China Airlines dan Garuda Indonesia tetap melakukan penerbangan dari Singapura ke Surabaya seperti biasa.
Belum lagi urusan bagasi. Setelah kami berhasil keluar melewati imigrasi, dengan kawalan petugas, kami tidak bisa menemukan bagasi kami. Perlu waktu hampir satu jam sampai akhirnya bagasi kami ditemukan oleh petugas. Setelah mendapat bagasi, kami kembali mendatangi konter cek in Jetstar untuk menyelesaikan urusan. Orang-orang yang senasib dengan kami umumnya pasrah rute mereka dialihkan ke Jakarta. Nanti mereka akan membeli sendiri tiket ke Surabaya. Kami tidak ingin ke Jakarta dulu karena tidak ingin menunda kepulangan kami ke Surabaya. Kami ingin sesegera mungkin bertemu anak-anak. Kami berdua memilih refund tiket dan membeli sendiri tiket baru dari Singapura ke Surabaya dengan Garuda Indonesia. Harapannya, tiket ini bisa di-reimburse oleh asuransi. Tentang klaim asuransi yang juga penuh perjuangan akan kami ceritakan sendiri.
Proses refund tiket ini tidak mulus. Di depan konter Jetstar, kami minta petugas untuk mengurus refund, tapi dia malah menyuruh kami menelepon call center. WHAT??? Ini bukan kami lho yang membatalkan penerbangan, tapi dari pihak mereka sendiri. Akhirnya Si Ayah meminta dipanggilkan manajer dan dia menyuruh petugas konter untuk mengurus refund kami. Ketak ketik ketak ketik, katanya refund bisa kami dapatkan dua minggu lagi. Fyuh.
Kami membeli tiket Garuda Indonesia dengan jadwal penerbangan malam hari jam 7. Duh, saya sudah bosen banget sama Changi dan pengen segera pulang meluk anak-anak.
Sebulan setelah itu, saya belum mendapat kabar apa-apa tentang refund tiket Jetstar saya. Bulan Februari, saya mengirim komplain via formulir feedback di website Jetstar. Bulan Maret, Jetstar membalas akan memroses refund saya dalam 15 hari dan uangnya akan diberikan lewat travel agen yang mengurus tiket saya. Setelah 15 hari, saya mengirim email ke marketing Jetstar yang memberi saya tiket hadiah ini, tapi tidak ada respon. Pertengahan April, saya mengirim email ke customer care DAN ke marketing menanyakan status refund saya. Setelah mengirim ulang email yang sama beberapa kali, akhirnya di bulan Mei saya mendapat balasan bahwa mereka tidak bisa memberikan refund berupa uang, tapi akan mengirim voucher sebesar $330.
*tarik napas* Panjang ya ceritanya? Kasus ini sudah selesai. Moral of the story, kalau kalian naik Jetstar, jangan lupa membeli asuransi perjalanan untuk back up karena Jetstar ini low cost airline dan nggak mau ribet memberi ganti rugi kalau perjalanan kalian ditunda atau dibatalkan, atau bagasi kalian hilang. Jetstar adalah maskapai langganan kami ketika kami tinggal di Australia. Kami selalu mengandalkan Jetstar untuk mendapatkan tiket termurah antar kota di Australia. Selama ini memang nggak ada masalah dengan pelayanan Jetstar. Petugas mereka memang nggak begitu ramah tapi setidaknya profesional. Tapi dengan peristiwa pembatalan penerbangan tanpa alasan yang jelas ini, dan juga layanan ground staff di Changi yang kurang profesional, sebaiknya jaga-jaga dengan membeli asuransi perjalanan yang bisa diandalkan.
So, tinggal satu pertanyaan sekarang. Voucher $330-nya mau buat terbang ke mana?
~ The Emak
Ini cerita saya ketika menang kuis berhadiah tiket Jetstar ke mana saja (yes, you heard that right :p) yang sudah saya pakai
Juli 2015 saya ikutan kuis di fanpage FB Jetstar Asia. "Like" fanpage mereka deh, sering banget ada kuis, siapa tahu rezeki kamu. Pertanyaannya waktu itu gampang banget, cuma disuruh menyebutkan tiga destinasi impian Jetstar Asia dengan transit di Changi Singapura. Alhamdulillah, rezeki Emak salehah, saya menang. Hadiahnya nggak tanggung-tanggung, dua tiket Jetstar pp ke mana saja, asal masih rute yang dilayani Jetstar Asia plus voucher Changi sebesar SGD 100. Awalnya saya sangka cuma dapat satu tiket pp, eh ternyata setelah saya baca lagi emailnya, hadiahnya 1 PAIR of return economy starter flights. Saya sampai nanya-nanya ke suami dan teman-teman, 1 pair itu sama dengan 2 tiket kan maksudnya? Hehehe. Akhirnya saya yakin bahwa hadiahnya 2 tiket setelah mendapatkan formulir dari Jetstar untuk pemesanan tiketnya. Asyiiiiik... bisa buat pacaran berdua. Tapi ke mana?
Saya sih pengennya ke Hong Kong, Bangkok atau Jepang, sesuai jawaban saya di kuis. Nggak bohong kan? Tapi Si Ayah sudah pernah ke HK, dua kali malah. Dan dia nggak begitu suka Hong Kong. Sementara itu, ketika saya cek rute ke Osaka, dari Surabaya harus transit dua kali, yaitu di Singapura dan Taipei. Duh ribetnya. Pilihan lainnya adalah ke Vietnam, Ho Chi Minh City. Si Ayah penasaran dengan Vietnam. Saya sih nggak begitu pengen, kalau pun ke Vietnam pengennya ke Hanoi saja, bukan HCMC. Karena belum ada kata sepakat, saya lupakan sementara rencana traveling berdua.
Di bulan November, saya mulai obrolkan lagi dengan Si Ayah. Ini maunya ke mana sih? Eh ternyata dia berubah pikiran. Dia pengennya kami pergi berempat dengan anak-anak. Hak dush! Si Ayah ini memang family man banget, nggak tega meninggalkan anak-anak sendirian. Kalau dia pergi sendiri dan ninggalin anak-anak dengan saya sih sudah sering. Saya agak gimanaaa gitu. FYI, saya dan Si Ayah belum pernah pergi menginap berdua saja. Dari dulu, setiap kali traveling, anak-anak selalu ikut kami. Keluarga kami memang sangat lengket satu sama lain karena pengalaman kami tinggal berempat saja di negeri seberang tanpa pembantu. Saya pikir sekarang sudah saatnya kami bisa pergi berdua karena Big A hampir 14 tahun dan Little A 7 tahun. Dengan agak kesal, saya cari-cari jadwal untuk berangkat berempat. Ternyata tambahan dua tiket di bulan Desember, Januari, Februari mahal banget. Ya jelas ya, memang peak season sih. Karena nomboknya mahal, jadi nggak berasa kalau menang kuis. Harga 2 tiket pas musim liburan sama saja dengan 4 tiket saat low season. Kami nggak sanggup kalau nombok banyak-banyak!
Akhirnya saya berhasil membujuk Si Ayah untuk berangkat berdua saja. Kami tentu juga harus membujuk anak-anak agar mau ditinggal. Tentu nggak gratis, mereka minta dibelikan oleh-oleh spesial. Itu pun mereka berdua masih protes keras. Baca protes Big A di blog pribadinya: http://anindyaspointofview.blogspot.co.id/2015/12/how-to-take-advantage-of-situation.html.
Karena izin prinsip dari Si Ayah sudah turun, saya serahkan pilihan destinasi ke dia. Ke mana aja boleh deh, saya manut saja. Sudah mending dia mau pergi berdua saja tanpa anak-anak. Dan... pilihannya jatuh ke Taipei!
Well, Taipei sebenarnya tidak masuk ke bucket list saya. Tapi saya orangnya senang mencoba sesuatu yang baru, jadi ya let's go aja. Untuk ke Taipei ini kami perlu visa. Sebenarnya visa Taiwan mudah diperoleh, tapi gara-gara saya salah baca informasi dari blog orang, malah jadi drama. Tentang visa akan saya tulis tersendiri ya.
Kami berangkat dari Surabaya 25 Desember dan pulang 29 Desember. Tiket high season kami ini kalau dirupiahkan seharga 22 jutaan. Wow, saya berasa menang besar. Perjalanan dari Surabaya sampai Singapura mulus-mulus saja. Kami sempat keluar dari Changi dan ikut merayakan kemeriahan natal di Marina Bay. Penerbangan ke Taipei masih tengah malam. Penerbangan dari Singapura ke Taipei ditempuh dalam 4 jam 45 menit. Kami sampai di bandara Taoyuan pagi hari jam 6.
Ternyata saya sangat menikmati perjalanan kami di Taipei. Kota ini jauh dari bayangan saya yang salah sangka menyamakan Taipei dengan kota di Tiongkok yang stereotipe-nya kotor, kumuh, banyak polusi, dll. Taipei sendiri kotanya rapi, bersih, mudah dijelajahi dan orang-orangnya sangat tertib. Makanannya juga enak-enaaaak. Meski kami berdua tidak bisa berbahasa Mandarin kecuali ni hao dan xie xie, kami bisa survive di Taipei :D
Drama dimulai ketika kami pulang dari Taipei dan kembali transit di Singapura. Kami tiba di bandara Changi pukul 1 dini hari, sementara pesawat ke Surabaya baru berangkat jam 11 siang. Untuk menghemat, kami berdua tidur di bandara saja. Paginya, setelah sarapan, kami cek jadwal penerbangan Jetstar, berangkat dari gate berapa. Lha kok ternyata penerbangannya ditunda menjadi jam 1 siang. Duh, kami mulai kesal karena sudah menunggu lama di bandara dan tidurnya juga kurang nyaman.
Horor terjadi ketika kami cek lagi informasi di layar, penerbangan kami dibatalkan. WHAT???
Kami segera menuju konter layanan Jetstar di dalam T1. Di sana tidak ada orang yang melayani. Beberapa saat kemudian ada orang-orang yang datang, senasib dengan kami. Ada yang nasibnya lebih buruk dari kami, orang ini penerbangannya sudah dibatalkan 2 kali dan sampai saat itu belum bisa berangkat. Kami bertanya-tanya alasan penerbangan dibatalkan, katanya karena ada aktivitas gunung berapi. Ketika ditanya gunung yang mana, petugas tidak menjawab. Kami yang sudah mempunyai boarding pass sempat terkatung-katung lama di dalam area T1. Kami tidak bisa melewati imigrasi sendiri untuk keluar ke konter cek in Jetstar. Sementara itu petugas Jetstar yang ditugaskan mengurus kami kurang bisa memberikan solusi. Mereka tidak mau memberikan ganti rugi apapun. Mereka hanya mau memberikan refund seharga tiket yang kami bayarkan atau pengalihan penerbangan ke Jakarta. Dari Jakarta ke Surabaya, harus kami tanggung sendiri.
Yang membuat kami kesal, alasan pembatalan penerbangan ini tidak masuk akal. Saya cari-cari di berita, tidak ada aktivitas gunung api apapun yang membahayakan di hari itu. Maskapai lain seperti Singapore Airline, China Airlines dan Garuda Indonesia tetap melakukan penerbangan dari Singapura ke Surabaya seperti biasa.
Belum lagi urusan bagasi. Setelah kami berhasil keluar melewati imigrasi, dengan kawalan petugas, kami tidak bisa menemukan bagasi kami. Perlu waktu hampir satu jam sampai akhirnya bagasi kami ditemukan oleh petugas. Setelah mendapat bagasi, kami kembali mendatangi konter cek in Jetstar untuk menyelesaikan urusan. Orang-orang yang senasib dengan kami umumnya pasrah rute mereka dialihkan ke Jakarta. Nanti mereka akan membeli sendiri tiket ke Surabaya. Kami tidak ingin ke Jakarta dulu karena tidak ingin menunda kepulangan kami ke Surabaya. Kami ingin sesegera mungkin bertemu anak-anak. Kami berdua memilih refund tiket dan membeli sendiri tiket baru dari Singapura ke Surabaya dengan Garuda Indonesia. Harapannya, tiket ini bisa di-reimburse oleh asuransi. Tentang klaim asuransi yang juga penuh perjuangan akan kami ceritakan sendiri.
Proses refund tiket ini tidak mulus. Di depan konter Jetstar, kami minta petugas untuk mengurus refund, tapi dia malah menyuruh kami menelepon call center. WHAT??? Ini bukan kami lho yang membatalkan penerbangan, tapi dari pihak mereka sendiri. Akhirnya Si Ayah meminta dipanggilkan manajer dan dia menyuruh petugas konter untuk mengurus refund kami. Ketak ketik ketak ketik, katanya refund bisa kami dapatkan dua minggu lagi. Fyuh.
Kami membeli tiket Garuda Indonesia dengan jadwal penerbangan malam hari jam 7. Duh, saya sudah bosen banget sama Changi dan pengen segera pulang meluk anak-anak.
Sebulan setelah itu, saya belum mendapat kabar apa-apa tentang refund tiket Jetstar saya. Bulan Februari, saya mengirim komplain via formulir feedback di website Jetstar. Bulan Maret, Jetstar membalas akan memroses refund saya dalam 15 hari dan uangnya akan diberikan lewat travel agen yang mengurus tiket saya. Setelah 15 hari, saya mengirim email ke marketing Jetstar yang memberi saya tiket hadiah ini, tapi tidak ada respon. Pertengahan April, saya mengirim email ke customer care DAN ke marketing menanyakan status refund saya. Setelah mengirim ulang email yang sama beberapa kali, akhirnya di bulan Mei saya mendapat balasan bahwa mereka tidak bisa memberikan refund berupa uang, tapi akan mengirim voucher sebesar $330.
*tarik napas* Panjang ya ceritanya? Kasus ini sudah selesai. Moral of the story, kalau kalian naik Jetstar, jangan lupa membeli asuransi perjalanan untuk back up karena Jetstar ini low cost airline dan nggak mau ribet memberi ganti rugi kalau perjalanan kalian ditunda atau dibatalkan, atau bagasi kalian hilang. Jetstar adalah maskapai langganan kami ketika kami tinggal di Australia. Kami selalu mengandalkan Jetstar untuk mendapatkan tiket termurah antar kota di Australia. Selama ini memang nggak ada masalah dengan pelayanan Jetstar. Petugas mereka memang nggak begitu ramah tapi setidaknya profesional. Tapi dengan peristiwa pembatalan penerbangan tanpa alasan yang jelas ini, dan juga layanan ground staff di Changi yang kurang profesional, sebaiknya jaga-jaga dengan membeli asuransi perjalanan yang bisa diandalkan.
So, tinggal satu pertanyaan sekarang. Voucher $330-nya mau buat terbang ke mana?
~ The Emak
Ini cerita saya ketika menang kuis berhadiah tiket Jetstar ke mana saja (yes, you heard that right :p) yang sudah saya pakai
Juli 2015 saya ikutan kuis di fanpage FB Jetstar Asia. "Like" fanpage mereka deh, sering banget ada kuis, siapa tahu rezeki kamu. Pertanyaannya waktu itu gampang banget, cuma disuruh menyebutkan tiga destinasi impian Jetstar Asia dengan transit di Changi Singapura. Alhamdulillah, rezeki Emak salehah, saya menang. Hadiahnya nggak tanggung-tanggung, dua tiket Jetstar pp ke mana saja, asal masih rute yang dilayani Jetstar Asia plus voucher Changi sebesar SGD 100. Awalnya saya sangka cuma dapat satu tiket pp, eh ternyata setelah saya baca lagi emailnya, hadiahnya 1 PAIR of return economy starter flights. Saya sampai nanya-nanya ke suami dan teman-teman, 1 pair itu sama dengan 2 tiket kan maksudnya? Hehehe. Akhirnya saya yakin bahwa hadiahnya 2 tiket setelah mendapatkan formulir dari Jetstar untuk pemesanan tiketnya. Asyiiiiik... bisa buat pacaran berdua. Tapi ke mana?
Saya sih pengennya ke Hong Kong, Bangkok atau Jepang, sesuai jawaban saya di kuis. Nggak bohong kan? Tapi Si Ayah sudah pernah ke HK, dua kali malah. Dan dia nggak begitu suka Hong Kong. Sementara itu, ketika saya cek rute ke Osaka, dari Surabaya harus transit dua kali, yaitu di Singapura dan Taipei. Duh ribetnya. Pilihan lainnya adalah ke Vietnam, Ho Chi Minh City. Si Ayah penasaran dengan Vietnam. Saya sih nggak begitu pengen, kalau pun ke Vietnam pengennya ke Hanoi saja, bukan HCMC. Karena belum ada kata sepakat, saya lupakan sementara rencana traveling berdua.
Di bulan November, saya mulai obrolkan lagi dengan Si Ayah. Ini maunya ke mana sih? Eh ternyata dia berubah pikiran. Dia pengennya kami pergi berempat dengan anak-anak. Hak dush! Si Ayah ini memang family man banget, nggak tega meninggalkan anak-anak sendirian. Kalau dia pergi sendiri dan ninggalin anak-anak dengan saya sih sudah sering. Saya agak gimanaaa gitu. FYI, saya dan Si Ayah belum pernah pergi menginap berdua saja. Dari dulu, setiap kali traveling, anak-anak selalu ikut kami. Keluarga kami memang sangat lengket satu sama lain karena pengalaman kami tinggal berempat saja di negeri seberang tanpa pembantu. Saya pikir sekarang sudah saatnya kami bisa pergi berdua karena Big A hampir 14 tahun dan Little A 7 tahun. Dengan agak kesal, saya cari-cari jadwal untuk berangkat berempat. Ternyata tambahan dua tiket di bulan Desember, Januari, Februari mahal banget. Ya jelas ya, memang peak season sih. Karena nomboknya mahal, jadi nggak berasa kalau menang kuis. Harga 2 tiket pas musim liburan sama saja dengan 4 tiket saat low season. Kami nggak sanggup kalau nombok banyak-banyak!
Akhirnya saya berhasil membujuk Si Ayah untuk berangkat berdua saja. Kami tentu juga harus membujuk anak-anak agar mau ditinggal. Tentu nggak gratis, mereka minta dibelikan oleh-oleh spesial. Itu pun mereka berdua masih protes keras. Baca protes Big A di blog pribadinya: http://anindyaspointofview.blogspot.co.id/2015/12/how-to-take-advantage-of-situation.html.
Karena izin prinsip dari Si Ayah sudah turun, saya serahkan pilihan destinasi ke dia. Ke mana aja boleh deh, saya manut saja. Sudah mending dia mau pergi berdua saja tanpa anak-anak. Dan... pilihannya jatuh ke Taipei!
Well, Taipei sebenarnya tidak masuk ke bucket list saya. Tapi saya orangnya senang mencoba sesuatu yang baru, jadi ya let's go aja. Untuk ke Taipei ini kami perlu visa. Sebenarnya visa Taiwan mudah diperoleh, tapi gara-gara saya salah baca informasi dari blog orang, malah jadi drama. Tentang visa akan saya tulis tersendiri ya.
Kami berangkat dari Surabaya 25 Desember dan pulang 29 Desember. Tiket high season kami ini kalau dirupiahkan seharga 22 jutaan. Wow, saya berasa menang besar. Perjalanan dari Surabaya sampai Singapura mulus-mulus saja. Kami sempat keluar dari Changi dan ikut merayakan kemeriahan natal di Marina Bay. Penerbangan ke Taipei masih tengah malam. Penerbangan dari Singapura ke Taipei ditempuh dalam 4 jam 45 menit. Kami sampai di bandara Taoyuan pagi hari jam 6.
Ternyata saya sangat menikmati perjalanan kami di Taipei. Kota ini jauh dari bayangan saya yang salah sangka menyamakan Taipei dengan kota di Tiongkok yang stereotipe-nya kotor, kumuh, banyak polusi, dll. Taipei sendiri kotanya rapi, bersih, mudah dijelajahi dan orang-orangnya sangat tertib. Makanannya juga enak-enaaaak. Meski kami berdua tidak bisa berbahasa Mandarin kecuali ni hao dan xie xie, kami bisa survive di Taipei :D
Drama dimulai ketika kami pulang dari Taipei dan kembali transit di Singapura. Kami tiba di bandara Changi pukul 1 dini hari, sementara pesawat ke Surabaya baru berangkat jam 11 siang. Untuk menghemat, kami berdua tidur di bandara saja. Paginya, setelah sarapan, kami cek jadwal penerbangan Jetstar, berangkat dari gate berapa. Lha kok ternyata penerbangannya ditunda menjadi jam 1 siang. Duh, kami mulai kesal karena sudah menunggu lama di bandara dan tidurnya juga kurang nyaman.
Horor terjadi ketika kami cek lagi informasi di layar, penerbangan kami dibatalkan. WHAT???
Kami segera menuju konter layanan Jetstar di dalam T1. Di sana tidak ada orang yang melayani. Beberapa saat kemudian ada orang-orang yang datang, senasib dengan kami. Ada yang nasibnya lebih buruk dari kami, orang ini penerbangannya sudah dibatalkan 2 kali dan sampai saat itu belum bisa berangkat. Kami bertanya-tanya alasan penerbangan dibatalkan, katanya karena ada aktivitas gunung berapi. Ketika ditanya gunung yang mana, petugas tidak menjawab. Kami yang sudah mempunyai boarding pass sempat terkatung-katung lama di dalam area T1. Kami tidak bisa melewati imigrasi sendiri untuk keluar ke konter cek in Jetstar. Sementara itu petugas Jetstar yang ditugaskan mengurus kami kurang bisa memberikan solusi. Mereka tidak mau memberikan ganti rugi apapun. Mereka hanya mau memberikan refund seharga tiket yang kami bayarkan atau pengalihan penerbangan ke Jakarta. Dari Jakarta ke Surabaya, harus kami tanggung sendiri.
Yang membuat kami kesal, alasan pembatalan penerbangan ini tidak masuk akal. Saya cari-cari di berita, tidak ada aktivitas gunung api apapun yang membahayakan di hari itu. Maskapai lain seperti Singapore Airline, China Airlines dan Garuda Indonesia tetap melakukan penerbangan dari Singapura ke Surabaya seperti biasa.
Belum lagi urusan bagasi. Setelah kami berhasil keluar melewati imigrasi, dengan kawalan petugas, kami tidak bisa menemukan bagasi kami. Perlu waktu hampir satu jam sampai akhirnya bagasi kami ditemukan oleh petugas. Setelah mendapat bagasi, kami kembali mendatangi konter cek in Jetstar untuk menyelesaikan urusan. Orang-orang yang senasib dengan kami umumnya pasrah rute mereka dialihkan ke Jakarta. Nanti mereka akan membeli sendiri tiket ke Surabaya. Kami tidak ingin ke Jakarta dulu karena tidak ingin menunda kepulangan kami ke Surabaya. Kami ingin sesegera mungkin bertemu anak-anak. Kami berdua memilih refund tiket dan membeli sendiri tiket baru dari Singapura ke Surabaya dengan Garuda Indonesia. Harapannya, tiket ini bisa di-reimburse oleh asuransi. Tentang klaim asuransi yang juga penuh perjuangan akan kami ceritakan sendiri.
Proses refund tiket ini tidak mulus. Di depan konter Jetstar, kami minta petugas untuk mengurus refund, tapi dia malah menyuruh kami menelepon call center. WHAT??? Ini bukan kami lho yang membatalkan penerbangan, tapi dari pihak mereka sendiri. Akhirnya Si Ayah meminta dipanggilkan manajer dan dia menyuruh petugas konter untuk mengurus refund kami. Ketak ketik ketak ketik, katanya refund bisa kami dapatkan dua minggu lagi. Fyuh.
Kami membeli tiket Garuda Indonesia dengan jadwal penerbangan malam hari jam 7. Duh, saya sudah bosen banget sama Changi dan pengen segera pulang meluk anak-anak.
Sebulan setelah itu, saya belum mendapat kabar apa-apa tentang refund tiket Jetstar saya. Bulan Februari, saya mengirim komplain via formulir feedback di website Jetstar. Bulan Maret, Jetstar membalas akan memroses refund saya dalam 15 hari dan uangnya akan diberikan lewat travel agen yang mengurus tiket saya. Setelah 15 hari, saya mengirim email ke marketing Jetstar yang memberi saya tiket hadiah ini, tapi tidak ada respon. Pertengahan April, saya mengirim email ke customer care DAN ke marketing menanyakan status refund saya. Setelah mengirim ulang email yang sama beberapa kali, akhirnya di bulan Mei saya mendapat balasan bahwa mereka tidak bisa memberikan refund berupa uang, tapi akan mengirim voucher sebesar $330.
*tarik napas* Panjang ya ceritanya? Kasus ini sudah selesai. Moral of the story, kalau kalian naik Jetstar, jangan lupa membeli asuransi perjalanan untuk back up karena Jetstar ini low cost airline dan nggak mau ribet memberi ganti rugi kalau perjalanan kalian ditunda atau dibatalkan, atau bagasi kalian hilang. Jetstar adalah maskapai langganan kami ketika kami tinggal di Australia. Kami selalu mengandalkan Jetstar untuk mendapatkan tiket termurah antar kota di Australia. Selama ini memang nggak ada masalah dengan pelayanan Jetstar. Petugas mereka memang nggak begitu ramah tapi setidaknya profesional. Tapi dengan peristiwa pembatalan penerbangan tanpa alasan yang jelas ini, dan juga layanan ground staff di Changi yang kurang profesional, sebaiknya jaga-jaga dengan membeli asuransi perjalanan yang bisa diandalkan.
So, tinggal satu pertanyaan sekarang. Voucher $330-nya mau buat terbang ke mana?
~ The Emak
Langganan:
Postingan (Atom)