-->
Tampilkan postingan dengan label Australia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Australia. Tampilkan semua postingan
Mini Guide to Australia
Lihat Detail

Mini Guide to Australia

Suasana Sydney Opera House di malam hari
Jalan-jalan ke Australia enaknya ke mana ya? Kalimat tersebut sering di-google orang dan akhirnya mendarat di blog ini. Yang baru pertama kali wisata ke Australia biasanya juga bingung merancang itinerary, kota mana saja yang layak dikunjungi, apakah waktu dan budget cukup untuk destinasi tersebut. Saya juga sering ditanya sebaiknya naik moda transportasi apa dari kota satu ke kota lainnya. Apakah naik kereta lebih ekonomis daripada naik pesawat? Sering kali tidak. Apakah dari Perth ke Sydney bisa ditempuh dengan bis? Bisa, tapi lamaaaa banget :)

Yang perlu dicatat, Australia itu besar banget. Bahkan merupakan benua tersendiri. Seringkali, karena jatah liburan terbatas, kita harus pandai-pandai memilih destinasi. Biasanya destinasi akan tergantung anggaran dan lama liburan. Untuk memudahkan, saya akan membagi destinasi Australia menjadi kota-kota di pantai Timur dan kota-kota di pantai Barat. Budget penginapan, transportasi dalam kota, makanan dan atraksi di kota-kota ini kurang lebih sama, yang membedakan adalah harga tiket pesawatnya. Tujuan di pantai Barat seperti Darwin dan Perth bisa menghemat biaya pesawat daripada tujuan di pantai Timur: Brisbane, Gold Coast, Sydney dan Melbourne. Sebagai contoh, selisih harga tiket pesawat Garuda pp tujuan Perth dibandingkan tujuan Brisbane/Sydney/Melbourne bisa mencapai USD 75 - 150 per orang. Begitu juga tarif Air Asia, selisih tiket tujuan Darwin dan Sydney sampai sekitar Rp 1,5 juta.

Kota-kota di Australia
Pantai Barat
Darwin dan Perth relatif lebih dekat dari Indonesia daripada kota-kota di pantai Timur. Tapi dua kota ini, terutama Darwin, belum menjadi tujuan wisata yang populer di Australia.

Darwin bisa dicapai dalam 2 jam 45 menit dengan pesawat dari Denpasar. Dua maskapai yang melayani jalur ini adalah Air Asia dan Jetstar. Harga normal tiket DPS - DRW pp Air Asia mulai Rp 3.350.000, sementara Jetstar mulai Rp 3.200.000. Kalau bisa mendapatkan tiket di bawah harga tersebut, berarti cukup murah. Bulan Juni tahun 2012 kami terbang dengan Jetstar dari Darwin ke Denpasar dengan tiket seharga AUD 99, di bawah 1 juta rupiah.

Apa yang bisa dilihat di Darwin? Banyak. Pengalaman kami yang paling berkesan adalah mengunjungi Aquascene, memberi makan ratusan ekor ikan liar di tepi laut. Sorenya kami jalan-jalan di Mindil beach market sekaligus menyaksikan matahari terbenam. Sunset di pantai Mindil ini, sampai saat ini adalah sunset paling spektakuler yang pernah saya nikmati. Dari Darwin, kita juga bisa day trip ke Litchfield National Park yang punya banyak air terjun dan billabong bening untuk berenang. Bagi yang suka berpetualang (seperti kami), ajak anak-anak mengunjungi Kakadu National Park, 3 jam bermobil dari Darwin. Di sana, kami ikut Yellow Water cruise menyusuri sungai dan menyaksikan beragam margasatwa (termasuk buaya!) langsung di habitatnya. Rasanya seperti melakukan sendiri ekspedisi NatGeo :)

Perth, tujuan yang lebih populer bagi orang Indonesia, bisa dicapai 3,5 jam penerbangan dari Denpasar. Maskapai yang melayani rute ini adalah Garuda Indonesia, Air Asia, Jetstar dan Virgin Australia. Tarif Early Bird Garuda pp dari Jakarta ke Perth mulai USD 588, sementara dari DPS ke Perth mulai USD 503. Kalau ingin menghemat anggaran tiket pesawat, pilihlah budget airline. DPS - PER pp Air Asia mulai Rp 3.700.000, sementara Jetstar mulai Rp 3.350.000. Pengen lebih murah lagi? Berlanggananlah nawala (newsletter) dari masing-masing airline dan tunggu harga promo :)

Kami pernah naik Garuda dari Surabaya ke Perth via Denpasar. Harganya memang lebih mahal daripada naik budget airline, tapi waktu itu saya lebih mementingkan kenyamanan karena kami hanya pergi bertiga dengan Precils, tanpa Si Ayah.

Apa yang bisa dilihat di Perth? Banyak banget. Tapi karena waktu kami terbatas, kami cuma sempat mengunjungi pusat kota dan: 1) Kings Park, taman yang asyik banget untuk piknik dan bisa melihat kota Perth dari atas; 2) Fremantle, kota lawas dengan dermaga cantik; 3) Art Gallery, untuk melihat koleksi Picasso dan Warhol. Saya agak menyesal belum sempat ke Cottesloe beach yang kabarnya punya sunset cantik itu.

Kota Perth dan Darwin ini lebih dekat ke Denpasar daripada ke Sydney. Jadi maklum saja kalau orang-orang Perth atau Darwin lebih sering liburan ke Bali daripada ke kota-kota di pantai timur. Dari Darwin ke Sydney perlu waktu 4 jam 45 menit naik pesawat. Jangan dibayangkan berapa lama kalau jalan darat :p Dari Perth ke Sydney, lama penerbangannya 4 jam 5 menit. Saya dan precils pernah naik Qantas PER - SYD dengan tiket promo one way AUD 199. Kota 'terdekat' dari Perth adalah Adelaide, jaraknya 2793 km. Kalau satu hari cuma sanggup menyetir 5 jam, perjalanan Perth - Adelaide baru selesai dalam enam hari. Kami sendiri, hanya sanggup melakukan road trip dari Adelaide ke Melbourne via Kangaroo Island dengan total jarak tempuh 1500 km. Inipun kami tempuh selama sembilan hari :)

Sunset di dermaga Fremantle, Perth
Spectacular sunset at Mindil Beach, Darwin
Pantai Timur 
Banyak maskapai penerbangan yang menghubungkan kota-kota di Indonesia dengan kota-kota di pantai Timur Australia, baik secara langsung atau transit di KL atau Singapore. Garuda Indonesia mempunyai direct flight dari Jakarta atau Denpasar ke Sydney, Melbourne dan rute terbaru Brisbane. Dua budget airline asal Aussie, Jetstar dan Virgin Australia juga mempunyai penerbangan langsung dari Denpasar ke Sydney dan Melbourne. Virgin juga melayani rute DPS - BNE. Tapi hati-hati, meskipun memproklamirkan diri sebagai budget airline, tiket regular mereka kadang tidak lebih murah daripada Early Bird Garuda. Jadi, kalau tidak dapat tiket promo Jetstar atau Virgin, mending naik Garuda. Ingat ya, selalu cek harga toko maskapai sebelah :p

Tiket Early Bird Garuda untuk penerbangan empat bulan sebelumnya cukup murah untuk ukuran penerbangan reguler, termasuk makan dan bagasi. Ini catatan saya ketika menulis postingan ini (Juli 2013). Tiket Garuda Indonesia pp ke Brisbane dari Jakarta USD 694, dari Denpasar USD 573. Tiket ke Melbourne pp dari Jakarta USD 700, dari Denpasar USD 629. Tiket ke Sydney dari Jakarta USD 728, dari Denpasar USD 657. 

Bagaimana dengan Air Asia? Kalau bisa mendapatkan tiket promonya, memang lebih murah daripada Garuda. Air Asia mempunyai rute penerbangan dari kota-kota di Indonesia menuju Gold Coast, Sydney dan Melbourne, dengan transit di Kuala Lumpur. Ini harga tiket normal Air Asia untuk penerbangan pp dari Jakarta low season, ke Melbourne mulai Rp 4.100.000, ke Sydney mulai Rp 4.850.000, ke Gold Coast mulai Rp 5.000.000.

Saya punya banyak pengalaman memesankan tiket untuk ortu dan mertua yang ingin berkunjung ke Sydney. Januari tahun 2013 ini, mertua mendapat tiket SUB - SYD pp sekitar USD 600 per orang. Januari tahun 2012, mertua saya termasuk penumpang pesawat Air Asia pertama yang mendarat di Sydney, harga tiket pp SUB - SYD sekitar 5,5 juta rupiah per orang. September 2011 adalah rekor saya memesan tiket termurah, Surabaya - Gold Coast pp hanya Rp 3,5 juta per orang. Sayangnya, tarif segini sepertinya jarang terulang lagi.

Dari Brisbane ke Gold Coast, kita bisa naik kereta selama 1 jam. Dari Gold Coast ke Sydney, jaraknya sekitar 1000km, bisa ditempuh dengan road trip, seperti yang pernah kami lakukan, selama total 12 jam perjalanan. Saya dan precils juga pernah naik kereta dari Sydney ke Brisbane dan sebaliknya, selama 14 jam. Waktu itu saya mau menempuh 14 jam perjalanan itu karena ada promo tiket kereta untuk anak-anak hanya $1. Kalau dihitung-hitung, total biaya perjalanan lebih murah daripada tiket pesawat. Tapi kalau tidak ada promo, lebih baik saya keluarkan tambahan sedikit untuk membeli tiket pesawat Sydney - Brisbane dan cukup terbang satu setengah jam.

Jarak dari Sydney ke Melbourne juga sekitar 1000 km dan bisa ditempuh dengan mobil selama total 12 jam. Kalau memang tidak ingin mampir-mampir, lebih baik naik pesawat dengan lama penerbangan hanya 1 jam 20 menit. Tiket pesawat dari Melbourne ke Sydney dan sebaliknya cukup murah, pilihannya juga banyak. Untuk membandingkan harga tiket pesawat domestik Australia, gunakan website Webjet. Sebenarnya ada juga kereta dari Sydney ke Melbourne, dari perusahaan yang sama yang melayani rute Sydney - Brisbane. Cek tarif dan lama perjalanan kereta di website mereka: Countrylink.

Biasanya, yang liburan membawa anak kecil akan menyertakan Gold Coast dalam itinerary mereka. Nggak heran sih, karena Gold Coast dengan Theme Park-nya memang tempat bersenang-senang. Plus, garis pantai yang panjang dan suhu yang relatif hangat menjadikan kota ini destinasi idaman. 

Tapi, jangan tanya ke saya, mending pilih Sydney atau Melbourne? Jawabannya bakalan subyektif karena saya telanjur cinta sama kampung halaman asuh (adopted hometown) saya ini. Sydney punya harbour keren dan pantai-pantai cantik. Melbourne punya sungai Yarra dan lorong-lorong unik. Sydney punya feri, Melbourne punya trem. Sydney is beautiful, Melbourne is charming. Kalau ragu, mending kunjungi dua-duanya :)


Surfer Paradise, Gold Coast
Bathing boxes at Melbourne

Bagaimana dengan kota-kota lain yang belum saya sebutkan di atas? 
Canberra, ibukota Australia ini tidak mempunyai penerbangan langsung dari kota-kota di Indonesia. Sebaiknya destinasi ini digabung dengan kota Sydney, bisa dicapai 3 jam naik mobil/coach. Waktu terbaik mengunjungi Canberra adalah musim semi, ketika ada festival bunga Floriade. Selain itu, tujuan Canberra ini bisa digabung kalau ada yang ingin bermain salju di Snowy Mountain. Resort salju ini bisa dicapai 6 jam dengan mobil dari Sydney, atau 3 jam dari Canberra.

Kota Adelaide mempunyai penerbangan langsung dari Denpasar, dioperasikan oleh Virgin Australia. Biasanya keluarga Indonesia mengunjungi kota ini kalau ada teman atau saudara yang kebetulan tinggal atau kuliah di sana. Kami sempat singgah di kota yang sepi dan tenang ini ketika memulai road trip dengan campervan menuju Melbourne. Kami terbang dari Sydney ke Adelaide dengan Jetstar (2 jam 10 menit) dengan tiket seharga AUD 125 (dengan bagasi) one way. Adelaide juga menjadi kota transit untuk mengunjungi Kangaroo Island

Bagaimana dengan Tasmania? Saya menyebutnya sebagai destinasi istimewa. Pulau yang terpisah dari daratan Australia ini alamnya paling indah dibandingkan destinasi lain di Australia. Pulau ini juga paling cocok untuk road trip atau campervanning. Jalan-jalan ke Tasmania bisa digabung dengan destinasi Melbourne. Dari Melbourne, kita bisa naik pesawat ke Hobart (1 jam 15 menit, mulai AUD 40 one way) atau Launceston (1 jam 5 menit, mulai AUD 39 one way). Tiket pesawat ke dua kota ini lebih murah daripada tiket feri plus kabin dari Melbourne ke dermaga Devonport. Di Tasmania, kami sempat mengunjungi Pabrik Cadbury di Hobart, makan fish n chips terenak (versi the Emak) di warung apung dan trekking di Cradle Mountain National Park.


The Precils family at Cradle Mountain National Park
Sudah cukup jelas anak-anak? Hehe... Yuk, kerjakan PR, bikin rancangan itinerary dan budget sendiri :)

~ The Emak


Quick Links:
The Precils di Sydney
The Precils di Melbourne
The Precils di Canberra
The Precils di Brisbane
The Precils di Gold Coast
The Precils di Hobart
The Precils di Darwin
The Precils di Perth
The Precils di Adelaide


Tip Mengajukan Visa Aussie 
Aturan Custom Aussie
Mencari Pesawat Murah ke Aussie
Menyewa dan Menyetir Mobil di Aussie
Campervanning di Aussie

Suasana Sydney Opera House di malam hari
Jalan-jalan ke Australia enaknya ke mana ya? Kalimat tersebut sering di-google orang dan akhirnya mendarat di blog ini. Yang baru pertama kali wisata ke Australia biasanya juga bingung merancang itinerary, kota mana saja yang layak dikunjungi, apakah waktu dan budget cukup untuk destinasi tersebut. Saya juga sering ditanya sebaiknya naik moda transportasi apa dari kota satu ke kota lainnya. Apakah naik kereta lebih ekonomis daripada naik pesawat? Sering kali tidak. Apakah dari Perth ke Sydney bisa ditempuh dengan bis? Bisa, tapi lamaaaa banget :)

Yang perlu dicatat, Australia itu besar banget. Bahkan merupakan benua tersendiri. Seringkali, karena jatah liburan terbatas, kita harus pandai-pandai memilih destinasi. Biasanya destinasi akan tergantung anggaran dan lama liburan. Untuk memudahkan, saya akan membagi destinasi Australia menjadi kota-kota di pantai Timur dan kota-kota di pantai Barat. Budget penginapan, transportasi dalam kota, makanan dan atraksi di kota-kota ini kurang lebih sama, yang membedakan adalah harga tiket pesawatnya. Tujuan di pantai Barat seperti Darwin dan Perth bisa menghemat biaya pesawat daripada tujuan di pantai Timur: Brisbane, Gold Coast, Sydney dan Melbourne. Sebagai contoh, selisih harga tiket pesawat Garuda pp tujuan Perth dibandingkan tujuan Brisbane/Sydney/Melbourne bisa mencapai USD 75 - 150 per orang. Begitu juga tarif Air Asia, selisih tiket tujuan Darwin dan Sydney sampai sekitar Rp 1,5 juta.

Kota-kota di Australia
Pantai Barat
Darwin dan Perth relatif lebih dekat dari Indonesia daripada kota-kota di pantai Timur. Tapi dua kota ini, terutama Darwin, belum menjadi tujuan wisata yang populer di Australia.

Darwin bisa dicapai dalam 2 jam 45 menit dengan pesawat dari Denpasar. Dua maskapai yang melayani jalur ini adalah Air Asia dan Jetstar. Harga normal tiket DPS - DRW pp Air Asia mulai Rp 3.350.000, sementara Jetstar mulai Rp 3.200.000. Kalau bisa mendapatkan tiket di bawah harga tersebut, berarti cukup murah. Bulan Juni tahun 2012 kami terbang dengan Jetstar dari Darwin ke Denpasar dengan tiket seharga AUD 99, di bawah 1 juta rupiah.

Apa yang bisa dilihat di Darwin? Banyak. Pengalaman kami yang paling berkesan adalah mengunjungi Aquascene, memberi makan ratusan ekor ikan liar di tepi laut. Sorenya kami jalan-jalan di Mindil beach market sekaligus menyaksikan matahari terbenam. Sunset di pantai Mindil ini, sampai saat ini adalah sunset paling spektakuler yang pernah saya nikmati. Dari Darwin, kita juga bisa day trip ke Litchfield National Park yang punya banyak air terjun dan billabong bening untuk berenang. Bagi yang suka berpetualang (seperti kami), ajak anak-anak mengunjungi Kakadu National Park, 3 jam bermobil dari Darwin. Di sana, kami ikut Yellow Water cruise menyusuri sungai dan menyaksikan beragam margasatwa (termasuk buaya!) langsung di habitatnya. Rasanya seperti melakukan sendiri ekspedisi NatGeo :)

Perth, tujuan yang lebih populer bagi orang Indonesia, bisa dicapai 3,5 jam penerbangan dari Denpasar. Maskapai yang melayani rute ini adalah Garuda Indonesia, Air Asia, Jetstar dan Virgin Australia. Tarif Early Bird Garuda pp dari Jakarta ke Perth mulai USD 588, sementara dari DPS ke Perth mulai USD 503. Kalau ingin menghemat anggaran tiket pesawat, pilihlah budget airline. DPS - PER pp Air Asia mulai Rp 3.700.000, sementara Jetstar mulai Rp 3.350.000. Pengen lebih murah lagi? Berlanggananlah nawala (newsletter) dari masing-masing airline dan tunggu harga promo :)

Kami pernah naik Garuda dari Surabaya ke Perth via Denpasar. Harganya memang lebih mahal daripada naik budget airline, tapi waktu itu saya lebih mementingkan kenyamanan karena kami hanya pergi bertiga dengan Precils, tanpa Si Ayah.

Apa yang bisa dilihat di Perth? Banyak banget. Tapi karena waktu kami terbatas, kami cuma sempat mengunjungi pusat kota dan: 1) Kings Park, taman yang asyik banget untuk piknik dan bisa melihat kota Perth dari atas; 2) Fremantle, kota lawas dengan dermaga cantik; 3) Art Gallery, untuk melihat koleksi Picasso dan Warhol. Saya agak menyesal belum sempat ke Cottesloe beach yang kabarnya punya sunset cantik itu.

Kota Perth dan Darwin ini lebih dekat ke Denpasar daripada ke Sydney. Jadi maklum saja kalau orang-orang Perth atau Darwin lebih sering liburan ke Bali daripada ke kota-kota di pantai timur. Dari Darwin ke Sydney perlu waktu 4 jam 45 menit naik pesawat. Jangan dibayangkan berapa lama kalau jalan darat :p Dari Perth ke Sydney, lama penerbangannya 4 jam 5 menit. Saya dan precils pernah naik Qantas PER - SYD dengan tiket promo one way AUD 199. Kota 'terdekat' dari Perth adalah Adelaide, jaraknya 2793 km. Kalau satu hari cuma sanggup menyetir 5 jam, perjalanan Perth - Adelaide baru selesai dalam enam hari. Kami sendiri, hanya sanggup melakukan road trip dari Adelaide ke Melbourne via Kangaroo Island dengan total jarak tempuh 1500 km. Inipun kami tempuh selama sembilan hari :)

Sunset di dermaga Fremantle, Perth
Spectacular sunset at Mindil Beach, Darwin
Pantai Timur 
Banyak maskapai penerbangan yang menghubungkan kota-kota di Indonesia dengan kota-kota di pantai Timur Australia, baik secara langsung atau transit di KL atau Singapore. Garuda Indonesia mempunyai direct flight dari Jakarta atau Denpasar ke Sydney, Melbourne dan rute terbaru Brisbane. Dua budget airline asal Aussie, Jetstar dan Virgin Australia juga mempunyai penerbangan langsung dari Denpasar ke Sydney dan Melbourne. Virgin juga melayani rute DPS - BNE. Tapi hati-hati, meskipun memproklamirkan diri sebagai budget airline, tiket regular mereka kadang tidak lebih murah daripada Early Bird Garuda. Jadi, kalau tidak dapat tiket promo Jetstar atau Virgin, mending naik Garuda. Ingat ya, selalu cek harga toko maskapai sebelah :p

Tiket Early Bird Garuda untuk penerbangan empat bulan sebelumnya cukup murah untuk ukuran penerbangan reguler, termasuk makan dan bagasi. Ini catatan saya ketika menulis postingan ini (Juli 2013). Tiket Garuda Indonesia pp ke Brisbane dari Jakarta USD 694, dari Denpasar USD 573. Tiket ke Melbourne pp dari Jakarta USD 700, dari Denpasar USD 629. Tiket ke Sydney dari Jakarta USD 728, dari Denpasar USD 657. 

Bagaimana dengan Air Asia? Kalau bisa mendapatkan tiket promonya, memang lebih murah daripada Garuda. Air Asia mempunyai rute penerbangan dari kota-kota di Indonesia menuju Gold Coast, Sydney dan Melbourne, dengan transit di Kuala Lumpur. Ini harga tiket normal Air Asia untuk penerbangan pp dari Jakarta low season, ke Melbourne mulai Rp 4.100.000, ke Sydney mulai Rp 4.850.000, ke Gold Coast mulai Rp 5.000.000.

Saya punya banyak pengalaman memesankan tiket untuk ortu dan mertua yang ingin berkunjung ke Sydney. Januari tahun 2013 ini, mertua mendapat tiket SUB - SYD pp sekitar USD 600 per orang. Januari tahun 2012, mertua saya termasuk penumpang pesawat Air Asia pertama yang mendarat di Sydney, harga tiket pp SUB - SYD sekitar 5,5 juta rupiah per orang. September 2011 adalah rekor saya memesan tiket termurah, Surabaya - Gold Coast pp hanya Rp 3,5 juta per orang. Sayangnya, tarif segini sepertinya jarang terulang lagi.

Dari Brisbane ke Gold Coast, kita bisa naik kereta selama 1 jam. Dari Gold Coast ke Sydney, jaraknya sekitar 1000km, bisa ditempuh dengan road trip, seperti yang pernah kami lakukan, selama total 12 jam perjalanan. Saya dan precils juga pernah naik kereta dari Sydney ke Brisbane dan sebaliknya, selama 14 jam. Waktu itu saya mau menempuh 14 jam perjalanan itu karena ada promo tiket kereta untuk anak-anak hanya $1. Kalau dihitung-hitung, total biaya perjalanan lebih murah daripada tiket pesawat. Tapi kalau tidak ada promo, lebih baik saya keluarkan tambahan sedikit untuk membeli tiket pesawat Sydney - Brisbane dan cukup terbang satu setengah jam.

Jarak dari Sydney ke Melbourne juga sekitar 1000 km dan bisa ditempuh dengan mobil selama total 12 jam. Kalau memang tidak ingin mampir-mampir, lebih baik naik pesawat dengan lama penerbangan hanya 1 jam 20 menit. Tiket pesawat dari Melbourne ke Sydney dan sebaliknya cukup murah, pilihannya juga banyak. Untuk membandingkan harga tiket pesawat domestik Australia, gunakan website Webjet. Sebenarnya ada juga kereta dari Sydney ke Melbourne, dari perusahaan yang sama yang melayani rute Sydney - Brisbane. Cek tarif dan lama perjalanan kereta di website mereka: Countrylink.

Biasanya, yang liburan membawa anak kecil akan menyertakan Gold Coast dalam itinerary mereka. Nggak heran sih, karena Gold Coast dengan Theme Park-nya memang tempat bersenang-senang. Plus, garis pantai yang panjang dan suhu yang relatif hangat menjadikan kota ini destinasi idaman. 

Tapi, jangan tanya ke saya, mending pilih Sydney atau Melbourne? Jawabannya bakalan subyektif karena saya telanjur cinta sama kampung halaman asuh (adopted hometown) saya ini. Sydney punya harbour keren dan pantai-pantai cantik. Melbourne punya sungai Yarra dan lorong-lorong unik. Sydney punya feri, Melbourne punya trem. Sydney is beautiful, Melbourne is charming. Kalau ragu, mending kunjungi dua-duanya :)


Surfer Paradise, Gold Coast
Bathing boxes at Melbourne

Bagaimana dengan kota-kota lain yang belum saya sebutkan di atas? 
Canberra, ibukota Australia ini tidak mempunyai penerbangan langsung dari kota-kota di Indonesia. Sebaiknya destinasi ini digabung dengan kota Sydney, bisa dicapai 3 jam naik mobil/coach. Waktu terbaik mengunjungi Canberra adalah musim semi, ketika ada festival bunga Floriade. Selain itu, tujuan Canberra ini bisa digabung kalau ada yang ingin bermain salju di Snowy Mountain. Resort salju ini bisa dicapai 6 jam dengan mobil dari Sydney, atau 3 jam dari Canberra.

Kota Adelaide mempunyai penerbangan langsung dari Denpasar, dioperasikan oleh Virgin Australia. Biasanya keluarga Indonesia mengunjungi kota ini kalau ada teman atau saudara yang kebetulan tinggal atau kuliah di sana. Kami sempat singgah di kota yang sepi dan tenang ini ketika memulai road trip dengan campervan menuju Melbourne. Kami terbang dari Sydney ke Adelaide dengan Jetstar (2 jam 10 menit) dengan tiket seharga AUD 125 (dengan bagasi) one way. Adelaide juga menjadi kota transit untuk mengunjungi Kangaroo Island

Bagaimana dengan Tasmania? Saya menyebutnya sebagai destinasi istimewa. Pulau yang terpisah dari daratan Australia ini alamnya paling indah dibandingkan destinasi lain di Australia. Pulau ini juga paling cocok untuk road trip atau campervanning. Jalan-jalan ke Tasmania bisa digabung dengan destinasi Melbourne. Dari Melbourne, kita bisa naik pesawat ke Hobart (1 jam 15 menit, mulai AUD 40 one way) atau Launceston (1 jam 5 menit, mulai AUD 39 one way). Tiket pesawat ke dua kota ini lebih murah daripada tiket feri plus kabin dari Melbourne ke dermaga Devonport. Di Tasmania, kami sempat mengunjungi Pabrik Cadbury di Hobart, makan fish n chips terenak (versi the Emak) di warung apung dan trekking di Cradle Mountain National Park.


The Precils family at Cradle Mountain National Park
Sudah cukup jelas anak-anak? Hehe... Yuk, kerjakan PR, bikin rancangan itinerary dan budget sendiri :)

~ The Emak


Quick Links:
The Precils di Sydney
The Precils di Melbourne
The Precils di Canberra
The Precils di Brisbane
The Precils di Gold Coast
The Precils di Hobart
The Precils di Darwin
The Precils di Perth
The Precils di Adelaide


Tip Mengajukan Visa Aussie 
Aturan Custom Aussie
Mencari Pesawat Murah ke Aussie
Menyewa dan Menyetir Mobil di Aussie
Campervanning di Aussie

Suasana Sydney Opera House di malam hari
Jalan-jalan ke Australia enaknya ke mana ya? Kalimat tersebut sering di-google orang dan akhirnya mendarat di blog ini. Yang baru pertama kali wisata ke Australia biasanya juga bingung merancang itinerary, kota mana saja yang layak dikunjungi, apakah waktu dan budget cukup untuk destinasi tersebut. Saya juga sering ditanya sebaiknya naik moda transportasi apa dari kota satu ke kota lainnya. Apakah naik kereta lebih ekonomis daripada naik pesawat? Sering kali tidak. Apakah dari Perth ke Sydney bisa ditempuh dengan bis? Bisa, tapi lamaaaa banget :)

Yang perlu dicatat, Australia itu besar banget. Bahkan merupakan benua tersendiri. Seringkali, karena jatah liburan terbatas, kita harus pandai-pandai memilih destinasi. Biasanya destinasi akan tergantung anggaran dan lama liburan. Untuk memudahkan, saya akan membagi destinasi Australia menjadi kota-kota di pantai Timur dan kota-kota di pantai Barat. Budget penginapan, transportasi dalam kota, makanan dan atraksi di kota-kota ini kurang lebih sama, yang membedakan adalah harga tiket pesawatnya. Tujuan di pantai Barat seperti Darwin dan Perth bisa menghemat biaya pesawat daripada tujuan di pantai Timur: Brisbane, Gold Coast, Sydney dan Melbourne. Sebagai contoh, selisih harga tiket pesawat Garuda pp tujuan Perth dibandingkan tujuan Brisbane/Sydney/Melbourne bisa mencapai USD 75 - 150 per orang. Begitu juga tarif Air Asia, selisih tiket tujuan Darwin dan Sydney sampai sekitar Rp 1,5 juta.

Kota-kota di Australia
Pantai Barat
Darwin dan Perth relatif lebih dekat dari Indonesia daripada kota-kota di pantai Timur. Tapi dua kota ini, terutama Darwin, belum menjadi tujuan wisata yang populer di Australia.

Darwin bisa dicapai dalam 2 jam 45 menit dengan pesawat dari Denpasar. Dua maskapai yang melayani jalur ini adalah Air Asia dan Jetstar. Harga normal tiket DPS - DRW pp Air Asia mulai Rp 3.350.000, sementara Jetstar mulai Rp 3.200.000. Kalau bisa mendapatkan tiket di bawah harga tersebut, berarti cukup murah. Bulan Juni tahun 2012 kami terbang dengan Jetstar dari Darwin ke Denpasar dengan tiket seharga AUD 99, di bawah 1 juta rupiah.

Apa yang bisa dilihat di Darwin? Banyak. Pengalaman kami yang paling berkesan adalah mengunjungi Aquascene, memberi makan ratusan ekor ikan liar di tepi laut. Sorenya kami jalan-jalan di Mindil beach market sekaligus menyaksikan matahari terbenam. Sunset di pantai Mindil ini, sampai saat ini adalah sunset paling spektakuler yang pernah saya nikmati. Dari Darwin, kita juga bisa day trip ke Litchfield National Park yang punya banyak air terjun dan billabong bening untuk berenang. Bagi yang suka berpetualang (seperti kami), ajak anak-anak mengunjungi Kakadu National Park, 3 jam bermobil dari Darwin. Di sana, kami ikut Yellow Water cruise menyusuri sungai dan menyaksikan beragam margasatwa (termasuk buaya!) langsung di habitatnya. Rasanya seperti melakukan sendiri ekspedisi NatGeo :)

Perth, tujuan yang lebih populer bagi orang Indonesia, bisa dicapai 3,5 jam penerbangan dari Denpasar. Maskapai yang melayani rute ini adalah Garuda Indonesia, Air Asia, Jetstar dan Virgin Australia. Tarif Early Bird Garuda pp dari Jakarta ke Perth mulai USD 588, sementara dari DPS ke Perth mulai USD 503. Kalau ingin menghemat anggaran tiket pesawat, pilihlah budget airline. DPS - PER pp Air Asia mulai Rp 3.700.000, sementara Jetstar mulai Rp 3.350.000. Pengen lebih murah lagi? Berlanggananlah nawala (newsletter) dari masing-masing airline dan tunggu harga promo :)

Kami pernah naik Garuda dari Surabaya ke Perth via Denpasar. Harganya memang lebih mahal daripada naik budget airline, tapi waktu itu saya lebih mementingkan kenyamanan karena kami hanya pergi bertiga dengan Precils, tanpa Si Ayah.

Apa yang bisa dilihat di Perth? Banyak banget. Tapi karena waktu kami terbatas, kami cuma sempat mengunjungi pusat kota dan: 1) Kings Park, taman yang asyik banget untuk piknik dan bisa melihat kota Perth dari atas; 2) Fremantle, kota lawas dengan dermaga cantik; 3) Art Gallery, untuk melihat koleksi Picasso dan Warhol. Saya agak menyesal belum sempat ke Cottesloe beach yang kabarnya punya sunset cantik itu.

Kota Perth dan Darwin ini lebih dekat ke Denpasar daripada ke Sydney. Jadi maklum saja kalau orang-orang Perth atau Darwin lebih sering liburan ke Bali daripada ke kota-kota di pantai timur. Dari Darwin ke Sydney perlu waktu 4 jam 45 menit naik pesawat. Jangan dibayangkan berapa lama kalau jalan darat :p Dari Perth ke Sydney, lama penerbangannya 4 jam 5 menit. Saya dan precils pernah naik Qantas PER - SYD dengan tiket promo one way AUD 199. Kota 'terdekat' dari Perth adalah Adelaide, jaraknya 2793 km. Kalau satu hari cuma sanggup menyetir 5 jam, perjalanan Perth - Adelaide baru selesai dalam enam hari. Kami sendiri, hanya sanggup melakukan road trip dari Adelaide ke Melbourne via Kangaroo Island dengan total jarak tempuh 1500 km. Inipun kami tempuh selama sembilan hari :)

Sunset di dermaga Fremantle, Perth
Spectacular sunset at Mindil Beach, Darwin
Pantai Timur 
Banyak maskapai penerbangan yang menghubungkan kota-kota di Indonesia dengan kota-kota di pantai Timur Australia, baik secara langsung atau transit di KL atau Singapore. Garuda Indonesia mempunyai direct flight dari Jakarta atau Denpasar ke Sydney, Melbourne dan rute terbaru Brisbane. Dua budget airline asal Aussie, Jetstar dan Virgin Australia juga mempunyai penerbangan langsung dari Denpasar ke Sydney dan Melbourne. Virgin juga melayani rute DPS - BNE. Tapi hati-hati, meskipun memproklamirkan diri sebagai budget airline, tiket regular mereka kadang tidak lebih murah daripada Early Bird Garuda. Jadi, kalau tidak dapat tiket promo Jetstar atau Virgin, mending naik Garuda. Ingat ya, selalu cek harga toko maskapai sebelah :p

Tiket Early Bird Garuda untuk penerbangan empat bulan sebelumnya cukup murah untuk ukuran penerbangan reguler, termasuk makan dan bagasi. Ini catatan saya ketika menulis postingan ini (Juli 2013). Tiket Garuda Indonesia pp ke Brisbane dari Jakarta USD 694, dari Denpasar USD 573. Tiket ke Melbourne pp dari Jakarta USD 700, dari Denpasar USD 629. Tiket ke Sydney dari Jakarta USD 728, dari Denpasar USD 657. 

Bagaimana dengan Air Asia? Kalau bisa mendapatkan tiket promonya, memang lebih murah daripada Garuda. Air Asia mempunyai rute penerbangan dari kota-kota di Indonesia menuju Gold Coast, Sydney dan Melbourne, dengan transit di Kuala Lumpur. Ini harga tiket normal Air Asia untuk penerbangan pp dari Jakarta low season, ke Melbourne mulai Rp 4.100.000, ke Sydney mulai Rp 4.850.000, ke Gold Coast mulai Rp 5.000.000.

Saya punya banyak pengalaman memesankan tiket untuk ortu dan mertua yang ingin berkunjung ke Sydney. Januari tahun 2013 ini, mertua mendapat tiket SUB - SYD pp sekitar USD 600 per orang. Januari tahun 2012, mertua saya termasuk penumpang pesawat Air Asia pertama yang mendarat di Sydney, harga tiket pp SUB - SYD sekitar 5,5 juta rupiah per orang. September 2011 adalah rekor saya memesan tiket termurah, Surabaya - Gold Coast pp hanya Rp 3,5 juta per orang. Sayangnya, tarif segini sepertinya jarang terulang lagi.

Dari Brisbane ke Gold Coast, kita bisa naik kereta selama 1 jam. Dari Gold Coast ke Sydney, jaraknya sekitar 1000km, bisa ditempuh dengan road trip, seperti yang pernah kami lakukan, selama total 12 jam perjalanan. Saya dan precils juga pernah naik kereta dari Sydney ke Brisbane dan sebaliknya, selama 14 jam. Waktu itu saya mau menempuh 14 jam perjalanan itu karena ada promo tiket kereta untuk anak-anak hanya $1. Kalau dihitung-hitung, total biaya perjalanan lebih murah daripada tiket pesawat. Tapi kalau tidak ada promo, lebih baik saya keluarkan tambahan sedikit untuk membeli tiket pesawat Sydney - Brisbane dan cukup terbang satu setengah jam.

Jarak dari Sydney ke Melbourne juga sekitar 1000 km dan bisa ditempuh dengan mobil selama total 12 jam. Kalau memang tidak ingin mampir-mampir, lebih baik naik pesawat dengan lama penerbangan hanya 1 jam 20 menit. Tiket pesawat dari Melbourne ke Sydney dan sebaliknya cukup murah, pilihannya juga banyak. Untuk membandingkan harga tiket pesawat domestik Australia, gunakan website Webjet. Sebenarnya ada juga kereta dari Sydney ke Melbourne, dari perusahaan yang sama yang melayani rute Sydney - Brisbane. Cek tarif dan lama perjalanan kereta di website mereka: Countrylink.

Biasanya, yang liburan membawa anak kecil akan menyertakan Gold Coast dalam itinerary mereka. Nggak heran sih, karena Gold Coast dengan Theme Park-nya memang tempat bersenang-senang. Plus, garis pantai yang panjang dan suhu yang relatif hangat menjadikan kota ini destinasi idaman. 

Tapi, jangan tanya ke saya, mending pilih Sydney atau Melbourne? Jawabannya bakalan subyektif karena saya telanjur cinta sama kampung halaman asuh (adopted hometown) saya ini. Sydney punya harbour keren dan pantai-pantai cantik. Melbourne punya sungai Yarra dan lorong-lorong unik. Sydney punya feri, Melbourne punya trem. Sydney is beautiful, Melbourne is charming. Kalau ragu, mending kunjungi dua-duanya :)


Surfer Paradise, Gold Coast
Bathing boxes at Melbourne

Bagaimana dengan kota-kota lain yang belum saya sebutkan di atas? 
Canberra, ibukota Australia ini tidak mempunyai penerbangan langsung dari kota-kota di Indonesia. Sebaiknya destinasi ini digabung dengan kota Sydney, bisa dicapai 3 jam naik mobil/coach. Waktu terbaik mengunjungi Canberra adalah musim semi, ketika ada festival bunga Floriade. Selain itu, tujuan Canberra ini bisa digabung kalau ada yang ingin bermain salju di Snowy Mountain. Resort salju ini bisa dicapai 6 jam dengan mobil dari Sydney, atau 3 jam dari Canberra.

Kota Adelaide mempunyai penerbangan langsung dari Denpasar, dioperasikan oleh Virgin Australia. Biasanya keluarga Indonesia mengunjungi kota ini kalau ada teman atau saudara yang kebetulan tinggal atau kuliah di sana. Kami sempat singgah di kota yang sepi dan tenang ini ketika memulai road trip dengan campervan menuju Melbourne. Kami terbang dari Sydney ke Adelaide dengan Jetstar (2 jam 10 menit) dengan tiket seharga AUD 125 (dengan bagasi) one way. Adelaide juga menjadi kota transit untuk mengunjungi Kangaroo Island

Bagaimana dengan Tasmania? Saya menyebutnya sebagai destinasi istimewa. Pulau yang terpisah dari daratan Australia ini alamnya paling indah dibandingkan destinasi lain di Australia. Pulau ini juga paling cocok untuk road trip atau campervanning. Jalan-jalan ke Tasmania bisa digabung dengan destinasi Melbourne. Dari Melbourne, kita bisa naik pesawat ke Hobart (1 jam 15 menit, mulai AUD 40 one way) atau Launceston (1 jam 5 menit, mulai AUD 39 one way). Tiket pesawat ke dua kota ini lebih murah daripada tiket feri plus kabin dari Melbourne ke dermaga Devonport. Di Tasmania, kami sempat mengunjungi Pabrik Cadbury di Hobart, makan fish n chips terenak (versi the Emak) di warung apung dan trekking di Cradle Mountain National Park.


The Precils family at Cradle Mountain National Park
Sudah cukup jelas anak-anak? Hehe... Yuk, kerjakan PR, bikin rancangan itinerary dan budget sendiri :)

~ The Emak


Quick Links:
The Precils di Sydney
The Precils di Melbourne
The Precils di Canberra
The Precils di Brisbane
The Precils di Gold Coast
The Precils di Hobart
The Precils di Darwin
The Precils di Perth
The Precils di Adelaide


Tip Mengajukan Visa Aussie 
Aturan Custom Aussie
Mencari Pesawat Murah ke Aussie
Menyewa dan Menyetir Mobil di Aussie
Campervanning di Aussie

Suasana Sydney Opera House di malam hari
Jalan-jalan ke Australia enaknya ke mana ya? Kalimat tersebut sering di-google orang dan akhirnya mendarat di blog ini. Yang baru pertama kali wisata ke Australia biasanya juga bingung merancang itinerary, kota mana saja yang layak dikunjungi, apakah waktu dan budget cukup untuk destinasi tersebut. Saya juga sering ditanya sebaiknya naik moda transportasi apa dari kota satu ke kota lainnya. Apakah naik kereta lebih ekonomis daripada naik pesawat? Sering kali tidak. Apakah dari Perth ke Sydney bisa ditempuh dengan bis? Bisa, tapi lamaaaa banget :)

Yang perlu dicatat, Australia itu besar banget. Bahkan merupakan benua tersendiri. Seringkali, karena jatah liburan terbatas, kita harus pandai-pandai memilih destinasi. Biasanya destinasi akan tergantung anggaran dan lama liburan. Untuk memudahkan, saya akan membagi destinasi Australia menjadi kota-kota di pantai Timur dan kota-kota di pantai Barat. Budget penginapan, transportasi dalam kota, makanan dan atraksi di kota-kota ini kurang lebih sama, yang membedakan adalah harga tiket pesawatnya. Tujuan di pantai Barat seperti Darwin dan Perth bisa menghemat biaya pesawat daripada tujuan di pantai Timur: Brisbane, Gold Coast, Sydney dan Melbourne. Sebagai contoh, selisih harga tiket pesawat Garuda pp tujuan Perth dibandingkan tujuan Brisbane/Sydney/Melbourne bisa mencapai USD 75 - 150 per orang. Begitu juga tarif Air Asia, selisih tiket tujuan Darwin dan Sydney sampai sekitar Rp 1,5 juta.

Kota-kota di Australia
Pantai Barat
Darwin dan Perth relatif lebih dekat dari Indonesia daripada kota-kota di pantai Timur. Tapi dua kota ini, terutama Darwin, belum menjadi tujuan wisata yang populer di Australia.

Darwin bisa dicapai dalam 2 jam 45 menit dengan pesawat dari Denpasar. Dua maskapai yang melayani jalur ini adalah Air Asia dan Jetstar. Harga normal tiket DPS - DRW pp Air Asia mulai Rp 3.350.000, sementara Jetstar mulai Rp 3.200.000. Kalau bisa mendapatkan tiket di bawah harga tersebut, berarti cukup murah. Bulan Juni tahun 2012 kami terbang dengan Jetstar dari Darwin ke Denpasar dengan tiket seharga AUD 99, di bawah 1 juta rupiah.

Apa yang bisa dilihat di Darwin? Banyak. Pengalaman kami yang paling berkesan adalah mengunjungi Aquascene, memberi makan ratusan ekor ikan liar di tepi laut. Sorenya kami jalan-jalan di Mindil beach market sekaligus menyaksikan matahari terbenam. Sunset di pantai Mindil ini, sampai saat ini adalah sunset paling spektakuler yang pernah saya nikmati. Dari Darwin, kita juga bisa day trip ke Litchfield National Park yang punya banyak air terjun dan billabong bening untuk berenang. Bagi yang suka berpetualang (seperti kami), ajak anak-anak mengunjungi Kakadu National Park, 3 jam bermobil dari Darwin. Di sana, kami ikut Yellow Water cruise menyusuri sungai dan menyaksikan beragam margasatwa (termasuk buaya!) langsung di habitatnya. Rasanya seperti melakukan sendiri ekspedisi NatGeo :)

Perth, tujuan yang lebih populer bagi orang Indonesia, bisa dicapai 3,5 jam penerbangan dari Denpasar. Maskapai yang melayani rute ini adalah Garuda Indonesia, Air Asia, Jetstar dan Virgin Australia. Tarif Early Bird Garuda pp dari Jakarta ke Perth mulai USD 588, sementara dari DPS ke Perth mulai USD 503. Kalau ingin menghemat anggaran tiket pesawat, pilihlah budget airline. DPS - PER pp Air Asia mulai Rp 3.700.000, sementara Jetstar mulai Rp 3.350.000. Pengen lebih murah lagi? Berlanggananlah nawala (newsletter) dari masing-masing airline dan tunggu harga promo :)

Kami pernah naik Garuda dari Surabaya ke Perth via Denpasar. Harganya memang lebih mahal daripada naik budget airline, tapi waktu itu saya lebih mementingkan kenyamanan karena kami hanya pergi bertiga dengan Precils, tanpa Si Ayah.

Apa yang bisa dilihat di Perth? Banyak banget. Tapi karena waktu kami terbatas, kami cuma sempat mengunjungi pusat kota dan: 1) Kings Park, taman yang asyik banget untuk piknik dan bisa melihat kota Perth dari atas; 2) Fremantle, kota lawas dengan dermaga cantik; 3) Art Gallery, untuk melihat koleksi Picasso dan Warhol. Saya agak menyesal belum sempat ke Cottesloe beach yang kabarnya punya sunset cantik itu.

Kota Perth dan Darwin ini lebih dekat ke Denpasar daripada ke Sydney. Jadi maklum saja kalau orang-orang Perth atau Darwin lebih sering liburan ke Bali daripada ke kota-kota di pantai timur. Dari Darwin ke Sydney perlu waktu 4 jam 45 menit naik pesawat. Jangan dibayangkan berapa lama kalau jalan darat :p Dari Perth ke Sydney, lama penerbangannya 4 jam 5 menit. Saya dan precils pernah naik Qantas PER - SYD dengan tiket promo one way AUD 199. Kota 'terdekat' dari Perth adalah Adelaide, jaraknya 2793 km. Kalau satu hari cuma sanggup menyetir 5 jam, perjalanan Perth - Adelaide baru selesai dalam enam hari. Kami sendiri, hanya sanggup melakukan road trip dari Adelaide ke Melbourne via Kangaroo Island dengan total jarak tempuh 1500 km. Inipun kami tempuh selama sembilan hari :)

Sunset di dermaga Fremantle, Perth
Spectacular sunset at Mindil Beach, Darwin
Pantai Timur 
Banyak maskapai penerbangan yang menghubungkan kota-kota di Indonesia dengan kota-kota di pantai Timur Australia, baik secara langsung atau transit di KL atau Singapore. Garuda Indonesia mempunyai direct flight dari Jakarta atau Denpasar ke Sydney, Melbourne dan rute terbaru Brisbane. Dua budget airline asal Aussie, Jetstar dan Virgin Australia juga mempunyai penerbangan langsung dari Denpasar ke Sydney dan Melbourne. Virgin juga melayani rute DPS - BNE. Tapi hati-hati, meskipun memproklamirkan diri sebagai budget airline, tiket regular mereka kadang tidak lebih murah daripada Early Bird Garuda. Jadi, kalau tidak dapat tiket promo Jetstar atau Virgin, mending naik Garuda. Ingat ya, selalu cek harga toko maskapai sebelah :p

Tiket Early Bird Garuda untuk penerbangan empat bulan sebelumnya cukup murah untuk ukuran penerbangan reguler, termasuk makan dan bagasi. Ini catatan saya ketika menulis postingan ini (Juli 2013). Tiket Garuda Indonesia pp ke Brisbane dari Jakarta USD 694, dari Denpasar USD 573. Tiket ke Melbourne pp dari Jakarta USD 700, dari Denpasar USD 629. Tiket ke Sydney dari Jakarta USD 728, dari Denpasar USD 657. 

Bagaimana dengan Air Asia? Kalau bisa mendapatkan tiket promonya, memang lebih murah daripada Garuda. Air Asia mempunyai rute penerbangan dari kota-kota di Indonesia menuju Gold Coast, Sydney dan Melbourne, dengan transit di Kuala Lumpur. Ini harga tiket normal Air Asia untuk penerbangan pp dari Jakarta low season, ke Melbourne mulai Rp 4.100.000, ke Sydney mulai Rp 4.850.000, ke Gold Coast mulai Rp 5.000.000.

Saya punya banyak pengalaman memesankan tiket untuk ortu dan mertua yang ingin berkunjung ke Sydney. Januari tahun 2013 ini, mertua mendapat tiket SUB - SYD pp sekitar USD 600 per orang. Januari tahun 2012, mertua saya termasuk penumpang pesawat Air Asia pertama yang mendarat di Sydney, harga tiket pp SUB - SYD sekitar 5,5 juta rupiah per orang. September 2011 adalah rekor saya memesan tiket termurah, Surabaya - Gold Coast pp hanya Rp 3,5 juta per orang. Sayangnya, tarif segini sepertinya jarang terulang lagi.

Dari Brisbane ke Gold Coast, kita bisa naik kereta selama 1 jam. Dari Gold Coast ke Sydney, jaraknya sekitar 1000km, bisa ditempuh dengan road trip, seperti yang pernah kami lakukan, selama total 12 jam perjalanan. Saya dan precils juga pernah naik kereta dari Sydney ke Brisbane dan sebaliknya, selama 14 jam. Waktu itu saya mau menempuh 14 jam perjalanan itu karena ada promo tiket kereta untuk anak-anak hanya $1. Kalau dihitung-hitung, total biaya perjalanan lebih murah daripada tiket pesawat. Tapi kalau tidak ada promo, lebih baik saya keluarkan tambahan sedikit untuk membeli tiket pesawat Sydney - Brisbane dan cukup terbang satu setengah jam.

Jarak dari Sydney ke Melbourne juga sekitar 1000 km dan bisa ditempuh dengan mobil selama total 12 jam. Kalau memang tidak ingin mampir-mampir, lebih baik naik pesawat dengan lama penerbangan hanya 1 jam 20 menit. Tiket pesawat dari Melbourne ke Sydney dan sebaliknya cukup murah, pilihannya juga banyak. Untuk membandingkan harga tiket pesawat domestik Australia, gunakan website Webjet. Sebenarnya ada juga kereta dari Sydney ke Melbourne, dari perusahaan yang sama yang melayani rute Sydney - Brisbane. Cek tarif dan lama perjalanan kereta di website mereka: Countrylink.

Biasanya, yang liburan membawa anak kecil akan menyertakan Gold Coast dalam itinerary mereka. Nggak heran sih, karena Gold Coast dengan Theme Park-nya memang tempat bersenang-senang. Plus, garis pantai yang panjang dan suhu yang relatif hangat menjadikan kota ini destinasi idaman. 

Tapi, jangan tanya ke saya, mending pilih Sydney atau Melbourne? Jawabannya bakalan subyektif karena saya telanjur cinta sama kampung halaman asuh (adopted hometown) saya ini. Sydney punya harbour keren dan pantai-pantai cantik. Melbourne punya sungai Yarra dan lorong-lorong unik. Sydney punya feri, Melbourne punya trem. Sydney is beautiful, Melbourne is charming. Kalau ragu, mending kunjungi dua-duanya :)


Surfer Paradise, Gold Coast
Bathing boxes at Melbourne

Bagaimana dengan kota-kota lain yang belum saya sebutkan di atas? 
Canberra, ibukota Australia ini tidak mempunyai penerbangan langsung dari kota-kota di Indonesia. Sebaiknya destinasi ini digabung dengan kota Sydney, bisa dicapai 3 jam naik mobil/coach. Waktu terbaik mengunjungi Canberra adalah musim semi, ketika ada festival bunga Floriade. Selain itu, tujuan Canberra ini bisa digabung kalau ada yang ingin bermain salju di Snowy Mountain. Resort salju ini bisa dicapai 6 jam dengan mobil dari Sydney, atau 3 jam dari Canberra.

Kota Adelaide mempunyai penerbangan langsung dari Denpasar, dioperasikan oleh Virgin Australia. Biasanya keluarga Indonesia mengunjungi kota ini kalau ada teman atau saudara yang kebetulan tinggal atau kuliah di sana. Kami sempat singgah di kota yang sepi dan tenang ini ketika memulai road trip dengan campervan menuju Melbourne. Kami terbang dari Sydney ke Adelaide dengan Jetstar (2 jam 10 menit) dengan tiket seharga AUD 125 (dengan bagasi) one way. Adelaide juga menjadi kota transit untuk mengunjungi Kangaroo Island

Bagaimana dengan Tasmania? Saya menyebutnya sebagai destinasi istimewa. Pulau yang terpisah dari daratan Australia ini alamnya paling indah dibandingkan destinasi lain di Australia. Pulau ini juga paling cocok untuk road trip atau campervanning. Jalan-jalan ke Tasmania bisa digabung dengan destinasi Melbourne. Dari Melbourne, kita bisa naik pesawat ke Hobart (1 jam 15 menit, mulai AUD 40 one way) atau Launceston (1 jam 5 menit, mulai AUD 39 one way). Tiket pesawat ke dua kota ini lebih murah daripada tiket feri plus kabin dari Melbourne ke dermaga Devonport. Di Tasmania, kami sempat mengunjungi Pabrik Cadbury di Hobart, makan fish n chips terenak (versi the Emak) di warung apung dan trekking di Cradle Mountain National Park.


The Precils family at Cradle Mountain National Park
Sudah cukup jelas anak-anak? Hehe... Yuk, kerjakan PR, bikin rancangan itinerary dan budget sendiri :)

~ The Emak


Quick Links:
The Precils di Sydney
The Precils di Melbourne
The Precils di Canberra
The Precils di Brisbane
The Precils di Gold Coast
The Precils di Hobart
The Precils di Darwin
The Precils di Perth
The Precils di Adelaide


Tip Mengajukan Visa Aussie 
Aturan Custom Aussie
Mencari Pesawat Murah ke Aussie
Menyewa dan Menyetir Mobil di Aussie
Campervanning di Aussie

Suasana Sydney Opera House di malam hari
Jalan-jalan ke Australia enaknya ke mana ya? Kalimat tersebut sering di-google orang dan akhirnya mendarat di blog ini. Yang baru pertama kali wisata ke Australia biasanya juga bingung merancang itinerary, kota mana saja yang layak dikunjungi, apakah waktu dan budget cukup untuk destinasi tersebut. Saya juga sering ditanya sebaiknya naik moda transportasi apa dari kota satu ke kota lainnya. Apakah naik kereta lebih ekonomis daripada naik pesawat? Sering kali tidak. Apakah dari Perth ke Sydney bisa ditempuh dengan bis? Bisa, tapi lamaaaa banget :)

Yang perlu dicatat, Australia itu besar banget. Bahkan merupakan benua tersendiri. Seringkali, karena jatah liburan terbatas, kita harus pandai-pandai memilih destinasi. Biasanya destinasi akan tergantung anggaran dan lama liburan. Untuk memudahkan, saya akan membagi destinasi Australia menjadi kota-kota di pantai Timur dan kota-kota di pantai Barat. Budget penginapan, transportasi dalam kota, makanan dan atraksi di kota-kota ini kurang lebih sama, yang membedakan adalah harga tiket pesawatnya. Tujuan di pantai Barat seperti Darwin dan Perth bisa menghemat biaya pesawat daripada tujuan di pantai Timur: Brisbane, Gold Coast, Sydney dan Melbourne. Sebagai contoh, selisih harga tiket pesawat Garuda pp tujuan Perth dibandingkan tujuan Brisbane/Sydney/Melbourne bisa mencapai USD 75 - 150 per orang. Begitu juga tarif Air Asia, selisih tiket tujuan Darwin dan Sydney sampai sekitar Rp 1,5 juta.

Kota-kota di Australia
Pantai Barat
Darwin dan Perth relatif lebih dekat dari Indonesia daripada kota-kota di pantai Timur. Tapi dua kota ini, terutama Darwin, belum menjadi tujuan wisata yang populer di Australia.

Darwin bisa dicapai dalam 2 jam 45 menit dengan pesawat dari Denpasar. Dua maskapai yang melayani jalur ini adalah Air Asia dan Jetstar. Harga normal tiket DPS - DRW pp Air Asia mulai Rp 3.350.000, sementara Jetstar mulai Rp 3.200.000. Kalau bisa mendapatkan tiket di bawah harga tersebut, berarti cukup murah. Bulan Juni tahun 2012 kami terbang dengan Jetstar dari Darwin ke Denpasar dengan tiket seharga AUD 99, di bawah 1 juta rupiah.

Apa yang bisa dilihat di Darwin? Banyak. Pengalaman kami yang paling berkesan adalah mengunjungi Aquascene, memberi makan ratusan ekor ikan liar di tepi laut. Sorenya kami jalan-jalan di Mindil beach market sekaligus menyaksikan matahari terbenam. Sunset di pantai Mindil ini, sampai saat ini adalah sunset paling spektakuler yang pernah saya nikmati. Dari Darwin, kita juga bisa day trip ke Litchfield National Park yang punya banyak air terjun dan billabong bening untuk berenang. Bagi yang suka berpetualang (seperti kami), ajak anak-anak mengunjungi Kakadu National Park, 3 jam bermobil dari Darwin. Di sana, kami ikut Yellow Water cruise menyusuri sungai dan menyaksikan beragam margasatwa (termasuk buaya!) langsung di habitatnya. Rasanya seperti melakukan sendiri ekspedisi NatGeo :)

Perth, tujuan yang lebih populer bagi orang Indonesia, bisa dicapai 3,5 jam penerbangan dari Denpasar. Maskapai yang melayani rute ini adalah Garuda Indonesia, Air Asia, Jetstar dan Virgin Australia. Tarif Early Bird Garuda pp dari Jakarta ke Perth mulai USD 588, sementara dari DPS ke Perth mulai USD 503. Kalau ingin menghemat anggaran tiket pesawat, pilihlah budget airline. DPS - PER pp Air Asia mulai Rp 3.700.000, sementara Jetstar mulai Rp 3.350.000. Pengen lebih murah lagi? Berlanggananlah nawala (newsletter) dari masing-masing airline dan tunggu harga promo :)

Kami pernah naik Garuda dari Surabaya ke Perth via Denpasar. Harganya memang lebih mahal daripada naik budget airline, tapi waktu itu saya lebih mementingkan kenyamanan karena kami hanya pergi bertiga dengan Precils, tanpa Si Ayah.

Apa yang bisa dilihat di Perth? Banyak banget. Tapi karena waktu kami terbatas, kami cuma sempat mengunjungi pusat kota dan: 1) Kings Park, taman yang asyik banget untuk piknik dan bisa melihat kota Perth dari atas; 2) Fremantle, kota lawas dengan dermaga cantik; 3) Art Gallery, untuk melihat koleksi Picasso dan Warhol. Saya agak menyesal belum sempat ke Cottesloe beach yang kabarnya punya sunset cantik itu.

Kota Perth dan Darwin ini lebih dekat ke Denpasar daripada ke Sydney. Jadi maklum saja kalau orang-orang Perth atau Darwin lebih sering liburan ke Bali daripada ke kota-kota di pantai timur. Dari Darwin ke Sydney perlu waktu 4 jam 45 menit naik pesawat. Jangan dibayangkan berapa lama kalau jalan darat :p Dari Perth ke Sydney, lama penerbangannya 4 jam 5 menit. Saya dan precils pernah naik Qantas PER - SYD dengan tiket promo one way AUD 199. Kota 'terdekat' dari Perth adalah Adelaide, jaraknya 2793 km. Kalau satu hari cuma sanggup menyetir 5 jam, perjalanan Perth - Adelaide baru selesai dalam enam hari. Kami sendiri, hanya sanggup melakukan road trip dari Adelaide ke Melbourne via Kangaroo Island dengan total jarak tempuh 1500 km. Inipun kami tempuh selama sembilan hari :)

Sunset di dermaga Fremantle, Perth
Spectacular sunset at Mindil Beach, Darwin
Pantai Timur 
Banyak maskapai penerbangan yang menghubungkan kota-kota di Indonesia dengan kota-kota di pantai Timur Australia, baik secara langsung atau transit di KL atau Singapore. Garuda Indonesia mempunyai direct flight dari Jakarta atau Denpasar ke Sydney, Melbourne dan rute terbaru Brisbane. Dua budget airline asal Aussie, Jetstar dan Virgin Australia juga mempunyai penerbangan langsung dari Denpasar ke Sydney dan Melbourne. Virgin juga melayani rute DPS - BNE. Tapi hati-hati, meskipun memproklamirkan diri sebagai budget airline, tiket regular mereka kadang tidak lebih murah daripada Early Bird Garuda. Jadi, kalau tidak dapat tiket promo Jetstar atau Virgin, mending naik Garuda. Ingat ya, selalu cek harga toko maskapai sebelah :p

Tiket Early Bird Garuda untuk penerbangan empat bulan sebelumnya cukup murah untuk ukuran penerbangan reguler, termasuk makan dan bagasi. Ini catatan saya ketika menulis postingan ini (Juli 2013). Tiket Garuda Indonesia pp ke Brisbane dari Jakarta USD 694, dari Denpasar USD 573. Tiket ke Melbourne pp dari Jakarta USD 700, dari Denpasar USD 629. Tiket ke Sydney dari Jakarta USD 728, dari Denpasar USD 657. 

Bagaimana dengan Air Asia? Kalau bisa mendapatkan tiket promonya, memang lebih murah daripada Garuda. Air Asia mempunyai rute penerbangan dari kota-kota di Indonesia menuju Gold Coast, Sydney dan Melbourne, dengan transit di Kuala Lumpur. Ini harga tiket normal Air Asia untuk penerbangan pp dari Jakarta low season, ke Melbourne mulai Rp 4.100.000, ke Sydney mulai Rp 4.850.000, ke Gold Coast mulai Rp 5.000.000.

Saya punya banyak pengalaman memesankan tiket untuk ortu dan mertua yang ingin berkunjung ke Sydney. Januari tahun 2013 ini, mertua mendapat tiket SUB - SYD pp sekitar USD 600 per orang. Januari tahun 2012, mertua saya termasuk penumpang pesawat Air Asia pertama yang mendarat di Sydney, harga tiket pp SUB - SYD sekitar 5,5 juta rupiah per orang. September 2011 adalah rekor saya memesan tiket termurah, Surabaya - Gold Coast pp hanya Rp 3,5 juta per orang. Sayangnya, tarif segini sepertinya jarang terulang lagi.

Dari Brisbane ke Gold Coast, kita bisa naik kereta selama 1 jam. Dari Gold Coast ke Sydney, jaraknya sekitar 1000km, bisa ditempuh dengan road trip, seperti yang pernah kami lakukan, selama total 12 jam perjalanan. Saya dan precils juga pernah naik kereta dari Sydney ke Brisbane dan sebaliknya, selama 14 jam. Waktu itu saya mau menempuh 14 jam perjalanan itu karena ada promo tiket kereta untuk anak-anak hanya $1. Kalau dihitung-hitung, total biaya perjalanan lebih murah daripada tiket pesawat. Tapi kalau tidak ada promo, lebih baik saya keluarkan tambahan sedikit untuk membeli tiket pesawat Sydney - Brisbane dan cukup terbang satu setengah jam.

Jarak dari Sydney ke Melbourne juga sekitar 1000 km dan bisa ditempuh dengan mobil selama total 12 jam. Kalau memang tidak ingin mampir-mampir, lebih baik naik pesawat dengan lama penerbangan hanya 1 jam 20 menit. Tiket pesawat dari Melbourne ke Sydney dan sebaliknya cukup murah, pilihannya juga banyak. Untuk membandingkan harga tiket pesawat domestik Australia, gunakan website Webjet. Sebenarnya ada juga kereta dari Sydney ke Melbourne, dari perusahaan yang sama yang melayani rute Sydney - Brisbane. Cek tarif dan lama perjalanan kereta di website mereka: Countrylink.

Biasanya, yang liburan membawa anak kecil akan menyertakan Gold Coast dalam itinerary mereka. Nggak heran sih, karena Gold Coast dengan Theme Park-nya memang tempat bersenang-senang. Plus, garis pantai yang panjang dan suhu yang relatif hangat menjadikan kota ini destinasi idaman. 

Tapi, jangan tanya ke saya, mending pilih Sydney atau Melbourne? Jawabannya bakalan subyektif karena saya telanjur cinta sama kampung halaman asuh (adopted hometown) saya ini. Sydney punya harbour keren dan pantai-pantai cantik. Melbourne punya sungai Yarra dan lorong-lorong unik. Sydney punya feri, Melbourne punya trem. Sydney is beautiful, Melbourne is charming. Kalau ragu, mending kunjungi dua-duanya :)


Surfer Paradise, Gold Coast
Bathing boxes at Melbourne

Bagaimana dengan kota-kota lain yang belum saya sebutkan di atas? 
Canberra, ibukota Australia ini tidak mempunyai penerbangan langsung dari kota-kota di Indonesia. Sebaiknya destinasi ini digabung dengan kota Sydney, bisa dicapai 3 jam naik mobil/coach. Waktu terbaik mengunjungi Canberra adalah musim semi, ketika ada festival bunga Floriade. Selain itu, tujuan Canberra ini bisa digabung kalau ada yang ingin bermain salju di Snowy Mountain. Resort salju ini bisa dicapai 6 jam dengan mobil dari Sydney, atau 3 jam dari Canberra.

Kota Adelaide mempunyai penerbangan langsung dari Denpasar, dioperasikan oleh Virgin Australia. Biasanya keluarga Indonesia mengunjungi kota ini kalau ada teman atau saudara yang kebetulan tinggal atau kuliah di sana. Kami sempat singgah di kota yang sepi dan tenang ini ketika memulai road trip dengan campervan menuju Melbourne. Kami terbang dari Sydney ke Adelaide dengan Jetstar (2 jam 10 menit) dengan tiket seharga AUD 125 (dengan bagasi) one way. Adelaide juga menjadi kota transit untuk mengunjungi Kangaroo Island

Bagaimana dengan Tasmania? Saya menyebutnya sebagai destinasi istimewa. Pulau yang terpisah dari daratan Australia ini alamnya paling indah dibandingkan destinasi lain di Australia. Pulau ini juga paling cocok untuk road trip atau campervanning. Jalan-jalan ke Tasmania bisa digabung dengan destinasi Melbourne. Dari Melbourne, kita bisa naik pesawat ke Hobart (1 jam 15 menit, mulai AUD 40 one way) atau Launceston (1 jam 5 menit, mulai AUD 39 one way). Tiket pesawat ke dua kota ini lebih murah daripada tiket feri plus kabin dari Melbourne ke dermaga Devonport. Di Tasmania, kami sempat mengunjungi Pabrik Cadbury di Hobart, makan fish n chips terenak (versi the Emak) di warung apung dan trekking di Cradle Mountain National Park.


The Precils family at Cradle Mountain National Park
Sudah cukup jelas anak-anak? Hehe... Yuk, kerjakan PR, bikin rancangan itinerary dan budget sendiri :)

~ The Emak


Quick Links:
The Precils di Sydney
The Precils di Melbourne
The Precils di Canberra
The Precils di Brisbane
The Precils di Gold Coast
The Precils di Hobart
The Precils di Darwin
The Precils di Perth
The Precils di Adelaide


Tip Mengajukan Visa Aussie 
Aturan Custom Aussie
Mencari Pesawat Murah ke Aussie
Menyewa dan Menyetir Mobil di Aussie
Campervanning di Aussie

Suasana Sydney Opera House di malam hari
Jalan-jalan ke Australia enaknya ke mana ya? Kalimat tersebut sering di-google orang dan akhirnya mendarat di blog ini. Yang baru pertama kali wisata ke Australia biasanya juga bingung merancang itinerary, kota mana saja yang layak dikunjungi, apakah waktu dan budget cukup untuk destinasi tersebut. Saya juga sering ditanya sebaiknya naik moda transportasi apa dari kota satu ke kota lainnya. Apakah naik kereta lebih ekonomis daripada naik pesawat? Sering kali tidak. Apakah dari Perth ke Sydney bisa ditempuh dengan bis? Bisa, tapi lamaaaa banget :)

Yang perlu dicatat, Australia itu besar banget. Bahkan merupakan benua tersendiri. Seringkali, karena jatah liburan terbatas, kita harus pandai-pandai memilih destinasi. Biasanya destinasi akan tergantung anggaran dan lama liburan. Untuk memudahkan, saya akan membagi destinasi Australia menjadi kota-kota di pantai Timur dan kota-kota di pantai Barat. Budget penginapan, transportasi dalam kota, makanan dan atraksi di kota-kota ini kurang lebih sama, yang membedakan adalah harga tiket pesawatnya. Tujuan di pantai Barat seperti Darwin dan Perth bisa menghemat biaya pesawat daripada tujuan di pantai Timur: Brisbane, Gold Coast, Sydney dan Melbourne. Sebagai contoh, selisih harga tiket pesawat Garuda pp tujuan Perth dibandingkan tujuan Brisbane/Sydney/Melbourne bisa mencapai USD 75 - 150 per orang. Begitu juga tarif Air Asia, selisih tiket tujuan Darwin dan Sydney sampai sekitar Rp 1,5 juta.

Kota-kota di Australia
Pantai Barat
Darwin dan Perth relatif lebih dekat dari Indonesia daripada kota-kota di pantai Timur. Tapi dua kota ini, terutama Darwin, belum menjadi tujuan wisata yang populer di Australia.

Darwin bisa dicapai dalam 2 jam 45 menit dengan pesawat dari Denpasar. Dua maskapai yang melayani jalur ini adalah Air Asia dan Jetstar. Harga normal tiket DPS - DRW pp Air Asia mulai Rp 3.350.000, sementara Jetstar mulai Rp 3.200.000. Kalau bisa mendapatkan tiket di bawah harga tersebut, berarti cukup murah. Bulan Juni tahun 2012 kami terbang dengan Jetstar dari Darwin ke Denpasar dengan tiket seharga AUD 99, di bawah 1 juta rupiah.

Apa yang bisa dilihat di Darwin? Banyak. Pengalaman kami yang paling berkesan adalah mengunjungi Aquascene, memberi makan ratusan ekor ikan liar di tepi laut. Sorenya kami jalan-jalan di Mindil beach market sekaligus menyaksikan matahari terbenam. Sunset di pantai Mindil ini, sampai saat ini adalah sunset paling spektakuler yang pernah saya nikmati. Dari Darwin, kita juga bisa day trip ke Litchfield National Park yang punya banyak air terjun dan billabong bening untuk berenang. Bagi yang suka berpetualang (seperti kami), ajak anak-anak mengunjungi Kakadu National Park, 3 jam bermobil dari Darwin. Di sana, kami ikut Yellow Water cruise menyusuri sungai dan menyaksikan beragam margasatwa (termasuk buaya!) langsung di habitatnya. Rasanya seperti melakukan sendiri ekspedisi NatGeo :)

Perth, tujuan yang lebih populer bagi orang Indonesia, bisa dicapai 3,5 jam penerbangan dari Denpasar. Maskapai yang melayani rute ini adalah Garuda Indonesia, Air Asia, Jetstar dan Virgin Australia. Tarif Early Bird Garuda pp dari Jakarta ke Perth mulai USD 588, sementara dari DPS ke Perth mulai USD 503. Kalau ingin menghemat anggaran tiket pesawat, pilihlah budget airline. DPS - PER pp Air Asia mulai Rp 3.700.000, sementara Jetstar mulai Rp 3.350.000. Pengen lebih murah lagi? Berlanggananlah nawala (newsletter) dari masing-masing airline dan tunggu harga promo :)

Kami pernah naik Garuda dari Surabaya ke Perth via Denpasar. Harganya memang lebih mahal daripada naik budget airline, tapi waktu itu saya lebih mementingkan kenyamanan karena kami hanya pergi bertiga dengan Precils, tanpa Si Ayah.

Apa yang bisa dilihat di Perth? Banyak banget. Tapi karena waktu kami terbatas, kami cuma sempat mengunjungi pusat kota dan: 1) Kings Park, taman yang asyik banget untuk piknik dan bisa melihat kota Perth dari atas; 2) Fremantle, kota lawas dengan dermaga cantik; 3) Art Gallery, untuk melihat koleksi Picasso dan Warhol. Saya agak menyesal belum sempat ke Cottesloe beach yang kabarnya punya sunset cantik itu.

Kota Perth dan Darwin ini lebih dekat ke Denpasar daripada ke Sydney. Jadi maklum saja kalau orang-orang Perth atau Darwin lebih sering liburan ke Bali daripada ke kota-kota di pantai timur. Dari Darwin ke Sydney perlu waktu 4 jam 45 menit naik pesawat. Jangan dibayangkan berapa lama kalau jalan darat :p Dari Perth ke Sydney, lama penerbangannya 4 jam 5 menit. Saya dan precils pernah naik Qantas PER - SYD dengan tiket promo one way AUD 199. Kota 'terdekat' dari Perth adalah Adelaide, jaraknya 2793 km. Kalau satu hari cuma sanggup menyetir 5 jam, perjalanan Perth - Adelaide baru selesai dalam enam hari. Kami sendiri, hanya sanggup melakukan road trip dari Adelaide ke Melbourne via Kangaroo Island dengan total jarak tempuh 1500 km. Inipun kami tempuh selama sembilan hari :)

Sunset di dermaga Fremantle, Perth
Spectacular sunset at Mindil Beach, Darwin
Pantai Timur 
Banyak maskapai penerbangan yang menghubungkan kota-kota di Indonesia dengan kota-kota di pantai Timur Australia, baik secara langsung atau transit di KL atau Singapore. Garuda Indonesia mempunyai direct flight dari Jakarta atau Denpasar ke Sydney, Melbourne dan rute terbaru Brisbane. Dua budget airline asal Aussie, Jetstar dan Virgin Australia juga mempunyai penerbangan langsung dari Denpasar ke Sydney dan Melbourne. Virgin juga melayani rute DPS - BNE. Tapi hati-hati, meskipun memproklamirkan diri sebagai budget airline, tiket regular mereka kadang tidak lebih murah daripada Early Bird Garuda. Jadi, kalau tidak dapat tiket promo Jetstar atau Virgin, mending naik Garuda. Ingat ya, selalu cek harga toko maskapai sebelah :p

Tiket Early Bird Garuda untuk penerbangan empat bulan sebelumnya cukup murah untuk ukuran penerbangan reguler, termasuk makan dan bagasi. Ini catatan saya ketika menulis postingan ini (Juli 2013). Tiket Garuda Indonesia pp ke Brisbane dari Jakarta USD 694, dari Denpasar USD 573. Tiket ke Melbourne pp dari Jakarta USD 700, dari Denpasar USD 629. Tiket ke Sydney dari Jakarta USD 728, dari Denpasar USD 657. 

Bagaimana dengan Air Asia? Kalau bisa mendapatkan tiket promonya, memang lebih murah daripada Garuda. Air Asia mempunyai rute penerbangan dari kota-kota di Indonesia menuju Gold Coast, Sydney dan Melbourne, dengan transit di Kuala Lumpur. Ini harga tiket normal Air Asia untuk penerbangan pp dari Jakarta low season, ke Melbourne mulai Rp 4.100.000, ke Sydney mulai Rp 4.850.000, ke Gold Coast mulai Rp 5.000.000.

Saya punya banyak pengalaman memesankan tiket untuk ortu dan mertua yang ingin berkunjung ke Sydney. Januari tahun 2013 ini, mertua mendapat tiket SUB - SYD pp sekitar USD 600 per orang. Januari tahun 2012, mertua saya termasuk penumpang pesawat Air Asia pertama yang mendarat di Sydney, harga tiket pp SUB - SYD sekitar 5,5 juta rupiah per orang. September 2011 adalah rekor saya memesan tiket termurah, Surabaya - Gold Coast pp hanya Rp 3,5 juta per orang. Sayangnya, tarif segini sepertinya jarang terulang lagi.

Dari Brisbane ke Gold Coast, kita bisa naik kereta selama 1 jam. Dari Gold Coast ke Sydney, jaraknya sekitar 1000km, bisa ditempuh dengan road trip, seperti yang pernah kami lakukan, selama total 12 jam perjalanan. Saya dan precils juga pernah naik kereta dari Sydney ke Brisbane dan sebaliknya, selama 14 jam. Waktu itu saya mau menempuh 14 jam perjalanan itu karena ada promo tiket kereta untuk anak-anak hanya $1. Kalau dihitung-hitung, total biaya perjalanan lebih murah daripada tiket pesawat. Tapi kalau tidak ada promo, lebih baik saya keluarkan tambahan sedikit untuk membeli tiket pesawat Sydney - Brisbane dan cukup terbang satu setengah jam.

Jarak dari Sydney ke Melbourne juga sekitar 1000 km dan bisa ditempuh dengan mobil selama total 12 jam. Kalau memang tidak ingin mampir-mampir, lebih baik naik pesawat dengan lama penerbangan hanya 1 jam 20 menit. Tiket pesawat dari Melbourne ke Sydney dan sebaliknya cukup murah, pilihannya juga banyak. Untuk membandingkan harga tiket pesawat domestik Australia, gunakan website Webjet. Sebenarnya ada juga kereta dari Sydney ke Melbourne, dari perusahaan yang sama yang melayani rute Sydney - Brisbane. Cek tarif dan lama perjalanan kereta di website mereka: Countrylink.

Biasanya, yang liburan membawa anak kecil akan menyertakan Gold Coast dalam itinerary mereka. Nggak heran sih, karena Gold Coast dengan Theme Park-nya memang tempat bersenang-senang. Plus, garis pantai yang panjang dan suhu yang relatif hangat menjadikan kota ini destinasi idaman. 

Tapi, jangan tanya ke saya, mending pilih Sydney atau Melbourne? Jawabannya bakalan subyektif karena saya telanjur cinta sama kampung halaman asuh (adopted hometown) saya ini. Sydney punya harbour keren dan pantai-pantai cantik. Melbourne punya sungai Yarra dan lorong-lorong unik. Sydney punya feri, Melbourne punya trem. Sydney is beautiful, Melbourne is charming. Kalau ragu, mending kunjungi dua-duanya :)


Surfer Paradise, Gold Coast
Bathing boxes at Melbourne

Bagaimana dengan kota-kota lain yang belum saya sebutkan di atas? 
Canberra, ibukota Australia ini tidak mempunyai penerbangan langsung dari kota-kota di Indonesia. Sebaiknya destinasi ini digabung dengan kota Sydney, bisa dicapai 3 jam naik mobil/coach. Waktu terbaik mengunjungi Canberra adalah musim semi, ketika ada festival bunga Floriade. Selain itu, tujuan Canberra ini bisa digabung kalau ada yang ingin bermain salju di Snowy Mountain. Resort salju ini bisa dicapai 6 jam dengan mobil dari Sydney, atau 3 jam dari Canberra.

Kota Adelaide mempunyai penerbangan langsung dari Denpasar, dioperasikan oleh Virgin Australia. Biasanya keluarga Indonesia mengunjungi kota ini kalau ada teman atau saudara yang kebetulan tinggal atau kuliah di sana. Kami sempat singgah di kota yang sepi dan tenang ini ketika memulai road trip dengan campervan menuju Melbourne. Kami terbang dari Sydney ke Adelaide dengan Jetstar (2 jam 10 menit) dengan tiket seharga AUD 125 (dengan bagasi) one way. Adelaide juga menjadi kota transit untuk mengunjungi Kangaroo Island

Bagaimana dengan Tasmania? Saya menyebutnya sebagai destinasi istimewa. Pulau yang terpisah dari daratan Australia ini alamnya paling indah dibandingkan destinasi lain di Australia. Pulau ini juga paling cocok untuk road trip atau campervanning. Jalan-jalan ke Tasmania bisa digabung dengan destinasi Melbourne. Dari Melbourne, kita bisa naik pesawat ke Hobart (1 jam 15 menit, mulai AUD 40 one way) atau Launceston (1 jam 5 menit, mulai AUD 39 one way). Tiket pesawat ke dua kota ini lebih murah daripada tiket feri plus kabin dari Melbourne ke dermaga Devonport. Di Tasmania, kami sempat mengunjungi Pabrik Cadbury di Hobart, makan fish n chips terenak (versi the Emak) di warung apung dan trekking di Cradle Mountain National Park.


The Precils family at Cradle Mountain National Park
Sudah cukup jelas anak-anak? Hehe... Yuk, kerjakan PR, bikin rancangan itinerary dan budget sendiri :)

~ The Emak


Quick Links:
The Precils di Sydney
The Precils di Melbourne
The Precils di Canberra
The Precils di Brisbane
The Precils di Gold Coast
The Precils di Hobart
The Precils di Darwin
The Precils di Perth
The Precils di Adelaide


Tip Mengajukan Visa Aussie 
Aturan Custom Aussie
Mencari Pesawat Murah ke Aussie
Menyewa dan Menyetir Mobil di Aussie
Campervanning di Aussie

Suasana Sydney Opera House di malam hari
Jalan-jalan ke Australia enaknya ke mana ya? Kalimat tersebut sering di-google orang dan akhirnya mendarat di blog ini. Yang baru pertama kali wisata ke Australia biasanya juga bingung merancang itinerary, kota mana saja yang layak dikunjungi, apakah waktu dan budget cukup untuk destinasi tersebut. Saya juga sering ditanya sebaiknya naik moda transportasi apa dari kota satu ke kota lainnya. Apakah naik kereta lebih ekonomis daripada naik pesawat? Sering kali tidak. Apakah dari Perth ke Sydney bisa ditempuh dengan bis? Bisa, tapi lamaaaa banget :)

Yang perlu dicatat, Australia itu besar banget. Bahkan merupakan benua tersendiri. Seringkali, karena jatah liburan terbatas, kita harus pandai-pandai memilih destinasi. Biasanya destinasi akan tergantung anggaran dan lama liburan. Untuk memudahkan, saya akan membagi destinasi Australia menjadi kota-kota di pantai Timur dan kota-kota di pantai Barat. Budget penginapan, transportasi dalam kota, makanan dan atraksi di kota-kota ini kurang lebih sama, yang membedakan adalah harga tiket pesawatnya. Tujuan di pantai Barat seperti Darwin dan Perth bisa menghemat biaya pesawat daripada tujuan di pantai Timur: Brisbane, Gold Coast, Sydney dan Melbourne. Sebagai contoh, selisih harga tiket pesawat Garuda pp tujuan Perth dibandingkan tujuan Brisbane/Sydney/Melbourne bisa mencapai USD 75 - 150 per orang. Begitu juga tarif Air Asia, selisih tiket tujuan Darwin dan Sydney sampai sekitar Rp 1,5 juta.

Kota-kota di Australia
Pantai Barat
Darwin dan Perth relatif lebih dekat dari Indonesia daripada kota-kota di pantai Timur. Tapi dua kota ini, terutama Darwin, belum menjadi tujuan wisata yang populer di Australia.

Darwin bisa dicapai dalam 2 jam 45 menit dengan pesawat dari Denpasar. Dua maskapai yang melayani jalur ini adalah Air Asia dan Jetstar. Harga normal tiket DPS - DRW pp Air Asia mulai Rp 3.350.000, sementara Jetstar mulai Rp 3.200.000. Kalau bisa mendapatkan tiket di bawah harga tersebut, berarti cukup murah. Bulan Juni tahun 2012 kami terbang dengan Jetstar dari Darwin ke Denpasar dengan tiket seharga AUD 99, di bawah 1 juta rupiah.

Apa yang bisa dilihat di Darwin? Banyak. Pengalaman kami yang paling berkesan adalah mengunjungi Aquascene, memberi makan ratusan ekor ikan liar di tepi laut. Sorenya kami jalan-jalan di Mindil beach market sekaligus menyaksikan matahari terbenam. Sunset di pantai Mindil ini, sampai saat ini adalah sunset paling spektakuler yang pernah saya nikmati. Dari Darwin, kita juga bisa day trip ke Litchfield National Park yang punya banyak air terjun dan billabong bening untuk berenang. Bagi yang suka berpetualang (seperti kami), ajak anak-anak mengunjungi Kakadu National Park, 3 jam bermobil dari Darwin. Di sana, kami ikut Yellow Water cruise menyusuri sungai dan menyaksikan beragam margasatwa (termasuk buaya!) langsung di habitatnya. Rasanya seperti melakukan sendiri ekspedisi NatGeo :)

Perth, tujuan yang lebih populer bagi orang Indonesia, bisa dicapai 3,5 jam penerbangan dari Denpasar. Maskapai yang melayani rute ini adalah Garuda Indonesia, Air Asia, Jetstar dan Virgin Australia. Tarif Early Bird Garuda pp dari Jakarta ke Perth mulai USD 588, sementara dari DPS ke Perth mulai USD 503. Kalau ingin menghemat anggaran tiket pesawat, pilihlah budget airline. DPS - PER pp Air Asia mulai Rp 3.700.000, sementara Jetstar mulai Rp 3.350.000. Pengen lebih murah lagi? Berlanggananlah nawala (newsletter) dari masing-masing airline dan tunggu harga promo :)

Kami pernah naik Garuda dari Surabaya ke Perth via Denpasar. Harganya memang lebih mahal daripada naik budget airline, tapi waktu itu saya lebih mementingkan kenyamanan karena kami hanya pergi bertiga dengan Precils, tanpa Si Ayah.

Apa yang bisa dilihat di Perth? Banyak banget. Tapi karena waktu kami terbatas, kami cuma sempat mengunjungi pusat kota dan: 1) Kings Park, taman yang asyik banget untuk piknik dan bisa melihat kota Perth dari atas; 2) Fremantle, kota lawas dengan dermaga cantik; 3) Art Gallery, untuk melihat koleksi Picasso dan Warhol. Saya agak menyesal belum sempat ke Cottesloe beach yang kabarnya punya sunset cantik itu.

Kota Perth dan Darwin ini lebih dekat ke Denpasar daripada ke Sydney. Jadi maklum saja kalau orang-orang Perth atau Darwin lebih sering liburan ke Bali daripada ke kota-kota di pantai timur. Dari Darwin ke Sydney perlu waktu 4 jam 45 menit naik pesawat. Jangan dibayangkan berapa lama kalau jalan darat :p Dari Perth ke Sydney, lama penerbangannya 4 jam 5 menit. Saya dan precils pernah naik Qantas PER - SYD dengan tiket promo one way AUD 199. Kota 'terdekat' dari Perth adalah Adelaide, jaraknya 2793 km. Kalau satu hari cuma sanggup menyetir 5 jam, perjalanan Perth - Adelaide baru selesai dalam enam hari. Kami sendiri, hanya sanggup melakukan road trip dari Adelaide ke Melbourne via Kangaroo Island dengan total jarak tempuh 1500 km. Inipun kami tempuh selama sembilan hari :)

Sunset di dermaga Fremantle, Perth
Spectacular sunset at Mindil Beach, Darwin
Pantai Timur 
Banyak maskapai penerbangan yang menghubungkan kota-kota di Indonesia dengan kota-kota di pantai Timur Australia, baik secara langsung atau transit di KL atau Singapore. Garuda Indonesia mempunyai direct flight dari Jakarta atau Denpasar ke Sydney, Melbourne dan rute terbaru Brisbane. Dua budget airline asal Aussie, Jetstar dan Virgin Australia juga mempunyai penerbangan langsung dari Denpasar ke Sydney dan Melbourne. Virgin juga melayani rute DPS - BNE. Tapi hati-hati, meskipun memproklamirkan diri sebagai budget airline, tiket regular mereka kadang tidak lebih murah daripada Early Bird Garuda. Jadi, kalau tidak dapat tiket promo Jetstar atau Virgin, mending naik Garuda. Ingat ya, selalu cek harga toko maskapai sebelah :p

Tiket Early Bird Garuda untuk penerbangan empat bulan sebelumnya cukup murah untuk ukuran penerbangan reguler, termasuk makan dan bagasi. Ini catatan saya ketika menulis postingan ini (Juli 2013). Tiket Garuda Indonesia pp ke Brisbane dari Jakarta USD 694, dari Denpasar USD 573. Tiket ke Melbourne pp dari Jakarta USD 700, dari Denpasar USD 629. Tiket ke Sydney dari Jakarta USD 728, dari Denpasar USD 657. 

Bagaimana dengan Air Asia? Kalau bisa mendapatkan tiket promonya, memang lebih murah daripada Garuda. Air Asia mempunyai rute penerbangan dari kota-kota di Indonesia menuju Gold Coast, Sydney dan Melbourne, dengan transit di Kuala Lumpur. Ini harga tiket normal Air Asia untuk penerbangan pp dari Jakarta low season, ke Melbourne mulai Rp 4.100.000, ke Sydney mulai Rp 4.850.000, ke Gold Coast mulai Rp 5.000.000.

Saya punya banyak pengalaman memesankan tiket untuk ortu dan mertua yang ingin berkunjung ke Sydney. Januari tahun 2013 ini, mertua mendapat tiket SUB - SYD pp sekitar USD 600 per orang. Januari tahun 2012, mertua saya termasuk penumpang pesawat Air Asia pertama yang mendarat di Sydney, harga tiket pp SUB - SYD sekitar 5,5 juta rupiah per orang. September 2011 adalah rekor saya memesan tiket termurah, Surabaya - Gold Coast pp hanya Rp 3,5 juta per orang. Sayangnya, tarif segini sepertinya jarang terulang lagi.

Dari Brisbane ke Gold Coast, kita bisa naik kereta selama 1 jam. Dari Gold Coast ke Sydney, jaraknya sekitar 1000km, bisa ditempuh dengan road trip, seperti yang pernah kami lakukan, selama total 12 jam perjalanan. Saya dan precils juga pernah naik kereta dari Sydney ke Brisbane dan sebaliknya, selama 14 jam. Waktu itu saya mau menempuh 14 jam perjalanan itu karena ada promo tiket kereta untuk anak-anak hanya $1. Kalau dihitung-hitung, total biaya perjalanan lebih murah daripada tiket pesawat. Tapi kalau tidak ada promo, lebih baik saya keluarkan tambahan sedikit untuk membeli tiket pesawat Sydney - Brisbane dan cukup terbang satu setengah jam.

Jarak dari Sydney ke Melbourne juga sekitar 1000 km dan bisa ditempuh dengan mobil selama total 12 jam. Kalau memang tidak ingin mampir-mampir, lebih baik naik pesawat dengan lama penerbangan hanya 1 jam 20 menit. Tiket pesawat dari Melbourne ke Sydney dan sebaliknya cukup murah, pilihannya juga banyak. Untuk membandingkan harga tiket pesawat domestik Australia, gunakan website Webjet. Sebenarnya ada juga kereta dari Sydney ke Melbourne, dari perusahaan yang sama yang melayani rute Sydney - Brisbane. Cek tarif dan lama perjalanan kereta di website mereka: Countrylink.

Biasanya, yang liburan membawa anak kecil akan menyertakan Gold Coast dalam itinerary mereka. Nggak heran sih, karena Gold Coast dengan Theme Park-nya memang tempat bersenang-senang. Plus, garis pantai yang panjang dan suhu yang relatif hangat menjadikan kota ini destinasi idaman. 

Tapi, jangan tanya ke saya, mending pilih Sydney atau Melbourne? Jawabannya bakalan subyektif karena saya telanjur cinta sama kampung halaman asuh (adopted hometown) saya ini. Sydney punya harbour keren dan pantai-pantai cantik. Melbourne punya sungai Yarra dan lorong-lorong unik. Sydney punya feri, Melbourne punya trem. Sydney is beautiful, Melbourne is charming. Kalau ragu, mending kunjungi dua-duanya :)


Surfer Paradise, Gold Coast
Bathing boxes at Melbourne

Bagaimana dengan kota-kota lain yang belum saya sebutkan di atas? 
Canberra, ibukota Australia ini tidak mempunyai penerbangan langsung dari kota-kota di Indonesia. Sebaiknya destinasi ini digabung dengan kota Sydney, bisa dicapai 3 jam naik mobil/coach. Waktu terbaik mengunjungi Canberra adalah musim semi, ketika ada festival bunga Floriade. Selain itu, tujuan Canberra ini bisa digabung kalau ada yang ingin bermain salju di Snowy Mountain. Resort salju ini bisa dicapai 6 jam dengan mobil dari Sydney, atau 3 jam dari Canberra.

Kota Adelaide mempunyai penerbangan langsung dari Denpasar, dioperasikan oleh Virgin Australia. Biasanya keluarga Indonesia mengunjungi kota ini kalau ada teman atau saudara yang kebetulan tinggal atau kuliah di sana. Kami sempat singgah di kota yang sepi dan tenang ini ketika memulai road trip dengan campervan menuju Melbourne. Kami terbang dari Sydney ke Adelaide dengan Jetstar (2 jam 10 menit) dengan tiket seharga AUD 125 (dengan bagasi) one way. Adelaide juga menjadi kota transit untuk mengunjungi Kangaroo Island

Bagaimana dengan Tasmania? Saya menyebutnya sebagai destinasi istimewa. Pulau yang terpisah dari daratan Australia ini alamnya paling indah dibandingkan destinasi lain di Australia. Pulau ini juga paling cocok untuk road trip atau campervanning. Jalan-jalan ke Tasmania bisa digabung dengan destinasi Melbourne. Dari Melbourne, kita bisa naik pesawat ke Hobart (1 jam 15 menit, mulai AUD 40 one way) atau Launceston (1 jam 5 menit, mulai AUD 39 one way). Tiket pesawat ke dua kota ini lebih murah daripada tiket feri plus kabin dari Melbourne ke dermaga Devonport. Di Tasmania, kami sempat mengunjungi Pabrik Cadbury di Hobart, makan fish n chips terenak (versi the Emak) di warung apung dan trekking di Cradle Mountain National Park.


The Precils family at Cradle Mountain National Park
Sudah cukup jelas anak-anak? Hehe... Yuk, kerjakan PR, bikin rancangan itinerary dan budget sendiri :)

~ The Emak


Quick Links:
The Precils di Sydney
The Precils di Melbourne
The Precils di Canberra
The Precils di Brisbane
The Precils di Gold Coast
The Precils di Hobart
The Precils di Darwin
The Precils di Perth
The Precils di Adelaide


Tip Mengajukan Visa Aussie 
Aturan Custom Aussie
Mencari Pesawat Murah ke Aussie
Menyewa dan Menyetir Mobil di Aussie
Campervanning di Aussie

Suasana Sydney Opera House di malam hari
Jalan-jalan ke Australia enaknya ke mana ya? Kalimat tersebut sering di-google orang dan akhirnya mendarat di blog ini. Yang baru pertama kali wisata ke Australia biasanya juga bingung merancang itinerary, kota mana saja yang layak dikunjungi, apakah waktu dan budget cukup untuk destinasi tersebut. Saya juga sering ditanya sebaiknya naik moda transportasi apa dari kota satu ke kota lainnya. Apakah naik kereta lebih ekonomis daripada naik pesawat? Sering kali tidak. Apakah dari Perth ke Sydney bisa ditempuh dengan bis? Bisa, tapi lamaaaa banget :)

Yang perlu dicatat, Australia itu besar banget. Bahkan merupakan benua tersendiri. Seringkali, karena jatah liburan terbatas, kita harus pandai-pandai memilih destinasi. Biasanya destinasi akan tergantung anggaran dan lama liburan. Untuk memudahkan, saya akan membagi destinasi Australia menjadi kota-kota di pantai Timur dan kota-kota di pantai Barat. Budget penginapan, transportasi dalam kota, makanan dan atraksi di kota-kota ini kurang lebih sama, yang membedakan adalah harga tiket pesawatnya. Tujuan di pantai Barat seperti Darwin dan Perth bisa menghemat biaya pesawat daripada tujuan di pantai Timur: Brisbane, Gold Coast, Sydney dan Melbourne. Sebagai contoh, selisih harga tiket pesawat Garuda pp tujuan Perth dibandingkan tujuan Brisbane/Sydney/Melbourne bisa mencapai USD 75 - 150 per orang. Begitu juga tarif Air Asia, selisih tiket tujuan Darwin dan Sydney sampai sekitar Rp 1,5 juta.

Kota-kota di Australia
Pantai Barat
Darwin dan Perth relatif lebih dekat dari Indonesia daripada kota-kota di pantai Timur. Tapi dua kota ini, terutama Darwin, belum menjadi tujuan wisata yang populer di Australia.

Darwin bisa dicapai dalam 2 jam 45 menit dengan pesawat dari Denpasar. Dua maskapai yang melayani jalur ini adalah Air Asia dan Jetstar. Harga normal tiket DPS - DRW pp Air Asia mulai Rp 3.350.000, sementara Jetstar mulai Rp 3.200.000. Kalau bisa mendapatkan tiket di bawah harga tersebut, berarti cukup murah. Bulan Juni tahun 2012 kami terbang dengan Jetstar dari Darwin ke Denpasar dengan tiket seharga AUD 99, di bawah 1 juta rupiah.

Apa yang bisa dilihat di Darwin? Banyak. Pengalaman kami yang paling berkesan adalah mengunjungi Aquascene, memberi makan ratusan ekor ikan liar di tepi laut. Sorenya kami jalan-jalan di Mindil beach market sekaligus menyaksikan matahari terbenam. Sunset di pantai Mindil ini, sampai saat ini adalah sunset paling spektakuler yang pernah saya nikmati. Dari Darwin, kita juga bisa day trip ke Litchfield National Park yang punya banyak air terjun dan billabong bening untuk berenang. Bagi yang suka berpetualang (seperti kami), ajak anak-anak mengunjungi Kakadu National Park, 3 jam bermobil dari Darwin. Di sana, kami ikut Yellow Water cruise menyusuri sungai dan menyaksikan beragam margasatwa (termasuk buaya!) langsung di habitatnya. Rasanya seperti melakukan sendiri ekspedisi NatGeo :)

Perth, tujuan yang lebih populer bagi orang Indonesia, bisa dicapai 3,5 jam penerbangan dari Denpasar. Maskapai yang melayani rute ini adalah Garuda Indonesia, Air Asia, Jetstar dan Virgin Australia. Tarif Early Bird Garuda pp dari Jakarta ke Perth mulai USD 588, sementara dari DPS ke Perth mulai USD 503. Kalau ingin menghemat anggaran tiket pesawat, pilihlah budget airline. DPS - PER pp Air Asia mulai Rp 3.700.000, sementara Jetstar mulai Rp 3.350.000. Pengen lebih murah lagi? Berlanggananlah nawala (newsletter) dari masing-masing airline dan tunggu harga promo :)

Kami pernah naik Garuda dari Surabaya ke Perth via Denpasar. Harganya memang lebih mahal daripada naik budget airline, tapi waktu itu saya lebih mementingkan kenyamanan karena kami hanya pergi bertiga dengan Precils, tanpa Si Ayah.

Apa yang bisa dilihat di Perth? Banyak banget. Tapi karena waktu kami terbatas, kami cuma sempat mengunjungi pusat kota dan: 1) Kings Park, taman yang asyik banget untuk piknik dan bisa melihat kota Perth dari atas; 2) Fremantle, kota lawas dengan dermaga cantik; 3) Art Gallery, untuk melihat koleksi Picasso dan Warhol. Saya agak menyesal belum sempat ke Cottesloe beach yang kabarnya punya sunset cantik itu.

Kota Perth dan Darwin ini lebih dekat ke Denpasar daripada ke Sydney. Jadi maklum saja kalau orang-orang Perth atau Darwin lebih sering liburan ke Bali daripada ke kota-kota di pantai timur. Dari Darwin ke Sydney perlu waktu 4 jam 45 menit naik pesawat. Jangan dibayangkan berapa lama kalau jalan darat :p Dari Perth ke Sydney, lama penerbangannya 4 jam 5 menit. Saya dan precils pernah naik Qantas PER - SYD dengan tiket promo one way AUD 199. Kota 'terdekat' dari Perth adalah Adelaide, jaraknya 2793 km. Kalau satu hari cuma sanggup menyetir 5 jam, perjalanan Perth - Adelaide baru selesai dalam enam hari. Kami sendiri, hanya sanggup melakukan road trip dari Adelaide ke Melbourne via Kangaroo Island dengan total jarak tempuh 1500 km. Inipun kami tempuh selama sembilan hari :)

Sunset di dermaga Fremantle, Perth
Spectacular sunset at Mindil Beach, Darwin
Pantai Timur 
Banyak maskapai penerbangan yang menghubungkan kota-kota di Indonesia dengan kota-kota di pantai Timur Australia, baik secara langsung atau transit di KL atau Singapore. Garuda Indonesia mempunyai direct flight dari Jakarta atau Denpasar ke Sydney, Melbourne dan rute terbaru Brisbane. Dua budget airline asal Aussie, Jetstar dan Virgin Australia juga mempunyai penerbangan langsung dari Denpasar ke Sydney dan Melbourne. Virgin juga melayani rute DPS - BNE. Tapi hati-hati, meskipun memproklamirkan diri sebagai budget airline, tiket regular mereka kadang tidak lebih murah daripada Early Bird Garuda. Jadi, kalau tidak dapat tiket promo Jetstar atau Virgin, mending naik Garuda. Ingat ya, selalu cek harga toko maskapai sebelah :p

Tiket Early Bird Garuda untuk penerbangan empat bulan sebelumnya cukup murah untuk ukuran penerbangan reguler, termasuk makan dan bagasi. Ini catatan saya ketika menulis postingan ini (Juli 2013). Tiket Garuda Indonesia pp ke Brisbane dari Jakarta USD 694, dari Denpasar USD 573. Tiket ke Melbourne pp dari Jakarta USD 700, dari Denpasar USD 629. Tiket ke Sydney dari Jakarta USD 728, dari Denpasar USD 657. 

Bagaimana dengan Air Asia? Kalau bisa mendapatkan tiket promonya, memang lebih murah daripada Garuda. Air Asia mempunyai rute penerbangan dari kota-kota di Indonesia menuju Gold Coast, Sydney dan Melbourne, dengan transit di Kuala Lumpur. Ini harga tiket normal Air Asia untuk penerbangan pp dari Jakarta low season, ke Melbourne mulai Rp 4.100.000, ke Sydney mulai Rp 4.850.000, ke Gold Coast mulai Rp 5.000.000.

Saya punya banyak pengalaman memesankan tiket untuk ortu dan mertua yang ingin berkunjung ke Sydney. Januari tahun 2013 ini, mertua mendapat tiket SUB - SYD pp sekitar USD 600 per orang. Januari tahun 2012, mertua saya termasuk penumpang pesawat Air Asia pertama yang mendarat di Sydney, harga tiket pp SUB - SYD sekitar 5,5 juta rupiah per orang. September 2011 adalah rekor saya memesan tiket termurah, Surabaya - Gold Coast pp hanya Rp 3,5 juta per orang. Sayangnya, tarif segini sepertinya jarang terulang lagi.

Dari Brisbane ke Gold Coast, kita bisa naik kereta selama 1 jam. Dari Gold Coast ke Sydney, jaraknya sekitar 1000km, bisa ditempuh dengan road trip, seperti yang pernah kami lakukan, selama total 12 jam perjalanan. Saya dan precils juga pernah naik kereta dari Sydney ke Brisbane dan sebaliknya, selama 14 jam. Waktu itu saya mau menempuh 14 jam perjalanan itu karena ada promo tiket kereta untuk anak-anak hanya $1. Kalau dihitung-hitung, total biaya perjalanan lebih murah daripada tiket pesawat. Tapi kalau tidak ada promo, lebih baik saya keluarkan tambahan sedikit untuk membeli tiket pesawat Sydney - Brisbane dan cukup terbang satu setengah jam.

Jarak dari Sydney ke Melbourne juga sekitar 1000 km dan bisa ditempuh dengan mobil selama total 12 jam. Kalau memang tidak ingin mampir-mampir, lebih baik naik pesawat dengan lama penerbangan hanya 1 jam 20 menit. Tiket pesawat dari Melbourne ke Sydney dan sebaliknya cukup murah, pilihannya juga banyak. Untuk membandingkan harga tiket pesawat domestik Australia, gunakan website Webjet. Sebenarnya ada juga kereta dari Sydney ke Melbourne, dari perusahaan yang sama yang melayani rute Sydney - Brisbane. Cek tarif dan lama perjalanan kereta di website mereka: Countrylink.

Biasanya, yang liburan membawa anak kecil akan menyertakan Gold Coast dalam itinerary mereka. Nggak heran sih, karena Gold Coast dengan Theme Park-nya memang tempat bersenang-senang. Plus, garis pantai yang panjang dan suhu yang relatif hangat menjadikan kota ini destinasi idaman. 

Tapi, jangan tanya ke saya, mending pilih Sydney atau Melbourne? Jawabannya bakalan subyektif karena saya telanjur cinta sama kampung halaman asuh (adopted hometown) saya ini. Sydney punya harbour keren dan pantai-pantai cantik. Melbourne punya sungai Yarra dan lorong-lorong unik. Sydney punya feri, Melbourne punya trem. Sydney is beautiful, Melbourne is charming. Kalau ragu, mending kunjungi dua-duanya :)


Surfer Paradise, Gold Coast
Bathing boxes at Melbourne

Bagaimana dengan kota-kota lain yang belum saya sebutkan di atas? 
Canberra, ibukota Australia ini tidak mempunyai penerbangan langsung dari kota-kota di Indonesia. Sebaiknya destinasi ini digabung dengan kota Sydney, bisa dicapai 3 jam naik mobil/coach. Waktu terbaik mengunjungi Canberra adalah musim semi, ketika ada festival bunga Floriade. Selain itu, tujuan Canberra ini bisa digabung kalau ada yang ingin bermain salju di Snowy Mountain. Resort salju ini bisa dicapai 6 jam dengan mobil dari Sydney, atau 3 jam dari Canberra.

Kota Adelaide mempunyai penerbangan langsung dari Denpasar, dioperasikan oleh Virgin Australia. Biasanya keluarga Indonesia mengunjungi kota ini kalau ada teman atau saudara yang kebetulan tinggal atau kuliah di sana. Kami sempat singgah di kota yang sepi dan tenang ini ketika memulai road trip dengan campervan menuju Melbourne. Kami terbang dari Sydney ke Adelaide dengan Jetstar (2 jam 10 menit) dengan tiket seharga AUD 125 (dengan bagasi) one way. Adelaide juga menjadi kota transit untuk mengunjungi Kangaroo Island

Bagaimana dengan Tasmania? Saya menyebutnya sebagai destinasi istimewa. Pulau yang terpisah dari daratan Australia ini alamnya paling indah dibandingkan destinasi lain di Australia. Pulau ini juga paling cocok untuk road trip atau campervanning. Jalan-jalan ke Tasmania bisa digabung dengan destinasi Melbourne. Dari Melbourne, kita bisa naik pesawat ke Hobart (1 jam 15 menit, mulai AUD 40 one way) atau Launceston (1 jam 5 menit, mulai AUD 39 one way). Tiket pesawat ke dua kota ini lebih murah daripada tiket feri plus kabin dari Melbourne ke dermaga Devonport. Di Tasmania, kami sempat mengunjungi Pabrik Cadbury di Hobart, makan fish n chips terenak (versi the Emak) di warung apung dan trekking di Cradle Mountain National Park.


The Precils family at Cradle Mountain National Park
Sudah cukup jelas anak-anak? Hehe... Yuk, kerjakan PR, bikin rancangan itinerary dan budget sendiri :)

~ The Emak


Quick Links:
The Precils di Sydney
The Precils di Melbourne
The Precils di Canberra
The Precils di Brisbane
The Precils di Gold Coast
The Precils di Hobart
The Precils di Darwin
The Precils di Perth
The Precils di Adelaide


Tip Mengajukan Visa Aussie 
Aturan Custom Aussie
Mencari Pesawat Murah ke Aussie
Menyewa dan Menyetir Mobil di Aussie
Campervanning di Aussie

Suasana Sydney Opera House di malam hari
Jalan-jalan ke Australia enaknya ke mana ya? Kalimat tersebut sering di-google orang dan akhirnya mendarat di blog ini. Yang baru pertama kali wisata ke Australia biasanya juga bingung merancang itinerary, kota mana saja yang layak dikunjungi, apakah waktu dan budget cukup untuk destinasi tersebut. Saya juga sering ditanya sebaiknya naik moda transportasi apa dari kota satu ke kota lainnya. Apakah naik kereta lebih ekonomis daripada naik pesawat? Sering kali tidak. Apakah dari Perth ke Sydney bisa ditempuh dengan bis? Bisa, tapi lamaaaa banget :)

Yang perlu dicatat, Australia itu besar banget. Bahkan merupakan benua tersendiri. Seringkali, karena jatah liburan terbatas, kita harus pandai-pandai memilih destinasi. Biasanya destinasi akan tergantung anggaran dan lama liburan. Untuk memudahkan, saya akan membagi destinasi Australia menjadi kota-kota di pantai Timur dan kota-kota di pantai Barat. Budget penginapan, transportasi dalam kota, makanan dan atraksi di kota-kota ini kurang lebih sama, yang membedakan adalah harga tiket pesawatnya. Tujuan di pantai Barat seperti Darwin dan Perth bisa menghemat biaya pesawat daripada tujuan di pantai Timur: Brisbane, Gold Coast, Sydney dan Melbourne. Sebagai contoh, selisih harga tiket pesawat Garuda pp tujuan Perth dibandingkan tujuan Brisbane/Sydney/Melbourne bisa mencapai USD 75 - 150 per orang. Begitu juga tarif Air Asia, selisih tiket tujuan Darwin dan Sydney sampai sekitar Rp 1,5 juta.

Kota-kota di Australia
Pantai Barat
Darwin dan Perth relatif lebih dekat dari Indonesia daripada kota-kota di pantai Timur. Tapi dua kota ini, terutama Darwin, belum menjadi tujuan wisata yang populer di Australia.

Darwin bisa dicapai dalam 2 jam 45 menit dengan pesawat dari Denpasar. Dua maskapai yang melayani jalur ini adalah Air Asia dan Jetstar. Harga normal tiket DPS - DRW pp Air Asia mulai Rp 3.350.000, sementara Jetstar mulai Rp 3.200.000. Kalau bisa mendapatkan tiket di bawah harga tersebut, berarti cukup murah. Bulan Juni tahun 2012 kami terbang dengan Jetstar dari Darwin ke Denpasar dengan tiket seharga AUD 99, di bawah 1 juta rupiah.

Apa yang bisa dilihat di Darwin? Banyak. Pengalaman kami yang paling berkesan adalah mengunjungi Aquascene, memberi makan ratusan ekor ikan liar di tepi laut. Sorenya kami jalan-jalan di Mindil beach market sekaligus menyaksikan matahari terbenam. Sunset di pantai Mindil ini, sampai saat ini adalah sunset paling spektakuler yang pernah saya nikmati. Dari Darwin, kita juga bisa day trip ke Litchfield National Park yang punya banyak air terjun dan billabong bening untuk berenang. Bagi yang suka berpetualang (seperti kami), ajak anak-anak mengunjungi Kakadu National Park, 3 jam bermobil dari Darwin. Di sana, kami ikut Yellow Water cruise menyusuri sungai dan menyaksikan beragam margasatwa (termasuk buaya!) langsung di habitatnya. Rasanya seperti melakukan sendiri ekspedisi NatGeo :)

Perth, tujuan yang lebih populer bagi orang Indonesia, bisa dicapai 3,5 jam penerbangan dari Denpasar. Maskapai yang melayani rute ini adalah Garuda Indonesia, Air Asia, Jetstar dan Virgin Australia. Tarif Early Bird Garuda pp dari Jakarta ke Perth mulai USD 588, sementara dari DPS ke Perth mulai USD 503. Kalau ingin menghemat anggaran tiket pesawat, pilihlah budget airline. DPS - PER pp Air Asia mulai Rp 3.700.000, sementara Jetstar mulai Rp 3.350.000. Pengen lebih murah lagi? Berlanggananlah nawala (newsletter) dari masing-masing airline dan tunggu harga promo :)

Kami pernah naik Garuda dari Surabaya ke Perth via Denpasar. Harganya memang lebih mahal daripada naik budget airline, tapi waktu itu saya lebih mementingkan kenyamanan karena kami hanya pergi bertiga dengan Precils, tanpa Si Ayah.

Apa yang bisa dilihat di Perth? Banyak banget. Tapi karena waktu kami terbatas, kami cuma sempat mengunjungi pusat kota dan: 1) Kings Park, taman yang asyik banget untuk piknik dan bisa melihat kota Perth dari atas; 2) Fremantle, kota lawas dengan dermaga cantik; 3) Art Gallery, untuk melihat koleksi Picasso dan Warhol. Saya agak menyesal belum sempat ke Cottesloe beach yang kabarnya punya sunset cantik itu.

Kota Perth dan Darwin ini lebih dekat ke Denpasar daripada ke Sydney. Jadi maklum saja kalau orang-orang Perth atau Darwin lebih sering liburan ke Bali daripada ke kota-kota di pantai timur. Dari Darwin ke Sydney perlu waktu 4 jam 45 menit naik pesawat. Jangan dibayangkan berapa lama kalau jalan darat :p Dari Perth ke Sydney, lama penerbangannya 4 jam 5 menit. Saya dan precils pernah naik Qantas PER - SYD dengan tiket promo one way AUD 199. Kota 'terdekat' dari Perth adalah Adelaide, jaraknya 2793 km. Kalau satu hari cuma sanggup menyetir 5 jam, perjalanan Perth - Adelaide baru selesai dalam enam hari. Kami sendiri, hanya sanggup melakukan road trip dari Adelaide ke Melbourne via Kangaroo Island dengan total jarak tempuh 1500 km. Inipun kami tempuh selama sembilan hari :)

Sunset di dermaga Fremantle, Perth
Spectacular sunset at Mindil Beach, Darwin
Pantai Timur 
Banyak maskapai penerbangan yang menghubungkan kota-kota di Indonesia dengan kota-kota di pantai Timur Australia, baik secara langsung atau transit di KL atau Singapore. Garuda Indonesia mempunyai direct flight dari Jakarta atau Denpasar ke Sydney, Melbourne dan rute terbaru Brisbane. Dua budget airline asal Aussie, Jetstar dan Virgin Australia juga mempunyai penerbangan langsung dari Denpasar ke Sydney dan Melbourne. Virgin juga melayani rute DPS - BNE. Tapi hati-hati, meskipun memproklamirkan diri sebagai budget airline, tiket regular mereka kadang tidak lebih murah daripada Early Bird Garuda. Jadi, kalau tidak dapat tiket promo Jetstar atau Virgin, mending naik Garuda. Ingat ya, selalu cek harga toko maskapai sebelah :p

Tiket Early Bird Garuda untuk penerbangan empat bulan sebelumnya cukup murah untuk ukuran penerbangan reguler, termasuk makan dan bagasi. Ini catatan saya ketika menulis postingan ini (Juli 2013). Tiket Garuda Indonesia pp ke Brisbane dari Jakarta USD 694, dari Denpasar USD 573. Tiket ke Melbourne pp dari Jakarta USD 700, dari Denpasar USD 629. Tiket ke Sydney dari Jakarta USD 728, dari Denpasar USD 657. 

Bagaimana dengan Air Asia? Kalau bisa mendapatkan tiket promonya, memang lebih murah daripada Garuda. Air Asia mempunyai rute penerbangan dari kota-kota di Indonesia menuju Gold Coast, Sydney dan Melbourne, dengan transit di Kuala Lumpur. Ini harga tiket normal Air Asia untuk penerbangan pp dari Jakarta low season, ke Melbourne mulai Rp 4.100.000, ke Sydney mulai Rp 4.850.000, ke Gold Coast mulai Rp 5.000.000.

Saya punya banyak pengalaman memesankan tiket untuk ortu dan mertua yang ingin berkunjung ke Sydney. Januari tahun 2013 ini, mertua mendapat tiket SUB - SYD pp sekitar USD 600 per orang. Januari tahun 2012, mertua saya termasuk penumpang pesawat Air Asia pertama yang mendarat di Sydney, harga tiket pp SUB - SYD sekitar 5,5 juta rupiah per orang. September 2011 adalah rekor saya memesan tiket termurah, Surabaya - Gold Coast pp hanya Rp 3,5 juta per orang. Sayangnya, tarif segini sepertinya jarang terulang lagi.

Dari Brisbane ke Gold Coast, kita bisa naik kereta selama 1 jam. Dari Gold Coast ke Sydney, jaraknya sekitar 1000km, bisa ditempuh dengan road trip, seperti yang pernah kami lakukan, selama total 12 jam perjalanan. Saya dan precils juga pernah naik kereta dari Sydney ke Brisbane dan sebaliknya, selama 14 jam. Waktu itu saya mau menempuh 14 jam perjalanan itu karena ada promo tiket kereta untuk anak-anak hanya $1. Kalau dihitung-hitung, total biaya perjalanan lebih murah daripada tiket pesawat. Tapi kalau tidak ada promo, lebih baik saya keluarkan tambahan sedikit untuk membeli tiket pesawat Sydney - Brisbane dan cukup terbang satu setengah jam.

Jarak dari Sydney ke Melbourne juga sekitar 1000 km dan bisa ditempuh dengan mobil selama total 12 jam. Kalau memang tidak ingin mampir-mampir, lebih baik naik pesawat dengan lama penerbangan hanya 1 jam 20 menit. Tiket pesawat dari Melbourne ke Sydney dan sebaliknya cukup murah, pilihannya juga banyak. Untuk membandingkan harga tiket pesawat domestik Australia, gunakan website Webjet. Sebenarnya ada juga kereta dari Sydney ke Melbourne, dari perusahaan yang sama yang melayani rute Sydney - Brisbane. Cek tarif dan lama perjalanan kereta di website mereka: Countrylink.

Biasanya, yang liburan membawa anak kecil akan menyertakan Gold Coast dalam itinerary mereka. Nggak heran sih, karena Gold Coast dengan Theme Park-nya memang tempat bersenang-senang. Plus, garis pantai yang panjang dan suhu yang relatif hangat menjadikan kota ini destinasi idaman. 

Tapi, jangan tanya ke saya, mending pilih Sydney atau Melbourne? Jawabannya bakalan subyektif karena saya telanjur cinta sama kampung halaman asuh (adopted hometown) saya ini. Sydney punya harbour keren dan pantai-pantai cantik. Melbourne punya sungai Yarra dan lorong-lorong unik. Sydney punya feri, Melbourne punya trem. Sydney is beautiful, Melbourne is charming. Kalau ragu, mending kunjungi dua-duanya :)


Surfer Paradise, Gold Coast
Bathing boxes at Melbourne

Bagaimana dengan kota-kota lain yang belum saya sebutkan di atas? 
Canberra, ibukota Australia ini tidak mempunyai penerbangan langsung dari kota-kota di Indonesia. Sebaiknya destinasi ini digabung dengan kota Sydney, bisa dicapai 3 jam naik mobil/coach. Waktu terbaik mengunjungi Canberra adalah musim semi, ketika ada festival bunga Floriade. Selain itu, tujuan Canberra ini bisa digabung kalau ada yang ingin bermain salju di Snowy Mountain. Resort salju ini bisa dicapai 6 jam dengan mobil dari Sydney, atau 3 jam dari Canberra.

Kota Adelaide mempunyai penerbangan langsung dari Denpasar, dioperasikan oleh Virgin Australia. Biasanya keluarga Indonesia mengunjungi kota ini kalau ada teman atau saudara yang kebetulan tinggal atau kuliah di sana. Kami sempat singgah di kota yang sepi dan tenang ini ketika memulai road trip dengan campervan menuju Melbourne. Kami terbang dari Sydney ke Adelaide dengan Jetstar (2 jam 10 menit) dengan tiket seharga AUD 125 (dengan bagasi) one way. Adelaide juga menjadi kota transit untuk mengunjungi Kangaroo Island

Bagaimana dengan Tasmania? Saya menyebutnya sebagai destinasi istimewa. Pulau yang terpisah dari daratan Australia ini alamnya paling indah dibandingkan destinasi lain di Australia. Pulau ini juga paling cocok untuk road trip atau campervanning. Jalan-jalan ke Tasmania bisa digabung dengan destinasi Melbourne. Dari Melbourne, kita bisa naik pesawat ke Hobart (1 jam 15 menit, mulai AUD 40 one way) atau Launceston (1 jam 5 menit, mulai AUD 39 one way). Tiket pesawat ke dua kota ini lebih murah daripada tiket feri plus kabin dari Melbourne ke dermaga Devonport. Di Tasmania, kami sempat mengunjungi Pabrik Cadbury di Hobart, makan fish n chips terenak (versi the Emak) di warung apung dan trekking di Cradle Mountain National Park.


The Precils family at Cradle Mountain National Park
Sudah cukup jelas anak-anak? Hehe... Yuk, kerjakan PR, bikin rancangan itinerary dan budget sendiri :)

~ The Emak


Quick Links:
The Precils di Sydney
The Precils di Melbourne
The Precils di Canberra
The Precils di Brisbane
The Precils di Gold Coast
The Precils di Hobart
The Precils di Darwin
The Precils di Perth
The Precils di Adelaide


Tip Mengajukan Visa Aussie 
Aturan Custom Aussie
Mencari Pesawat Murah ke Aussie
Menyewa dan Menyetir Mobil di Aussie
Campervanning di Aussie

Suasana Sydney Opera House di malam hari
Jalan-jalan ke Australia enaknya ke mana ya? Kalimat tersebut sering di-google orang dan akhirnya mendarat di blog ini. Yang baru pertama kali wisata ke Australia biasanya juga bingung merancang itinerary, kota mana saja yang layak dikunjungi, apakah waktu dan budget cukup untuk destinasi tersebut. Saya juga sering ditanya sebaiknya naik moda transportasi apa dari kota satu ke kota lainnya. Apakah naik kereta lebih ekonomis daripada naik pesawat? Sering kali tidak. Apakah dari Perth ke Sydney bisa ditempuh dengan bis? Bisa, tapi lamaaaa banget :)

Yang perlu dicatat, Australia itu besar banget. Bahkan merupakan benua tersendiri. Seringkali, karena jatah liburan terbatas, kita harus pandai-pandai memilih destinasi. Biasanya destinasi akan tergantung anggaran dan lama liburan. Untuk memudahkan, saya akan membagi destinasi Australia menjadi kota-kota di pantai Timur dan kota-kota di pantai Barat. Budget penginapan, transportasi dalam kota, makanan dan atraksi di kota-kota ini kurang lebih sama, yang membedakan adalah harga tiket pesawatnya. Tujuan di pantai Barat seperti Darwin dan Perth bisa menghemat biaya pesawat daripada tujuan di pantai Timur: Brisbane, Gold Coast, Sydney dan Melbourne. Sebagai contoh, selisih harga tiket pesawat Garuda pp tujuan Perth dibandingkan tujuan Brisbane/Sydney/Melbourne bisa mencapai USD 75 - 150 per orang. Begitu juga tarif Air Asia, selisih tiket tujuan Darwin dan Sydney sampai sekitar Rp 1,5 juta.

Kota-kota di Australia
Pantai Barat
Darwin dan Perth relatif lebih dekat dari Indonesia daripada kota-kota di pantai Timur. Tapi dua kota ini, terutama Darwin, belum menjadi tujuan wisata yang populer di Australia.

Darwin bisa dicapai dalam 2 jam 45 menit dengan pesawat dari Denpasar. Dua maskapai yang melayani jalur ini adalah Air Asia dan Jetstar. Harga normal tiket DPS - DRW pp Air Asia mulai Rp 3.350.000, sementara Jetstar mulai Rp 3.200.000. Kalau bisa mendapatkan tiket di bawah harga tersebut, berarti cukup murah. Bulan Juni tahun 2012 kami terbang dengan Jetstar dari Darwin ke Denpasar dengan tiket seharga AUD 99, di bawah 1 juta rupiah.

Apa yang bisa dilihat di Darwin? Banyak. Pengalaman kami yang paling berkesan adalah mengunjungi Aquascene, memberi makan ratusan ekor ikan liar di tepi laut. Sorenya kami jalan-jalan di Mindil beach market sekaligus menyaksikan matahari terbenam. Sunset di pantai Mindil ini, sampai saat ini adalah sunset paling spektakuler yang pernah saya nikmati. Dari Darwin, kita juga bisa day trip ke Litchfield National Park yang punya banyak air terjun dan billabong bening untuk berenang. Bagi yang suka berpetualang (seperti kami), ajak anak-anak mengunjungi Kakadu National Park, 3 jam bermobil dari Darwin. Di sana, kami ikut Yellow Water cruise menyusuri sungai dan menyaksikan beragam margasatwa (termasuk buaya!) langsung di habitatnya. Rasanya seperti melakukan sendiri ekspedisi NatGeo :)

Perth, tujuan yang lebih populer bagi orang Indonesia, bisa dicapai 3,5 jam penerbangan dari Denpasar. Maskapai yang melayani rute ini adalah Garuda Indonesia, Air Asia, Jetstar dan Virgin Australia. Tarif Early Bird Garuda pp dari Jakarta ke Perth mulai USD 588, sementara dari DPS ke Perth mulai USD 503. Kalau ingin menghemat anggaran tiket pesawat, pilihlah budget airline. DPS - PER pp Air Asia mulai Rp 3.700.000, sementara Jetstar mulai Rp 3.350.000. Pengen lebih murah lagi? Berlanggananlah nawala (newsletter) dari masing-masing airline dan tunggu harga promo :)

Kami pernah naik Garuda dari Surabaya ke Perth via Denpasar. Harganya memang lebih mahal daripada naik budget airline, tapi waktu itu saya lebih mementingkan kenyamanan karena kami hanya pergi bertiga dengan Precils, tanpa Si Ayah.

Apa yang bisa dilihat di Perth? Banyak banget. Tapi karena waktu kami terbatas, kami cuma sempat mengunjungi pusat kota dan: 1) Kings Park, taman yang asyik banget untuk piknik dan bisa melihat kota Perth dari atas; 2) Fremantle, kota lawas dengan dermaga cantik; 3) Art Gallery, untuk melihat koleksi Picasso dan Warhol. Saya agak menyesal belum sempat ke Cottesloe beach yang kabarnya punya sunset cantik itu.

Kota Perth dan Darwin ini lebih dekat ke Denpasar daripada ke Sydney. Jadi maklum saja kalau orang-orang Perth atau Darwin lebih sering liburan ke Bali daripada ke kota-kota di pantai timur. Dari Darwin ke Sydney perlu waktu 4 jam 45 menit naik pesawat. Jangan dibayangkan berapa lama kalau jalan darat :p Dari Perth ke Sydney, lama penerbangannya 4 jam 5 menit. Saya dan precils pernah naik Qantas PER - SYD dengan tiket promo one way AUD 199. Kota 'terdekat' dari Perth adalah Adelaide, jaraknya 2793 km. Kalau satu hari cuma sanggup menyetir 5 jam, perjalanan Perth - Adelaide baru selesai dalam enam hari. Kami sendiri, hanya sanggup melakukan road trip dari Adelaide ke Melbourne via Kangaroo Island dengan total jarak tempuh 1500 km. Inipun kami tempuh selama sembilan hari :)

Sunset di dermaga Fremantle, Perth
Spectacular sunset at Mindil Beach, Darwin
Pantai Timur 
Banyak maskapai penerbangan yang menghubungkan kota-kota di Indonesia dengan kota-kota di pantai Timur Australia, baik secara langsung atau transit di KL atau Singapore. Garuda Indonesia mempunyai direct flight dari Jakarta atau Denpasar ke Sydney, Melbourne dan rute terbaru Brisbane. Dua budget airline asal Aussie, Jetstar dan Virgin Australia juga mempunyai penerbangan langsung dari Denpasar ke Sydney dan Melbourne. Virgin juga melayani rute DPS - BNE. Tapi hati-hati, meskipun memproklamirkan diri sebagai budget airline, tiket regular mereka kadang tidak lebih murah daripada Early Bird Garuda. Jadi, kalau tidak dapat tiket promo Jetstar atau Virgin, mending naik Garuda. Ingat ya, selalu cek harga toko maskapai sebelah :p

Tiket Early Bird Garuda untuk penerbangan empat bulan sebelumnya cukup murah untuk ukuran penerbangan reguler, termasuk makan dan bagasi. Ini catatan saya ketika menulis postingan ini (Juli 2013). Tiket Garuda Indonesia pp ke Brisbane dari Jakarta USD 694, dari Denpasar USD 573. Tiket ke Melbourne pp dari Jakarta USD 700, dari Denpasar USD 629. Tiket ke Sydney dari Jakarta USD 728, dari Denpasar USD 657. 

Bagaimana dengan Air Asia? Kalau bisa mendapatkan tiket promonya, memang lebih murah daripada Garuda. Air Asia mempunyai rute penerbangan dari kota-kota di Indonesia menuju Gold Coast, Sydney dan Melbourne, dengan transit di Kuala Lumpur. Ini harga tiket normal Air Asia untuk penerbangan pp dari Jakarta low season, ke Melbourne mulai Rp 4.100.000, ke Sydney mulai Rp 4.850.000, ke Gold Coast mulai Rp 5.000.000.

Saya punya banyak pengalaman memesankan tiket untuk ortu dan mertua yang ingin berkunjung ke Sydney. Januari tahun 2013 ini, mertua mendapat tiket SUB - SYD pp sekitar USD 600 per orang. Januari tahun 2012, mertua saya termasuk penumpang pesawat Air Asia pertama yang mendarat di Sydney, harga tiket pp SUB - SYD sekitar 5,5 juta rupiah per orang. September 2011 adalah rekor saya memesan tiket termurah, Surabaya - Gold Coast pp hanya Rp 3,5 juta per orang. Sayangnya, tarif segini sepertinya jarang terulang lagi.

Dari Brisbane ke Gold Coast, kita bisa naik kereta selama 1 jam. Dari Gold Coast ke Sydney, jaraknya sekitar 1000km, bisa ditempuh dengan road trip, seperti yang pernah kami lakukan, selama total 12 jam perjalanan. Saya dan precils juga pernah naik kereta dari Sydney ke Brisbane dan sebaliknya, selama 14 jam. Waktu itu saya mau menempuh 14 jam perjalanan itu karena ada promo tiket kereta untuk anak-anak hanya $1. Kalau dihitung-hitung, total biaya perjalanan lebih murah daripada tiket pesawat. Tapi kalau tidak ada promo, lebih baik saya keluarkan tambahan sedikit untuk membeli tiket pesawat Sydney - Brisbane dan cukup terbang satu setengah jam.

Jarak dari Sydney ke Melbourne juga sekitar 1000 km dan bisa ditempuh dengan mobil selama total 12 jam. Kalau memang tidak ingin mampir-mampir, lebih baik naik pesawat dengan lama penerbangan hanya 1 jam 20 menit. Tiket pesawat dari Melbourne ke Sydney dan sebaliknya cukup murah, pilihannya juga banyak. Untuk membandingkan harga tiket pesawat domestik Australia, gunakan website Webjet. Sebenarnya ada juga kereta dari Sydney ke Melbourne, dari perusahaan yang sama yang melayani rute Sydney - Brisbane. Cek tarif dan lama perjalanan kereta di website mereka: Countrylink.

Biasanya, yang liburan membawa anak kecil akan menyertakan Gold Coast dalam itinerary mereka. Nggak heran sih, karena Gold Coast dengan Theme Park-nya memang tempat bersenang-senang. Plus, garis pantai yang panjang dan suhu yang relatif hangat menjadikan kota ini destinasi idaman. 

Tapi, jangan tanya ke saya, mending pilih Sydney atau Melbourne? Jawabannya bakalan subyektif karena saya telanjur cinta sama kampung halaman asuh (adopted hometown) saya ini. Sydney punya harbour keren dan pantai-pantai cantik. Melbourne punya sungai Yarra dan lorong-lorong unik. Sydney punya feri, Melbourne punya trem. Sydney is beautiful, Melbourne is charming. Kalau ragu, mending kunjungi dua-duanya :)


Surfer Paradise, Gold Coast
Bathing boxes at Melbourne

Bagaimana dengan kota-kota lain yang belum saya sebutkan di atas? 
Canberra, ibukota Australia ini tidak mempunyai penerbangan langsung dari kota-kota di Indonesia. Sebaiknya destinasi ini digabung dengan kota Sydney, bisa dicapai 3 jam naik mobil/coach. Waktu terbaik mengunjungi Canberra adalah musim semi, ketika ada festival bunga Floriade. Selain itu, tujuan Canberra ini bisa digabung kalau ada yang ingin bermain salju di Snowy Mountain. Resort salju ini bisa dicapai 6 jam dengan mobil dari Sydney, atau 3 jam dari Canberra.

Kota Adelaide mempunyai penerbangan langsung dari Denpasar, dioperasikan oleh Virgin Australia. Biasanya keluarga Indonesia mengunjungi kota ini kalau ada teman atau saudara yang kebetulan tinggal atau kuliah di sana. Kami sempat singgah di kota yang sepi dan tenang ini ketika memulai road trip dengan campervan menuju Melbourne. Kami terbang dari Sydney ke Adelaide dengan Jetstar (2 jam 10 menit) dengan tiket seharga AUD 125 (dengan bagasi) one way. Adelaide juga menjadi kota transit untuk mengunjungi Kangaroo Island

Bagaimana dengan Tasmania? Saya menyebutnya sebagai destinasi istimewa. Pulau yang terpisah dari daratan Australia ini alamnya paling indah dibandingkan destinasi lain di Australia. Pulau ini juga paling cocok untuk road trip atau campervanning. Jalan-jalan ke Tasmania bisa digabung dengan destinasi Melbourne. Dari Melbourne, kita bisa naik pesawat ke Hobart (1 jam 15 menit, mulai AUD 40 one way) atau Launceston (1 jam 5 menit, mulai AUD 39 one way). Tiket pesawat ke dua kota ini lebih murah daripada tiket feri plus kabin dari Melbourne ke dermaga Devonport. Di Tasmania, kami sempat mengunjungi Pabrik Cadbury di Hobart, makan fish n chips terenak (versi the Emak) di warung apung dan trekking di Cradle Mountain National Park.


The Precils family at Cradle Mountain National Park
Sudah cukup jelas anak-anak? Hehe... Yuk, kerjakan PR, bikin rancangan itinerary dan budget sendiri :)

~ The Emak


Quick Links:
The Precils di Sydney
The Precils di Melbourne
The Precils di Canberra
The Precils di Brisbane
The Precils di Gold Coast
The Precils di Hobart
The Precils di Darwin
The Precils di Perth
The Precils di Adelaide


Tip Mengajukan Visa Aussie 
Aturan Custom Aussie
Mencari Pesawat Murah ke Aussie
Menyewa dan Menyetir Mobil di Aussie
Campervanning di Aussie

Suasana Sydney Opera House di malam hari
Jalan-jalan ke Australia enaknya ke mana ya? Kalimat tersebut sering di-google orang dan akhirnya mendarat di blog ini. Yang baru pertama kali wisata ke Australia biasanya juga bingung merancang itinerary, kota mana saja yang layak dikunjungi, apakah waktu dan budget cukup untuk destinasi tersebut. Saya juga sering ditanya sebaiknya naik moda transportasi apa dari kota satu ke kota lainnya. Apakah naik kereta lebih ekonomis daripada naik pesawat? Sering kali tidak. Apakah dari Perth ke Sydney bisa ditempuh dengan bis? Bisa, tapi lamaaaa banget :)

Yang perlu dicatat, Australia itu besar banget. Bahkan merupakan benua tersendiri. Seringkali, karena jatah liburan terbatas, kita harus pandai-pandai memilih destinasi. Biasanya destinasi akan tergantung anggaran dan lama liburan. Untuk memudahkan, saya akan membagi destinasi Australia menjadi kota-kota di pantai Timur dan kota-kota di pantai Barat. Budget penginapan, transportasi dalam kota, makanan dan atraksi di kota-kota ini kurang lebih sama, yang membedakan adalah harga tiket pesawatnya. Tujuan di pantai Barat seperti Darwin dan Perth bisa menghemat biaya pesawat daripada tujuan di pantai Timur: Brisbane, Gold Coast, Sydney dan Melbourne. Sebagai contoh, selisih harga tiket pesawat Garuda pp tujuan Perth dibandingkan tujuan Brisbane/Sydney/Melbourne bisa mencapai USD 75 - 150 per orang. Begitu juga tarif Air Asia, selisih tiket tujuan Darwin dan Sydney sampai sekitar Rp 1,5 juta.

Kota-kota di Australia
Pantai Barat
Darwin dan Perth relatif lebih dekat dari Indonesia daripada kota-kota di pantai Timur. Tapi dua kota ini, terutama Darwin, belum menjadi tujuan wisata yang populer di Australia.

Darwin bisa dicapai dalam 2 jam 45 menit dengan pesawat dari Denpasar. Dua maskapai yang melayani jalur ini adalah Air Asia dan Jetstar. Harga normal tiket DPS - DRW pp Air Asia mulai Rp 3.350.000, sementara Jetstar mulai Rp 3.200.000. Kalau bisa mendapatkan tiket di bawah harga tersebut, berarti cukup murah. Bulan Juni tahun 2012 kami terbang dengan Jetstar dari Darwin ke Denpasar dengan tiket seharga AUD 99, di bawah 1 juta rupiah.

Apa yang bisa dilihat di Darwin? Banyak. Pengalaman kami yang paling berkesan adalah mengunjungi Aquascene, memberi makan ratusan ekor ikan liar di tepi laut. Sorenya kami jalan-jalan di Mindil beach market sekaligus menyaksikan matahari terbenam. Sunset di pantai Mindil ini, sampai saat ini adalah sunset paling spektakuler yang pernah saya nikmati. Dari Darwin, kita juga bisa day trip ke Litchfield National Park yang punya banyak air terjun dan billabong bening untuk berenang. Bagi yang suka berpetualang (seperti kami), ajak anak-anak mengunjungi Kakadu National Park, 3 jam bermobil dari Darwin. Di sana, kami ikut Yellow Water cruise menyusuri sungai dan menyaksikan beragam margasatwa (termasuk buaya!) langsung di habitatnya. Rasanya seperti melakukan sendiri ekspedisi NatGeo :)

Perth, tujuan yang lebih populer bagi orang Indonesia, bisa dicapai 3,5 jam penerbangan dari Denpasar. Maskapai yang melayani rute ini adalah Garuda Indonesia, Air Asia, Jetstar dan Virgin Australia. Tarif Early Bird Garuda pp dari Jakarta ke Perth mulai USD 588, sementara dari DPS ke Perth mulai USD 503. Kalau ingin menghemat anggaran tiket pesawat, pilihlah budget airline. DPS - PER pp Air Asia mulai Rp 3.700.000, sementara Jetstar mulai Rp 3.350.000. Pengen lebih murah lagi? Berlanggananlah nawala (newsletter) dari masing-masing airline dan tunggu harga promo :)

Kami pernah naik Garuda dari Surabaya ke Perth via Denpasar. Harganya memang lebih mahal daripada naik budget airline, tapi waktu itu saya lebih mementingkan kenyamanan karena kami hanya pergi bertiga dengan Precils, tanpa Si Ayah.

Apa yang bisa dilihat di Perth? Banyak banget. Tapi karena waktu kami terbatas, kami cuma sempat mengunjungi pusat kota dan: 1) Kings Park, taman yang asyik banget untuk piknik dan bisa melihat kota Perth dari atas; 2) Fremantle, kota lawas dengan dermaga cantik; 3) Art Gallery, untuk melihat koleksi Picasso dan Warhol. Saya agak menyesal belum sempat ke Cottesloe beach yang kabarnya punya sunset cantik itu.

Kota Perth dan Darwin ini lebih dekat ke Denpasar daripada ke Sydney. Jadi maklum saja kalau orang-orang Perth atau Darwin lebih sering liburan ke Bali daripada ke kota-kota di pantai timur. Dari Darwin ke Sydney perlu waktu 4 jam 45 menit naik pesawat. Jangan dibayangkan berapa lama kalau jalan darat :p Dari Perth ke Sydney, lama penerbangannya 4 jam 5 menit. Saya dan precils pernah naik Qantas PER - SYD dengan tiket promo one way AUD 199. Kota 'terdekat' dari Perth adalah Adelaide, jaraknya 2793 km. Kalau satu hari cuma sanggup menyetir 5 jam, perjalanan Perth - Adelaide baru selesai dalam enam hari. Kami sendiri, hanya sanggup melakukan road trip dari Adelaide ke Melbourne via Kangaroo Island dengan total jarak tempuh 1500 km. Inipun kami tempuh selama sembilan hari :)

Sunset di dermaga Fremantle, Perth
Spectacular sunset at Mindil Beach, Darwin
Pantai Timur 
Banyak maskapai penerbangan yang menghubungkan kota-kota di Indonesia dengan kota-kota di pantai Timur Australia, baik secara langsung atau transit di KL atau Singapore. Garuda Indonesia mempunyai direct flight dari Jakarta atau Denpasar ke Sydney, Melbourne dan rute terbaru Brisbane. Dua budget airline asal Aussie, Jetstar dan Virgin Australia juga mempunyai penerbangan langsung dari Denpasar ke Sydney dan Melbourne. Virgin juga melayani rute DPS - BNE. Tapi hati-hati, meskipun memproklamirkan diri sebagai budget airline, tiket regular mereka kadang tidak lebih murah daripada Early Bird Garuda. Jadi, kalau tidak dapat tiket promo Jetstar atau Virgin, mending naik Garuda. Ingat ya, selalu cek harga toko maskapai sebelah :p

Tiket Early Bird Garuda untuk penerbangan empat bulan sebelumnya cukup murah untuk ukuran penerbangan reguler, termasuk makan dan bagasi. Ini catatan saya ketika menulis postingan ini (Juli 2013). Tiket Garuda Indonesia pp ke Brisbane dari Jakarta USD 694, dari Denpasar USD 573. Tiket ke Melbourne pp dari Jakarta USD 700, dari Denpasar USD 629. Tiket ke Sydney dari Jakarta USD 728, dari Denpasar USD 657. 

Bagaimana dengan Air Asia? Kalau bisa mendapatkan tiket promonya, memang lebih murah daripada Garuda. Air Asia mempunyai rute penerbangan dari kota-kota di Indonesia menuju Gold Coast, Sydney dan Melbourne, dengan transit di Kuala Lumpur. Ini harga tiket normal Air Asia untuk penerbangan pp dari Jakarta low season, ke Melbourne mulai Rp 4.100.000, ke Sydney mulai Rp 4.850.000, ke Gold Coast mulai Rp 5.000.000.

Saya punya banyak pengalaman memesankan tiket untuk ortu dan mertua yang ingin berkunjung ke Sydney. Januari tahun 2013 ini, mertua mendapat tiket SUB - SYD pp sekitar USD 600 per orang. Januari tahun 2012, mertua saya termasuk penumpang pesawat Air Asia pertama yang mendarat di Sydney, harga tiket pp SUB - SYD sekitar 5,5 juta rupiah per orang. September 2011 adalah rekor saya memesan tiket termurah, Surabaya - Gold Coast pp hanya Rp 3,5 juta per orang. Sayangnya, tarif segini sepertinya jarang terulang lagi.

Dari Brisbane ke Gold Coast, kita bisa naik kereta selama 1 jam. Dari Gold Coast ke Sydney, jaraknya sekitar 1000km, bisa ditempuh dengan road trip, seperti yang pernah kami lakukan, selama total 12 jam perjalanan. Saya dan precils juga pernah naik kereta dari Sydney ke Brisbane dan sebaliknya, selama 14 jam. Waktu itu saya mau menempuh 14 jam perjalanan itu karena ada promo tiket kereta untuk anak-anak hanya $1. Kalau dihitung-hitung, total biaya perjalanan lebih murah daripada tiket pesawat. Tapi kalau tidak ada promo, lebih baik saya keluarkan tambahan sedikit untuk membeli tiket pesawat Sydney - Brisbane dan cukup terbang satu setengah jam.

Jarak dari Sydney ke Melbourne juga sekitar 1000 km dan bisa ditempuh dengan mobil selama total 12 jam. Kalau memang tidak ingin mampir-mampir, lebih baik naik pesawat dengan lama penerbangan hanya 1 jam 20 menit. Tiket pesawat dari Melbourne ke Sydney dan sebaliknya cukup murah, pilihannya juga banyak. Untuk membandingkan harga tiket pesawat domestik Australia, gunakan website Webjet. Sebenarnya ada juga kereta dari Sydney ke Melbourne, dari perusahaan yang sama yang melayani rute Sydney - Brisbane. Cek tarif dan lama perjalanan kereta di website mereka: Countrylink.

Biasanya, yang liburan membawa anak kecil akan menyertakan Gold Coast dalam itinerary mereka. Nggak heran sih, karena Gold Coast dengan Theme Park-nya memang tempat bersenang-senang. Plus, garis pantai yang panjang dan suhu yang relatif hangat menjadikan kota ini destinasi idaman. 

Tapi, jangan tanya ke saya, mending pilih Sydney atau Melbourne? Jawabannya bakalan subyektif karena saya telanjur cinta sama kampung halaman asuh (adopted hometown) saya ini. Sydney punya harbour keren dan pantai-pantai cantik. Melbourne punya sungai Yarra dan lorong-lorong unik. Sydney punya feri, Melbourne punya trem. Sydney is beautiful, Melbourne is charming. Kalau ragu, mending kunjungi dua-duanya :)


Surfer Paradise, Gold Coast
Bathing boxes at Melbourne

Bagaimana dengan kota-kota lain yang belum saya sebutkan di atas? 
Canberra, ibukota Australia ini tidak mempunyai penerbangan langsung dari kota-kota di Indonesia. Sebaiknya destinasi ini digabung dengan kota Sydney, bisa dicapai 3 jam naik mobil/coach. Waktu terbaik mengunjungi Canberra adalah musim semi, ketika ada festival bunga Floriade. Selain itu, tujuan Canberra ini bisa digabung kalau ada yang ingin bermain salju di Snowy Mountain. Resort salju ini bisa dicapai 6 jam dengan mobil dari Sydney, atau 3 jam dari Canberra.

Kota Adelaide mempunyai penerbangan langsung dari Denpasar, dioperasikan oleh Virgin Australia. Biasanya keluarga Indonesia mengunjungi kota ini kalau ada teman atau saudara yang kebetulan tinggal atau kuliah di sana. Kami sempat singgah di kota yang sepi dan tenang ini ketika memulai road trip dengan campervan menuju Melbourne. Kami terbang dari Sydney ke Adelaide dengan Jetstar (2 jam 10 menit) dengan tiket seharga AUD 125 (dengan bagasi) one way. Adelaide juga menjadi kota transit untuk mengunjungi Kangaroo Island

Bagaimana dengan Tasmania? Saya menyebutnya sebagai destinasi istimewa. Pulau yang terpisah dari daratan Australia ini alamnya paling indah dibandingkan destinasi lain di Australia. Pulau ini juga paling cocok untuk road trip atau campervanning. Jalan-jalan ke Tasmania bisa digabung dengan destinasi Melbourne. Dari Melbourne, kita bisa naik pesawat ke Hobart (1 jam 15 menit, mulai AUD 40 one way) atau Launceston (1 jam 5 menit, mulai AUD 39 one way). Tiket pesawat ke dua kota ini lebih murah daripada tiket feri plus kabin dari Melbourne ke dermaga Devonport. Di Tasmania, kami sempat mengunjungi Pabrik Cadbury di Hobart, makan fish n chips terenak (versi the Emak) di warung apung dan trekking di Cradle Mountain National Park.


The Precils family at Cradle Mountain National Park
Sudah cukup jelas anak-anak? Hehe... Yuk, kerjakan PR, bikin rancangan itinerary dan budget sendiri :)

~ The Emak


Quick Links:
The Precils di Sydney
The Precils di Melbourne
The Precils di Canberra
The Precils di Brisbane
The Precils di Gold Coast
The Precils di Hobart
The Precils di Darwin
The Precils di Perth
The Precils di Adelaide


Tip Mengajukan Visa Aussie 
Aturan Custom Aussie
Mencari Pesawat Murah ke Aussie
Menyewa dan Menyetir Mobil di Aussie
Campervanning di Aussie

Suasana Sydney Opera House di malam hari
Jalan-jalan ke Australia enaknya ke mana ya? Kalimat tersebut sering di-google orang dan akhirnya mendarat di blog ini. Yang baru pertama kali wisata ke Australia biasanya juga bingung merancang itinerary, kota mana saja yang layak dikunjungi, apakah waktu dan budget cukup untuk destinasi tersebut. Saya juga sering ditanya sebaiknya naik moda transportasi apa dari kota satu ke kota lainnya. Apakah naik kereta lebih ekonomis daripada naik pesawat? Sering kali tidak. Apakah dari Perth ke Sydney bisa ditempuh dengan bis? Bisa, tapi lamaaaa banget :)

Yang perlu dicatat, Australia itu besar banget. Bahkan merupakan benua tersendiri. Seringkali, karena jatah liburan terbatas, kita harus pandai-pandai memilih destinasi. Biasanya destinasi akan tergantung anggaran dan lama liburan. Untuk memudahkan, saya akan membagi destinasi Australia menjadi kota-kota di pantai Timur dan kota-kota di pantai Barat. Budget penginapan, transportasi dalam kota, makanan dan atraksi di kota-kota ini kurang lebih sama, yang membedakan adalah harga tiket pesawatnya. Tujuan di pantai Barat seperti Darwin dan Perth bisa menghemat biaya pesawat daripada tujuan di pantai Timur: Brisbane, Gold Coast, Sydney dan Melbourne. Sebagai contoh, selisih harga tiket pesawat Garuda pp tujuan Perth dibandingkan tujuan Brisbane/Sydney/Melbourne bisa mencapai USD 75 - 150 per orang. Begitu juga tarif Air Asia, selisih tiket tujuan Darwin dan Sydney sampai sekitar Rp 1,5 juta.

Kota-kota di Australia
Pantai Barat
Darwin dan Perth relatif lebih dekat dari Indonesia daripada kota-kota di pantai Timur. Tapi dua kota ini, terutama Darwin, belum menjadi tujuan wisata yang populer di Australia.

Darwin bisa dicapai dalam 2 jam 45 menit dengan pesawat dari Denpasar. Dua maskapai yang melayani jalur ini adalah Air Asia dan Jetstar. Harga normal tiket DPS - DRW pp Air Asia mulai Rp 3.350.000, sementara Jetstar mulai Rp 3.200.000. Kalau bisa mendapatkan tiket di bawah harga tersebut, berarti cukup murah. Bulan Juni tahun 2012 kami terbang dengan Jetstar dari Darwin ke Denpasar dengan tiket seharga AUD 99, di bawah 1 juta rupiah.

Apa yang bisa dilihat di Darwin? Banyak. Pengalaman kami yang paling berkesan adalah mengunjungi Aquascene, memberi makan ratusan ekor ikan liar di tepi laut. Sorenya kami jalan-jalan di Mindil beach market sekaligus menyaksikan matahari terbenam. Sunset di pantai Mindil ini, sampai saat ini adalah sunset paling spektakuler yang pernah saya nikmati. Dari Darwin, kita juga bisa day trip ke Litchfield National Park yang punya banyak air terjun dan billabong bening untuk berenang. Bagi yang suka berpetualang (seperti kami), ajak anak-anak mengunjungi Kakadu National Park, 3 jam bermobil dari Darwin. Di sana, kami ikut Yellow Water cruise menyusuri sungai dan menyaksikan beragam margasatwa (termasuk buaya!) langsung di habitatnya. Rasanya seperti melakukan sendiri ekspedisi NatGeo :)

Perth, tujuan yang lebih populer bagi orang Indonesia, bisa dicapai 3,5 jam penerbangan dari Denpasar. Maskapai yang melayani rute ini adalah Garuda Indonesia, Air Asia, Jetstar dan Virgin Australia. Tarif Early Bird Garuda pp dari Jakarta ke Perth mulai USD 588, sementara dari DPS ke Perth mulai USD 503. Kalau ingin menghemat anggaran tiket pesawat, pilihlah budget airline. DPS - PER pp Air Asia mulai Rp 3.700.000, sementara Jetstar mulai Rp 3.350.000. Pengen lebih murah lagi? Berlanggananlah nawala (newsletter) dari masing-masing airline dan tunggu harga promo :)

Kami pernah naik Garuda dari Surabaya ke Perth via Denpasar. Harganya memang lebih mahal daripada naik budget airline, tapi waktu itu saya lebih mementingkan kenyamanan karena kami hanya pergi bertiga dengan Precils, tanpa Si Ayah.

Apa yang bisa dilihat di Perth? Banyak banget. Tapi karena waktu kami terbatas, kami cuma sempat mengunjungi pusat kota dan: 1) Kings Park, taman yang asyik banget untuk piknik dan bisa melihat kota Perth dari atas; 2) Fremantle, kota lawas dengan dermaga cantik; 3) Art Gallery, untuk melihat koleksi Picasso dan Warhol. Saya agak menyesal belum sempat ke Cottesloe beach yang kabarnya punya sunset cantik itu.

Kota Perth dan Darwin ini lebih dekat ke Denpasar daripada ke Sydney. Jadi maklum saja kalau orang-orang Perth atau Darwin lebih sering liburan ke Bali daripada ke kota-kota di pantai timur. Dari Darwin ke Sydney perlu waktu 4 jam 45 menit naik pesawat. Jangan dibayangkan berapa lama kalau jalan darat :p Dari Perth ke Sydney, lama penerbangannya 4 jam 5 menit. Saya dan precils pernah naik Qantas PER - SYD dengan tiket promo one way AUD 199. Kota 'terdekat' dari Perth adalah Adelaide, jaraknya 2793 km. Kalau satu hari cuma sanggup menyetir 5 jam, perjalanan Perth - Adelaide baru selesai dalam enam hari. Kami sendiri, hanya sanggup melakukan road trip dari Adelaide ke Melbourne via Kangaroo Island dengan total jarak tempuh 1500 km. Inipun kami tempuh selama sembilan hari :)

Sunset di dermaga Fremantle, Perth
Spectacular sunset at Mindil Beach, Darwin
Pantai Timur 
Banyak maskapai penerbangan yang menghubungkan kota-kota di Indonesia dengan kota-kota di pantai Timur Australia, baik secara langsung atau transit di KL atau Singapore. Garuda Indonesia mempunyai direct flight dari Jakarta atau Denpasar ke Sydney, Melbourne dan rute terbaru Brisbane. Dua budget airline asal Aussie, Jetstar dan Virgin Australia juga mempunyai penerbangan langsung dari Denpasar ke Sydney dan Melbourne. Virgin juga melayani rute DPS - BNE. Tapi hati-hati, meskipun memproklamirkan diri sebagai budget airline, tiket regular mereka kadang tidak lebih murah daripada Early Bird Garuda. Jadi, kalau tidak dapat tiket promo Jetstar atau Virgin, mending naik Garuda. Ingat ya, selalu cek harga toko maskapai sebelah :p

Tiket Early Bird Garuda untuk penerbangan empat bulan sebelumnya cukup murah untuk ukuran penerbangan reguler, termasuk makan dan bagasi. Ini catatan saya ketika menulis postingan ini (Juli 2013). Tiket Garuda Indonesia pp ke Brisbane dari Jakarta USD 694, dari Denpasar USD 573. Tiket ke Melbourne pp dari Jakarta USD 700, dari Denpasar USD 629. Tiket ke Sydney dari Jakarta USD 728, dari Denpasar USD 657. 

Bagaimana dengan Air Asia? Kalau bisa mendapatkan tiket promonya, memang lebih murah daripada Garuda. Air Asia mempunyai rute penerbangan dari kota-kota di Indonesia menuju Gold Coast, Sydney dan Melbourne, dengan transit di Kuala Lumpur. Ini harga tiket normal Air Asia untuk penerbangan pp dari Jakarta low season, ke Melbourne mulai Rp 4.100.000, ke Sydney mulai Rp 4.850.000, ke Gold Coast mulai Rp 5.000.000.

Saya punya banyak pengalaman memesankan tiket untuk ortu dan mertua yang ingin berkunjung ke Sydney. Januari tahun 2013 ini, mertua mendapat tiket SUB - SYD pp sekitar USD 600 per orang. Januari tahun 2012, mertua saya termasuk penumpang pesawat Air Asia pertama yang mendarat di Sydney, harga tiket pp SUB - SYD sekitar 5,5 juta rupiah per orang. September 2011 adalah rekor saya memesan tiket termurah, Surabaya - Gold Coast pp hanya Rp 3,5 juta per orang. Sayangnya, tarif segini sepertinya jarang terulang lagi.

Dari Brisbane ke Gold Coast, kita bisa naik kereta selama 1 jam. Dari Gold Coast ke Sydney, jaraknya sekitar 1000km, bisa ditempuh dengan road trip, seperti yang pernah kami lakukan, selama total 12 jam perjalanan. Saya dan precils juga pernah naik kereta dari Sydney ke Brisbane dan sebaliknya, selama 14 jam. Waktu itu saya mau menempuh 14 jam perjalanan itu karena ada promo tiket kereta untuk anak-anak hanya $1. Kalau dihitung-hitung, total biaya perjalanan lebih murah daripada tiket pesawat. Tapi kalau tidak ada promo, lebih baik saya keluarkan tambahan sedikit untuk membeli tiket pesawat Sydney - Brisbane dan cukup terbang satu setengah jam.

Jarak dari Sydney ke Melbourne juga sekitar 1000 km dan bisa ditempuh dengan mobil selama total 12 jam. Kalau memang tidak ingin mampir-mampir, lebih baik naik pesawat dengan lama penerbangan hanya 1 jam 20 menit. Tiket pesawat dari Melbourne ke Sydney dan sebaliknya cukup murah, pilihannya juga banyak. Untuk membandingkan harga tiket pesawat domestik Australia, gunakan website Webjet. Sebenarnya ada juga kereta dari Sydney ke Melbourne, dari perusahaan yang sama yang melayani rute Sydney - Brisbane. Cek tarif dan lama perjalanan kereta di website mereka: Countrylink.

Biasanya, yang liburan membawa anak kecil akan menyertakan Gold Coast dalam itinerary mereka. Nggak heran sih, karena Gold Coast dengan Theme Park-nya memang tempat bersenang-senang. Plus, garis pantai yang panjang dan suhu yang relatif hangat menjadikan kota ini destinasi idaman. 

Tapi, jangan tanya ke saya, mending pilih Sydney atau Melbourne? Jawabannya bakalan subyektif karena saya telanjur cinta sama kampung halaman asuh (adopted hometown) saya ini. Sydney punya harbour keren dan pantai-pantai cantik. Melbourne punya sungai Yarra dan lorong-lorong unik. Sydney punya feri, Melbourne punya trem. Sydney is beautiful, Melbourne is charming. Kalau ragu, mending kunjungi dua-duanya :)


Surfer Paradise, Gold Coast
Bathing boxes at Melbourne

Bagaimana dengan kota-kota lain yang belum saya sebutkan di atas? 
Canberra, ibukota Australia ini tidak mempunyai penerbangan langsung dari kota-kota di Indonesia. Sebaiknya destinasi ini digabung dengan kota Sydney, bisa dicapai 3 jam naik mobil/coach. Waktu terbaik mengunjungi Canberra adalah musim semi, ketika ada festival bunga Floriade. Selain itu, tujuan Canberra ini bisa digabung kalau ada yang ingin bermain salju di Snowy Mountain. Resort salju ini bisa dicapai 6 jam dengan mobil dari Sydney, atau 3 jam dari Canberra.

Kota Adelaide mempunyai penerbangan langsung dari Denpasar, dioperasikan oleh Virgin Australia. Biasanya keluarga Indonesia mengunjungi kota ini kalau ada teman atau saudara yang kebetulan tinggal atau kuliah di sana. Kami sempat singgah di kota yang sepi dan tenang ini ketika memulai road trip dengan campervan menuju Melbourne. Kami terbang dari Sydney ke Adelaide dengan Jetstar (2 jam 10 menit) dengan tiket seharga AUD 125 (dengan bagasi) one way. Adelaide juga menjadi kota transit untuk mengunjungi Kangaroo Island

Bagaimana dengan Tasmania? Saya menyebutnya sebagai destinasi istimewa. Pulau yang terpisah dari daratan Australia ini alamnya paling indah dibandingkan destinasi lain di Australia. Pulau ini juga paling cocok untuk road trip atau campervanning. Jalan-jalan ke Tasmania bisa digabung dengan destinasi Melbourne. Dari Melbourne, kita bisa naik pesawat ke Hobart (1 jam 15 menit, mulai AUD 40 one way) atau Launceston (1 jam 5 menit, mulai AUD 39 one way). Tiket pesawat ke dua kota ini lebih murah daripada tiket feri plus kabin dari Melbourne ke dermaga Devonport. Di Tasmania, kami sempat mengunjungi Pabrik Cadbury di Hobart, makan fish n chips terenak (versi the Emak) di warung apung dan trekking di Cradle Mountain National Park.


The Precils family at Cradle Mountain National Park
Sudah cukup jelas anak-anak? Hehe... Yuk, kerjakan PR, bikin rancangan itinerary dan budget sendiri :)

~ The Emak


Quick Links:
The Precils di Sydney
The Precils di Melbourne
The Precils di Canberra
The Precils di Brisbane
The Precils di Gold Coast
The Precils di Hobart
The Precils di Darwin
The Precils di Perth
The Precils di Adelaide


Tip Mengajukan Visa Aussie 
Aturan Custom Aussie
Mencari Pesawat Murah ke Aussie
Menyewa dan Menyetir Mobil di Aussie
Campervanning di Aussie

Suasana Sydney Opera House di malam hari
Jalan-jalan ke Australia enaknya ke mana ya? Kalimat tersebut sering di-google orang dan akhirnya mendarat di blog ini. Yang baru pertama kali wisata ke Australia biasanya juga bingung merancang itinerary, kota mana saja yang layak dikunjungi, apakah waktu dan budget cukup untuk destinasi tersebut. Saya juga sering ditanya sebaiknya naik moda transportasi apa dari kota satu ke kota lainnya. Apakah naik kereta lebih ekonomis daripada naik pesawat? Sering kali tidak. Apakah dari Perth ke Sydney bisa ditempuh dengan bis? Bisa, tapi lamaaaa banget :)

Yang perlu dicatat, Australia itu besar banget. Bahkan merupakan benua tersendiri. Seringkali, karena jatah liburan terbatas, kita harus pandai-pandai memilih destinasi. Biasanya destinasi akan tergantung anggaran dan lama liburan. Untuk memudahkan, saya akan membagi destinasi Australia menjadi kota-kota di pantai Timur dan kota-kota di pantai Barat. Budget penginapan, transportasi dalam kota, makanan dan atraksi di kota-kota ini kurang lebih sama, yang membedakan adalah harga tiket pesawatnya. Tujuan di pantai Barat seperti Darwin dan Perth bisa menghemat biaya pesawat daripada tujuan di pantai Timur: Brisbane, Gold Coast, Sydney dan Melbourne. Sebagai contoh, selisih harga tiket pesawat Garuda pp tujuan Perth dibandingkan tujuan Brisbane/Sydney/Melbourne bisa mencapai USD 75 - 150 per orang. Begitu juga tarif Air Asia, selisih tiket tujuan Darwin dan Sydney sampai sekitar Rp 1,5 juta.

Kota-kota di Australia
Pantai Barat
Darwin dan Perth relatif lebih dekat dari Indonesia daripada kota-kota di pantai Timur. Tapi dua kota ini, terutama Darwin, belum menjadi tujuan wisata yang populer di Australia.

Darwin bisa dicapai dalam 2 jam 45 menit dengan pesawat dari Denpasar. Dua maskapai yang melayani jalur ini adalah Air Asia dan Jetstar. Harga normal tiket DPS - DRW pp Air Asia mulai Rp 3.350.000, sementara Jetstar mulai Rp 3.200.000. Kalau bisa mendapatkan tiket di bawah harga tersebut, berarti cukup murah. Bulan Juni tahun 2012 kami terbang dengan Jetstar dari Darwin ke Denpasar dengan tiket seharga AUD 99, di bawah 1 juta rupiah.

Apa yang bisa dilihat di Darwin? Banyak. Pengalaman kami yang paling berkesan adalah mengunjungi Aquascene, memberi makan ratusan ekor ikan liar di tepi laut. Sorenya kami jalan-jalan di Mindil beach market sekaligus menyaksikan matahari terbenam. Sunset di pantai Mindil ini, sampai saat ini adalah sunset paling spektakuler yang pernah saya nikmati. Dari Darwin, kita juga bisa day trip ke Litchfield National Park yang punya banyak air terjun dan billabong bening untuk berenang. Bagi yang suka berpetualang (seperti kami), ajak anak-anak mengunjungi Kakadu National Park, 3 jam bermobil dari Darwin. Di sana, kami ikut Yellow Water cruise menyusuri sungai dan menyaksikan beragam margasatwa (termasuk buaya!) langsung di habitatnya. Rasanya seperti melakukan sendiri ekspedisi NatGeo :)

Perth, tujuan yang lebih populer bagi orang Indonesia, bisa dicapai 3,5 jam penerbangan dari Denpasar. Maskapai yang melayani rute ini adalah Garuda Indonesia, Air Asia, Jetstar dan Virgin Australia. Tarif Early Bird Garuda pp dari Jakarta ke Perth mulai USD 588, sementara dari DPS ke Perth mulai USD 503. Kalau ingin menghemat anggaran tiket pesawat, pilihlah budget airline. DPS - PER pp Air Asia mulai Rp 3.700.000, sementara Jetstar mulai Rp 3.350.000. Pengen lebih murah lagi? Berlanggananlah nawala (newsletter) dari masing-masing airline dan tunggu harga promo :)

Kami pernah naik Garuda dari Surabaya ke Perth via Denpasar. Harganya memang lebih mahal daripada naik budget airline, tapi waktu itu saya lebih mementingkan kenyamanan karena kami hanya pergi bertiga dengan Precils, tanpa Si Ayah.

Apa yang bisa dilihat di Perth? Banyak banget. Tapi karena waktu kami terbatas, kami cuma sempat mengunjungi pusat kota dan: 1) Kings Park, taman yang asyik banget untuk piknik dan bisa melihat kota Perth dari atas; 2) Fremantle, kota lawas dengan dermaga cantik; 3) Art Gallery, untuk melihat koleksi Picasso dan Warhol. Saya agak menyesal belum sempat ke Cottesloe beach yang kabarnya punya sunset cantik itu.

Kota Perth dan Darwin ini lebih dekat ke Denpasar daripada ke Sydney. Jadi maklum saja kalau orang-orang Perth atau Darwin lebih sering liburan ke Bali daripada ke kota-kota di pantai timur. Dari Darwin ke Sydney perlu waktu 4 jam 45 menit naik pesawat. Jangan dibayangkan berapa lama kalau jalan darat :p Dari Perth ke Sydney, lama penerbangannya 4 jam 5 menit. Saya dan precils pernah naik Qantas PER - SYD dengan tiket promo one way AUD 199. Kota 'terdekat' dari Perth adalah Adelaide, jaraknya 2793 km. Kalau satu hari cuma sanggup menyetir 5 jam, perjalanan Perth - Adelaide baru selesai dalam enam hari. Kami sendiri, hanya sanggup melakukan road trip dari Adelaide ke Melbourne via Kangaroo Island dengan total jarak tempuh 1500 km. Inipun kami tempuh selama sembilan hari :)

Sunset di dermaga Fremantle, Perth
Spectacular sunset at Mindil Beach, Darwin
Pantai Timur 
Banyak maskapai penerbangan yang menghubungkan kota-kota di Indonesia dengan kota-kota di pantai Timur Australia, baik secara langsung atau transit di KL atau Singapore. Garuda Indonesia mempunyai direct flight dari Jakarta atau Denpasar ke Sydney, Melbourne dan rute terbaru Brisbane. Dua budget airline asal Aussie, Jetstar dan Virgin Australia juga mempunyai penerbangan langsung dari Denpasar ke Sydney dan Melbourne. Virgin juga melayani rute DPS - BNE. Tapi hati-hati, meskipun memproklamirkan diri sebagai budget airline, tiket regular mereka kadang tidak lebih murah daripada Early Bird Garuda. Jadi, kalau tidak dapat tiket promo Jetstar atau Virgin, mending naik Garuda. Ingat ya, selalu cek harga toko maskapai sebelah :p

Tiket Early Bird Garuda untuk penerbangan empat bulan sebelumnya cukup murah untuk ukuran penerbangan reguler, termasuk makan dan bagasi. Ini catatan saya ketika menulis postingan ini (Juli 2013). Tiket Garuda Indonesia pp ke Brisbane dari Jakarta USD 694, dari Denpasar USD 573. Tiket ke Melbourne pp dari Jakarta USD 700, dari Denpasar USD 629. Tiket ke Sydney dari Jakarta USD 728, dari Denpasar USD 657. 

Bagaimana dengan Air Asia? Kalau bisa mendapatkan tiket promonya, memang lebih murah daripada Garuda. Air Asia mempunyai rute penerbangan dari kota-kota di Indonesia menuju Gold Coast, Sydney dan Melbourne, dengan transit di Kuala Lumpur. Ini harga tiket normal Air Asia untuk penerbangan pp dari Jakarta low season, ke Melbourne mulai Rp 4.100.000, ke Sydney mulai Rp 4.850.000, ke Gold Coast mulai Rp 5.000.000.

Saya punya banyak pengalaman memesankan tiket untuk ortu dan mertua yang ingin berkunjung ke Sydney. Januari tahun 2013 ini, mertua mendapat tiket SUB - SYD pp sekitar USD 600 per orang. Januari tahun 2012, mertua saya termasuk penumpang pesawat Air Asia pertama yang mendarat di Sydney, harga tiket pp SUB - SYD sekitar 5,5 juta rupiah per orang. September 2011 adalah rekor saya memesan tiket termurah, Surabaya - Gold Coast pp hanya Rp 3,5 juta per orang. Sayangnya, tarif segini sepertinya jarang terulang lagi.

Dari Brisbane ke Gold Coast, kita bisa naik kereta selama 1 jam. Dari Gold Coast ke Sydney, jaraknya sekitar 1000km, bisa ditempuh dengan road trip, seperti yang pernah kami lakukan, selama total 12 jam perjalanan. Saya dan precils juga pernah naik kereta dari Sydney ke Brisbane dan sebaliknya, selama 14 jam. Waktu itu saya mau menempuh 14 jam perjalanan itu karena ada promo tiket kereta untuk anak-anak hanya $1. Kalau dihitung-hitung, total biaya perjalanan lebih murah daripada tiket pesawat. Tapi kalau tidak ada promo, lebih baik saya keluarkan tambahan sedikit untuk membeli tiket pesawat Sydney - Brisbane dan cukup terbang satu setengah jam.

Jarak dari Sydney ke Melbourne juga sekitar 1000 km dan bisa ditempuh dengan mobil selama total 12 jam. Kalau memang tidak ingin mampir-mampir, lebih baik naik pesawat dengan lama penerbangan hanya 1 jam 20 menit. Tiket pesawat dari Melbourne ke Sydney dan sebaliknya cukup murah, pilihannya juga banyak. Untuk membandingkan harga tiket pesawat domestik Australia, gunakan website Webjet. Sebenarnya ada juga kereta dari Sydney ke Melbourne, dari perusahaan yang sama yang melayani rute Sydney - Brisbane. Cek tarif dan lama perjalanan kereta di website mereka: Countrylink.

Biasanya, yang liburan membawa anak kecil akan menyertakan Gold Coast dalam itinerary mereka. Nggak heran sih, karena Gold Coast dengan Theme Park-nya memang tempat bersenang-senang. Plus, garis pantai yang panjang dan suhu yang relatif hangat menjadikan kota ini destinasi idaman. 

Tapi, jangan tanya ke saya, mending pilih Sydney atau Melbourne? Jawabannya bakalan subyektif karena saya telanjur cinta sama kampung halaman asuh (adopted hometown) saya ini. Sydney punya harbour keren dan pantai-pantai cantik. Melbourne punya sungai Yarra dan lorong-lorong unik. Sydney punya feri, Melbourne punya trem. Sydney is beautiful, Melbourne is charming. Kalau ragu, mending kunjungi dua-duanya :)


Surfer Paradise, Gold Coast
Bathing boxes at Melbourne

Bagaimana dengan kota-kota lain yang belum saya sebutkan di atas? 
Canberra, ibukota Australia ini tidak mempunyai penerbangan langsung dari kota-kota di Indonesia. Sebaiknya destinasi ini digabung dengan kota Sydney, bisa dicapai 3 jam naik mobil/coach. Waktu terbaik mengunjungi Canberra adalah musim semi, ketika ada festival bunga Floriade. Selain itu, tujuan Canberra ini bisa digabung kalau ada yang ingin bermain salju di Snowy Mountain. Resort salju ini bisa dicapai 6 jam dengan mobil dari Sydney, atau 3 jam dari Canberra.

Kota Adelaide mempunyai penerbangan langsung dari Denpasar, dioperasikan oleh Virgin Australia. Biasanya keluarga Indonesia mengunjungi kota ini kalau ada teman atau saudara yang kebetulan tinggal atau kuliah di sana. Kami sempat singgah di kota yang sepi dan tenang ini ketika memulai road trip dengan campervan menuju Melbourne. Kami terbang dari Sydney ke Adelaide dengan Jetstar (2 jam 10 menit) dengan tiket seharga AUD 125 (dengan bagasi) one way. Adelaide juga menjadi kota transit untuk mengunjungi Kangaroo Island

Bagaimana dengan Tasmania? Saya menyebutnya sebagai destinasi istimewa. Pulau yang terpisah dari daratan Australia ini alamnya paling indah dibandingkan destinasi lain di Australia. Pulau ini juga paling cocok untuk road trip atau campervanning. Jalan-jalan ke Tasmania bisa digabung dengan destinasi Melbourne. Dari Melbourne, kita bisa naik pesawat ke Hobart (1 jam 15 menit, mulai AUD 40 one way) atau Launceston (1 jam 5 menit, mulai AUD 39 one way). Tiket pesawat ke dua kota ini lebih murah daripada tiket feri plus kabin dari Melbourne ke dermaga Devonport. Di Tasmania, kami sempat mengunjungi Pabrik Cadbury di Hobart, makan fish n chips terenak (versi the Emak) di warung apung dan trekking di Cradle Mountain National Park.


The Precils family at Cradle Mountain National Park
Sudah cukup jelas anak-anak? Hehe... Yuk, kerjakan PR, bikin rancangan itinerary dan budget sendiri :)

~ The Emak


Quick Links:
The Precils di Sydney
The Precils di Melbourne
The Precils di Canberra
The Precils di Brisbane
The Precils di Gold Coast
The Precils di Hobart
The Precils di Darwin
The Precils di Perth
The Precils di Adelaide


Tip Mengajukan Visa Aussie 
Aturan Custom Aussie
Mencari Pesawat Murah ke Aussie
Menyewa dan Menyetir Mobil di Aussie
Campervanning di Aussie

Tips Packing ke Australia dan New Zealand
Lihat Detail

Tips Packing ke Australia dan New Zealand

Tas keluarga The Precils. Foto oleh Radityo Widiatmojo.
Golden rule of packing: Take half of the clothes you were planning to bring and twice the money.

Aturan yang menurut saya bener banget itu saya baca dari artikel di website National Geographic. Barang bawaan seharusnya tidak membuat perjalanan menjadi merepotkan. Bagi kami, tambahan dua precils sudah cukup menyita perhatian, jangan ditambah dengan acara menyeret koper atau menggendong ransel yang berat. Tapi jangan khawatir, keahlian packing ini akan semakin meningkat seiring jumlah perjalanan yang dilakukan.

Prinsip saya: bawa sesedikit mungkin. Dari foto di atas terlihat 5 tas yang biasa kami bawa kalau bepergian. Anak-anak punya koper mereka sendiri. Ini membuat mereka belajar mengepak dan bertanggung jawab atas barang-barang mereka. Juga memudahkan kalau mereka mencari barang, selalu ada di koper mereka sendiri. Tas saya adalah ransel coklat kecil yang ringan digendong. Saya memilih ransel kecil karena dua tangan saya harus bebas untuk menjaga Little A sambil melakukan satu hal lagi, update status FB, misalnya :) Kadang Little A capek dan terpaksa saya harus menggendong sekaligus menyeret Trunki-nya. Big A sudah bisa mandiri mengurus barang bawaannya sendiri di koper Sammies dari Samsonite (foto koper di tengah). Koper ini mempunyai roda sehingga mudah diseret.

Apa isi ransel kecil saya? Jawabnya adalah barang-barang gawat darurat untuk The Precils. Yang sudah punya anak pasti tahu, banyak pernak-pernik yang harus dibawa kalau jalan-jalan sambil membawa precils. Daftar gawat darurat saya adalah: 1 set baju ganti masing-masing untuk Little A dan Big A, tas kresek untuk menampung muntah (sambil berdoa jangan sampai mereka muntah), satu botol kecil minyak telon, tisu basah dan tisu kering, susu Little A plus tempat minum kesayangannya, air putih dan permen/coklat (hanya dikeluarkan kalau Big A ada tanda-tanda pusing). Selebihnya adalah gadget, dompet dan notes pribadi saya.

Sementara itu, Si Ayah membawa ransel hijau dan koper hitam. Isinya adalah laptop, kamera, segala macam kabel charger, buku bacaan, baju, sepatu dan... rice cooker. Si Ayah juga yang bertanggung jawab terhadap dokumen perjalanan seperti paspor, tiket dan voucher hotel. Biasanya untuk perjalanan sampai dua minggu, kami hanya mengepak baju untuk 3 hari. Dalam perjalanan, kami menyempatkan mencuci baju di laundry koin. 

Agar tidak mati gaya, usahakan membawa baju yang bisa dipadu padankan. Ketika kami liburan ke Tasmania dan New Zealand, saya membawa 1 dress putih dengan corak garis-garis oranye, biru, abu-abu dan kuning, sehingga bisa dipadu-padankan menjadi 4 gaya! Untuk tidur, saya memilih celana yoga (yang tidak pernah dipakai yoga) yang nyaman. Sebenarnya celana seperti ini bisa juga untuk jogging, tapi saya selalu terlambat bangun pagi :) Sepatu, saya cukup bawa dua: sepatu kanvas warna navy blue dan sepatu olahraga yang 'rencananya' untuk jogging :p
Packing baju untuk Si Ayah lebih gampang, 3 atasan dan 3 bawahan sudah pasti menjadi 9 gaya :p Sementara The Precils saya suruh pilih sendiri baju-baju yang akan mereka bawa, yang cukup untuk 3 hari (termasuk dua pasang baju tidur) dan tambahan ekstra 2 stel. Tak lupa kami membawa rain coat (yang cukup bagus dan keren) untuk jaga-jaga kalau hujan.

Berikut adalah pertanyaan yang sering diajukan ke saya melalui email tentang packing, dan jawabannya:

1. Baju apa yang harus dibawa?
Jenis baju yang dibawa ke Australia dan New Zealand harus disesuaikan dengan musim ketika kita berangkat. Aussie dan NZ adalah negara dengan 4 musim, dan karena berada di belahan bumi selatan, musim mereka berkebalikan dengan musim di Amerika dan Eropa. Di Australia dan NZ, musim dingin jatuh pada bulan Juni-Agustus dan musim panasnya dari bulan Desember sampai Februari. Bulan September-November adalah musim semi, dan bulan Maret sampai Mei adalah musim gugur. Ramalan cuaca dan suhu bisa dicek online di Badan Meteorologi Australia dan Met Service New Zealand.

Kalau jalan-jalannya pas musim dingin, jelas perlu jaket atau sweater tebal plus aksesori seperti syal, topi wool dan sarung tangan. Tak kalah penting adalah kaos kaki dan baju dalam thermal. Baju dalam thermal dari bahan polypropylene atau merino ini sangat membantu melindungi tubuh dari angin dingin yang menyusup ke kulit. Atasan baju dalam thermal seperti kaos dalam biasa tapi lengan panjang. Bawahannya seperti legging, dan untuk laki-laki ada istilah khusus yaitu long johns. Kalau sudah memakai thermal underwear, kita tinggal pakai baju biasa lengan panjang dan dilapisi jaket. Untuk the precils, saya membelikan thermal underwear ukuran anak-anak di Kathmandu. Sementara saya dan si ayah cukup membeli dari departemen store yang lebih murah :p Kalau susah mendapatkan thermal underwear di Indonesia, belanja saja di Australia, buka katalog online di Lasoo dan ketikkan kata kunci: thermal underwear. Lasoo akan memberi tahu toko mana yang sedang diskon :)

Traveling ketika musim panas tentu lebih mudah, bawaannya tidak seberat musim dingin. Tambahannya mungkin baju renang. Perlu dicatat bahwa suhu musim panas di New Zealand masih cukup dingin bagi orang Indonesia. Ketika kami jalan-jalan ke New Zealand musim panas tahun lalu, saya tetap membawa cardigan dan jaket untuk Si Ayah dan anak-anak. Suhu musim gugur dan musim semi di Australia pun kadang masih terasa dingin bagi orang Indonesia. Selalu cek suhu dan prakiraan cuaca sebelum berangkat di tautan yang saya tulis tadi.

Tips: bawa sarung bali yang bisa digunakan sebagai alas piknik, sarung, sajadah, selimut ekstra dan sprei cadangan.

2. Seperti apa colokan listrik di Australia?
Perkara ini penting banget: nggak lucu bawa gadget macam-macam kalau nggak bisa nge-charge. Colokan di Australia bentuknya berbeda dengan yang ada di Indonesia, sehingga kita perlu adaptor. Di Australia dan New Zealand, lubang colokannya tiga pipih. Kalau sering bepergian, belilah adaptor internasional yang bisa juga digunakan di negara-negara lain. Saran saya, belilah adaptor ini di Indonesia, di toko alat-alat listrik. Di Sydney, harganya lumayan mahal, sekitar $20.
3. Boleh Nggak Bawa Makanan?
Harga makanan di Australia memang mahal, sekitar 3 sampai 5 kali lipat harga makanan di Indonesia. Membawa makanan dari Indonesia sepertinya ide bagus, untuk menghemat dan tentu saja melawan home sick (kalau bepergiannya lama). Tapi sayangnya peraturan custom Australia lumayan ketat, beberapa barang makanan dilarang masuk ke negara ini. Australia dan New Zealand melarang kita membawa bahan-bahan mentah seperti telur, daging, ayam, ikan, sayuran dan buah-buahan. Australia juga melarang masuk susu (kecuali susu formula kalau kita membawa balita) dan produk turunan susu seperti krim dan keju. New Zealand memperbolehkan kita membawa susu, tapi melarang madu. Saya pernah menulis tentang barang-barang yang tidak boleh dibawa ke Australia dan New Zealand. Baca aturan custom Australia di sini dan aturan custom New Zealand di sini.

Kalau ingin mulus ketika melewati custom, saran saya jangan membawa makanan yang dilarang seperti abon, ikan teri, rendang dll. Pengalaman saya dulu membawa masuk sambal dan mi instant bisa lolos custom. Tapi kalaupun tidak membawa Indomie, di Australia, terutama di kota-kota besar dijual makanan Indonesia kesayangan kita semua itu. Mi instan ini dijual di supermarket umum seperti Coles dan Woolworth, harganya sekitar 50 sen, tiga kali lipat dari harga di Indonesia. Kalau ingin beli makanan khas Indonesia di Sydney, mampirlah ke supermarket IGA Thaikee di atas paddys market, Sydney. Di sana, ada satu lorong (isle) yang khusus menjual makanan Indonesia seperti sambal, kecap, bumbu instan, kerupuk, agar-agar dll.

Tips: kalau memang ingin membawa makanan ke Australia, sebaiknya dijadikan satu tas tersendiri. ketika melewati custom untuk diperiksa, hanya satu tas tersebut yang perlu dibuka.

Dan, pertanyaan terakhir, the ultimate question from Indonesian traveler:
4. Perlu bawa rice cooker nggak?
Jawabannya tergantung apakah kamu tipe orang yang nggak kenyang kalau nggak makan nasi dan apakah anggaran kamu cukup untuk selalu beli makanan di Aussie dan NZ.
Saya termasuk orang yang tidak harus makan nasi. Roti jenis apapun, jagung dan kentang cukup mengenyangkan bagi saya. Begitu juga anak-anak yang sarapannya cukup senang makan dengan sereal dan susu saja. Sementara Si Ayah, bisa nggak makan nasi, tapi lebih mantap kalau ada nasi. Kami membawa rice cooker ketika liburan ke Melbourne selama lima hari dan Tasmania plus New Zealand selama dua minggu. Alasan sebenarnya adalah untuk menghemat biaya makan. Menu makanan tipikal kami adalah nasi, barbekyu daging, ayam (atau salmon!) dan lalapan mentimun, selada dan tomat. Kami membeli daging yang sudah dibumbui (marinade) di supermarket dan memanggangnya di alat BBQ yang biasanya disediakan di apartemen, motel atau Holiday Park. Ketika menginap di hotel, kami membeli lauk saja dan makan dengan nasi di kamar hotel.

Sebagai gambaran, harga seporsi makanan di restoran kelas menengah di Sydney sekitar $15-25, food court dan kafe sekitar $9-12, happy meal Mc Donald dan KFC meal $5. Harga beras satu kilo $2,50. Sila diputuskan sendiri mau bawa rice cooker atau tidak :)

Piknik di Glenorchy, South Island, NZ beralas sarung Bali. Look, that's our small rice cooker! :p
Baca juga tips packing dari website Dua Ransel: tips mengepak baju dan mencuci baju di wastafel ala Dina dan Ryan.

Yuk, siap berangkat?

~ The Emak

Tas keluarga The Precils. Foto oleh Radityo Widiatmojo.
Golden rule of packing: Take half of the clothes you were planning to bring and twice the money.

Aturan yang menurut saya bener banget itu saya baca dari artikel di website National Geographic. Barang bawaan seharusnya tidak membuat perjalanan menjadi merepotkan. Bagi kami, tambahan dua precils sudah cukup menyita perhatian, jangan ditambah dengan acara menyeret koper atau menggendong ransel yang berat. Tapi jangan khawatir, keahlian packing ini akan semakin meningkat seiring jumlah perjalanan yang dilakukan.

Prinsip saya: bawa sesedikit mungkin. Dari foto di atas terlihat 5 tas yang biasa kami bawa kalau bepergian. Anak-anak punya koper mereka sendiri. Ini membuat mereka belajar mengepak dan bertanggung jawab atas barang-barang mereka. Juga memudahkan kalau mereka mencari barang, selalu ada di koper mereka sendiri. Tas saya adalah ransel coklat kecil yang ringan digendong. Saya memilih ransel kecil karena dua tangan saya harus bebas untuk menjaga Little A sambil melakukan satu hal lagi, update status FB, misalnya :) Kadang Little A capek dan terpaksa saya harus menggendong sekaligus menyeret Trunki-nya. Big A sudah bisa mandiri mengurus barang bawaannya sendiri di koper Sammies dari Samsonite (foto koper di tengah). Koper ini mempunyai roda sehingga mudah diseret.

Apa isi ransel kecil saya? Jawabnya adalah barang-barang gawat darurat untuk The Precils. Yang sudah punya anak pasti tahu, banyak pernak-pernik yang harus dibawa kalau jalan-jalan sambil membawa precils. Daftar gawat darurat saya adalah: 1 set baju ganti masing-masing untuk Little A dan Big A, tas kresek untuk menampung muntah (sambil berdoa jangan sampai mereka muntah), satu botol kecil minyak telon, tisu basah dan tisu kering, susu Little A plus tempat minum kesayangannya, air putih dan permen/coklat (hanya dikeluarkan kalau Big A ada tanda-tanda pusing). Selebihnya adalah gadget, dompet dan notes pribadi saya.

Sementara itu, Si Ayah membawa ransel hijau dan koper hitam. Isinya adalah laptop, kamera, segala macam kabel charger, buku bacaan, baju, sepatu dan... rice cooker. Si Ayah juga yang bertanggung jawab terhadap dokumen perjalanan seperti paspor, tiket dan voucher hotel. Biasanya untuk perjalanan sampai dua minggu, kami hanya mengepak baju untuk 3 hari. Dalam perjalanan, kami menyempatkan mencuci baju di laundry koin. 

Agar tidak mati gaya, usahakan membawa baju yang bisa dipadu padankan. Ketika kami liburan ke Tasmania dan New Zealand, saya membawa 1 dress putih dengan corak garis-garis oranye, biru, abu-abu dan kuning, sehingga bisa dipadu-padankan menjadi 4 gaya! Untuk tidur, saya memilih celana yoga (yang tidak pernah dipakai yoga) yang nyaman. Sebenarnya celana seperti ini bisa juga untuk jogging, tapi saya selalu terlambat bangun pagi :) Sepatu, saya cukup bawa dua: sepatu kanvas warna navy blue dan sepatu olahraga yang 'rencananya' untuk jogging :p
Packing baju untuk Si Ayah lebih gampang, 3 atasan dan 3 bawahan sudah pasti menjadi 9 gaya :p Sementara The Precils saya suruh pilih sendiri baju-baju yang akan mereka bawa, yang cukup untuk 3 hari (termasuk dua pasang baju tidur) dan tambahan ekstra 2 stel. Tak lupa kami membawa rain coat (yang cukup bagus dan keren) untuk jaga-jaga kalau hujan.

Berikut adalah pertanyaan yang sering diajukan ke saya melalui email tentang packing, dan jawabannya:

1. Baju apa yang harus dibawa?
Jenis baju yang dibawa ke Australia dan New Zealand harus disesuaikan dengan musim ketika kita berangkat. Aussie dan NZ adalah negara dengan 4 musim, dan karena berada di belahan bumi selatan, musim mereka berkebalikan dengan musim di Amerika dan Eropa. Di Australia dan NZ, musim dingin jatuh pada bulan Juni-Agustus dan musim panasnya dari bulan Desember sampai Februari. Bulan September-November adalah musim semi, dan bulan Maret sampai Mei adalah musim gugur. Ramalan cuaca dan suhu bisa dicek online di Badan Meteorologi Australia dan Met Service New Zealand.

Kalau jalan-jalannya pas musim dingin, jelas perlu jaket atau sweater tebal plus aksesori seperti syal, topi wool dan sarung tangan. Tak kalah penting adalah kaos kaki dan baju dalam thermal. Baju dalam thermal dari bahan polypropylene atau merino ini sangat membantu melindungi tubuh dari angin dingin yang menyusup ke kulit. Atasan baju dalam thermal seperti kaos dalam biasa tapi lengan panjang. Bawahannya seperti legging, dan untuk laki-laki ada istilah khusus yaitu long johns. Kalau sudah memakai thermal underwear, kita tinggal pakai baju biasa lengan panjang dan dilapisi jaket. Untuk the precils, saya membelikan thermal underwear ukuran anak-anak di Kathmandu. Sementara saya dan si ayah cukup membeli dari departemen store yang lebih murah :p Kalau susah mendapatkan thermal underwear di Indonesia, belanja saja di Australia, buka katalog online di Lasoo dan ketikkan kata kunci: thermal underwear. Lasoo akan memberi tahu toko mana yang sedang diskon :)

Traveling ketika musim panas tentu lebih mudah, bawaannya tidak seberat musim dingin. Tambahannya mungkin baju renang. Perlu dicatat bahwa suhu musim panas di New Zealand masih cukup dingin bagi orang Indonesia. Ketika kami jalan-jalan ke New Zealand musim panas tahun lalu, saya tetap membawa cardigan dan jaket untuk Si Ayah dan anak-anak. Suhu musim gugur dan musim semi di Australia pun kadang masih terasa dingin bagi orang Indonesia. Selalu cek suhu dan prakiraan cuaca sebelum berangkat di tautan yang saya tulis tadi.

Tips: bawa sarung bali yang bisa digunakan sebagai alas piknik, sarung, sajadah, selimut ekstra dan sprei cadangan.

2. Seperti apa colokan listrik di Australia?
Perkara ini penting banget: nggak lucu bawa gadget macam-macam kalau nggak bisa nge-charge. Colokan di Australia bentuknya berbeda dengan yang ada di Indonesia, sehingga kita perlu adaptor. Di Australia dan New Zealand, lubang colokannya tiga pipih. Kalau sering bepergian, belilah adaptor internasional yang bisa juga digunakan di negara-negara lain. Saran saya, belilah adaptor ini di Indonesia, di toko alat-alat listrik. Di Sydney, harganya lumayan mahal, sekitar $20.
3. Boleh Nggak Bawa Makanan?
Harga makanan di Australia memang mahal, sekitar 3 sampai 5 kali lipat harga makanan di Indonesia. Membawa makanan dari Indonesia sepertinya ide bagus, untuk menghemat dan tentu saja melawan home sick (kalau bepergiannya lama). Tapi sayangnya peraturan custom Australia lumayan ketat, beberapa barang makanan dilarang masuk ke negara ini. Australia dan New Zealand melarang kita membawa bahan-bahan mentah seperti telur, daging, ayam, ikan, sayuran dan buah-buahan. Australia juga melarang masuk susu (kecuali susu formula kalau kita membawa balita) dan produk turunan susu seperti krim dan keju. New Zealand memperbolehkan kita membawa susu, tapi melarang madu. Saya pernah menulis tentang barang-barang yang tidak boleh dibawa ke Australia dan New Zealand. Baca aturan custom Australia di sini dan aturan custom New Zealand di sini.

Kalau ingin mulus ketika melewati custom, saran saya jangan membawa makanan yang dilarang seperti abon, ikan teri, rendang dll. Pengalaman saya dulu membawa masuk sambal dan mi instant bisa lolos custom. Tapi kalaupun tidak membawa Indomie, di Australia, terutama di kota-kota besar dijual makanan Indonesia kesayangan kita semua itu. Mi instan ini dijual di supermarket umum seperti Coles dan Woolworth, harganya sekitar 50 sen, tiga kali lipat dari harga di Indonesia. Kalau ingin beli makanan khas Indonesia di Sydney, mampirlah ke supermarket IGA Thaikee di atas paddys market, Sydney. Di sana, ada satu lorong (isle) yang khusus menjual makanan Indonesia seperti sambal, kecap, bumbu instan, kerupuk, agar-agar dll.

Tips: kalau memang ingin membawa makanan ke Australia, sebaiknya dijadikan satu tas tersendiri. ketika melewati custom untuk diperiksa, hanya satu tas tersebut yang perlu dibuka.

Dan, pertanyaan terakhir, the ultimate question from Indonesian traveler:
4. Perlu bawa rice cooker nggak?
Jawabannya tergantung apakah kamu tipe orang yang nggak kenyang kalau nggak makan nasi dan apakah anggaran kamu cukup untuk selalu beli makanan di Aussie dan NZ.
Saya termasuk orang yang tidak harus makan nasi. Roti jenis apapun, jagung dan kentang cukup mengenyangkan bagi saya. Begitu juga anak-anak yang sarapannya cukup senang makan dengan sereal dan susu saja. Sementara Si Ayah, bisa nggak makan nasi, tapi lebih mantap kalau ada nasi. Kami membawa rice cooker ketika liburan ke Melbourne selama lima hari dan Tasmania plus New Zealand selama dua minggu. Alasan sebenarnya adalah untuk menghemat biaya makan. Menu makanan tipikal kami adalah nasi, barbekyu daging, ayam (atau salmon!) dan lalapan mentimun, selada dan tomat. Kami membeli daging yang sudah dibumbui (marinade) di supermarket dan memanggangnya di alat BBQ yang biasanya disediakan di apartemen, motel atau Holiday Park. Ketika menginap di hotel, kami membeli lauk saja dan makan dengan nasi di kamar hotel.

Sebagai gambaran, harga seporsi makanan di restoran kelas menengah di Sydney sekitar $15-25, food court dan kafe sekitar $9-12, happy meal Mc Donald dan KFC meal $5. Harga beras satu kilo $2,50. Sila diputuskan sendiri mau bawa rice cooker atau tidak :)

Piknik di Glenorchy, South Island, NZ beralas sarung Bali. Look, that's our small rice cooker! :p
Baca juga tips packing dari website Dua Ransel: tips mengepak baju dan mencuci baju di wastafel ala Dina dan Ryan.

Yuk, siap berangkat?

~ The Emak

Tas keluarga The Precils. Foto oleh Radityo Widiatmojo.
Golden rule of packing: Take half of the clothes you were planning to bring and twice the money.

Aturan yang menurut saya bener banget itu saya baca dari artikel di website National Geographic. Barang bawaan seharusnya tidak membuat perjalanan menjadi merepotkan. Bagi kami, tambahan dua precils sudah cukup menyita perhatian, jangan ditambah dengan acara menyeret koper atau menggendong ransel yang berat. Tapi jangan khawatir, keahlian packing ini akan semakin meningkat seiring jumlah perjalanan yang dilakukan.

Prinsip saya: bawa sesedikit mungkin. Dari foto di atas terlihat 5 tas yang biasa kami bawa kalau bepergian. Anak-anak punya koper mereka sendiri. Ini membuat mereka belajar mengepak dan bertanggung jawab atas barang-barang mereka. Juga memudahkan kalau mereka mencari barang, selalu ada di koper mereka sendiri. Tas saya adalah ransel coklat kecil yang ringan digendong. Saya memilih ransel kecil karena dua tangan saya harus bebas untuk menjaga Little A sambil melakukan satu hal lagi, update status FB, misalnya :) Kadang Little A capek dan terpaksa saya harus menggendong sekaligus menyeret Trunki-nya. Big A sudah bisa mandiri mengurus barang bawaannya sendiri di koper Sammies dari Samsonite (foto koper di tengah). Koper ini mempunyai roda sehingga mudah diseret.

Apa isi ransel kecil saya? Jawabnya adalah barang-barang gawat darurat untuk The Precils. Yang sudah punya anak pasti tahu, banyak pernak-pernik yang harus dibawa kalau jalan-jalan sambil membawa precils. Daftar gawat darurat saya adalah: 1 set baju ganti masing-masing untuk Little A dan Big A, tas kresek untuk menampung muntah (sambil berdoa jangan sampai mereka muntah), satu botol kecil minyak telon, tisu basah dan tisu kering, susu Little A plus tempat minum kesayangannya, air putih dan permen/coklat (hanya dikeluarkan kalau Big A ada tanda-tanda pusing). Selebihnya adalah gadget, dompet dan notes pribadi saya.

Sementara itu, Si Ayah membawa ransel hijau dan koper hitam. Isinya adalah laptop, kamera, segala macam kabel charger, buku bacaan, baju, sepatu dan... rice cooker. Si Ayah juga yang bertanggung jawab terhadap dokumen perjalanan seperti paspor, tiket dan voucher hotel. Biasanya untuk perjalanan sampai dua minggu, kami hanya mengepak baju untuk 3 hari. Dalam perjalanan, kami menyempatkan mencuci baju di laundry koin. 

Agar tidak mati gaya, usahakan membawa baju yang bisa dipadu padankan. Ketika kami liburan ke Tasmania dan New Zealand, saya membawa 1 dress putih dengan corak garis-garis oranye, biru, abu-abu dan kuning, sehingga bisa dipadu-padankan menjadi 4 gaya! Untuk tidur, saya memilih celana yoga (yang tidak pernah dipakai yoga) yang nyaman. Sebenarnya celana seperti ini bisa juga untuk jogging, tapi saya selalu terlambat bangun pagi :) Sepatu, saya cukup bawa dua: sepatu kanvas warna navy blue dan sepatu olahraga yang 'rencananya' untuk jogging :p
Packing baju untuk Si Ayah lebih gampang, 3 atasan dan 3 bawahan sudah pasti menjadi 9 gaya :p Sementara The Precils saya suruh pilih sendiri baju-baju yang akan mereka bawa, yang cukup untuk 3 hari (termasuk dua pasang baju tidur) dan tambahan ekstra 2 stel. Tak lupa kami membawa rain coat (yang cukup bagus dan keren) untuk jaga-jaga kalau hujan.

Berikut adalah pertanyaan yang sering diajukan ke saya melalui email tentang packing, dan jawabannya:

1. Baju apa yang harus dibawa?
Jenis baju yang dibawa ke Australia dan New Zealand harus disesuaikan dengan musim ketika kita berangkat. Aussie dan NZ adalah negara dengan 4 musim, dan karena berada di belahan bumi selatan, musim mereka berkebalikan dengan musim di Amerika dan Eropa. Di Australia dan NZ, musim dingin jatuh pada bulan Juni-Agustus dan musim panasnya dari bulan Desember sampai Februari. Bulan September-November adalah musim semi, dan bulan Maret sampai Mei adalah musim gugur. Ramalan cuaca dan suhu bisa dicek online di Badan Meteorologi Australia dan Met Service New Zealand.

Kalau jalan-jalannya pas musim dingin, jelas perlu jaket atau sweater tebal plus aksesori seperti syal, topi wool dan sarung tangan. Tak kalah penting adalah kaos kaki dan baju dalam thermal. Baju dalam thermal dari bahan polypropylene atau merino ini sangat membantu melindungi tubuh dari angin dingin yang menyusup ke kulit. Atasan baju dalam thermal seperti kaos dalam biasa tapi lengan panjang. Bawahannya seperti legging, dan untuk laki-laki ada istilah khusus yaitu long johns. Kalau sudah memakai thermal underwear, kita tinggal pakai baju biasa lengan panjang dan dilapisi jaket. Untuk the precils, saya membelikan thermal underwear ukuran anak-anak di Kathmandu. Sementara saya dan si ayah cukup membeli dari departemen store yang lebih murah :p Kalau susah mendapatkan thermal underwear di Indonesia, belanja saja di Australia, buka katalog online di Lasoo dan ketikkan kata kunci: thermal underwear. Lasoo akan memberi tahu toko mana yang sedang diskon :)

Traveling ketika musim panas tentu lebih mudah, bawaannya tidak seberat musim dingin. Tambahannya mungkin baju renang. Perlu dicatat bahwa suhu musim panas di New Zealand masih cukup dingin bagi orang Indonesia. Ketika kami jalan-jalan ke New Zealand musim panas tahun lalu, saya tetap membawa cardigan dan jaket untuk Si Ayah dan anak-anak. Suhu musim gugur dan musim semi di Australia pun kadang masih terasa dingin bagi orang Indonesia. Selalu cek suhu dan prakiraan cuaca sebelum berangkat di tautan yang saya tulis tadi.

Tips: bawa sarung bali yang bisa digunakan sebagai alas piknik, sarung, sajadah, selimut ekstra dan sprei cadangan.

2. Seperti apa colokan listrik di Australia?
Perkara ini penting banget: nggak lucu bawa gadget macam-macam kalau nggak bisa nge-charge. Colokan di Australia bentuknya berbeda dengan yang ada di Indonesia, sehingga kita perlu adaptor. Di Australia dan New Zealand, lubang colokannya tiga pipih. Kalau sering bepergian, belilah adaptor internasional yang bisa juga digunakan di negara-negara lain. Saran saya, belilah adaptor ini di Indonesia, di toko alat-alat listrik. Di Sydney, harganya lumayan mahal, sekitar $20.
3. Boleh Nggak Bawa Makanan?
Harga makanan di Australia memang mahal, sekitar 3 sampai 5 kali lipat harga makanan di Indonesia. Membawa makanan dari Indonesia sepertinya ide bagus, untuk menghemat dan tentu saja melawan home sick (kalau bepergiannya lama). Tapi sayangnya peraturan custom Australia lumayan ketat, beberapa barang makanan dilarang masuk ke negara ini. Australia dan New Zealand melarang kita membawa bahan-bahan mentah seperti telur, daging, ayam, ikan, sayuran dan buah-buahan. Australia juga melarang masuk susu (kecuali susu formula kalau kita membawa balita) dan produk turunan susu seperti krim dan keju. New Zealand memperbolehkan kita membawa susu, tapi melarang madu. Saya pernah menulis tentang barang-barang yang tidak boleh dibawa ke Australia dan New Zealand. Baca aturan custom Australia di sini dan aturan custom New Zealand di sini.

Kalau ingin mulus ketika melewati custom, saran saya jangan membawa makanan yang dilarang seperti abon, ikan teri, rendang dll. Pengalaman saya dulu membawa masuk sambal dan mi instant bisa lolos custom. Tapi kalaupun tidak membawa Indomie, di Australia, terutama di kota-kota besar dijual makanan Indonesia kesayangan kita semua itu. Mi instan ini dijual di supermarket umum seperti Coles dan Woolworth, harganya sekitar 50 sen, tiga kali lipat dari harga di Indonesia. Kalau ingin beli makanan khas Indonesia di Sydney, mampirlah ke supermarket IGA Thaikee di atas paddys market, Sydney. Di sana, ada satu lorong (isle) yang khusus menjual makanan Indonesia seperti sambal, kecap, bumbu instan, kerupuk, agar-agar dll.

Tips: kalau memang ingin membawa makanan ke Australia, sebaiknya dijadikan satu tas tersendiri. ketika melewati custom untuk diperiksa, hanya satu tas tersebut yang perlu dibuka.

Dan, pertanyaan terakhir, the ultimate question from Indonesian traveler:
4. Perlu bawa rice cooker nggak?
Jawabannya tergantung apakah kamu tipe orang yang nggak kenyang kalau nggak makan nasi dan apakah anggaran kamu cukup untuk selalu beli makanan di Aussie dan NZ.
Saya termasuk orang yang tidak harus makan nasi. Roti jenis apapun, jagung dan kentang cukup mengenyangkan bagi saya. Begitu juga anak-anak yang sarapannya cukup senang makan dengan sereal dan susu saja. Sementara Si Ayah, bisa nggak makan nasi, tapi lebih mantap kalau ada nasi. Kami membawa rice cooker ketika liburan ke Melbourne selama lima hari dan Tasmania plus New Zealand selama dua minggu. Alasan sebenarnya adalah untuk menghemat biaya makan. Menu makanan tipikal kami adalah nasi, barbekyu daging, ayam (atau salmon!) dan lalapan mentimun, selada dan tomat. Kami membeli daging yang sudah dibumbui (marinade) di supermarket dan memanggangnya di alat BBQ yang biasanya disediakan di apartemen, motel atau Holiday Park. Ketika menginap di hotel, kami membeli lauk saja dan makan dengan nasi di kamar hotel.

Sebagai gambaran, harga seporsi makanan di restoran kelas menengah di Sydney sekitar $15-25, food court dan kafe sekitar $9-12, happy meal Mc Donald dan KFC meal $5. Harga beras satu kilo $2,50. Sila diputuskan sendiri mau bawa rice cooker atau tidak :)

Piknik di Glenorchy, South Island, NZ beralas sarung Bali. Look, that's our small rice cooker! :p
Baca juga tips packing dari website Dua Ransel: tips mengepak baju dan mencuci baju di wastafel ala Dina dan Ryan.

Yuk, siap berangkat?

~ The Emak

Tas keluarga The Precils. Foto oleh Radityo Widiatmojo.
Golden rule of packing: Take half of the clothes you were planning to bring and twice the money.

Aturan yang menurut saya bener banget itu saya baca dari artikel di website National Geographic. Barang bawaan seharusnya tidak membuat perjalanan menjadi merepotkan. Bagi kami, tambahan dua precils sudah cukup menyita perhatian, jangan ditambah dengan acara menyeret koper atau menggendong ransel yang berat. Tapi jangan khawatir, keahlian packing ini akan semakin meningkat seiring jumlah perjalanan yang dilakukan.

Prinsip saya: bawa sesedikit mungkin. Dari foto di atas terlihat 5 tas yang biasa kami bawa kalau bepergian. Anak-anak punya koper mereka sendiri. Ini membuat mereka belajar mengepak dan bertanggung jawab atas barang-barang mereka. Juga memudahkan kalau mereka mencari barang, selalu ada di koper mereka sendiri. Tas saya adalah ransel coklat kecil yang ringan digendong. Saya memilih ransel kecil karena dua tangan saya harus bebas untuk menjaga Little A sambil melakukan satu hal lagi, update status FB, misalnya :) Kadang Little A capek dan terpaksa saya harus menggendong sekaligus menyeret Trunki-nya. Big A sudah bisa mandiri mengurus barang bawaannya sendiri di koper Sammies dari Samsonite (foto koper di tengah). Koper ini mempunyai roda sehingga mudah diseret.

Apa isi ransel kecil saya? Jawabnya adalah barang-barang gawat darurat untuk The Precils. Yang sudah punya anak pasti tahu, banyak pernak-pernik yang harus dibawa kalau jalan-jalan sambil membawa precils. Daftar gawat darurat saya adalah: 1 set baju ganti masing-masing untuk Little A dan Big A, tas kresek untuk menampung muntah (sambil berdoa jangan sampai mereka muntah), satu botol kecil minyak telon, tisu basah dan tisu kering, susu Little A plus tempat minum kesayangannya, air putih dan permen/coklat (hanya dikeluarkan kalau Big A ada tanda-tanda pusing). Selebihnya adalah gadget, dompet dan notes pribadi saya.

Sementara itu, Si Ayah membawa ransel hijau dan koper hitam. Isinya adalah laptop, kamera, segala macam kabel charger, buku bacaan, baju, sepatu dan... rice cooker. Si Ayah juga yang bertanggung jawab terhadap dokumen perjalanan seperti paspor, tiket dan voucher hotel. Biasanya untuk perjalanan sampai dua minggu, kami hanya mengepak baju untuk 3 hari. Dalam perjalanan, kami menyempatkan mencuci baju di laundry koin. 

Agar tidak mati gaya, usahakan membawa baju yang bisa dipadu padankan. Ketika kami liburan ke Tasmania dan New Zealand, saya membawa 1 dress putih dengan corak garis-garis oranye, biru, abu-abu dan kuning, sehingga bisa dipadu-padankan menjadi 4 gaya! Untuk tidur, saya memilih celana yoga (yang tidak pernah dipakai yoga) yang nyaman. Sebenarnya celana seperti ini bisa juga untuk jogging, tapi saya selalu terlambat bangun pagi :) Sepatu, saya cukup bawa dua: sepatu kanvas warna navy blue dan sepatu olahraga yang 'rencananya' untuk jogging :p
Packing baju untuk Si Ayah lebih gampang, 3 atasan dan 3 bawahan sudah pasti menjadi 9 gaya :p Sementara The Precils saya suruh pilih sendiri baju-baju yang akan mereka bawa, yang cukup untuk 3 hari (termasuk dua pasang baju tidur) dan tambahan ekstra 2 stel. Tak lupa kami membawa rain coat (yang cukup bagus dan keren) untuk jaga-jaga kalau hujan.

Berikut adalah pertanyaan yang sering diajukan ke saya melalui email tentang packing, dan jawabannya:

1. Baju apa yang harus dibawa?
Jenis baju yang dibawa ke Australia dan New Zealand harus disesuaikan dengan musim ketika kita berangkat. Aussie dan NZ adalah negara dengan 4 musim, dan karena berada di belahan bumi selatan, musim mereka berkebalikan dengan musim di Amerika dan Eropa. Di Australia dan NZ, musim dingin jatuh pada bulan Juni-Agustus dan musim panasnya dari bulan Desember sampai Februari. Bulan September-November adalah musim semi, dan bulan Maret sampai Mei adalah musim gugur. Ramalan cuaca dan suhu bisa dicek online di Badan Meteorologi Australia dan Met Service New Zealand.

Kalau jalan-jalannya pas musim dingin, jelas perlu jaket atau sweater tebal plus aksesori seperti syal, topi wool dan sarung tangan. Tak kalah penting adalah kaos kaki dan baju dalam thermal. Baju dalam thermal dari bahan polypropylene atau merino ini sangat membantu melindungi tubuh dari angin dingin yang menyusup ke kulit. Atasan baju dalam thermal seperti kaos dalam biasa tapi lengan panjang. Bawahannya seperti legging, dan untuk laki-laki ada istilah khusus yaitu long johns. Kalau sudah memakai thermal underwear, kita tinggal pakai baju biasa lengan panjang dan dilapisi jaket. Untuk the precils, saya membelikan thermal underwear ukuran anak-anak di Kathmandu. Sementara saya dan si ayah cukup membeli dari departemen store yang lebih murah :p Kalau susah mendapatkan thermal underwear di Indonesia, belanja saja di Australia, buka katalog online di Lasoo dan ketikkan kata kunci: thermal underwear. Lasoo akan memberi tahu toko mana yang sedang diskon :)

Traveling ketika musim panas tentu lebih mudah, bawaannya tidak seberat musim dingin. Tambahannya mungkin baju renang. Perlu dicatat bahwa suhu musim panas di New Zealand masih cukup dingin bagi orang Indonesia. Ketika kami jalan-jalan ke New Zealand musim panas tahun lalu, saya tetap membawa cardigan dan jaket untuk Si Ayah dan anak-anak. Suhu musim gugur dan musim semi di Australia pun kadang masih terasa dingin bagi orang Indonesia. Selalu cek suhu dan prakiraan cuaca sebelum berangkat di tautan yang saya tulis tadi.

Tips: bawa sarung bali yang bisa digunakan sebagai alas piknik, sarung, sajadah, selimut ekstra dan sprei cadangan.

2. Seperti apa colokan listrik di Australia?
Perkara ini penting banget: nggak lucu bawa gadget macam-macam kalau nggak bisa nge-charge. Colokan di Australia bentuknya berbeda dengan yang ada di Indonesia, sehingga kita perlu adaptor. Di Australia dan New Zealand, lubang colokannya tiga pipih. Kalau sering bepergian, belilah adaptor internasional yang bisa juga digunakan di negara-negara lain. Saran saya, belilah adaptor ini di Indonesia, di toko alat-alat listrik. Di Sydney, harganya lumayan mahal, sekitar $20.
3. Boleh Nggak Bawa Makanan?
Harga makanan di Australia memang mahal, sekitar 3 sampai 5 kali lipat harga makanan di Indonesia. Membawa makanan dari Indonesia sepertinya ide bagus, untuk menghemat dan tentu saja melawan home sick (kalau bepergiannya lama). Tapi sayangnya peraturan custom Australia lumayan ketat, beberapa barang makanan dilarang masuk ke negara ini. Australia dan New Zealand melarang kita membawa bahan-bahan mentah seperti telur, daging, ayam, ikan, sayuran dan buah-buahan. Australia juga melarang masuk susu (kecuali susu formula kalau kita membawa balita) dan produk turunan susu seperti krim dan keju. New Zealand memperbolehkan kita membawa susu, tapi melarang madu. Saya pernah menulis tentang barang-barang yang tidak boleh dibawa ke Australia dan New Zealand. Baca aturan custom Australia di sini dan aturan custom New Zealand di sini.

Kalau ingin mulus ketika melewati custom, saran saya jangan membawa makanan yang dilarang seperti abon, ikan teri, rendang dll. Pengalaman saya dulu membawa masuk sambal dan mi instant bisa lolos custom. Tapi kalaupun tidak membawa Indomie, di Australia, terutama di kota-kota besar dijual makanan Indonesia kesayangan kita semua itu. Mi instan ini dijual di supermarket umum seperti Coles dan Woolworth, harganya sekitar 50 sen, tiga kali lipat dari harga di Indonesia. Kalau ingin beli makanan khas Indonesia di Sydney, mampirlah ke supermarket IGA Thaikee di atas paddys market, Sydney. Di sana, ada satu lorong (isle) yang khusus menjual makanan Indonesia seperti sambal, kecap, bumbu instan, kerupuk, agar-agar dll.

Tips: kalau memang ingin membawa makanan ke Australia, sebaiknya dijadikan satu tas tersendiri. ketika melewati custom untuk diperiksa, hanya satu tas tersebut yang perlu dibuka.

Dan, pertanyaan terakhir, the ultimate question from Indonesian traveler:
4. Perlu bawa rice cooker nggak?
Jawabannya tergantung apakah kamu tipe orang yang nggak kenyang kalau nggak makan nasi dan apakah anggaran kamu cukup untuk selalu beli makanan di Aussie dan NZ.
Saya termasuk orang yang tidak harus makan nasi. Roti jenis apapun, jagung dan kentang cukup mengenyangkan bagi saya. Begitu juga anak-anak yang sarapannya cukup senang makan dengan sereal dan susu saja. Sementara Si Ayah, bisa nggak makan nasi, tapi lebih mantap kalau ada nasi. Kami membawa rice cooker ketika liburan ke Melbourne selama lima hari dan Tasmania plus New Zealand selama dua minggu. Alasan sebenarnya adalah untuk menghemat biaya makan. Menu makanan tipikal kami adalah nasi, barbekyu daging, ayam (atau salmon!) dan lalapan mentimun, selada dan tomat. Kami membeli daging yang sudah dibumbui (marinade) di supermarket dan memanggangnya di alat BBQ yang biasanya disediakan di apartemen, motel atau Holiday Park. Ketika menginap di hotel, kami membeli lauk saja dan makan dengan nasi di kamar hotel.

Sebagai gambaran, harga seporsi makanan di restoran kelas menengah di Sydney sekitar $15-25, food court dan kafe sekitar $9-12, happy meal Mc Donald dan KFC meal $5. Harga beras satu kilo $2,50. Sila diputuskan sendiri mau bawa rice cooker atau tidak :)

Piknik di Glenorchy, South Island, NZ beralas sarung Bali. Look, that's our small rice cooker! :p
Baca juga tips packing dari website Dua Ransel: tips mengepak baju dan mencuci baju di wastafel ala Dina dan Ryan.

Yuk, siap berangkat?

~ The Emak

Pengalaman The Precils Naik Emirates
Lihat Detail

Pengalaman The Precils Naik Emirates

Foto dari http://www.emirates247.com
Hari terakhir kami di Christchurch, New Zealand, Big A sudah tidak sabar ingin segera pulang ke Sydney. Dia penasaran banget ingin mencoba fasilitas ICE (information, communication, entertaintment) Emirates yang tersedia di setiap tempat duduk termasuk di kelas ekonomi.

Ketika merencakan liburan ke Selandia Baru, saya membeli tiket terpisah pergi dan pulangnya. Kami berangkat dari Melbourne ke Queenstown dengan Jetstar yang waktu itu promosi murah banget, hanya A$ 99 per orang sekali jalan dan separuhnya untuk anak-anak. Untuk pulangnya, saya menunggu ada tiket murah dari Queenstown ke Sydney, tapi tidak beruntung. Akhirnya kami putuskan pulang dari Christchurch. Keputusan yang tepat karena asyiknya menjelajah New Zealand adalah dengan road trip. Ada beberapa perusahaan penerbangan yang melayani rute Christchurch - Sydney, yang tarifnya rata-rata lebih murah daripada Queenstown - Sydney. Suatu hari, saya kaget (dan senang) menemukan tarif promosi Emirates di websitenya.

Harga tiket Christchurch - Sydney ini totalnya NZ$629,96 atau rata-rata NZ$157,49 per orang sekali jalan. Saya pikir, kapan lagi bisa naik Emirates dengan harga terjangkau? Lagipula harga segitu lebih murah daripada Jetstar, Virgin, Qantas atau Air New Zealand. Karena ini maskapai reguler, tiket sudah termasuk bagasi (30 kg!), pilih kursi, makan dan hiburan. Saya memesan tiket langsung dari website Emirates yang mudah digunakan ini. Untuk memesan, tidak perlu ribet memasukkan nomor paspor atau keterangan lain karena profil bisa diperbarui kemudian hari. Ketika akan terbang, kami melakukan cek-in online dengan mencetak sendiri boarding pass. Waktu itu, saya minta tolong resepsionis motel kami di Christchurch untuk mencetaknya. Ketika antri untuk cek in di bandara internasional Christchurch, kami mendapat antrian khusus yang jauh lebih pendek karena sudah cek-in online. Pesawat kami ini melayani rute Christchurch - Sydney - Bangkok - Dubai. Mungkin harganya bisa murah karena ada kursi-kursi kosong di leg Christchurch - Sydney ini. Selain dari Christchurch, Emirates juga terbang dari Auckland dengan rute Auckland - Melbourne/Sydney/Brisbane kemudian Dubai. Sayangnya Emirates tidak punya penerbangan langsung dari Indonesia ke Australia atau New Zealand. Yang ingin mencoba Emirates dari Indonesia, bisa transit dulu di Singapore/KL. Ada rute Singapore - Brisbane atau KL/Singapore - Melbourne.

Cek in kami sudah beres dua jam sebelum pesawat boarding. Big A sudah tidak sabar naik pesawat ini dan ribut karena menunggu terlalu lama di bandara. Kami sempatkan menunggu dengan ngopi di kafe, makan buah dan donat, dan akhirnya main-main di ruang tunggu setelah melewati pemeriksaan keamanan. Bandara Christchurch ini cukup nyaman, dengan beberapa pilihan tempat makan, toko-toko suvenir dan toilet yang super bersih. Ada juga fasilitas wifi gratis selama 30 menit. Sebenarnya saya ingin membeli baju-baju dari wool New Zealand yang terkenal, namun apa daya harganya mencekik leher :p Harus cukup puas dengan suvenir kartu pos, magnet dan gantungan kunci.

Di ruang tunggu, Little A tidak serewel kakaknya karena bisa bermain-main dengan koper Trunki-nya. Yang saya senangi dari bandara di New Zealand, kami dipersilahkan boarding lebih awal karena membawa anak-anak kecil. Begitu juga orang hamil atau orang yang sudah tua. Big A yang paling semangat memasuki lorong menuju pesawat yang dihiasi dengan gambar alam New Zealand disertai suara cericit burung bersahutan. Sampai ketemu lagi, New Zealand :)

Formasi tempat duduk di Emirates kelas ekonomi adalah 3 - 4 - 3. Lorong di tengah lumayan sempit untuk jalan, sampai harus miring ketika berpapasan. Ketika pramugari mendorong troli makanan, praktis tidak ada sisa tempat lagi untuk jalan. Tapi toh kami tidak banyak menggunakan lorong itu. Kami memesan tempat duduk di tengah agar bisa duduk berempat, The Precils di tengah. Ruang untuk kaki lumayan lebar daripada Jetstar, atau mungkin karena kami pendek? :D Big A yang sudah menanti-nanti untuk main game dan menonton film sejak browsing tentang Emirates, segera mencoba fasilitas ICE yang ada di depannya. Fasilitas hiburan di Emirates ini memang cukup canggih. Dengan layar touch screen atau remote pribadi, kami bisa memilih untuk menonton film (banyak sekali pilihan, termasuk film baru), mendengarkan musik, membaca berita, berbelanja di toko Emirates, atau mengintip bagaimana pesawat ini lepas landas. Ada dua kamera yang bisa kita akses, kamera di bawah dan di depan pesawat. Seperti biasa, Big A yang lebih tahu cara mengoperasikan ICE ini daripada kami. Beberapa kali dia mengajari Si Ayah yang kesulitan memilih film :)



Sebelum lepas landas, anak-anak diberi mainan berupa boneka tangan berbentuk burung nuri dan macan. Little A mendapat mainan ekstra berupa majalah untuk mewarnai berikut pensil warnanya.
Pesawat berhasil lepas landas dengan mulus, tidak begitu terasa karena ini pesawat besar, Boeing 777. Little A yang kecapekan langsung tidur nyenyak di pesawat, dengan bantal yang disediakan Emirates dan selimut pink kesayangannya. Sepanjang penerbangan, Little A tidur, sehingga dia melewatkan makanan khusus untuk anak-anak yang tampak lebih 'yummy' daripada makanan dewasa :) Saya yang terbiasa naik pesawat budget, sudah lupa rasanya naik pesawat dari maskapai reguler. Jadi saya norak bahagia ketika menerima senampan makanan dengan menu lengkap: kue, camilan, salad, nasi kari dan air putih. Semua makanan di Emirates ini halal, jadi tidak perlu memesan makanan halal secara khusus. Kari ayamnya tidak begitu istimewa, tapi cukup untuk membuat perut kenyang dan melawan pusing akibat perubahan tekanan dan turbulence. Selesai makan, kami masih disuguhi minuman teh atau kopi.






Ketika kami memasuki pesawat, ada satu pramugari Emirates yang menyapa kami, "From Indonesia?" Mungkin tampang kami Indonesia banget ya, hehe. Ternyata dia orang Indonesia juga, tapi sudah lama tinggal di luar negeri. Dia sudah agak lupa bahasa Indonesia dan bertanya pada kami, apa bahasa Indonesianya "chicken" dan "beef" :) Saya senang melihat seragam pramugari Emirates yang khas banget dengan topi mereka yang dihiasi scarf. Pakaian mereka pun sopan, dengan celana panjang atau rok di bawah lutut, sehingga tidak mengganggu pemandangan :)

Secara umum, pengalaman naik Emirates ini menyenangkan. Big A sempat nonton film Smurf, sementara Si Ayah asyik menonton Transformer. Saya sendiri cukup mendengarkan musik dan memakan semua yang dihidangkan di depan saya :p Ketika akan mendarat, saya dan Big A nonton bareng aksi pesawat dari kamera di bawah dan depan pesawat. Dari jauh, kami bisa melihat daratan Sydney yang mulai nampak, sampai akhirnya pesawat mendarat di landasan dan parkir manis di tempatnya. Sydney, we're home!



~ The Emak 

Catatan: 
Kurs dolar bulan Desember 2011
NZD 1 = AUD 0.76
NZD 1 = IDR 7200
AUD 1 = NZD 1.30
AUD 1 = IDR 9150

Foto dari http://www.emirates247.com
Hari terakhir kami di Christchurch, New Zealand, Big A sudah tidak sabar ingin segera pulang ke Sydney. Dia penasaran banget ingin mencoba fasilitas ICE (information, communication, entertaintment) Emirates yang tersedia di setiap tempat duduk termasuk di kelas ekonomi.

Ketika merencakan liburan ke Selandia Baru, saya membeli tiket terpisah pergi dan pulangnya. Kami berangkat dari Melbourne ke Queenstown dengan Jetstar yang waktu itu promosi murah banget, hanya A$ 99 per orang sekali jalan dan separuhnya untuk anak-anak. Untuk pulangnya, saya menunggu ada tiket murah dari Queenstown ke Sydney, tapi tidak beruntung. Akhirnya kami putuskan pulang dari Christchurch. Keputusan yang tepat karena asyiknya menjelajah New Zealand adalah dengan road trip. Ada beberapa perusahaan penerbangan yang melayani rute Christchurch - Sydney, yang tarifnya rata-rata lebih murah daripada Queenstown - Sydney. Suatu hari, saya kaget (dan senang) menemukan tarif promosi Emirates di websitenya.

Harga tiket Christchurch - Sydney ini totalnya NZ$629,96 atau rata-rata NZ$157,49 per orang sekali jalan. Saya pikir, kapan lagi bisa naik Emirates dengan harga terjangkau? Lagipula harga segitu lebih murah daripada Jetstar, Virgin, Qantas atau Air New Zealand. Karena ini maskapai reguler, tiket sudah termasuk bagasi (30 kg!), pilih kursi, makan dan hiburan. Saya memesan tiket langsung dari website Emirates yang mudah digunakan ini. Untuk memesan, tidak perlu ribet memasukkan nomor paspor atau keterangan lain karena profil bisa diperbarui kemudian hari. Ketika akan terbang, kami melakukan cek-in online dengan mencetak sendiri boarding pass. Waktu itu, saya minta tolong resepsionis motel kami di Christchurch untuk mencetaknya. Ketika antri untuk cek in di bandara internasional Christchurch, kami mendapat antrian khusus yang jauh lebih pendek karena sudah cek-in online. Pesawat kami ini melayani rute Christchurch - Sydney - Bangkok - Dubai. Mungkin harganya bisa murah karena ada kursi-kursi kosong di leg Christchurch - Sydney ini. Selain dari Christchurch, Emirates juga terbang dari Auckland dengan rute Auckland - Melbourne/Sydney/Brisbane kemudian Dubai. Sayangnya Emirates tidak punya penerbangan langsung dari Indonesia ke Australia atau New Zealand. Yang ingin mencoba Emirates dari Indonesia, bisa transit dulu di Singapore/KL. Ada rute Singapore - Brisbane atau KL/Singapore - Melbourne.

Cek in kami sudah beres dua jam sebelum pesawat boarding. Big A sudah tidak sabar naik pesawat ini dan ribut karena menunggu terlalu lama di bandara. Kami sempatkan menunggu dengan ngopi di kafe, makan buah dan donat, dan akhirnya main-main di ruang tunggu setelah melewati pemeriksaan keamanan. Bandara Christchurch ini cukup nyaman, dengan beberapa pilihan tempat makan, toko-toko suvenir dan toilet yang super bersih. Ada juga fasilitas wifi gratis selama 30 menit. Sebenarnya saya ingin membeli baju-baju dari wool New Zealand yang terkenal, namun apa daya harganya mencekik leher :p Harus cukup puas dengan suvenir kartu pos, magnet dan gantungan kunci.

Di ruang tunggu, Little A tidak serewel kakaknya karena bisa bermain-main dengan koper Trunki-nya. Yang saya senangi dari bandara di New Zealand, kami dipersilahkan boarding lebih awal karena membawa anak-anak kecil. Begitu juga orang hamil atau orang yang sudah tua. Big A yang paling semangat memasuki lorong menuju pesawat yang dihiasi dengan gambar alam New Zealand disertai suara cericit burung bersahutan. Sampai ketemu lagi, New Zealand :)

Formasi tempat duduk di Emirates kelas ekonomi adalah 3 - 4 - 3. Lorong di tengah lumayan sempit untuk jalan, sampai harus miring ketika berpapasan. Ketika pramugari mendorong troli makanan, praktis tidak ada sisa tempat lagi untuk jalan. Tapi toh kami tidak banyak menggunakan lorong itu. Kami memesan tempat duduk di tengah agar bisa duduk berempat, The Precils di tengah. Ruang untuk kaki lumayan lebar daripada Jetstar, atau mungkin karena kami pendek? :D Big A yang sudah menanti-nanti untuk main game dan menonton film sejak browsing tentang Emirates, segera mencoba fasilitas ICE yang ada di depannya. Fasilitas hiburan di Emirates ini memang cukup canggih. Dengan layar touch screen atau remote pribadi, kami bisa memilih untuk menonton film (banyak sekali pilihan, termasuk film baru), mendengarkan musik, membaca berita, berbelanja di toko Emirates, atau mengintip bagaimana pesawat ini lepas landas. Ada dua kamera yang bisa kita akses, kamera di bawah dan di depan pesawat. Seperti biasa, Big A yang lebih tahu cara mengoperasikan ICE ini daripada kami. Beberapa kali dia mengajari Si Ayah yang kesulitan memilih film :)



Sebelum lepas landas, anak-anak diberi mainan berupa boneka tangan berbentuk burung nuri dan macan. Little A mendapat mainan ekstra berupa majalah untuk mewarnai berikut pensil warnanya.
Pesawat berhasil lepas landas dengan mulus, tidak begitu terasa karena ini pesawat besar, Boeing 777. Little A yang kecapekan langsung tidur nyenyak di pesawat, dengan bantal yang disediakan Emirates dan selimut pink kesayangannya. Sepanjang penerbangan, Little A tidur, sehingga dia melewatkan makanan khusus untuk anak-anak yang tampak lebih 'yummy' daripada makanan dewasa :) Saya yang terbiasa naik pesawat budget, sudah lupa rasanya naik pesawat dari maskapai reguler. Jadi saya norak bahagia ketika menerima senampan makanan dengan menu lengkap: kue, camilan, salad, nasi kari dan air putih. Semua makanan di Emirates ini halal, jadi tidak perlu memesan makanan halal secara khusus. Kari ayamnya tidak begitu istimewa, tapi cukup untuk membuat perut kenyang dan melawan pusing akibat perubahan tekanan dan turbulence. Selesai makan, kami masih disuguhi minuman teh atau kopi.






Ketika kami memasuki pesawat, ada satu pramugari Emirates yang menyapa kami, "From Indonesia?" Mungkin tampang kami Indonesia banget ya, hehe. Ternyata dia orang Indonesia juga, tapi sudah lama tinggal di luar negeri. Dia sudah agak lupa bahasa Indonesia dan bertanya pada kami, apa bahasa Indonesianya "chicken" dan "beef" :) Saya senang melihat seragam pramugari Emirates yang khas banget dengan topi mereka yang dihiasi scarf. Pakaian mereka pun sopan, dengan celana panjang atau rok di bawah lutut, sehingga tidak mengganggu pemandangan :)

Secara umum, pengalaman naik Emirates ini menyenangkan. Big A sempat nonton film Smurf, sementara Si Ayah asyik menonton Transformer. Saya sendiri cukup mendengarkan musik dan memakan semua yang dihidangkan di depan saya :p Ketika akan mendarat, saya dan Big A nonton bareng aksi pesawat dari kamera di bawah dan depan pesawat. Dari jauh, kami bisa melihat daratan Sydney yang mulai nampak, sampai akhirnya pesawat mendarat di landasan dan parkir manis di tempatnya. Sydney, we're home!



~ The Emak 

Catatan: 
Kurs dolar bulan Desember 2011
NZD 1 = AUD 0.76
NZD 1 = IDR 7200
AUD 1 = NZD 1.30
AUD 1 = IDR 9150

Foto dari http://www.emirates247.com
Hari terakhir kami di Christchurch, New Zealand, Big A sudah tidak sabar ingin segera pulang ke Sydney. Dia penasaran banget ingin mencoba fasilitas ICE (information, communication, entertaintment) Emirates yang tersedia di setiap tempat duduk termasuk di kelas ekonomi.

Ketika merencakan liburan ke Selandia Baru, saya membeli tiket terpisah pergi dan pulangnya. Kami berangkat dari Melbourne ke Queenstown dengan Jetstar yang waktu itu promosi murah banget, hanya A$ 99 per orang sekali jalan dan separuhnya untuk anak-anak. Untuk pulangnya, saya menunggu ada tiket murah dari Queenstown ke Sydney, tapi tidak beruntung. Akhirnya kami putuskan pulang dari Christchurch. Keputusan yang tepat karena asyiknya menjelajah New Zealand adalah dengan road trip. Ada beberapa perusahaan penerbangan yang melayani rute Christchurch - Sydney, yang tarifnya rata-rata lebih murah daripada Queenstown - Sydney. Suatu hari, saya kaget (dan senang) menemukan tarif promosi Emirates di websitenya.

Harga tiket Christchurch - Sydney ini totalnya NZ$629,96 atau rata-rata NZ$157,49 per orang sekali jalan. Saya pikir, kapan lagi bisa naik Emirates dengan harga terjangkau? Lagipula harga segitu lebih murah daripada Jetstar, Virgin, Qantas atau Air New Zealand. Karena ini maskapai reguler, tiket sudah termasuk bagasi (30 kg!), pilih kursi, makan dan hiburan. Saya memesan tiket langsung dari website Emirates yang mudah digunakan ini. Untuk memesan, tidak perlu ribet memasukkan nomor paspor atau keterangan lain karena profil bisa diperbarui kemudian hari. Ketika akan terbang, kami melakukan cek-in online dengan mencetak sendiri boarding pass. Waktu itu, saya minta tolong resepsionis motel kami di Christchurch untuk mencetaknya. Ketika antri untuk cek in di bandara internasional Christchurch, kami mendapat antrian khusus yang jauh lebih pendek karena sudah cek-in online. Pesawat kami ini melayani rute Christchurch - Sydney - Bangkok - Dubai. Mungkin harganya bisa murah karena ada kursi-kursi kosong di leg Christchurch - Sydney ini. Selain dari Christchurch, Emirates juga terbang dari Auckland dengan rute Auckland - Melbourne/Sydney/Brisbane kemudian Dubai. Sayangnya Emirates tidak punya penerbangan langsung dari Indonesia ke Australia atau New Zealand. Yang ingin mencoba Emirates dari Indonesia, bisa transit dulu di Singapore/KL. Ada rute Singapore - Brisbane atau KL/Singapore - Melbourne.

Cek in kami sudah beres dua jam sebelum pesawat boarding. Big A sudah tidak sabar naik pesawat ini dan ribut karena menunggu terlalu lama di bandara. Kami sempatkan menunggu dengan ngopi di kafe, makan buah dan donat, dan akhirnya main-main di ruang tunggu setelah melewati pemeriksaan keamanan. Bandara Christchurch ini cukup nyaman, dengan beberapa pilihan tempat makan, toko-toko suvenir dan toilet yang super bersih. Ada juga fasilitas wifi gratis selama 30 menit. Sebenarnya saya ingin membeli baju-baju dari wool New Zealand yang terkenal, namun apa daya harganya mencekik leher :p Harus cukup puas dengan suvenir kartu pos, magnet dan gantungan kunci.

Di ruang tunggu, Little A tidak serewel kakaknya karena bisa bermain-main dengan koper Trunki-nya. Yang saya senangi dari bandara di New Zealand, kami dipersilahkan boarding lebih awal karena membawa anak-anak kecil. Begitu juga orang hamil atau orang yang sudah tua. Big A yang paling semangat memasuki lorong menuju pesawat yang dihiasi dengan gambar alam New Zealand disertai suara cericit burung bersahutan. Sampai ketemu lagi, New Zealand :)

Formasi tempat duduk di Emirates kelas ekonomi adalah 3 - 4 - 3. Lorong di tengah lumayan sempit untuk jalan, sampai harus miring ketika berpapasan. Ketika pramugari mendorong troli makanan, praktis tidak ada sisa tempat lagi untuk jalan. Tapi toh kami tidak banyak menggunakan lorong itu. Kami memesan tempat duduk di tengah agar bisa duduk berempat, The Precils di tengah. Ruang untuk kaki lumayan lebar daripada Jetstar, atau mungkin karena kami pendek? :D Big A yang sudah menanti-nanti untuk main game dan menonton film sejak browsing tentang Emirates, segera mencoba fasilitas ICE yang ada di depannya. Fasilitas hiburan di Emirates ini memang cukup canggih. Dengan layar touch screen atau remote pribadi, kami bisa memilih untuk menonton film (banyak sekali pilihan, termasuk film baru), mendengarkan musik, membaca berita, berbelanja di toko Emirates, atau mengintip bagaimana pesawat ini lepas landas. Ada dua kamera yang bisa kita akses, kamera di bawah dan di depan pesawat. Seperti biasa, Big A yang lebih tahu cara mengoperasikan ICE ini daripada kami. Beberapa kali dia mengajari Si Ayah yang kesulitan memilih film :)



Sebelum lepas landas, anak-anak diberi mainan berupa boneka tangan berbentuk burung nuri dan macan. Little A mendapat mainan ekstra berupa majalah untuk mewarnai berikut pensil warnanya.
Pesawat berhasil lepas landas dengan mulus, tidak begitu terasa karena ini pesawat besar, Boeing 777. Little A yang kecapekan langsung tidur nyenyak di pesawat, dengan bantal yang disediakan Emirates dan selimut pink kesayangannya. Sepanjang penerbangan, Little A tidur, sehingga dia melewatkan makanan khusus untuk anak-anak yang tampak lebih 'yummy' daripada makanan dewasa :) Saya yang terbiasa naik pesawat budget, sudah lupa rasanya naik pesawat dari maskapai reguler. Jadi saya norak bahagia ketika menerima senampan makanan dengan menu lengkap: kue, camilan, salad, nasi kari dan air putih. Semua makanan di Emirates ini halal, jadi tidak perlu memesan makanan halal secara khusus. Kari ayamnya tidak begitu istimewa, tapi cukup untuk membuat perut kenyang dan melawan pusing akibat perubahan tekanan dan turbulence. Selesai makan, kami masih disuguhi minuman teh atau kopi.






Ketika kami memasuki pesawat, ada satu pramugari Emirates yang menyapa kami, "From Indonesia?" Mungkin tampang kami Indonesia banget ya, hehe. Ternyata dia orang Indonesia juga, tapi sudah lama tinggal di luar negeri. Dia sudah agak lupa bahasa Indonesia dan bertanya pada kami, apa bahasa Indonesianya "chicken" dan "beef" :) Saya senang melihat seragam pramugari Emirates yang khas banget dengan topi mereka yang dihiasi scarf. Pakaian mereka pun sopan, dengan celana panjang atau rok di bawah lutut, sehingga tidak mengganggu pemandangan :)

Secara umum, pengalaman naik Emirates ini menyenangkan. Big A sempat nonton film Smurf, sementara Si Ayah asyik menonton Transformer. Saya sendiri cukup mendengarkan musik dan memakan semua yang dihidangkan di depan saya :p Ketika akan mendarat, saya dan Big A nonton bareng aksi pesawat dari kamera di bawah dan depan pesawat. Dari jauh, kami bisa melihat daratan Sydney yang mulai nampak, sampai akhirnya pesawat mendarat di landasan dan parkir manis di tempatnya. Sydney, we're home!



~ The Emak 

Catatan: 
Kurs dolar bulan Desember 2011
NZD 1 = AUD 0.76
NZD 1 = IDR 7200
AUD 1 = NZD 1.30
AUD 1 = IDR 9150

Foto dari http://www.emirates247.com
Hari terakhir kami di Christchurch, New Zealand, Big A sudah tidak sabar ingin segera pulang ke Sydney. Dia penasaran banget ingin mencoba fasilitas ICE (information, communication, entertaintment) Emirates yang tersedia di setiap tempat duduk termasuk di kelas ekonomi.

Ketika merencakan liburan ke Selandia Baru, saya membeli tiket terpisah pergi dan pulangnya. Kami berangkat dari Melbourne ke Queenstown dengan Jetstar yang waktu itu promosi murah banget, hanya A$ 99 per orang sekali jalan dan separuhnya untuk anak-anak. Untuk pulangnya, saya menunggu ada tiket murah dari Queenstown ke Sydney, tapi tidak beruntung. Akhirnya kami putuskan pulang dari Christchurch. Keputusan yang tepat karena asyiknya menjelajah New Zealand adalah dengan road trip. Ada beberapa perusahaan penerbangan yang melayani rute Christchurch - Sydney, yang tarifnya rata-rata lebih murah daripada Queenstown - Sydney. Suatu hari, saya kaget (dan senang) menemukan tarif promosi Emirates di websitenya.

Harga tiket Christchurch - Sydney ini totalnya NZ$629,96 atau rata-rata NZ$157,49 per orang sekali jalan. Saya pikir, kapan lagi bisa naik Emirates dengan harga terjangkau? Lagipula harga segitu lebih murah daripada Jetstar, Virgin, Qantas atau Air New Zealand. Karena ini maskapai reguler, tiket sudah termasuk bagasi (30 kg!), pilih kursi, makan dan hiburan. Saya memesan tiket langsung dari website Emirates yang mudah digunakan ini. Untuk memesan, tidak perlu ribet memasukkan nomor paspor atau keterangan lain karena profil bisa diperbarui kemudian hari. Ketika akan terbang, kami melakukan cek-in online dengan mencetak sendiri boarding pass. Waktu itu, saya minta tolong resepsionis motel kami di Christchurch untuk mencetaknya. Ketika antri untuk cek in di bandara internasional Christchurch, kami mendapat antrian khusus yang jauh lebih pendek karena sudah cek-in online. Pesawat kami ini melayani rute Christchurch - Sydney - Bangkok - Dubai. Mungkin harganya bisa murah karena ada kursi-kursi kosong di leg Christchurch - Sydney ini. Selain dari Christchurch, Emirates juga terbang dari Auckland dengan rute Auckland - Melbourne/Sydney/Brisbane kemudian Dubai. Sayangnya Emirates tidak punya penerbangan langsung dari Indonesia ke Australia atau New Zealand. Yang ingin mencoba Emirates dari Indonesia, bisa transit dulu di Singapore/KL. Ada rute Singapore - Brisbane atau KL/Singapore - Melbourne.

Cek in kami sudah beres dua jam sebelum pesawat boarding. Big A sudah tidak sabar naik pesawat ini dan ribut karena menunggu terlalu lama di bandara. Kami sempatkan menunggu dengan ngopi di kafe, makan buah dan donat, dan akhirnya main-main di ruang tunggu setelah melewati pemeriksaan keamanan. Bandara Christchurch ini cukup nyaman, dengan beberapa pilihan tempat makan, toko-toko suvenir dan toilet yang super bersih. Ada juga fasilitas wifi gratis selama 30 menit. Sebenarnya saya ingin membeli baju-baju dari wool New Zealand yang terkenal, namun apa daya harganya mencekik leher :p Harus cukup puas dengan suvenir kartu pos, magnet dan gantungan kunci.

Di ruang tunggu, Little A tidak serewel kakaknya karena bisa bermain-main dengan koper Trunki-nya. Yang saya senangi dari bandara di New Zealand, kami dipersilahkan boarding lebih awal karena membawa anak-anak kecil. Begitu juga orang hamil atau orang yang sudah tua. Big A yang paling semangat memasuki lorong menuju pesawat yang dihiasi dengan gambar alam New Zealand disertai suara cericit burung bersahutan. Sampai ketemu lagi, New Zealand :)

Formasi tempat duduk di Emirates kelas ekonomi adalah 3 - 4 - 3. Lorong di tengah lumayan sempit untuk jalan, sampai harus miring ketika berpapasan. Ketika pramugari mendorong troli makanan, praktis tidak ada sisa tempat lagi untuk jalan. Tapi toh kami tidak banyak menggunakan lorong itu. Kami memesan tempat duduk di tengah agar bisa duduk berempat, The Precils di tengah. Ruang untuk kaki lumayan lebar daripada Jetstar, atau mungkin karena kami pendek? :D Big A yang sudah menanti-nanti untuk main game dan menonton film sejak browsing tentang Emirates, segera mencoba fasilitas ICE yang ada di depannya. Fasilitas hiburan di Emirates ini memang cukup canggih. Dengan layar touch screen atau remote pribadi, kami bisa memilih untuk menonton film (banyak sekali pilihan, termasuk film baru), mendengarkan musik, membaca berita, berbelanja di toko Emirates, atau mengintip bagaimana pesawat ini lepas landas. Ada dua kamera yang bisa kita akses, kamera di bawah dan di depan pesawat. Seperti biasa, Big A yang lebih tahu cara mengoperasikan ICE ini daripada kami. Beberapa kali dia mengajari Si Ayah yang kesulitan memilih film :)



Sebelum lepas landas, anak-anak diberi mainan berupa boneka tangan berbentuk burung nuri dan macan. Little A mendapat mainan ekstra berupa majalah untuk mewarnai berikut pensil warnanya.
Pesawat berhasil lepas landas dengan mulus, tidak begitu terasa karena ini pesawat besar, Boeing 777. Little A yang kecapekan langsung tidur nyenyak di pesawat, dengan bantal yang disediakan Emirates dan selimut pink kesayangannya. Sepanjang penerbangan, Little A tidur, sehingga dia melewatkan makanan khusus untuk anak-anak yang tampak lebih 'yummy' daripada makanan dewasa :) Saya yang terbiasa naik pesawat budget, sudah lupa rasanya naik pesawat dari maskapai reguler. Jadi saya norak bahagia ketika menerima senampan makanan dengan menu lengkap: kue, camilan, salad, nasi kari dan air putih. Semua makanan di Emirates ini halal, jadi tidak perlu memesan makanan halal secara khusus. Kari ayamnya tidak begitu istimewa, tapi cukup untuk membuat perut kenyang dan melawan pusing akibat perubahan tekanan dan turbulence. Selesai makan, kami masih disuguhi minuman teh atau kopi.






Ketika kami memasuki pesawat, ada satu pramugari Emirates yang menyapa kami, "From Indonesia?" Mungkin tampang kami Indonesia banget ya, hehe. Ternyata dia orang Indonesia juga, tapi sudah lama tinggal di luar negeri. Dia sudah agak lupa bahasa Indonesia dan bertanya pada kami, apa bahasa Indonesianya "chicken" dan "beef" :) Saya senang melihat seragam pramugari Emirates yang khas banget dengan topi mereka yang dihiasi scarf. Pakaian mereka pun sopan, dengan celana panjang atau rok di bawah lutut, sehingga tidak mengganggu pemandangan :)

Secara umum, pengalaman naik Emirates ini menyenangkan. Big A sempat nonton film Smurf, sementara Si Ayah asyik menonton Transformer. Saya sendiri cukup mendengarkan musik dan memakan semua yang dihidangkan di depan saya :p Ketika akan mendarat, saya dan Big A nonton bareng aksi pesawat dari kamera di bawah dan depan pesawat. Dari jauh, kami bisa melihat daratan Sydney yang mulai nampak, sampai akhirnya pesawat mendarat di landasan dan parkir manis di tempatnya. Sydney, we're home!



~ The Emak 

Catatan: 
Kurs dolar bulan Desember 2011
NZD 1 = AUD 0.76
NZD 1 = IDR 7200
AUD 1 = NZD 1.30
AUD 1 = IDR 9150