-->
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT
Lihat Detail

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT

Skripsi/Thesis
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT
Tinjauan dari Persepsi Pasien
Oleh :
Burhanuddin Gamrin, SKM dan M. Joeharno, SKM

PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
Terwujudnya keadaan sehat merupakan kehendak semua pihak. Tidak hanya orang-per orang atau keluarga, akan tetapi juga oleh kelompok dan bahkan oleh seluruh anggota masyarakat. Adapun yang dimaksudkan dengan sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (U.U No 23 tahun 1992).
Kesehatan dipandang sebagai sumber daya yang memberikan kemampuan pada individu, kelompok, dan masyarakat untuk meningkatkan kemampuan mengelola bahkan merubah pola hidup, kebiasaan dan lingkungan. Hal ini sesuai dengan arah pembangunan kesehatan kita yang meninggalkan paradigma lama menuju paradigma sehat, dalam rangka menuju Indonesia Sehat 2010 (Ahmad Djojosugitjo, 2001).
Tujuan pelayanan kesehatan adalah tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang memuaskan harapan dan kebutuhan derajat masyarakat (consumer satisfaction), melalui pelayanan yang efektif oleh pemberi pelayanan yang memuaskan harapan dan kebutuhan pemberi pelayanan (provider satisfaction), pada institusi pelayanan yang diselenggarakan secara efisien (institutional satisfaction). Interaksi ketiga pilar utama pelayanan kesehatan yang serasi, selaras dan seimbang, merupakan paduan dari kepuasan tiga pihak, dan ini merupakan pelayanan kesehatan yang memuaskan (satisfactory healty care) (Ahmad Djojosugitjo, 2001).
Upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan adalah langkah terpenting untuk meningkatkan daya saing usaha Indonesia di sektor kesehatan. Hal ini tidak ringan karena peningkatan mutu tersebut bukan hanya untuk rumah sakit saja tetapi berlaku untuk semua tingkatan pelayanan kesehatan mulai dari Puskesmas Pembantu dan Puskesmas, baik di fasilitas pemerintahan maupun swasta (Ahmad Djojosugitjo, 2001).
Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa masyarakat pengguna pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta semakin menuntut pelayanan yang bermutu. Tak dapat dipungkiri bahwa kini pasien semakin kritis terhadap pelayanan kesehatan dan menuntut keamanannya (Sulastomo, 2005).
Berbagai fakta menunjukkan adanya masalah serius dalam mutu pelayanan kesehatan di Indonesia. Hal ini disebabkan karena belum adanya sistem pengendali mutu yang terbaik yang dapat diterapkan. Pemahaman secara lebih mendalam tentang good governance merupakan salah satu upaya terhadap perwujudan pelayanan kesehatan yang lebih bermutu (Laksono, 2005).
Upaya peningkatan mutu adalah aksioma yang lemah capaian individunya, pada umumnya mencerminkan kegagalan sistem atau ketidakmampuan dari suatu organisasi memandang dan mengimprovisasikan sistem jaminan mutu. Gagasan peningkatan kualitas mutu merupakan tantangan di dalam suatu organisasi pelayanan kesehatan (Sulastomo, 2006).
Rumah sakit merupakan suatu tempat untuk melakukan upaya meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan. Masyarakat telah menganggap bahwa rumah sakit adalah harapan terakhir bagi orang yang sedang sakit. Bahkan ada sebagian masyarakat yang berperilaku untuk cepat-cepat berobat ke rumah sakit, jika mereka menderita suatu penyakit tertentu. Agar dicapai tingkat pelayanan kesehatan yang berkualitas, rumah sakit mengupayakan itu dengan meningkatkan berbagai fasilitas pelayanan (Sudarwanto, 1995).
Peningkatan mutu sebagai salah satu upaya merupakan tujuan fundamental dari pelayanan kesehatan, yakni melindungi pasien, tenaga kesehatan, dan organisasi tersebut. Hal ini merupakan suatu proses dengan output yang baru akan dapat terlihat pada program jangka menengah ataupun program jangka panjang (Sulastomo, 2006).
Pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan bentuk pelayanan yang diberikan kepada klien oleh suatu tim multi disiplin. Pelayanan kesehatan pada masa kini sudah merupakan industri jasa kesehatan utama dimana setiap rumah sakit bertanggung gugat terhadap penerima jasa pelayanan kesehatan. Keberadaan dan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan ditentukan oleh nilai-nilai dan harapan dari penerima jasa pelayanan tersebut. Disamping itu, penekanan pelayanan kepada kualitas yang tinggi tersebut harus dapat dicapai dengan biaya yang dapat dipertanggungjawabkan (Ely Nurachma, 2007).
Berdasarkan hal tersebut di atas maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti dan menganalisis beberapa aspek yang mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan di RS Massenrempulu Kabupaten Enrekang.

  1. Batasan Masalah
Mutu pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh beberapa aspek namun karena aspek keterbatasan yang dimiliki peneliti maka pada penelitian ini hanya dibatasi pada aspek jumlah petugas, ketanggapan petugas, kehandalan petugas dan ketersediaan/kelengkapan fasilitas pelayanan.

  1. Rumusan Masalah
Bagaimana mutu pelayanan kesehatan pasien rawat inap ditinjau dari aspek jumlah petugas, ketanggapan petugas, kehandalan petugas, dan ketersediaan/kelengkapan fasilitas di RSU Massenrempulu Kabupaten Enrekang ?”

  1. Tujuan Penelitian
    1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui beberapa aspek yang mempengaruhi mutu pelayanan pada pasien rawat inap di RSU Massenrempulu Kabupaten Enrekang.
    1. Tujuan Khusus
  1. Untuk menganalisis hubungan jumlah petugas, ketanggapan petugas, kehandalan petugas, dan ketersediaan/kelengkapan fasilitas terhadap mutu pelayanan kesehatan pasien rawat inap di RSU Massenrempulu Kabupaten Enrekang

  1. Manfaat Penelitian
    1. Manfaat Ilmiah
    2. Manfaat Institusi
    3. Manfaat Bagi Peneliti



  1. Tinjauan Umum Tentang Mutu Pelayanan Kesehatan
  2. Tinjauan Umum Tentang Rumah Sakit
  3. Tinjauam Umum Tentang Variabel Yang Diteliti
KERANGKA KONSEP

  1. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian
Beberapa aspek yang mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan akan dijelaskan sebagai berikut.
  1. Jumlah Petugas
Jumlah petugas merupakan salah satu aspek yang menunjang pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Keadaan petugas yang kurang menyebabkan penyelenggaraan pelayanan dilaksanakan tidak maksimal dan kurang memenuhi kepuasan pasien atas pelayanan yang diberikan. Selain itu, petugas sendiri akan mengalami kewalahan dalam menjalankan tugasnya yang pada nantinya akan menurunkan tingkat kemampuan kerja yang diberikan petugas kepada pasien di rumah sakit.
  1. Ketanggapan petugas
Ketanggapan petugas berhubungan dengan aspek kesigapan dari petugas dalam memenuhi kebutuhan pasien akan pelayanan yang dinginkan. Tingkat kesigapan dari petugass kesehatan dalam memberikan pelayanan merupakan salahs atu aspek yang mempengaruhi penilaian pasien atas mutu pelayanan yang diselenggarakan.
  1. Kehandalan petugas
Kehandalan berhubungan dengan tingkat kemampuan dan keterampilan yang dimiliki petugas dalam menyelenggarakan dan memberikan pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Tingkat kemampuan dan keterampilan yang kurang dari tenaga kesehatan tentunya akan memberikan pelayanan yang kurang memenuhi kepuasan pasien sebagai standar penilaian terhadap mutu pelayanan.
  1. Ketersediaan dan kelengkapan fasilitas
Fasilitas merupakan sarana bantu bagi instansi dan tenaga kesehatan dalam menyelenggarakan pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Keadaan fasilitas yang memadai akan membantu terhadap penyelenggaraan pelayanan kepada pasien.

  1. Pola Pikir Variabel Penelitian
Berdasarkan dasar pemikiran yang telah dijelaskan sebelumnya di atas maka dapat disusun bagan pemikiran variabel penelitian sebagai berikut













Keterangan
: Variabel independen
: Variabel dependen

  1. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
  1. Mutu Pelayanan Kesehatan
  2. Jumlah Petugas
  3. Ketanggapan Petugas
  4. Kehandalan Petugas
  5. Ketersediaan/Kelengkapan Fasilitas
  1. Hipotesis Penelitian
  1. Hipotesis Null (Ho)
  1. Tidak ada hubungan jumlah petugas, ketanggapan petugas, kehandalan petugas, dan ketersediaan/kelengkapan fasilitas terhadap mutu pelayanan kesehatan di RSU Massenrempulu Kabupaten Enrekang
  1. Hipotesis Alternatif (Ha)
  1. Ada hubungan jumlah petugas, ketanggapan petugas, kehandalan petugas, dan ketersediaan/kelengkapan fasilitas terhadap mutu pelayanan kesehatan di RSU Massenrempulu Kabupaten Enrekang

METODE PENELITIAN

      1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional dengan pendekatan analitik rancangan Cross Sectional Study
      1. Populasi dan Sampel
  1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien rawat inap di RSU Massenrempulu Kab Enrekang yang telah mendapatkan perawatan
  1. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah sebahagian dari populasi yang ditentukan berdasarkan teknik pengambilan sampel secara proporsional stratified random sampling dengan penentuan besar sampel menggunakan rumus sebagai berikut.
n =
Dimana :
n = besarnya sampel dalam penelitian
N = besarnya populasi dalam penelitian
d = tingkat kepercayaan (0,05)
      1. Pengumpulan Data
  1. Data Primer
Data primer diperoleh dengan melaksanakan wawancara langsung
  1. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh melalui instansi terkait
      1. Pengolahan dan Analisa Data
  1. Pengolahan Data
Pengolahan data penelitian dilaksanakan dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS for windows dengan langkah-langkah sebagai berikut.
        1. Tahap editing dilakukan dengan tujuan agar data yang diperoleh merupakan informasi yang benar. Pada tahap ini dilakukan dengan memperhatikan kelengkapan jawaban dan jelas tidaknya jawaban
        2. Pengkodean dimaksudkan untuk menyingkat data yang diperoleh agar memudahkan dalam pengolahan dan menganalisis data dengan memberikan kode dalam bentuk angka. Berdasarkan perhitungan Skala Likert dimana setiap jawaban “Selau” diberi nilai 5, “Sering” diberi nilai 4, kadang-kadang diberi nilai 3, “Pernah” diberi nilai 2 dan jika jawaban “Tidak Pernah” diberi nilai 1.
        3. Pembuatan/pemindahan hasil koding kuesioner ke daftar koding (master tabel)
  1. Analisa Data
Analisis data ditujukan untuk mengetahui hubungan variabel independen dengan variabel dependen dengan menggunakan uji Chi Square Test dengan rumus sebagai berikut :
X2 =
Dimana :
O = nilai observasi
E = Nilai ekspektasi (harapan)
df = (c – 1) (r – 1)
Hasil uji statistik dikatakan bermakna jika nilai p < α – 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Jika nilai ekspektif kurang dari 5 maka uji statistik dengan menggunakan rumus Fisher’s Exact Test yaitu :
      1. Penyajian Data
Data yang telah diolah kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi analisis univariat dan tabel silang analisis bivariat dalam rangka menganalisis hubungan variabel independen terhadap variabel dependen.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

  1. Hasil Penelitian
  1. Karakteristik Responden
  1. Umur
Responden tertinggi berada pada kelompok umur 20 – 29 tahun sebanyak 57 (55,9%) dan terendah pada kelompok umur <>
  1. Jenis Kelamin
Responden terbanyak adalah perempuan sebanyak 56 (54,9%).
  1. Pendidikan
Responden tertinggi telah menamatkan pendidikan pada jenjang SMA sederajat sebanyak 52 (51%) dan terendah tidak sekolah dan SMP masing-masing sebanyak 7 (6,9%).
  1. Pekerjaan
Responden tertinggi dengan status tidak bekerja/URT sebanyak 35 (34,3%) sedangkan yang bekerja tertinggi sebagai wiraswasta sebanyak 31 (30,4%) dan terendah yang bekerja sebagai pegawai swasta sebanyak 3 (2,9%).
  1. Variabel Penelitian
  1. Jumlah Petugas
Lebih dominan responden menyatakan jumlah petugas yang memberikan pelayanan di rumah sakit sudah berada pada kategori cukup sebanyak 64 (62,7%).


Skripsi/Thesis
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT
Tinjauan dari Persepsi Pasien
Oleh :
Burhanuddin Gamrin, SKM dan M. Joeharno, SKM

PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
Terwujudnya keadaan sehat merupakan kehendak semua pihak. Tidak hanya orang-per orang atau keluarga, akan tetapi juga oleh kelompok dan bahkan oleh seluruh anggota masyarakat. Adapun yang dimaksudkan dengan sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (U.U No 23 tahun 1992).
Kesehatan dipandang sebagai sumber daya yang memberikan kemampuan pada individu, kelompok, dan masyarakat untuk meningkatkan kemampuan mengelola bahkan merubah pola hidup, kebiasaan dan lingkungan. Hal ini sesuai dengan arah pembangunan kesehatan kita yang meninggalkan paradigma lama menuju paradigma sehat, dalam rangka menuju Indonesia Sehat 2010 (Ahmad Djojosugitjo, 2001).
Tujuan pelayanan kesehatan adalah tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang memuaskan harapan dan kebutuhan derajat masyarakat (consumer satisfaction), melalui pelayanan yang efektif oleh pemberi pelayanan yang memuaskan harapan dan kebutuhan pemberi pelayanan (provider satisfaction), pada institusi pelayanan yang diselenggarakan secara efisien (institutional satisfaction). Interaksi ketiga pilar utama pelayanan kesehatan yang serasi, selaras dan seimbang, merupakan paduan dari kepuasan tiga pihak, dan ini merupakan pelayanan kesehatan yang memuaskan (satisfactory healty care) (Ahmad Djojosugitjo, 2001).
Upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan adalah langkah terpenting untuk meningkatkan daya saing usaha Indonesia di sektor kesehatan. Hal ini tidak ringan karena peningkatan mutu tersebut bukan hanya untuk rumah sakit saja tetapi berlaku untuk semua tingkatan pelayanan kesehatan mulai dari Puskesmas Pembantu dan Puskesmas, baik di fasilitas pemerintahan maupun swasta (Ahmad Djojosugitjo, 2001).
Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa masyarakat pengguna pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta semakin menuntut pelayanan yang bermutu. Tak dapat dipungkiri bahwa kini pasien semakin kritis terhadap pelayanan kesehatan dan menuntut keamanannya (Sulastomo, 2005).
Berbagai fakta menunjukkan adanya masalah serius dalam mutu pelayanan kesehatan di Indonesia. Hal ini disebabkan karena belum adanya sistem pengendali mutu yang terbaik yang dapat diterapkan. Pemahaman secara lebih mendalam tentang good governance merupakan salah satu upaya terhadap perwujudan pelayanan kesehatan yang lebih bermutu (Laksono, 2005).
Upaya peningkatan mutu adalah aksioma yang lemah capaian individunya, pada umumnya mencerminkan kegagalan sistem atau ketidakmampuan dari suatu organisasi memandang dan mengimprovisasikan sistem jaminan mutu. Gagasan peningkatan kualitas mutu merupakan tantangan di dalam suatu organisasi pelayanan kesehatan (Sulastomo, 2006).
Rumah sakit merupakan suatu tempat untuk melakukan upaya meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan. Masyarakat telah menganggap bahwa rumah sakit adalah harapan terakhir bagi orang yang sedang sakit. Bahkan ada sebagian masyarakat yang berperilaku untuk cepat-cepat berobat ke rumah sakit, jika mereka menderita suatu penyakit tertentu. Agar dicapai tingkat pelayanan kesehatan yang berkualitas, rumah sakit mengupayakan itu dengan meningkatkan berbagai fasilitas pelayanan (Sudarwanto, 1995).
Peningkatan mutu sebagai salah satu upaya merupakan tujuan fundamental dari pelayanan kesehatan, yakni melindungi pasien, tenaga kesehatan, dan organisasi tersebut. Hal ini merupakan suatu proses dengan output yang baru akan dapat terlihat pada program jangka menengah ataupun program jangka panjang (Sulastomo, 2006).
Pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan bentuk pelayanan yang diberikan kepada klien oleh suatu tim multi disiplin. Pelayanan kesehatan pada masa kini sudah merupakan industri jasa kesehatan utama dimana setiap rumah sakit bertanggung gugat terhadap penerima jasa pelayanan kesehatan. Keberadaan dan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan ditentukan oleh nilai-nilai dan harapan dari penerima jasa pelayanan tersebut. Disamping itu, penekanan pelayanan kepada kualitas yang tinggi tersebut harus dapat dicapai dengan biaya yang dapat dipertanggungjawabkan (Ely Nurachma, 2007).
Berdasarkan hal tersebut di atas maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti dan menganalisis beberapa aspek yang mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan di RS Massenrempulu Kabupaten Enrekang.

  1. Batasan Masalah
Mutu pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh beberapa aspek namun karena aspek keterbatasan yang dimiliki peneliti maka pada penelitian ini hanya dibatasi pada aspek jumlah petugas, ketanggapan petugas, kehandalan petugas dan ketersediaan/kelengkapan fasilitas pelayanan.

  1. Rumusan Masalah
Bagaimana mutu pelayanan kesehatan pasien rawat inap ditinjau dari aspek jumlah petugas, ketanggapan petugas, kehandalan petugas, dan ketersediaan/kelengkapan fasilitas di RSU Massenrempulu Kabupaten Enrekang ?”

  1. Tujuan Penelitian
    1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui beberapa aspek yang mempengaruhi mutu pelayanan pada pasien rawat inap di RSU Massenrempulu Kabupaten Enrekang.
    1. Tujuan Khusus
  1. Untuk menganalisis hubungan jumlah petugas, ketanggapan petugas, kehandalan petugas, dan ketersediaan/kelengkapan fasilitas terhadap mutu pelayanan kesehatan pasien rawat inap di RSU Massenrempulu Kabupaten Enrekang

  1. Manfaat Penelitian
    1. Manfaat Ilmiah
    2. Manfaat Institusi
    3. Manfaat Bagi Peneliti



  1. Tinjauan Umum Tentang Mutu Pelayanan Kesehatan
  2. Tinjauan Umum Tentang Rumah Sakit
  3. Tinjauam Umum Tentang Variabel Yang Diteliti
KERANGKA KONSEP

  1. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian
Beberapa aspek yang mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan akan dijelaskan sebagai berikut.
  1. Jumlah Petugas
Jumlah petugas merupakan salah satu aspek yang menunjang pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Keadaan petugas yang kurang menyebabkan penyelenggaraan pelayanan dilaksanakan tidak maksimal dan kurang memenuhi kepuasan pasien atas pelayanan yang diberikan. Selain itu, petugas sendiri akan mengalami kewalahan dalam menjalankan tugasnya yang pada nantinya akan menurunkan tingkat kemampuan kerja yang diberikan petugas kepada pasien di rumah sakit.
  1. Ketanggapan petugas
Ketanggapan petugas berhubungan dengan aspek kesigapan dari petugas dalam memenuhi kebutuhan pasien akan pelayanan yang dinginkan. Tingkat kesigapan dari petugass kesehatan dalam memberikan pelayanan merupakan salahs atu aspek yang mempengaruhi penilaian pasien atas mutu pelayanan yang diselenggarakan.
  1. Kehandalan petugas
Kehandalan berhubungan dengan tingkat kemampuan dan keterampilan yang dimiliki petugas dalam menyelenggarakan dan memberikan pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Tingkat kemampuan dan keterampilan yang kurang dari tenaga kesehatan tentunya akan memberikan pelayanan yang kurang memenuhi kepuasan pasien sebagai standar penilaian terhadap mutu pelayanan.
  1. Ketersediaan dan kelengkapan fasilitas
Fasilitas merupakan sarana bantu bagi instansi dan tenaga kesehatan dalam menyelenggarakan pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Keadaan fasilitas yang memadai akan membantu terhadap penyelenggaraan pelayanan kepada pasien.

  1. Pola Pikir Variabel Penelitian
Berdasarkan dasar pemikiran yang telah dijelaskan sebelumnya di atas maka dapat disusun bagan pemikiran variabel penelitian sebagai berikut













Keterangan
: Variabel independen
: Variabel dependen

  1. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
  1. Mutu Pelayanan Kesehatan
  2. Jumlah Petugas
  3. Ketanggapan Petugas
  4. Kehandalan Petugas
  5. Ketersediaan/Kelengkapan Fasilitas
  1. Hipotesis Penelitian
  1. Hipotesis Null (Ho)
  1. Tidak ada hubungan jumlah petugas, ketanggapan petugas, kehandalan petugas, dan ketersediaan/kelengkapan fasilitas terhadap mutu pelayanan kesehatan di RSU Massenrempulu Kabupaten Enrekang
  1. Hipotesis Alternatif (Ha)
  1. Ada hubungan jumlah petugas, ketanggapan petugas, kehandalan petugas, dan ketersediaan/kelengkapan fasilitas terhadap mutu pelayanan kesehatan di RSU Massenrempulu Kabupaten Enrekang

METODE PENELITIAN

      1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional dengan pendekatan analitik rancangan Cross Sectional Study
      1. Populasi dan Sampel
  1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien rawat inap di RSU Massenrempulu Kab Enrekang yang telah mendapatkan perawatan
  1. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah sebahagian dari populasi yang ditentukan berdasarkan teknik pengambilan sampel secara proporsional stratified random sampling dengan penentuan besar sampel menggunakan rumus sebagai berikut.
n =
Dimana :
n = besarnya sampel dalam penelitian
N = besarnya populasi dalam penelitian
d = tingkat kepercayaan (0,05)
      1. Pengumpulan Data
  1. Data Primer
Data primer diperoleh dengan melaksanakan wawancara langsung
  1. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh melalui instansi terkait
      1. Pengolahan dan Analisa Data
  1. Pengolahan Data
Pengolahan data penelitian dilaksanakan dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS for windows dengan langkah-langkah sebagai berikut.
        1. Tahap editing dilakukan dengan tujuan agar data yang diperoleh merupakan informasi yang benar. Pada tahap ini dilakukan dengan memperhatikan kelengkapan jawaban dan jelas tidaknya jawaban
        2. Pengkodean dimaksudkan untuk menyingkat data yang diperoleh agar memudahkan dalam pengolahan dan menganalisis data dengan memberikan kode dalam bentuk angka. Berdasarkan perhitungan Skala Likert dimana setiap jawaban “Selau” diberi nilai 5, “Sering” diberi nilai 4, kadang-kadang diberi nilai 3, “Pernah” diberi nilai 2 dan jika jawaban “Tidak Pernah” diberi nilai 1.
        3. Pembuatan/pemindahan hasil koding kuesioner ke daftar koding (master tabel)
  1. Analisa Data
Analisis data ditujukan untuk mengetahui hubungan variabel independen dengan variabel dependen dengan menggunakan uji Chi Square Test dengan rumus sebagai berikut :
X2 =
Dimana :
O = nilai observasi
E = Nilai ekspektasi (harapan)
df = (c – 1) (r – 1)
Hasil uji statistik dikatakan bermakna jika nilai p < α – 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Jika nilai ekspektif kurang dari 5 maka uji statistik dengan menggunakan rumus Fisher’s Exact Test yaitu :
      1. Penyajian Data
Data yang telah diolah kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi analisis univariat dan tabel silang analisis bivariat dalam rangka menganalisis hubungan variabel independen terhadap variabel dependen.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

  1. Hasil Penelitian
  1. Karakteristik Responden
  1. Umur
Responden tertinggi berada pada kelompok umur 20 – 29 tahun sebanyak 57 (55,9%) dan terendah pada kelompok umur <>
  1. Jenis Kelamin
Responden terbanyak adalah perempuan sebanyak 56 (54,9%).
  1. Pendidikan
Responden tertinggi telah menamatkan pendidikan pada jenjang SMA sederajat sebanyak 52 (51%) dan terendah tidak sekolah dan SMP masing-masing sebanyak 7 (6,9%).
  1. Pekerjaan
Responden tertinggi dengan status tidak bekerja/URT sebanyak 35 (34,3%) sedangkan yang bekerja tertinggi sebagai wiraswasta sebanyak 31 (30,4%) dan terendah yang bekerja sebagai pegawai swasta sebanyak 3 (2,9%).
  1. Variabel Penelitian
  1. Jumlah Petugas
Lebih dominan responden menyatakan jumlah petugas yang memberikan pelayanan di rumah sakit sudah berada pada kategori cukup sebanyak 64 (62,7%).


Skripsi/Thesis
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT
Tinjauan dari Persepsi Pasien
Oleh :
Burhanuddin Gamrin, SKM dan M. Joeharno, SKM

PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
Terwujudnya keadaan sehat merupakan kehendak semua pihak. Tidak hanya orang-per orang atau keluarga, akan tetapi juga oleh kelompok dan bahkan oleh seluruh anggota masyarakat. Adapun yang dimaksudkan dengan sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (U.U No 23 tahun 1992).
Kesehatan dipandang sebagai sumber daya yang memberikan kemampuan pada individu, kelompok, dan masyarakat untuk meningkatkan kemampuan mengelola bahkan merubah pola hidup, kebiasaan dan lingkungan. Hal ini sesuai dengan arah pembangunan kesehatan kita yang meninggalkan paradigma lama menuju paradigma sehat, dalam rangka menuju Indonesia Sehat 2010 (Ahmad Djojosugitjo, 2001).
Tujuan pelayanan kesehatan adalah tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang memuaskan harapan dan kebutuhan derajat masyarakat (consumer satisfaction), melalui pelayanan yang efektif oleh pemberi pelayanan yang memuaskan harapan dan kebutuhan pemberi pelayanan (provider satisfaction), pada institusi pelayanan yang diselenggarakan secara efisien (institutional satisfaction). Interaksi ketiga pilar utama pelayanan kesehatan yang serasi, selaras dan seimbang, merupakan paduan dari kepuasan tiga pihak, dan ini merupakan pelayanan kesehatan yang memuaskan (satisfactory healty care) (Ahmad Djojosugitjo, 2001).
Upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan adalah langkah terpenting untuk meningkatkan daya saing usaha Indonesia di sektor kesehatan. Hal ini tidak ringan karena peningkatan mutu tersebut bukan hanya untuk rumah sakit saja tetapi berlaku untuk semua tingkatan pelayanan kesehatan mulai dari Puskesmas Pembantu dan Puskesmas, baik di fasilitas pemerintahan maupun swasta (Ahmad Djojosugitjo, 2001).
Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa masyarakat pengguna pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta semakin menuntut pelayanan yang bermutu. Tak dapat dipungkiri bahwa kini pasien semakin kritis terhadap pelayanan kesehatan dan menuntut keamanannya (Sulastomo, 2005).
Berbagai fakta menunjukkan adanya masalah serius dalam mutu pelayanan kesehatan di Indonesia. Hal ini disebabkan karena belum adanya sistem pengendali mutu yang terbaik yang dapat diterapkan. Pemahaman secara lebih mendalam tentang good governance merupakan salah satu upaya terhadap perwujudan pelayanan kesehatan yang lebih bermutu (Laksono, 2005).
Upaya peningkatan mutu adalah aksioma yang lemah capaian individunya, pada umumnya mencerminkan kegagalan sistem atau ketidakmampuan dari suatu organisasi memandang dan mengimprovisasikan sistem jaminan mutu. Gagasan peningkatan kualitas mutu merupakan tantangan di dalam suatu organisasi pelayanan kesehatan (Sulastomo, 2006).
Rumah sakit merupakan suatu tempat untuk melakukan upaya meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan. Masyarakat telah menganggap bahwa rumah sakit adalah harapan terakhir bagi orang yang sedang sakit. Bahkan ada sebagian masyarakat yang berperilaku untuk cepat-cepat berobat ke rumah sakit, jika mereka menderita suatu penyakit tertentu. Agar dicapai tingkat pelayanan kesehatan yang berkualitas, rumah sakit mengupayakan itu dengan meningkatkan berbagai fasilitas pelayanan (Sudarwanto, 1995).
Peningkatan mutu sebagai salah satu upaya merupakan tujuan fundamental dari pelayanan kesehatan, yakni melindungi pasien, tenaga kesehatan, dan organisasi tersebut. Hal ini merupakan suatu proses dengan output yang baru akan dapat terlihat pada program jangka menengah ataupun program jangka panjang (Sulastomo, 2006).
Pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan bentuk pelayanan yang diberikan kepada klien oleh suatu tim multi disiplin. Pelayanan kesehatan pada masa kini sudah merupakan industri jasa kesehatan utama dimana setiap rumah sakit bertanggung gugat terhadap penerima jasa pelayanan kesehatan. Keberadaan dan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan ditentukan oleh nilai-nilai dan harapan dari penerima jasa pelayanan tersebut. Disamping itu, penekanan pelayanan kepada kualitas yang tinggi tersebut harus dapat dicapai dengan biaya yang dapat dipertanggungjawabkan (Ely Nurachma, 2007).
Berdasarkan hal tersebut di atas maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti dan menganalisis beberapa aspek yang mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan di RS Massenrempulu Kabupaten Enrekang.

  1. Batasan Masalah
Mutu pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh beberapa aspek namun karena aspek keterbatasan yang dimiliki peneliti maka pada penelitian ini hanya dibatasi pada aspek jumlah petugas, ketanggapan petugas, kehandalan petugas dan ketersediaan/kelengkapan fasilitas pelayanan.

  1. Rumusan Masalah
Bagaimana mutu pelayanan kesehatan pasien rawat inap ditinjau dari aspek jumlah petugas, ketanggapan petugas, kehandalan petugas, dan ketersediaan/kelengkapan fasilitas di RSU Massenrempulu Kabupaten Enrekang ?”

  1. Tujuan Penelitian
    1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui beberapa aspek yang mempengaruhi mutu pelayanan pada pasien rawat inap di RSU Massenrempulu Kabupaten Enrekang.
    1. Tujuan Khusus
  1. Untuk menganalisis hubungan jumlah petugas, ketanggapan petugas, kehandalan petugas, dan ketersediaan/kelengkapan fasilitas terhadap mutu pelayanan kesehatan pasien rawat inap di RSU Massenrempulu Kabupaten Enrekang

  1. Manfaat Penelitian
    1. Manfaat Ilmiah
    2. Manfaat Institusi
    3. Manfaat Bagi Peneliti



  1. Tinjauan Umum Tentang Mutu Pelayanan Kesehatan
  2. Tinjauan Umum Tentang Rumah Sakit
  3. Tinjauam Umum Tentang Variabel Yang Diteliti
KERANGKA KONSEP

  1. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian
Beberapa aspek yang mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan akan dijelaskan sebagai berikut.
  1. Jumlah Petugas
Jumlah petugas merupakan salah satu aspek yang menunjang pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Keadaan petugas yang kurang menyebabkan penyelenggaraan pelayanan dilaksanakan tidak maksimal dan kurang memenuhi kepuasan pasien atas pelayanan yang diberikan. Selain itu, petugas sendiri akan mengalami kewalahan dalam menjalankan tugasnya yang pada nantinya akan menurunkan tingkat kemampuan kerja yang diberikan petugas kepada pasien di rumah sakit.
  1. Ketanggapan petugas
Ketanggapan petugas berhubungan dengan aspek kesigapan dari petugas dalam memenuhi kebutuhan pasien akan pelayanan yang dinginkan. Tingkat kesigapan dari petugass kesehatan dalam memberikan pelayanan merupakan salahs atu aspek yang mempengaruhi penilaian pasien atas mutu pelayanan yang diselenggarakan.
  1. Kehandalan petugas
Kehandalan berhubungan dengan tingkat kemampuan dan keterampilan yang dimiliki petugas dalam menyelenggarakan dan memberikan pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Tingkat kemampuan dan keterampilan yang kurang dari tenaga kesehatan tentunya akan memberikan pelayanan yang kurang memenuhi kepuasan pasien sebagai standar penilaian terhadap mutu pelayanan.
  1. Ketersediaan dan kelengkapan fasilitas
Fasilitas merupakan sarana bantu bagi instansi dan tenaga kesehatan dalam menyelenggarakan pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Keadaan fasilitas yang memadai akan membantu terhadap penyelenggaraan pelayanan kepada pasien.

  1. Pola Pikir Variabel Penelitian
Berdasarkan dasar pemikiran yang telah dijelaskan sebelumnya di atas maka dapat disusun bagan pemikiran variabel penelitian sebagai berikut













Keterangan
: Variabel independen
: Variabel dependen

  1. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
  1. Mutu Pelayanan Kesehatan
  2. Jumlah Petugas
  3. Ketanggapan Petugas
  4. Kehandalan Petugas
  5. Ketersediaan/Kelengkapan Fasilitas
  1. Hipotesis Penelitian
  1. Hipotesis Null (Ho)
  1. Tidak ada hubungan jumlah petugas, ketanggapan petugas, kehandalan petugas, dan ketersediaan/kelengkapan fasilitas terhadap mutu pelayanan kesehatan di RSU Massenrempulu Kabupaten Enrekang
  1. Hipotesis Alternatif (Ha)
  1. Ada hubungan jumlah petugas, ketanggapan petugas, kehandalan petugas, dan ketersediaan/kelengkapan fasilitas terhadap mutu pelayanan kesehatan di RSU Massenrempulu Kabupaten Enrekang

METODE PENELITIAN

      1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional dengan pendekatan analitik rancangan Cross Sectional Study
      1. Populasi dan Sampel
  1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien rawat inap di RSU Massenrempulu Kab Enrekang yang telah mendapatkan perawatan
  1. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah sebahagian dari populasi yang ditentukan berdasarkan teknik pengambilan sampel secara proporsional stratified random sampling dengan penentuan besar sampel menggunakan rumus sebagai berikut.
n =
Dimana :
n = besarnya sampel dalam penelitian
N = besarnya populasi dalam penelitian
d = tingkat kepercayaan (0,05)
      1. Pengumpulan Data
  1. Data Primer
Data primer diperoleh dengan melaksanakan wawancara langsung
  1. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh melalui instansi terkait
      1. Pengolahan dan Analisa Data
  1. Pengolahan Data
Pengolahan data penelitian dilaksanakan dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS for windows dengan langkah-langkah sebagai berikut.
        1. Tahap editing dilakukan dengan tujuan agar data yang diperoleh merupakan informasi yang benar. Pada tahap ini dilakukan dengan memperhatikan kelengkapan jawaban dan jelas tidaknya jawaban
        2. Pengkodean dimaksudkan untuk menyingkat data yang diperoleh agar memudahkan dalam pengolahan dan menganalisis data dengan memberikan kode dalam bentuk angka. Berdasarkan perhitungan Skala Likert dimana setiap jawaban “Selau” diberi nilai 5, “Sering” diberi nilai 4, kadang-kadang diberi nilai 3, “Pernah” diberi nilai 2 dan jika jawaban “Tidak Pernah” diberi nilai 1.
        3. Pembuatan/pemindahan hasil koding kuesioner ke daftar koding (master tabel)
  1. Analisa Data
Analisis data ditujukan untuk mengetahui hubungan variabel independen dengan variabel dependen dengan menggunakan uji Chi Square Test dengan rumus sebagai berikut :
X2 =
Dimana :
O = nilai observasi
E = Nilai ekspektasi (harapan)
df = (c – 1) (r – 1)
Hasil uji statistik dikatakan bermakna jika nilai p < α – 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Jika nilai ekspektif kurang dari 5 maka uji statistik dengan menggunakan rumus Fisher’s Exact Test yaitu :
      1. Penyajian Data
Data yang telah diolah kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi analisis univariat dan tabel silang analisis bivariat dalam rangka menganalisis hubungan variabel independen terhadap variabel dependen.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

  1. Hasil Penelitian
  1. Karakteristik Responden
  1. Umur
Responden tertinggi berada pada kelompok umur 20 – 29 tahun sebanyak 57 (55,9%) dan terendah pada kelompok umur <>
  1. Jenis Kelamin
Responden terbanyak adalah perempuan sebanyak 56 (54,9%).
  1. Pendidikan
Responden tertinggi telah menamatkan pendidikan pada jenjang SMA sederajat sebanyak 52 (51%) dan terendah tidak sekolah dan SMP masing-masing sebanyak 7 (6,9%).
  1. Pekerjaan
Responden tertinggi dengan status tidak bekerja/URT sebanyak 35 (34,3%) sedangkan yang bekerja tertinggi sebagai wiraswasta sebanyak 31 (30,4%) dan terendah yang bekerja sebagai pegawai swasta sebanyak 3 (2,9%).
  1. Variabel Penelitian
  1. Jumlah Petugas
Lebih dominan responden menyatakan jumlah petugas yang memberikan pelayanan di rumah sakit sudah berada pada kategori cukup sebanyak 64 (62,7%).


KINERJA PERAWAT DALAM MELAKSANAKAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
Lihat Detail

KINERJA PERAWAT DALAM MELAKSANAKAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

Skripsi/Thesis
KINERJA PERAWAT DALAM MELAKSANAKAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
Erlin Natsir, SKM dan Joeharno, SKM

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Menjelang era pasar bebas atau dikenal AFTA (Asean Free Trade Assosiation) diperlukan kesiapan yang mantap dari semua sektor, termasuk sektor kesehatan khususnya rumah sakit. Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit, diantaranya adalah akreditasi rumah sakit yang ada saat ini mulai dituntut oleh masyarakat pengguna jasa pelayanan rumah sakit (Departemen Kesehatan RI, 1990).
Rumah sakit merupakan salah satu mata rantai didalam pemberian pelayanan kesehatan serta suatu organisasi dengan sistem terbuka dan selalu berinteraksi dengan lingkungannya untuk mencapai suatu keseimbangan yang dinamis mempunyai fungsi utama melayani masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan serta sebagai tempat penelitian berdasarkan surat keputusan.
Tenaga perawat yang merupakan “The caring profession” mempunyai kedudukan penting dalam menghasilkan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit, karena pelayanan yang diberikannya berdasarkan pendekatan bio-psiko-sosial-spiritual merupakan pelayanan yang unik dilaksanakan selama 24 jam dan berkesinambungan merupakan kelebihan tersendiri dibanding pelayanan lainnya (Departemen Kesehatan RI, 2001).
Tuntutan dan kebutuhan asuhan keperawatan yang berkualitas di masa depan merupakan tantangan yang harus dipersiapkan secara benar-benar dan ditangani secara mendasar, terarah dan sungguh-sungguh dari rumah sakit. Tanggung jawab ini memang berat mengingat bahwa keperawatan di Indonesia masih dalam tahap awal proses professional.
Kualitas pelayanan keperawatan suatu rumah sakit dinilai dari kepuasan pasien yang sedang atau pernah dirawat yang merupakan ungkapan rasa lega atau senang karena harapan tentang sesuatu kebutuhan pasien terpenuhi oleh pelayanan keperawatan yang bila diuraikan berarti kepuasan terhadap kenyamanan, kecepatan, pelayanan, keramahan dan perhatian. Sementara rasa puas sendiri mempunyai nilai yang relative tergantung dari masing-masing individu (Wijono, 2003).
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan berbagai macam faktor yang mempengaruhinya yaitu tingkat pendidikan, pengetahuan, beban kerja, pelatihan dan masa kerja.
Hal ini dikarenakan bahwa banyaknya perawat melaksanakan asuhan keperawatan memiliki pendidikan, motivasi kerja, beban kerja dan pelatihan yang mendukung terciptanya kinerja mengalami masalah dalam aplikasi di lapangan berupa keterlambatan atau banyaknya proses pengisian asuhan keperawatan yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan pihak rumah sakit.
Bertitik berat pada uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengambil judul studi tentang kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Lasinrang Kabupaten Pinrang.
  1. Batasan Masalah
Banyak faktor yang berhubungan dengan kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Lasinrang Kabupaten Pinrang. namun karena keterbatasan sumber daya dari peneliti maka hanya dibatasi pada pengetahuan perawat, motivasi kerja perawat, beban kerja perawat, dan pelatihan perawat.
  1. Rumusan Masalah
Pada penelitian ini dapat di rumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :
Bagaimana kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan berdasarkan pengetahuan, motivasi kerja, beban kerja, dan pelatihan perawat di Rumah Sakit Umum Lasinrang Kabupaten Pinrang ?”
D. Tujuan Penelitian
  1. Tujuan Umum
Mendapatkan gambaran tentang kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Lasinrang Kabupaten Pinrang.
  1. Tujuan Khusus
    1. Untuk mengetahui kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan berdasarkan pengetahuan, motivasi kerja, beban kerja, dan pelatihan perawat di Rumah Sakit Umum Lasinrang Kabupaten Pinrang.
E. Manfaat Penelitian
  1. Manfaat Institusi
  2. Manfaat Ilmiah
  3. Manfaat Praktis

KEPUSTAKAAN

  1. Kinerja
  2. Tenaga Kesehatan
  3. Perawat
  4. Asuhan Keperawatan
  5. Pengetahuan Perawat
  6. Motivasi Perawat
  7. Beban Kerja Perawat
  8. Pelatihan Perawat

METODE PENELITIAN

    1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Observasional dengan menggunakan pendekatan deskriptif yaitu gambaran tentang kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan di ruang rawat inap.
    1. Lokasi Dan Waktu Penelitian
        1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di ruang rawat inap RSUD Lasinrang Kabupaten Pinrang.
        1. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan bulan Juli – Agustus 2006.
    1. Populasi dan Sampel
        1. Populasi
Dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang jumlahnya 88 orang (honor maupun PNS) di ruang rawat inap di Rumah Sakit Umum Lasinrang Kabupaten Pinrang.
        1. Sampel
Cara pengambilan sample dalam penelitian ini adalah Exhausive Sampling atau Sampel Jenuh adalah metode pengambilan sampel dengan menjadikan seluruh populasi menjadi sampel penelitian yaitu perawat pada ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Lasinrang Kabupaten Pinrang.
    1. Pengumpulan Data
        1. Data Primer
Data yang di kumpulkan dari responden dengan cara wawancara langsung dan menggunakan kuesioner sebagai alat bantu.
        1. Data Sekunder
Diperoleh dari instansi yang terkait dengan penelitian. Data sekunder dikumpulkan dengan menghubungi unit-unit atau bagian yang dianggap mempunyai hubungan dengan penelitian ini yaitu : Ruang Cempaka (Perawatan Dalam), Ruang Anggrek (Vip Room), Ruang Melati (Bedah), Ruang Asoka (Bangsal Nifas) dan bagian pelayanan Rumah Sakit Umum Lasinrang Kabupaten Pinrang.
    1. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan menggunakan komputer program Microsoft Excel 2003 dan SPSS for Windows versi 12.0. Adapun langkah – langkah pengolahan data dilakukan sebagai berikut :
      1. Tahap editing dilakukan dengan tujuan agar data yang diperoleh merupakan informasi yang benar. Pada tahap ini dilakukan dengan memperhatikan kelengkapan jawaban dan jelas tidaknya jawabannya.
      2. Pengkodean dimaksudkan untuk menyingkat data yang diperoleh agar memudahkan mengolah dan manganalisis data dengan memberikan kode – kode dalam bentuk angka.
      3. Pembuatan/pemindahan hasil koding kuesioner ke daftar koding (master tabel)
      4. Tabulasi. Pada tahap ini data yang sudah diolah dengan komputer disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan tabel silang.
    1. Penyajian Data
Data yang telah diolah kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan tabel silang antara variabel penelitian disertai penjelasan.


HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

  1. Hasil Penelitian
  1. Karakteristik Responden
  1. Kelompok umur
Responden tertinggi berada pada kelompok umur antara 25 – 29 tahun sebanyak 37 (42,0%) dan terendah pada kelompok umur antara 35 – 39 tahun sebanyak 4 responden (4,5%).
  1. Jenis kelamin
Sebagian besar responden penelitian yang melaksanakan asuhan keperawatan rawat inap adalah perempuan sebanyak 63 (71,6%).
  1. Pendidikan
Sebagian besar responden telah menamatkan pendidikan sampai kejenjang strata 1 (S1) sebanyak 48 responden (54,5%).
  1. Variabel penelitian
  1. Pengetahuan
Sebagian besar responden dengan penilaian pengetahuan pada kategori cukup sebanyak 62 (70,5%).
  1. Motivasi
Sebagian besar responden menyatakan pemberian motivasi kerja berada pada kategori kurang sebanyak 47 (53,4%)
  1. Beban kerja
Sebagian besar responden menyatakan beban kerja yang dimiliki berada pada kategori cukup sebanyak 46 (52,3%).
  1. Pelatihan
Sebagian besar responden menyatakan pelatihan yang dilaksanakan di rumah sakit berada pada kategori cukup sebanyak 46 (52,3%
  1. Kinerja
Sebagian besar responden memiliki kinerja pada kategori cukup sebanyak 57 (64,8%).
  1. Distribusi Antar Variabel Penelitian
  1. Distribusi Pengetahuan Terhadap Kinerja
Responden dengan pengetahuan cukup sebagian besar terdistribusi pada kinerja cukup sebanyak 47 (82,5%) sedangkan responden dengan pengetahuan kurang sebagian besar terdistribusi pada kinerja kurang sebanyak 16 responden (51,6%).
  1. Distribusi Motivasi Kerja Terhadap Kinerja
Responden dengan motivasi kerja cukup sebagian besar terdistribusi pada kinerja cukup sebanyak 31 responden (54,4%) sedangkan responden dengan pengetahuan kurang sebagian besar terdistribusi pada kinerja cukup sebanyak 26 responden (67,7%).
  1. Distribusi Beban Kerja Terhadap Kinerja
Responden dengan beban kerja cukup sebagian besar memiliki kinerja yang cukup sebanyak 34 (59,6%) sedangkan responden dengan beban kerja kurang sebagian besar terdistribisi pada kinerja cukup sebanyak 23 responden (40,4%).
  1. Distribusi Pelatihan Terhadap Kinerja
Responden dengan pelatihan cukup sebagian besar terdistribusi pada kinerja cukup sebanyak 39 (68,4%) sedangkan responden dengan pelatihan kurang sebagian besar terdistribusi pada kinerja kurang sebanyak 24 responden (77,4%).

  1. Pembahasan
Berdasarkan penyajian hasil pengolahan data penelitian di atas maka dapat dibahas berdasarkan variabel penelitian sebagai berikut.
    1. Kinerja
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden telah memiliki kinerja pada kategori cukup (64,8%) yang memberikan gambaran tentang kemampuan tenaga perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan secara maksimal kepada pasien dan keluarganya.
Kinerja pada kategori cukup pada penelitian ini dikategorikan dari kemampuan yang dimiliki oleh tenaga perawat dalam melaksanakan tindakan asuhan keperawatan pasien yang ditinjau dari aspek pengetahuan perawat atas pelaksanaan asuhan keperawatan, melaksanakan dan mengikuti pelatihan terutama pelatihan bidang keperawatan, memiliki semangat kerja yang tinggi karena adanya motivasi kerja baik dari dalam diri sendiri tenaga perawat maupun dari luar dalam konteks kerumahsakitan dan adanya beban kerja yang dapat dilaksanakan oleh perawat seperti pemberian tugas tambahan namun perawat masih memiliki kemampuan yang maksimal untuk tetap melaksanakan tugas tambahan tersebut.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa masih terdapat responden dengan (tenaga perawat) pada kategori kurang (35,2%). Angka ini dapat dikatakan kecil namun dapat menjadi penghambat terhadap penciptaan pelayanan keperawatan di rumah sakit yang syarat akan kualitas dan kepuasan pasien dan keluarganya.
Kinerja kurang juga dapat disebabkan karena adanya unsur dari luar diri tenaga perawat yang mempengaruhi psikologis sehingga menurunkan semangat kerja dalam rangka pemenuhan pelayanan keperawatan di rumah sakit. Aspek yang berasal dari luar ini mencakup hubungan interpersonal dengan teman sejawat di tempat kerja, adanya konflik internal keorganisasiaan rumah sakit, kurangnya aspek motorik dari rumah sakit dalam rangka pemberian motivasi kepada tenaga perawat sehingga dapat melaksanakan tindakan asuhan keperawatan yang lebih berkualitas dan menjawab tuntutan masyarakat akan kebutuhan pelayanan.
    1. Pengetahuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden perawat telah memiliki pengetahuan pada kategori cukup (52,3%). Pengetahuan cukup mencakup adanya kemampuan daya nalar dari tenaga perawat dalam mendeskripsikan fungsi dan peran perawat dalam berbagai kegiatan di rumah sakit.
Pengetahuan kategori cukup pada penelitian ini dimaksudkan adalah pengetahuan tentang tujuan penyelenggaraan asuhan keperawatan, langkah-langkah penyusunan asuhan keperawatan, pengkajian data dan perencanaan asuhan keperawatan, upaya pengumpulan data, pengetahuan tentang diagnosa keperawatan dan keperawatan komunitas. Berdasarkan hasil penentuan skor pilihan jawaban dari masing-masing pertanyaan menunjukkan bahwa responden dengan menjawab beberapa aspek penilaian pada skor 3 dan 4 menjadi acuan bahwa pengetahuan yang dimiliki pada kategori cukup sedangkan responden dengan skor 1 dan 2 merupakan pengetahuan pada kategori kurang.
Hasil penelitian menunjukkan pencapaian perawat dalam menjawab beberapa aspek penilaian pengetahuan pada kategori cukup untuk skor 3 dan 4 yaitu tujuan asuhan keperawatan (55,7 dan 37,5%), langkah-langkah pembuatan asuhan keperawatan (3,4 dan 48,9%), pengkajian dan perencanaan askep (36,4 dan 44,3%), dan pengumpulan data (25,0 dan 35,2%), tujuan diagnosa keperawatan (26,1 dan 39,8%), langkah-langkah diagnosa keperawatan (17,0 dan 45,5%). Beberapa aspek penilaian pengetahuan perawat di atas memberikan gambaran bahwa pengetahuan perawat sudah dapat dikatakan cukup dengan angka pencapian 50 % melebihi angka pencapaian skor rendah namun jika ditinjau lebih lanjut bahwa angka ini masih relatif kecil mengingat kebutuhan pelayanan berkualitas yang semakin dimengerti dan dipahami masyarakat sehingga peningkatan pengetahuan dalam rangka menunjang pelayanan kesehatan rumah sakit yang berkualitas dan memenuhi kepuasan konsumen yakni pasien dan keluarganya.
Pengetahuan tenaga perawat menyangkut tentang aspek yang berhubungan dengan bidang keperawatan dan dapat mendukung pelaksanaan asuhan keperawatan pada proses keperawatan yang dijalankan dalam rangka pemberian pelayanan yang berkualitas kepada pasien. Kurangnya pengetahuan perawat dapat mempengaruhi kinerja dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pelayanan kesehatan mengingat aspek pengetahuan ini merupakan pondasi dasar untuk terselenggaranya suatu tindakan keperawatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden dengan pengetahuan kurang juga memiliki kinerja yang kurang (51,6%) sedangkan responden dengan pengetahuan cukup sebagian besar terdistribusi pada kinerja cukup (82,5%) yang memberi interpretasi bahwa pengetahuan mempengaruhi kinerja dalam hal in yang berhubungan dengan kualitas kerja tenaga perawat dalam melaksanakan dan menyelenggarakan asuhan keperawatan kepada pasien dan keluarganya.
    1. Motivasi Kerja
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecenderungan perawat menyatakan bahwa motivasi kerja yang diperoleh berada pada kategori kurang (53,4%) yang memberi interpretasi bahwa tugas dan tanggung jawab keprofesian perawat dapat dikatakan kurang pula mengingat motivasi merupakan upaya peningkatan semangat kerja dari tenaga kerja termasuk perawat di rumah sakit.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa masih terdapat responden yang menyatakan bahwa pembagian kerja tersebut berada pada kategori kurang sesuai (12,5%). Meskipun angka ini relatif kecil namun memberi interpretasi tentang masih terdapatnya kerancuan dalam hal pelaksanaan pembagian kerja tenaga perawat di rumah sakit. Hal ini biasanya berhubungan dengan aspek kepentingan yang tentunya kurang menjadi tanggapan dalam hal penyusunan tenaga perawat berdasarkan jenis dan tanggung jawab kerja yang akan dilaksanakan dala suatu aktivitas perencanaan kerja rumah sakit.
Motivasi kerja bagi tenaga perawat merupakan aspek yang dapat mempengaruhi kemampuan dan kualitas kerja yang akan dilaksanakan dan diterima oleh pasien di rumah sakit dimana hal ini berhubungan dengan kinerja yang dimiliki tenaga perawat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat dengan motivasi kerja kurang sebagian besar terdistribusi pada kinerj cukup (45,6%) yang memberi interpretasi bahwa meskipun angka pencapaiannya rendah namun dapat diasumsikan bahwa masih terdapat perawat yang tidak terlalu mengharapkan adanya imbalan sebagai bentuk motivasi dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab keprofesiannya. Sedangkan perawat yang menyatakan telah memperoleh motivasi kerja pada kategori cukup sebagian besar terdistribusi pada kinerja cukup (54,4%) dimana angka pencapain ini dapat dikatakan relatif tinggi sehingga memberi interpretasi bahwa pemberian motivasi dapat meningkatkan kualitas kerja yang dilaksanakan perawat dalam rangka penyelenggaraan asuhan keperawatan dengan hasil yang maksimal dan memuaskan kebutuhan pasien dan keluarganya.
Interpretasi lain yang dapat ditarik berdasarkan peningkatan kinerja dengan motivasi cukup adalah bahwa terdapat perawat yang telah lama mengharapkan adanya motivator yang dapat memenuhi kebutuhannya sehingga memberi semangat dalam melaksanakan aktivitas kerja di rumah sakit.
    1. Pelatihan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecenderungan perawat telah memperoleh pelatihan pada kategori cukup (52,3%) yang memberi intrpretasi tentang pengembangan kemampuan dan kompetensi bagi perawat di rumah sakit telah dilaksanakan dalam upaya peningkatan kemampuan kerja tenaga perawat dalam memberikan pelayanan di rumah sakit yang tidak hanya mencakup keprofesiannya saja namun juga beberapa jenis pekerjaan lainnya diluar bidang keprofesiannya.
Angka pencapaian pelatihan pada tenaga perawat di rumah sakit jika ditinjau secara mendalam memberi interpretasi bahwa upaya pengembangan kemampuan dan keterampilan kerja masih dapat dikatakan rendah mengingat masih banyak tenaga perawat yang menyatakan belum memperoleh pelatihan atau sudah dapat namun pelatihan tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan kerja dalam artian pelatihan pada kategori kurang (47,7%).
Pelatihan pada kategori kurang berdasarkan aspek penilaian pelatihan dari hasil pengumpulan data menunjukkan bahwa masih terdapat perawat yang telah mengikuti pelatihan namun tidak memberikan perubahan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan (38,6% dan 9,1%) yang memberi interpretasi bahwa pelatihan tersebut memuat materi yang sifatnya belum menunjukkan perkembangan keilmuan kekinian dan belum menjawab tuntutan kebutuhan pelaksanaan asuhan keperawatan yang lebih kompleks.
Pelatihan sebagai bentuk pengembangan kemampuan dan keterampilan tenaga perawat tentunya akan memberi pengaruh terhadap peingkatan kualitas kerja dimana dari hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat dengan pelatihan kategori kurang sebagian besar terdistribusi pada kinerja kategori kurang (77,4%) dan perawat yang telah memperoleh pelatihan pada kategori cukup sebagian besar terdistribusi pada kinerja cukup (68,4%) yang memberi interpretasi bahwa pelatihan yang diselenggarakan kepada perawat memberi pengaruh terhadap kualitas kerja dalam memberikan pelayanan keperawatan di rumah sakit.
    1. Beban Kerja
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecenderungan responden menyatakan bahwa beban kerja yang dimiliki sudah berada pada kategori cukup (52,3%) yang memberi interpretasi akan kesesuaian terhadap jenis kerja dan tanggung jawab yang diemban dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di rumah sakit.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat responden yang menyatakan bahwa beban kerja yang dimiliki masih kurang (47,7%) yang memberi interpretasi akan ketidak sesuai antara kemampuan yang dimiliki dengan tanggung jawab kerja yang dilaksanakan. Hasil ini juga memberi interpretasi akan kekurangpercayaan pihak manjerial (pimpinan) dalam pelimpahan wewenang dan tanggung jawab kepada perawat untuk melaksanakan berbagai kegiatan kerja di rumah sakit yang tidak hanya dengan pelaksanaan asuhan keperawatan saja namun juga berbagai aktifitas kerja lainnya.
Aspek penilian beban kerja pada penelitian dengan memperhitungkan adanya pekerjaan tambahan yang diberikan secara langsung dari pimpinan, adanya tambahan pekerjaan diluar pekerjaan pokok, kesesuaian kemampuan terhadap pelaksanaan kerja, kesesuaian jenis pekerjaan dengan keprofesian dan adanya tugas tambahan dari pimpinan.
Beban kerja yang dimiliki oleh setiap karyawan begitu pula pada perawat di rumah sakit dapat memberi pengaruh terhadap kemampuan kerja yang dilaksanakan dimana hal ini berhubungan dengan maksimalisasi hasil kerja demi memberikan kepuasan dan kualitas pelayanan keperawatan di rumah sakit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat dengan beban kerja cukup sebagian besar terdistribusi pada kinerja yang cukup pula (59,6%) yang memberi gambaran bahwa beban kerja yang cukup akan mempengaruhi peningkatan kualitas kerja yang dimiliki oleh perawat. Sedangkan pada perawat dengan beban kerja kurang sebagian besar terdistribusi pada kinerja kurang (61,3%) yang memberi informasi akan tingkat beban kerja yang kurang sesuai atau berlebih dapat menurunkan kemampuan kerja ditambah lagi dengan kurangnya pemberian insentif sehingga mempertinggi pencapaian kualitas kerja yang rendah.

KESIMPULAN DAN SARAN

    1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data penelitian yang telah disajikan dan dibahas di atas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
  1. Kinerja perawat pada kategori cukup berdasarkan pengetahuan berada pada kategori cukup (82,5%) dan pada kategori kurang (17,5%) sedangkan kinerja kurang berada pada kategori cukup (48,4%) dan kategori kurang (51,6%)
  2. Kinerja perawat pada kategori cukup berdasarkan motivasi kerja berada pada kategori cukup (54,4%) dan pada kategori kurang (45,6%) sedangkan kinerja kurang berada pada kategori cukup (32,3%) dan kategori kurang (67,7%)
  3. Kinerja perawat pada kategori cukup berdasarkan pelatihan berada pada kategori cukup (68,4%) dan pada kategori kurang (31,6%) sedangkan kinerja kurang berada pada kategori cukup (22,6%) dan kategori kurang (77,4%)
  4. Kinerja perawat pada kategori cukup berdasarkan beban kerja berada pada kategori cukup (59,6%) dan pada kategori kurang (40,4%) sedangkan kinerja kurang berada pada kategori cukup (38,7%) dan kategori kurang (61,3%)

    1. Saran
Saran yang diajukan pada penelitian berdasarkan hasil, pembahasan dan kesimpulan adalah sebagai berikut :
  1. Dalam rangka penciptaan kualitas kerja yang maksimal sebagai wujud penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang berkualitas ditinjau dari aspek pelaksanaan asuhan keperawatan di rumah sakit maka pengembangan pengetahuan pada perawat harus dilaksanakan melalui pengembangan pendidikan dan atau penyelenggaraan pelatihan didunia kerja
  2. Pihak manajerial rumah sakit harus tetap memperhatikan perawat dengan motivasi kurang namun masih memiliki kesadaran untuk tetap melaksanakan aktivitas kerja dengan maksimal dengan memberikan motivasi yang cukup pula sehingga lebih memaksimalkan hasil kerja yang dicapai rumah sakit.
  3. Pemberian beban kerja tambahan kepada perawat harus disesuaikan dengan kemampuan dan kapabilitas dari masing-masing tenaga perawat sehingga dapat melaksanakan aktivitas kerja dengan hasil yang maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Achir Yani, Nilai-Nilai Profesionalisme Dalam Praktek Keperawatan, Makalah Seminar Loka Karya Praktek Keperawatan Profesionalisme, FIK, Universitas Indonesia, Jakarta, 1998.

Aditama, Chandra Yoga, Manajemen Administrasi Rumah Sakit, Universitas Indonesia Press, Jakarta, 2000.

Azrul Azwar,Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi Ketiga, Penerbit Binarupa Aksara, Jakrta, 1996

Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1996

Christina Ibrahim, Introduksi dan Ilustrasi Pelaksanaan Proses Keperawatan, Depkes Pajajaran, Bandung, 1997

Depkes RI, Konsep dan Mutu Manajemen Rumah Sakit, Jakarta, 1990.

,Standar Pelayanan Rumah Sakit, Cetakan V, Jakarta, 2001.

Depnakertrans, Undang-Undang Ketenagakerjaan Indonesia No. 13 Tahun 2003.

Direktorat Kesehatan Jiwa, Standar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa, Penerbit Rumah Sakit Jiwa Makassar, 1996.

Eapluyito, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Edisi Kedua, Penerbit Kedokteran EEG, Jakarta, 1987.

Habiba Ngaru, Kepuasan Kerja Tenaga Paramedik, 2002

Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara, Jakarta, 2003.

Jacobus, Manajemen dan Keperawatan, Edisi Ketiga, Penerbit Binarupa, Jakarta, 2001.

Marilyn E. Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, edisi ketiga, Penerbit buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2000
Nasrul Efendy, Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1997

Noer Bahry Noor, Motivasi Kerja Dalam Sebuah Organisasi, FKM UNHAS, Makassar, 1995.

Nursalam. 2003. Konsep & Penerapan Metodologi Ilmu Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi Pertama : Salemba Medika, Jakarta

Prasetya Irawan, Manajemen Sumber Daya Manusia, STIA LAN PRESS, Jakarta, 1997

Rusli Ngatimin, Upaya Menciptakan Masyarakat Sehat Di Pedesaan, Pascasarjana UNHAS, Makassar, 1987.

, Mengukur perilaku Kesehatan Masyarakat, Ujung Pandang, 1996.

Sastrohadiwiryo, Siswanto, Manajemen Tenaga Kerja Indonesia, Bumi Aksara, Jakarta, 2003.

Savitri, T., Modul Penilaian Kinerja Sianber Daya Manusia Organisasi Pelayanan Kesehatan, Yogyakarta, PPS UGM, 1997.

Soekidjo Notoatmodjo, Metodologi Penelitian Kesehatan, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 1997.

, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 1997.

Sondang, P. Siagian, Teori dan Praktek Kepemimpinan, Rineka Cipta, Jakarta, 1994.

Sugiono, Metode Penelitian Administrasi, CV Alfabeta, Bandung, 2000.

Wijono. Djoko, Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan, Vol. 1. Airlangga University Press, Surabaya, 1999.

Yasir, Ilyas, Kinerja (Teori, Penilaian dan Penelitian), Cetakan I, Jakarta, 1999.


Dokumen Selengkapnya dapat menghubungi
085242854524
Blog : http:\\blogjoeharno.blogspot.com
a.n. Rhano
Skripsi/Thesis
KINERJA PERAWAT DALAM MELAKSANAKAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
Erlin Natsir, SKM dan Joeharno, SKM

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Menjelang era pasar bebas atau dikenal AFTA (Asean Free Trade Assosiation) diperlukan kesiapan yang mantap dari semua sektor, termasuk sektor kesehatan khususnya rumah sakit. Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit, diantaranya adalah akreditasi rumah sakit yang ada saat ini mulai dituntut oleh masyarakat pengguna jasa pelayanan rumah sakit (Departemen Kesehatan RI, 1990).
Rumah sakit merupakan salah satu mata rantai didalam pemberian pelayanan kesehatan serta suatu organisasi dengan sistem terbuka dan selalu berinteraksi dengan lingkungannya untuk mencapai suatu keseimbangan yang dinamis mempunyai fungsi utama melayani masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan serta sebagai tempat penelitian berdasarkan surat keputusan.
Tenaga perawat yang merupakan “The caring profession” mempunyai kedudukan penting dalam menghasilkan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit, karena pelayanan yang diberikannya berdasarkan pendekatan bio-psiko-sosial-spiritual merupakan pelayanan yang unik dilaksanakan selama 24 jam dan berkesinambungan merupakan kelebihan tersendiri dibanding pelayanan lainnya (Departemen Kesehatan RI, 2001).
Tuntutan dan kebutuhan asuhan keperawatan yang berkualitas di masa depan merupakan tantangan yang harus dipersiapkan secara benar-benar dan ditangani secara mendasar, terarah dan sungguh-sungguh dari rumah sakit. Tanggung jawab ini memang berat mengingat bahwa keperawatan di Indonesia masih dalam tahap awal proses professional.
Kualitas pelayanan keperawatan suatu rumah sakit dinilai dari kepuasan pasien yang sedang atau pernah dirawat yang merupakan ungkapan rasa lega atau senang karena harapan tentang sesuatu kebutuhan pasien terpenuhi oleh pelayanan keperawatan yang bila diuraikan berarti kepuasan terhadap kenyamanan, kecepatan, pelayanan, keramahan dan perhatian. Sementara rasa puas sendiri mempunyai nilai yang relative tergantung dari masing-masing individu (Wijono, 2003).
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan berbagai macam faktor yang mempengaruhinya yaitu tingkat pendidikan, pengetahuan, beban kerja, pelatihan dan masa kerja.
Hal ini dikarenakan bahwa banyaknya perawat melaksanakan asuhan keperawatan memiliki pendidikan, motivasi kerja, beban kerja dan pelatihan yang mendukung terciptanya kinerja mengalami masalah dalam aplikasi di lapangan berupa keterlambatan atau banyaknya proses pengisian asuhan keperawatan yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan pihak rumah sakit.
Bertitik berat pada uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengambil judul studi tentang kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Lasinrang Kabupaten Pinrang.
  1. Batasan Masalah
Banyak faktor yang berhubungan dengan kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Lasinrang Kabupaten Pinrang. namun karena keterbatasan sumber daya dari peneliti maka hanya dibatasi pada pengetahuan perawat, motivasi kerja perawat, beban kerja perawat, dan pelatihan perawat.
  1. Rumusan Masalah
Pada penelitian ini dapat di rumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :
Bagaimana kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan berdasarkan pengetahuan, motivasi kerja, beban kerja, dan pelatihan perawat di Rumah Sakit Umum Lasinrang Kabupaten Pinrang ?”
D. Tujuan Penelitian
  1. Tujuan Umum
Mendapatkan gambaran tentang kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Lasinrang Kabupaten Pinrang.
  1. Tujuan Khusus
    1. Untuk mengetahui kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan berdasarkan pengetahuan, motivasi kerja, beban kerja, dan pelatihan perawat di Rumah Sakit Umum Lasinrang Kabupaten Pinrang.
E. Manfaat Penelitian
  1. Manfaat Institusi
  2. Manfaat Ilmiah
  3. Manfaat Praktis

KEPUSTAKAAN

  1. Kinerja
  2. Tenaga Kesehatan
  3. Perawat
  4. Asuhan Keperawatan
  5. Pengetahuan Perawat
  6. Motivasi Perawat
  7. Beban Kerja Perawat
  8. Pelatihan Perawat

METODE PENELITIAN

    1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Observasional dengan menggunakan pendekatan deskriptif yaitu gambaran tentang kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan di ruang rawat inap.
    1. Lokasi Dan Waktu Penelitian
        1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di ruang rawat inap RSUD Lasinrang Kabupaten Pinrang.
        1. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan bulan Juli – Agustus 2006.
    1. Populasi dan Sampel
        1. Populasi
Dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang jumlahnya 88 orang (honor maupun PNS) di ruang rawat inap di Rumah Sakit Umum Lasinrang Kabupaten Pinrang.
        1. Sampel
Cara pengambilan sample dalam penelitian ini adalah Exhausive Sampling atau Sampel Jenuh adalah metode pengambilan sampel dengan menjadikan seluruh populasi menjadi sampel penelitian yaitu perawat pada ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Lasinrang Kabupaten Pinrang.
    1. Pengumpulan Data
        1. Data Primer
Data yang di kumpulkan dari responden dengan cara wawancara langsung dan menggunakan kuesioner sebagai alat bantu.
        1. Data Sekunder
Diperoleh dari instansi yang terkait dengan penelitian. Data sekunder dikumpulkan dengan menghubungi unit-unit atau bagian yang dianggap mempunyai hubungan dengan penelitian ini yaitu : Ruang Cempaka (Perawatan Dalam), Ruang Anggrek (Vip Room), Ruang Melati (Bedah), Ruang Asoka (Bangsal Nifas) dan bagian pelayanan Rumah Sakit Umum Lasinrang Kabupaten Pinrang.
    1. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan menggunakan komputer program Microsoft Excel 2003 dan SPSS for Windows versi 12.0. Adapun langkah – langkah pengolahan data dilakukan sebagai berikut :
      1. Tahap editing dilakukan dengan tujuan agar data yang diperoleh merupakan informasi yang benar. Pada tahap ini dilakukan dengan memperhatikan kelengkapan jawaban dan jelas tidaknya jawabannya.
      2. Pengkodean dimaksudkan untuk menyingkat data yang diperoleh agar memudahkan mengolah dan manganalisis data dengan memberikan kode – kode dalam bentuk angka.
      3. Pembuatan/pemindahan hasil koding kuesioner ke daftar koding (master tabel)
      4. Tabulasi. Pada tahap ini data yang sudah diolah dengan komputer disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan tabel silang.
    1. Penyajian Data
Data yang telah diolah kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan tabel silang antara variabel penelitian disertai penjelasan.


HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

  1. Hasil Penelitian
  1. Karakteristik Responden
  1. Kelompok umur
Responden tertinggi berada pada kelompok umur antara 25 – 29 tahun sebanyak 37 (42,0%) dan terendah pada kelompok umur antara 35 – 39 tahun sebanyak 4 responden (4,5%).
  1. Jenis kelamin
Sebagian besar responden penelitian yang melaksanakan asuhan keperawatan rawat inap adalah perempuan sebanyak 63 (71,6%).
  1. Pendidikan
Sebagian besar responden telah menamatkan pendidikan sampai kejenjang strata 1 (S1) sebanyak 48 responden (54,5%).
  1. Variabel penelitian
  1. Pengetahuan
Sebagian besar responden dengan penilaian pengetahuan pada kategori cukup sebanyak 62 (70,5%).
  1. Motivasi
Sebagian besar responden menyatakan pemberian motivasi kerja berada pada kategori kurang sebanyak 47 (53,4%)
  1. Beban kerja
Sebagian besar responden menyatakan beban kerja yang dimiliki berada pada kategori cukup sebanyak 46 (52,3%).
  1. Pelatihan
Sebagian besar responden menyatakan pelatihan yang dilaksanakan di rumah sakit berada pada kategori cukup sebanyak 46 (52,3%
  1. Kinerja
Sebagian besar responden memiliki kinerja pada kategori cukup sebanyak 57 (64,8%).
  1. Distribusi Antar Variabel Penelitian
  1. Distribusi Pengetahuan Terhadap Kinerja
Responden dengan pengetahuan cukup sebagian besar terdistribusi pada kinerja cukup sebanyak 47 (82,5%) sedangkan responden dengan pengetahuan kurang sebagian besar terdistribusi pada kinerja kurang sebanyak 16 responden (51,6%).
  1. Distribusi Motivasi Kerja Terhadap Kinerja
Responden dengan motivasi kerja cukup sebagian besar terdistribusi pada kinerja cukup sebanyak 31 responden (54,4%) sedangkan responden dengan pengetahuan kurang sebagian besar terdistribusi pada kinerja cukup sebanyak 26 responden (67,7%).
  1. Distribusi Beban Kerja Terhadap Kinerja
Responden dengan beban kerja cukup sebagian besar memiliki kinerja yang cukup sebanyak 34 (59,6%) sedangkan responden dengan beban kerja kurang sebagian besar terdistribisi pada kinerja cukup sebanyak 23 responden (40,4%).
  1. Distribusi Pelatihan Terhadap Kinerja
Responden dengan pelatihan cukup sebagian besar terdistribusi pada kinerja cukup sebanyak 39 (68,4%) sedangkan responden dengan pelatihan kurang sebagian besar terdistribusi pada kinerja kurang sebanyak 24 responden (77,4%).

  1. Pembahasan
Berdasarkan penyajian hasil pengolahan data penelitian di atas maka dapat dibahas berdasarkan variabel penelitian sebagai berikut.
    1. Kinerja
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden telah memiliki kinerja pada kategori cukup (64,8%) yang memberikan gambaran tentang kemampuan tenaga perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan secara maksimal kepada pasien dan keluarganya.
Kinerja pada kategori cukup pada penelitian ini dikategorikan dari kemampuan yang dimiliki oleh tenaga perawat dalam melaksanakan tindakan asuhan keperawatan pasien yang ditinjau dari aspek pengetahuan perawat atas pelaksanaan asuhan keperawatan, melaksanakan dan mengikuti pelatihan terutama pelatihan bidang keperawatan, memiliki semangat kerja yang tinggi karena adanya motivasi kerja baik dari dalam diri sendiri tenaga perawat maupun dari luar dalam konteks kerumahsakitan dan adanya beban kerja yang dapat dilaksanakan oleh perawat seperti pemberian tugas tambahan namun perawat masih memiliki kemampuan yang maksimal untuk tetap melaksanakan tugas tambahan tersebut.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa masih terdapat responden dengan (tenaga perawat) pada kategori kurang (35,2%). Angka ini dapat dikatakan kecil namun dapat menjadi penghambat terhadap penciptaan pelayanan keperawatan di rumah sakit yang syarat akan kualitas dan kepuasan pasien dan keluarganya.
Kinerja kurang juga dapat disebabkan karena adanya unsur dari luar diri tenaga perawat yang mempengaruhi psikologis sehingga menurunkan semangat kerja dalam rangka pemenuhan pelayanan keperawatan di rumah sakit. Aspek yang berasal dari luar ini mencakup hubungan interpersonal dengan teman sejawat di tempat kerja, adanya konflik internal keorganisasiaan rumah sakit, kurangnya aspek motorik dari rumah sakit dalam rangka pemberian motivasi kepada tenaga perawat sehingga dapat melaksanakan tindakan asuhan keperawatan yang lebih berkualitas dan menjawab tuntutan masyarakat akan kebutuhan pelayanan.
    1. Pengetahuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden perawat telah memiliki pengetahuan pada kategori cukup (52,3%). Pengetahuan cukup mencakup adanya kemampuan daya nalar dari tenaga perawat dalam mendeskripsikan fungsi dan peran perawat dalam berbagai kegiatan di rumah sakit.
Pengetahuan kategori cukup pada penelitian ini dimaksudkan adalah pengetahuan tentang tujuan penyelenggaraan asuhan keperawatan, langkah-langkah penyusunan asuhan keperawatan, pengkajian data dan perencanaan asuhan keperawatan, upaya pengumpulan data, pengetahuan tentang diagnosa keperawatan dan keperawatan komunitas. Berdasarkan hasil penentuan skor pilihan jawaban dari masing-masing pertanyaan menunjukkan bahwa responden dengan menjawab beberapa aspek penilaian pada skor 3 dan 4 menjadi acuan bahwa pengetahuan yang dimiliki pada kategori cukup sedangkan responden dengan skor 1 dan 2 merupakan pengetahuan pada kategori kurang.
Hasil penelitian menunjukkan pencapaian perawat dalam menjawab beberapa aspek penilaian pengetahuan pada kategori cukup untuk skor 3 dan 4 yaitu tujuan asuhan keperawatan (55,7 dan 37,5%), langkah-langkah pembuatan asuhan keperawatan (3,4 dan 48,9%), pengkajian dan perencanaan askep (36,4 dan 44,3%), dan pengumpulan data (25,0 dan 35,2%), tujuan diagnosa keperawatan (26,1 dan 39,8%), langkah-langkah diagnosa keperawatan (17,0 dan 45,5%). Beberapa aspek penilaian pengetahuan perawat di atas memberikan gambaran bahwa pengetahuan perawat sudah dapat dikatakan cukup dengan angka pencapian 50 % melebihi angka pencapaian skor rendah namun jika ditinjau lebih lanjut bahwa angka ini masih relatif kecil mengingat kebutuhan pelayanan berkualitas yang semakin dimengerti dan dipahami masyarakat sehingga peningkatan pengetahuan dalam rangka menunjang pelayanan kesehatan rumah sakit yang berkualitas dan memenuhi kepuasan konsumen yakni pasien dan keluarganya.
Pengetahuan tenaga perawat menyangkut tentang aspek yang berhubungan dengan bidang keperawatan dan dapat mendukung pelaksanaan asuhan keperawatan pada proses keperawatan yang dijalankan dalam rangka pemberian pelayanan yang berkualitas kepada pasien. Kurangnya pengetahuan perawat dapat mempengaruhi kinerja dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pelayanan kesehatan mengingat aspek pengetahuan ini merupakan pondasi dasar untuk terselenggaranya suatu tindakan keperawatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden dengan pengetahuan kurang juga memiliki kinerja yang kurang (51,6%) sedangkan responden dengan pengetahuan cukup sebagian besar terdistribusi pada kinerja cukup (82,5%) yang memberi interpretasi bahwa pengetahuan mempengaruhi kinerja dalam hal in yang berhubungan dengan kualitas kerja tenaga perawat dalam melaksanakan dan menyelenggarakan asuhan keperawatan kepada pasien dan keluarganya.
    1. Motivasi Kerja
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecenderungan perawat menyatakan bahwa motivasi kerja yang diperoleh berada pada kategori kurang (53,4%) yang memberi interpretasi bahwa tugas dan tanggung jawab keprofesian perawat dapat dikatakan kurang pula mengingat motivasi merupakan upaya peningkatan semangat kerja dari tenaga kerja termasuk perawat di rumah sakit.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa masih terdapat responden yang menyatakan bahwa pembagian kerja tersebut berada pada kategori kurang sesuai (12,5%). Meskipun angka ini relatif kecil namun memberi interpretasi tentang masih terdapatnya kerancuan dalam hal pelaksanaan pembagian kerja tenaga perawat di rumah sakit. Hal ini biasanya berhubungan dengan aspek kepentingan yang tentunya kurang menjadi tanggapan dalam hal penyusunan tenaga perawat berdasarkan jenis dan tanggung jawab kerja yang akan dilaksanakan dala suatu aktivitas perencanaan kerja rumah sakit.
Motivasi kerja bagi tenaga perawat merupakan aspek yang dapat mempengaruhi kemampuan dan kualitas kerja yang akan dilaksanakan dan diterima oleh pasien di rumah sakit dimana hal ini berhubungan dengan kinerja yang dimiliki tenaga perawat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat dengan motivasi kerja kurang sebagian besar terdistribusi pada kinerj cukup (45,6%) yang memberi interpretasi bahwa meskipun angka pencapaiannya rendah namun dapat diasumsikan bahwa masih terdapat perawat yang tidak terlalu mengharapkan adanya imbalan sebagai bentuk motivasi dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab keprofesiannya. Sedangkan perawat yang menyatakan telah memperoleh motivasi kerja pada kategori cukup sebagian besar terdistribusi pada kinerja cukup (54,4%) dimana angka pencapain ini dapat dikatakan relatif tinggi sehingga memberi interpretasi bahwa pemberian motivasi dapat meningkatkan kualitas kerja yang dilaksanakan perawat dalam rangka penyelenggaraan asuhan keperawatan dengan hasil yang maksimal dan memuaskan kebutuhan pasien dan keluarganya.
Interpretasi lain yang dapat ditarik berdasarkan peningkatan kinerja dengan motivasi cukup adalah bahwa terdapat perawat yang telah lama mengharapkan adanya motivator yang dapat memenuhi kebutuhannya sehingga memberi semangat dalam melaksanakan aktivitas kerja di rumah sakit.
    1. Pelatihan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecenderungan perawat telah memperoleh pelatihan pada kategori cukup (52,3%) yang memberi intrpretasi tentang pengembangan kemampuan dan kompetensi bagi perawat di rumah sakit telah dilaksanakan dalam upaya peningkatan kemampuan kerja tenaga perawat dalam memberikan pelayanan di rumah sakit yang tidak hanya mencakup keprofesiannya saja namun juga beberapa jenis pekerjaan lainnya diluar bidang keprofesiannya.
Angka pencapaian pelatihan pada tenaga perawat di rumah sakit jika ditinjau secara mendalam memberi interpretasi bahwa upaya pengembangan kemampuan dan keterampilan kerja masih dapat dikatakan rendah mengingat masih banyak tenaga perawat yang menyatakan belum memperoleh pelatihan atau sudah dapat namun pelatihan tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan kerja dalam artian pelatihan pada kategori kurang (47,7%).
Pelatihan pada kategori kurang berdasarkan aspek penilaian pelatihan dari hasil pengumpulan data menunjukkan bahwa masih terdapat perawat yang telah mengikuti pelatihan namun tidak memberikan perubahan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan (38,6% dan 9,1%) yang memberi interpretasi bahwa pelatihan tersebut memuat materi yang sifatnya belum menunjukkan perkembangan keilmuan kekinian dan belum menjawab tuntutan kebutuhan pelaksanaan asuhan keperawatan yang lebih kompleks.
Pelatihan sebagai bentuk pengembangan kemampuan dan keterampilan tenaga perawat tentunya akan memberi pengaruh terhadap peingkatan kualitas kerja dimana dari hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat dengan pelatihan kategori kurang sebagian besar terdistribusi pada kinerja kategori kurang (77,4%) dan perawat yang telah memperoleh pelatihan pada kategori cukup sebagian besar terdistribusi pada kinerja cukup (68,4%) yang memberi interpretasi bahwa pelatihan yang diselenggarakan kepada perawat memberi pengaruh terhadap kualitas kerja dalam memberikan pelayanan keperawatan di rumah sakit.
    1. Beban Kerja
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecenderungan responden menyatakan bahwa beban kerja yang dimiliki sudah berada pada kategori cukup (52,3%) yang memberi interpretasi akan kesesuaian terhadap jenis kerja dan tanggung jawab yang diemban dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di rumah sakit.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat responden yang menyatakan bahwa beban kerja yang dimiliki masih kurang (47,7%) yang memberi interpretasi akan ketidak sesuai antara kemampuan yang dimiliki dengan tanggung jawab kerja yang dilaksanakan. Hasil ini juga memberi interpretasi akan kekurangpercayaan pihak manjerial (pimpinan) dalam pelimpahan wewenang dan tanggung jawab kepada perawat untuk melaksanakan berbagai kegiatan kerja di rumah sakit yang tidak hanya dengan pelaksanaan asuhan keperawatan saja namun juga berbagai aktifitas kerja lainnya.
Aspek penilian beban kerja pada penelitian dengan memperhitungkan adanya pekerjaan tambahan yang diberikan secara langsung dari pimpinan, adanya tambahan pekerjaan diluar pekerjaan pokok, kesesuaian kemampuan terhadap pelaksanaan kerja, kesesuaian jenis pekerjaan dengan keprofesian dan adanya tugas tambahan dari pimpinan.
Beban kerja yang dimiliki oleh setiap karyawan begitu pula pada perawat di rumah sakit dapat memberi pengaruh terhadap kemampuan kerja yang dilaksanakan dimana hal ini berhubungan dengan maksimalisasi hasil kerja demi memberikan kepuasan dan kualitas pelayanan keperawatan di rumah sakit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat dengan beban kerja cukup sebagian besar terdistribusi pada kinerja yang cukup pula (59,6%) yang memberi gambaran bahwa beban kerja yang cukup akan mempengaruhi peningkatan kualitas kerja yang dimiliki oleh perawat. Sedangkan pada perawat dengan beban kerja kurang sebagian besar terdistribusi pada kinerja kurang (61,3%) yang memberi informasi akan tingkat beban kerja yang kurang sesuai atau berlebih dapat menurunkan kemampuan kerja ditambah lagi dengan kurangnya pemberian insentif sehingga mempertinggi pencapaian kualitas kerja yang rendah.

KESIMPULAN DAN SARAN

    1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data penelitian yang telah disajikan dan dibahas di atas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
  1. Kinerja perawat pada kategori cukup berdasarkan pengetahuan berada pada kategori cukup (82,5%) dan pada kategori kurang (17,5%) sedangkan kinerja kurang berada pada kategori cukup (48,4%) dan kategori kurang (51,6%)
  2. Kinerja perawat pada kategori cukup berdasarkan motivasi kerja berada pada kategori cukup (54,4%) dan pada kategori kurang (45,6%) sedangkan kinerja kurang berada pada kategori cukup (32,3%) dan kategori kurang (67,7%)
  3. Kinerja perawat pada kategori cukup berdasarkan pelatihan berada pada kategori cukup (68,4%) dan pada kategori kurang (31,6%) sedangkan kinerja kurang berada pada kategori cukup (22,6%) dan kategori kurang (77,4%)
  4. Kinerja perawat pada kategori cukup berdasarkan beban kerja berada pada kategori cukup (59,6%) dan pada kategori kurang (40,4%) sedangkan kinerja kurang berada pada kategori cukup (38,7%) dan kategori kurang (61,3%)

    1. Saran
Saran yang diajukan pada penelitian berdasarkan hasil, pembahasan dan kesimpulan adalah sebagai berikut :
  1. Dalam rangka penciptaan kualitas kerja yang maksimal sebagai wujud penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang berkualitas ditinjau dari aspek pelaksanaan asuhan keperawatan di rumah sakit maka pengembangan pengetahuan pada perawat harus dilaksanakan melalui pengembangan pendidikan dan atau penyelenggaraan pelatihan didunia kerja
  2. Pihak manajerial rumah sakit harus tetap memperhatikan perawat dengan motivasi kurang namun masih memiliki kesadaran untuk tetap melaksanakan aktivitas kerja dengan maksimal dengan memberikan motivasi yang cukup pula sehingga lebih memaksimalkan hasil kerja yang dicapai rumah sakit.
  3. Pemberian beban kerja tambahan kepada perawat harus disesuaikan dengan kemampuan dan kapabilitas dari masing-masing tenaga perawat sehingga dapat melaksanakan aktivitas kerja dengan hasil yang maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Achir Yani, Nilai-Nilai Profesionalisme Dalam Praktek Keperawatan, Makalah Seminar Loka Karya Praktek Keperawatan Profesionalisme, FIK, Universitas Indonesia, Jakarta, 1998.

Aditama, Chandra Yoga, Manajemen Administrasi Rumah Sakit, Universitas Indonesia Press, Jakarta, 2000.

Azrul Azwar,Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi Ketiga, Penerbit Binarupa Aksara, Jakrta, 1996

Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1996

Christina Ibrahim, Introduksi dan Ilustrasi Pelaksanaan Proses Keperawatan, Depkes Pajajaran, Bandung, 1997

Depkes RI, Konsep dan Mutu Manajemen Rumah Sakit, Jakarta, 1990.

,Standar Pelayanan Rumah Sakit, Cetakan V, Jakarta, 2001.

Depnakertrans, Undang-Undang Ketenagakerjaan Indonesia No. 13 Tahun 2003.

Direktorat Kesehatan Jiwa, Standar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa, Penerbit Rumah Sakit Jiwa Makassar, 1996.

Eapluyito, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Edisi Kedua, Penerbit Kedokteran EEG, Jakarta, 1987.

Habiba Ngaru, Kepuasan Kerja Tenaga Paramedik, 2002

Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara, Jakarta, 2003.

Jacobus, Manajemen dan Keperawatan, Edisi Ketiga, Penerbit Binarupa, Jakarta, 2001.

Marilyn E. Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, edisi ketiga, Penerbit buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2000
Nasrul Efendy, Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1997

Noer Bahry Noor, Motivasi Kerja Dalam Sebuah Organisasi, FKM UNHAS, Makassar, 1995.

Nursalam. 2003. Konsep & Penerapan Metodologi Ilmu Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi Pertama : Salemba Medika, Jakarta

Prasetya Irawan, Manajemen Sumber Daya Manusia, STIA LAN PRESS, Jakarta, 1997

Rusli Ngatimin, Upaya Menciptakan Masyarakat Sehat Di Pedesaan, Pascasarjana UNHAS, Makassar, 1987.

, Mengukur perilaku Kesehatan Masyarakat, Ujung Pandang, 1996.

Sastrohadiwiryo, Siswanto, Manajemen Tenaga Kerja Indonesia, Bumi Aksara, Jakarta, 2003.

Savitri, T., Modul Penilaian Kinerja Sianber Daya Manusia Organisasi Pelayanan Kesehatan, Yogyakarta, PPS UGM, 1997.

Soekidjo Notoatmodjo, Metodologi Penelitian Kesehatan, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 1997.

, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 1997.

Sondang, P. Siagian, Teori dan Praktek Kepemimpinan, Rineka Cipta, Jakarta, 1994.

Sugiono, Metode Penelitian Administrasi, CV Alfabeta, Bandung, 2000.

Wijono. Djoko, Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan, Vol. 1. Airlangga University Press, Surabaya, 1999.

Yasir, Ilyas, Kinerja (Teori, Penilaian dan Penelitian), Cetakan I, Jakarta, 1999.


Dokumen Selengkapnya dapat menghubungi
085242854524
Blog : http:\\blogjoeharno.blogspot.com
a.n. Rhano
Skripsi/Thesis
KINERJA PERAWAT DALAM MELAKSANAKAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
Erlin Natsir, SKM dan Joeharno, SKM

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Menjelang era pasar bebas atau dikenal AFTA (Asean Free Trade Assosiation) diperlukan kesiapan yang mantap dari semua sektor, termasuk sektor kesehatan khususnya rumah sakit. Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit, diantaranya adalah akreditasi rumah sakit yang ada saat ini mulai dituntut oleh masyarakat pengguna jasa pelayanan rumah sakit (Departemen Kesehatan RI, 1990).
Rumah sakit merupakan salah satu mata rantai didalam pemberian pelayanan kesehatan serta suatu organisasi dengan sistem terbuka dan selalu berinteraksi dengan lingkungannya untuk mencapai suatu keseimbangan yang dinamis mempunyai fungsi utama melayani masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan serta sebagai tempat penelitian berdasarkan surat keputusan.
Tenaga perawat yang merupakan “The caring profession” mempunyai kedudukan penting dalam menghasilkan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit, karena pelayanan yang diberikannya berdasarkan pendekatan bio-psiko-sosial-spiritual merupakan pelayanan yang unik dilaksanakan selama 24 jam dan berkesinambungan merupakan kelebihan tersendiri dibanding pelayanan lainnya (Departemen Kesehatan RI, 2001).
Tuntutan dan kebutuhan asuhan keperawatan yang berkualitas di masa depan merupakan tantangan yang harus dipersiapkan secara benar-benar dan ditangani secara mendasar, terarah dan sungguh-sungguh dari rumah sakit. Tanggung jawab ini memang berat mengingat bahwa keperawatan di Indonesia masih dalam tahap awal proses professional.
Kualitas pelayanan keperawatan suatu rumah sakit dinilai dari kepuasan pasien yang sedang atau pernah dirawat yang merupakan ungkapan rasa lega atau senang karena harapan tentang sesuatu kebutuhan pasien terpenuhi oleh pelayanan keperawatan yang bila diuraikan berarti kepuasan terhadap kenyamanan, kecepatan, pelayanan, keramahan dan perhatian. Sementara rasa puas sendiri mempunyai nilai yang relative tergantung dari masing-masing individu (Wijono, 2003).
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan berbagai macam faktor yang mempengaruhinya yaitu tingkat pendidikan, pengetahuan, beban kerja, pelatihan dan masa kerja.
Hal ini dikarenakan bahwa banyaknya perawat melaksanakan asuhan keperawatan memiliki pendidikan, motivasi kerja, beban kerja dan pelatihan yang mendukung terciptanya kinerja mengalami masalah dalam aplikasi di lapangan berupa keterlambatan atau banyaknya proses pengisian asuhan keperawatan yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan pihak rumah sakit.
Bertitik berat pada uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengambil judul studi tentang kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Lasinrang Kabupaten Pinrang.
  1. Batasan Masalah
Banyak faktor yang berhubungan dengan kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Lasinrang Kabupaten Pinrang. namun karena keterbatasan sumber daya dari peneliti maka hanya dibatasi pada pengetahuan perawat, motivasi kerja perawat, beban kerja perawat, dan pelatihan perawat.
  1. Rumusan Masalah
Pada penelitian ini dapat di rumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :
Bagaimana kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan berdasarkan pengetahuan, motivasi kerja, beban kerja, dan pelatihan perawat di Rumah Sakit Umum Lasinrang Kabupaten Pinrang ?”
D. Tujuan Penelitian
  1. Tujuan Umum
Mendapatkan gambaran tentang kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Lasinrang Kabupaten Pinrang.
  1. Tujuan Khusus
    1. Untuk mengetahui kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan berdasarkan pengetahuan, motivasi kerja, beban kerja, dan pelatihan perawat di Rumah Sakit Umum Lasinrang Kabupaten Pinrang.
E. Manfaat Penelitian
  1. Manfaat Institusi
  2. Manfaat Ilmiah
  3. Manfaat Praktis

KEPUSTAKAAN

  1. Kinerja
  2. Tenaga Kesehatan
  3. Perawat
  4. Asuhan Keperawatan
  5. Pengetahuan Perawat
  6. Motivasi Perawat
  7. Beban Kerja Perawat
  8. Pelatihan Perawat

METODE PENELITIAN

    1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Observasional dengan menggunakan pendekatan deskriptif yaitu gambaran tentang kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan di ruang rawat inap.
    1. Lokasi Dan Waktu Penelitian
        1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di ruang rawat inap RSUD Lasinrang Kabupaten Pinrang.
        1. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan bulan Juli – Agustus 2006.
    1. Populasi dan Sampel
        1. Populasi
Dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang jumlahnya 88 orang (honor maupun PNS) di ruang rawat inap di Rumah Sakit Umum Lasinrang Kabupaten Pinrang.
        1. Sampel
Cara pengambilan sample dalam penelitian ini adalah Exhausive Sampling atau Sampel Jenuh adalah metode pengambilan sampel dengan menjadikan seluruh populasi menjadi sampel penelitian yaitu perawat pada ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Lasinrang Kabupaten Pinrang.
    1. Pengumpulan Data
        1. Data Primer
Data yang di kumpulkan dari responden dengan cara wawancara langsung dan menggunakan kuesioner sebagai alat bantu.
        1. Data Sekunder
Diperoleh dari instansi yang terkait dengan penelitian. Data sekunder dikumpulkan dengan menghubungi unit-unit atau bagian yang dianggap mempunyai hubungan dengan penelitian ini yaitu : Ruang Cempaka (Perawatan Dalam), Ruang Anggrek (Vip Room), Ruang Melati (Bedah), Ruang Asoka (Bangsal Nifas) dan bagian pelayanan Rumah Sakit Umum Lasinrang Kabupaten Pinrang.
    1. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan menggunakan komputer program Microsoft Excel 2003 dan SPSS for Windows versi 12.0. Adapun langkah – langkah pengolahan data dilakukan sebagai berikut :
      1. Tahap editing dilakukan dengan tujuan agar data yang diperoleh merupakan informasi yang benar. Pada tahap ini dilakukan dengan memperhatikan kelengkapan jawaban dan jelas tidaknya jawabannya.
      2. Pengkodean dimaksudkan untuk menyingkat data yang diperoleh agar memudahkan mengolah dan manganalisis data dengan memberikan kode – kode dalam bentuk angka.
      3. Pembuatan/pemindahan hasil koding kuesioner ke daftar koding (master tabel)
      4. Tabulasi. Pada tahap ini data yang sudah diolah dengan komputer disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan tabel silang.
    1. Penyajian Data
Data yang telah diolah kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan tabel silang antara variabel penelitian disertai penjelasan.


HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

  1. Hasil Penelitian
  1. Karakteristik Responden
  1. Kelompok umur
Responden tertinggi berada pada kelompok umur antara 25 – 29 tahun sebanyak 37 (42,0%) dan terendah pada kelompok umur antara 35 – 39 tahun sebanyak 4 responden (4,5%).
  1. Jenis kelamin
Sebagian besar responden penelitian yang melaksanakan asuhan keperawatan rawat inap adalah perempuan sebanyak 63 (71,6%).
  1. Pendidikan
Sebagian besar responden telah menamatkan pendidikan sampai kejenjang strata 1 (S1) sebanyak 48 responden (54,5%).
  1. Variabel penelitian
  1. Pengetahuan
Sebagian besar responden dengan penilaian pengetahuan pada kategori cukup sebanyak 62 (70,5%).
  1. Motivasi
Sebagian besar responden menyatakan pemberian motivasi kerja berada pada kategori kurang sebanyak 47 (53,4%)
  1. Beban kerja
Sebagian besar responden menyatakan beban kerja yang dimiliki berada pada kategori cukup sebanyak 46 (52,3%).
  1. Pelatihan
Sebagian besar responden menyatakan pelatihan yang dilaksanakan di rumah sakit berada pada kategori cukup sebanyak 46 (52,3%
  1. Kinerja
Sebagian besar responden memiliki kinerja pada kategori cukup sebanyak 57 (64,8%).
  1. Distribusi Antar Variabel Penelitian
  1. Distribusi Pengetahuan Terhadap Kinerja
Responden dengan pengetahuan cukup sebagian besar terdistribusi pada kinerja cukup sebanyak 47 (82,5%) sedangkan responden dengan pengetahuan kurang sebagian besar terdistribusi pada kinerja kurang sebanyak 16 responden (51,6%).
  1. Distribusi Motivasi Kerja Terhadap Kinerja
Responden dengan motivasi kerja cukup sebagian besar terdistribusi pada kinerja cukup sebanyak 31 responden (54,4%) sedangkan responden dengan pengetahuan kurang sebagian besar terdistribusi pada kinerja cukup sebanyak 26 responden (67,7%).
  1. Distribusi Beban Kerja Terhadap Kinerja
Responden dengan beban kerja cukup sebagian besar memiliki kinerja yang cukup sebanyak 34 (59,6%) sedangkan responden dengan beban kerja kurang sebagian besar terdistribisi pada kinerja cukup sebanyak 23 responden (40,4%).
  1. Distribusi Pelatihan Terhadap Kinerja
Responden dengan pelatihan cukup sebagian besar terdistribusi pada kinerja cukup sebanyak 39 (68,4%) sedangkan responden dengan pelatihan kurang sebagian besar terdistribusi pada kinerja kurang sebanyak 24 responden (77,4%).

  1. Pembahasan
Berdasarkan penyajian hasil pengolahan data penelitian di atas maka dapat dibahas berdasarkan variabel penelitian sebagai berikut.
    1. Kinerja
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden telah memiliki kinerja pada kategori cukup (64,8%) yang memberikan gambaran tentang kemampuan tenaga perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan secara maksimal kepada pasien dan keluarganya.
Kinerja pada kategori cukup pada penelitian ini dikategorikan dari kemampuan yang dimiliki oleh tenaga perawat dalam melaksanakan tindakan asuhan keperawatan pasien yang ditinjau dari aspek pengetahuan perawat atas pelaksanaan asuhan keperawatan, melaksanakan dan mengikuti pelatihan terutama pelatihan bidang keperawatan, memiliki semangat kerja yang tinggi karena adanya motivasi kerja baik dari dalam diri sendiri tenaga perawat maupun dari luar dalam konteks kerumahsakitan dan adanya beban kerja yang dapat dilaksanakan oleh perawat seperti pemberian tugas tambahan namun perawat masih memiliki kemampuan yang maksimal untuk tetap melaksanakan tugas tambahan tersebut.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa masih terdapat responden dengan (tenaga perawat) pada kategori kurang (35,2%). Angka ini dapat dikatakan kecil namun dapat menjadi penghambat terhadap penciptaan pelayanan keperawatan di rumah sakit yang syarat akan kualitas dan kepuasan pasien dan keluarganya.
Kinerja kurang juga dapat disebabkan karena adanya unsur dari luar diri tenaga perawat yang mempengaruhi psikologis sehingga menurunkan semangat kerja dalam rangka pemenuhan pelayanan keperawatan di rumah sakit. Aspek yang berasal dari luar ini mencakup hubungan interpersonal dengan teman sejawat di tempat kerja, adanya konflik internal keorganisasiaan rumah sakit, kurangnya aspek motorik dari rumah sakit dalam rangka pemberian motivasi kepada tenaga perawat sehingga dapat melaksanakan tindakan asuhan keperawatan yang lebih berkualitas dan menjawab tuntutan masyarakat akan kebutuhan pelayanan.
    1. Pengetahuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden perawat telah memiliki pengetahuan pada kategori cukup (52,3%). Pengetahuan cukup mencakup adanya kemampuan daya nalar dari tenaga perawat dalam mendeskripsikan fungsi dan peran perawat dalam berbagai kegiatan di rumah sakit.
Pengetahuan kategori cukup pada penelitian ini dimaksudkan adalah pengetahuan tentang tujuan penyelenggaraan asuhan keperawatan, langkah-langkah penyusunan asuhan keperawatan, pengkajian data dan perencanaan asuhan keperawatan, upaya pengumpulan data, pengetahuan tentang diagnosa keperawatan dan keperawatan komunitas. Berdasarkan hasil penentuan skor pilihan jawaban dari masing-masing pertanyaan menunjukkan bahwa responden dengan menjawab beberapa aspek penilaian pada skor 3 dan 4 menjadi acuan bahwa pengetahuan yang dimiliki pada kategori cukup sedangkan responden dengan skor 1 dan 2 merupakan pengetahuan pada kategori kurang.
Hasil penelitian menunjukkan pencapaian perawat dalam menjawab beberapa aspek penilaian pengetahuan pada kategori cukup untuk skor 3 dan 4 yaitu tujuan asuhan keperawatan (55,7 dan 37,5%), langkah-langkah pembuatan asuhan keperawatan (3,4 dan 48,9%), pengkajian dan perencanaan askep (36,4 dan 44,3%), dan pengumpulan data (25,0 dan 35,2%), tujuan diagnosa keperawatan (26,1 dan 39,8%), langkah-langkah diagnosa keperawatan (17,0 dan 45,5%). Beberapa aspek penilaian pengetahuan perawat di atas memberikan gambaran bahwa pengetahuan perawat sudah dapat dikatakan cukup dengan angka pencapian 50 % melebihi angka pencapaian skor rendah namun jika ditinjau lebih lanjut bahwa angka ini masih relatif kecil mengingat kebutuhan pelayanan berkualitas yang semakin dimengerti dan dipahami masyarakat sehingga peningkatan pengetahuan dalam rangka menunjang pelayanan kesehatan rumah sakit yang berkualitas dan memenuhi kepuasan konsumen yakni pasien dan keluarganya.
Pengetahuan tenaga perawat menyangkut tentang aspek yang berhubungan dengan bidang keperawatan dan dapat mendukung pelaksanaan asuhan keperawatan pada proses keperawatan yang dijalankan dalam rangka pemberian pelayanan yang berkualitas kepada pasien. Kurangnya pengetahuan perawat dapat mempengaruhi kinerja dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pelayanan kesehatan mengingat aspek pengetahuan ini merupakan pondasi dasar untuk terselenggaranya suatu tindakan keperawatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden dengan pengetahuan kurang juga memiliki kinerja yang kurang (51,6%) sedangkan responden dengan pengetahuan cukup sebagian besar terdistribusi pada kinerja cukup (82,5%) yang memberi interpretasi bahwa pengetahuan mempengaruhi kinerja dalam hal in yang berhubungan dengan kualitas kerja tenaga perawat dalam melaksanakan dan menyelenggarakan asuhan keperawatan kepada pasien dan keluarganya.
    1. Motivasi Kerja
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecenderungan perawat menyatakan bahwa motivasi kerja yang diperoleh berada pada kategori kurang (53,4%) yang memberi interpretasi bahwa tugas dan tanggung jawab keprofesian perawat dapat dikatakan kurang pula mengingat motivasi merupakan upaya peningkatan semangat kerja dari tenaga kerja termasuk perawat di rumah sakit.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa masih terdapat responden yang menyatakan bahwa pembagian kerja tersebut berada pada kategori kurang sesuai (12,5%). Meskipun angka ini relatif kecil namun memberi interpretasi tentang masih terdapatnya kerancuan dalam hal pelaksanaan pembagian kerja tenaga perawat di rumah sakit. Hal ini biasanya berhubungan dengan aspek kepentingan yang tentunya kurang menjadi tanggapan dalam hal penyusunan tenaga perawat berdasarkan jenis dan tanggung jawab kerja yang akan dilaksanakan dala suatu aktivitas perencanaan kerja rumah sakit.
Motivasi kerja bagi tenaga perawat merupakan aspek yang dapat mempengaruhi kemampuan dan kualitas kerja yang akan dilaksanakan dan diterima oleh pasien di rumah sakit dimana hal ini berhubungan dengan kinerja yang dimiliki tenaga perawat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat dengan motivasi kerja kurang sebagian besar terdistribusi pada kinerj cukup (45,6%) yang memberi interpretasi bahwa meskipun angka pencapaiannya rendah namun dapat diasumsikan bahwa masih terdapat perawat yang tidak terlalu mengharapkan adanya imbalan sebagai bentuk motivasi dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab keprofesiannya. Sedangkan perawat yang menyatakan telah memperoleh motivasi kerja pada kategori cukup sebagian besar terdistribusi pada kinerja cukup (54,4%) dimana angka pencapain ini dapat dikatakan relatif tinggi sehingga memberi interpretasi bahwa pemberian motivasi dapat meningkatkan kualitas kerja yang dilaksanakan perawat dalam rangka penyelenggaraan asuhan keperawatan dengan hasil yang maksimal dan memuaskan kebutuhan pasien dan keluarganya.
Interpretasi lain yang dapat ditarik berdasarkan peningkatan kinerja dengan motivasi cukup adalah bahwa terdapat perawat yang telah lama mengharapkan adanya motivator yang dapat memenuhi kebutuhannya sehingga memberi semangat dalam melaksanakan aktivitas kerja di rumah sakit.
    1. Pelatihan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecenderungan perawat telah memperoleh pelatihan pada kategori cukup (52,3%) yang memberi intrpretasi tentang pengembangan kemampuan dan kompetensi bagi perawat di rumah sakit telah dilaksanakan dalam upaya peningkatan kemampuan kerja tenaga perawat dalam memberikan pelayanan di rumah sakit yang tidak hanya mencakup keprofesiannya saja namun juga beberapa jenis pekerjaan lainnya diluar bidang keprofesiannya.
Angka pencapaian pelatihan pada tenaga perawat di rumah sakit jika ditinjau secara mendalam memberi interpretasi bahwa upaya pengembangan kemampuan dan keterampilan kerja masih dapat dikatakan rendah mengingat masih banyak tenaga perawat yang menyatakan belum memperoleh pelatihan atau sudah dapat namun pelatihan tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan kerja dalam artian pelatihan pada kategori kurang (47,7%).
Pelatihan pada kategori kurang berdasarkan aspek penilaian pelatihan dari hasil pengumpulan data menunjukkan bahwa masih terdapat perawat yang telah mengikuti pelatihan namun tidak memberikan perubahan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan (38,6% dan 9,1%) yang memberi interpretasi bahwa pelatihan tersebut memuat materi yang sifatnya belum menunjukkan perkembangan keilmuan kekinian dan belum menjawab tuntutan kebutuhan pelaksanaan asuhan keperawatan yang lebih kompleks.
Pelatihan sebagai bentuk pengembangan kemampuan dan keterampilan tenaga perawat tentunya akan memberi pengaruh terhadap peingkatan kualitas kerja dimana dari hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat dengan pelatihan kategori kurang sebagian besar terdistribusi pada kinerja kategori kurang (77,4%) dan perawat yang telah memperoleh pelatihan pada kategori cukup sebagian besar terdistribusi pada kinerja cukup (68,4%) yang memberi interpretasi bahwa pelatihan yang diselenggarakan kepada perawat memberi pengaruh terhadap kualitas kerja dalam memberikan pelayanan keperawatan di rumah sakit.
    1. Beban Kerja
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecenderungan responden menyatakan bahwa beban kerja yang dimiliki sudah berada pada kategori cukup (52,3%) yang memberi interpretasi akan kesesuaian terhadap jenis kerja dan tanggung jawab yang diemban dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di rumah sakit.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat responden yang menyatakan bahwa beban kerja yang dimiliki masih kurang (47,7%) yang memberi interpretasi akan ketidak sesuai antara kemampuan yang dimiliki dengan tanggung jawab kerja yang dilaksanakan. Hasil ini juga memberi interpretasi akan kekurangpercayaan pihak manjerial (pimpinan) dalam pelimpahan wewenang dan tanggung jawab kepada perawat untuk melaksanakan berbagai kegiatan kerja di rumah sakit yang tidak hanya dengan pelaksanaan asuhan keperawatan saja namun juga berbagai aktifitas kerja lainnya.
Aspek penilian beban kerja pada penelitian dengan memperhitungkan adanya pekerjaan tambahan yang diberikan secara langsung dari pimpinan, adanya tambahan pekerjaan diluar pekerjaan pokok, kesesuaian kemampuan terhadap pelaksanaan kerja, kesesuaian jenis pekerjaan dengan keprofesian dan adanya tugas tambahan dari pimpinan.
Beban kerja yang dimiliki oleh setiap karyawan begitu pula pada perawat di rumah sakit dapat memberi pengaruh terhadap kemampuan kerja yang dilaksanakan dimana hal ini berhubungan dengan maksimalisasi hasil kerja demi memberikan kepuasan dan kualitas pelayanan keperawatan di rumah sakit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat dengan beban kerja cukup sebagian besar terdistribusi pada kinerja yang cukup pula (59,6%) yang memberi gambaran bahwa beban kerja yang cukup akan mempengaruhi peningkatan kualitas kerja yang dimiliki oleh perawat. Sedangkan pada perawat dengan beban kerja kurang sebagian besar terdistribusi pada kinerja kurang (61,3%) yang memberi informasi akan tingkat beban kerja yang kurang sesuai atau berlebih dapat menurunkan kemampuan kerja ditambah lagi dengan kurangnya pemberian insentif sehingga mempertinggi pencapaian kualitas kerja yang rendah.

KESIMPULAN DAN SARAN

    1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data penelitian yang telah disajikan dan dibahas di atas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
  1. Kinerja perawat pada kategori cukup berdasarkan pengetahuan berada pada kategori cukup (82,5%) dan pada kategori kurang (17,5%) sedangkan kinerja kurang berada pada kategori cukup (48,4%) dan kategori kurang (51,6%)
  2. Kinerja perawat pada kategori cukup berdasarkan motivasi kerja berada pada kategori cukup (54,4%) dan pada kategori kurang (45,6%) sedangkan kinerja kurang berada pada kategori cukup (32,3%) dan kategori kurang (67,7%)
  3. Kinerja perawat pada kategori cukup berdasarkan pelatihan berada pada kategori cukup (68,4%) dan pada kategori kurang (31,6%) sedangkan kinerja kurang berada pada kategori cukup (22,6%) dan kategori kurang (77,4%)
  4. Kinerja perawat pada kategori cukup berdasarkan beban kerja berada pada kategori cukup (59,6%) dan pada kategori kurang (40,4%) sedangkan kinerja kurang berada pada kategori cukup (38,7%) dan kategori kurang (61,3%)

    1. Saran
Saran yang diajukan pada penelitian berdasarkan hasil, pembahasan dan kesimpulan adalah sebagai berikut :
  1. Dalam rangka penciptaan kualitas kerja yang maksimal sebagai wujud penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang berkualitas ditinjau dari aspek pelaksanaan asuhan keperawatan di rumah sakit maka pengembangan pengetahuan pada perawat harus dilaksanakan melalui pengembangan pendidikan dan atau penyelenggaraan pelatihan didunia kerja
  2. Pihak manajerial rumah sakit harus tetap memperhatikan perawat dengan motivasi kurang namun masih memiliki kesadaran untuk tetap melaksanakan aktivitas kerja dengan maksimal dengan memberikan motivasi yang cukup pula sehingga lebih memaksimalkan hasil kerja yang dicapai rumah sakit.
  3. Pemberian beban kerja tambahan kepada perawat harus disesuaikan dengan kemampuan dan kapabilitas dari masing-masing tenaga perawat sehingga dapat melaksanakan aktivitas kerja dengan hasil yang maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Achir Yani, Nilai-Nilai Profesionalisme Dalam Praktek Keperawatan, Makalah Seminar Loka Karya Praktek Keperawatan Profesionalisme, FIK, Universitas Indonesia, Jakarta, 1998.

Aditama, Chandra Yoga, Manajemen Administrasi Rumah Sakit, Universitas Indonesia Press, Jakarta, 2000.

Azrul Azwar,Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi Ketiga, Penerbit Binarupa Aksara, Jakrta, 1996

Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1996

Christina Ibrahim, Introduksi dan Ilustrasi Pelaksanaan Proses Keperawatan, Depkes Pajajaran, Bandung, 1997

Depkes RI, Konsep dan Mutu Manajemen Rumah Sakit, Jakarta, 1990.

,Standar Pelayanan Rumah Sakit, Cetakan V, Jakarta, 2001.

Depnakertrans, Undang-Undang Ketenagakerjaan Indonesia No. 13 Tahun 2003.

Direktorat Kesehatan Jiwa, Standar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa, Penerbit Rumah Sakit Jiwa Makassar, 1996.

Eapluyito, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Edisi Kedua, Penerbit Kedokteran EEG, Jakarta, 1987.

Habiba Ngaru, Kepuasan Kerja Tenaga Paramedik, 2002

Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara, Jakarta, 2003.

Jacobus, Manajemen dan Keperawatan, Edisi Ketiga, Penerbit Binarupa, Jakarta, 2001.

Marilyn E. Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, edisi ketiga, Penerbit buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2000
Nasrul Efendy, Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1997

Noer Bahry Noor, Motivasi Kerja Dalam Sebuah Organisasi, FKM UNHAS, Makassar, 1995.

Nursalam. 2003. Konsep & Penerapan Metodologi Ilmu Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi Pertama : Salemba Medika, Jakarta

Prasetya Irawan, Manajemen Sumber Daya Manusia, STIA LAN PRESS, Jakarta, 1997

Rusli Ngatimin, Upaya Menciptakan Masyarakat Sehat Di Pedesaan, Pascasarjana UNHAS, Makassar, 1987.

, Mengukur perilaku Kesehatan Masyarakat, Ujung Pandang, 1996.

Sastrohadiwiryo, Siswanto, Manajemen Tenaga Kerja Indonesia, Bumi Aksara, Jakarta, 2003.

Savitri, T., Modul Penilaian Kinerja Sianber Daya Manusia Organisasi Pelayanan Kesehatan, Yogyakarta, PPS UGM, 1997.

Soekidjo Notoatmodjo, Metodologi Penelitian Kesehatan, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 1997.

, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 1997.

Sondang, P. Siagian, Teori dan Praktek Kepemimpinan, Rineka Cipta, Jakarta, 1994.

Sugiono, Metode Penelitian Administrasi, CV Alfabeta, Bandung, 2000.

Wijono. Djoko, Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan, Vol. 1. Airlangga University Press, Surabaya, 1999.

Yasir, Ilyas, Kinerja (Teori, Penilaian dan Penelitian), Cetakan I, Jakarta, 1999.


Dokumen Selengkapnya dapat menghubungi
085242854524
Blog : http:\\blogjoeharno.blogspot.com
a.n. Rhano