Lihat Detail
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT
Skripsi/Thesis
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT
Tinjauan dari Persepsi Pasien
Oleh :
Burhanuddin Gamrin, SKM dan M. Joeharno, SKM
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Terwujudnya keadaan sehat merupakan kehendak semua pihak. Tidak hanya orang-per orang atau keluarga, akan tetapi juga oleh kelompok dan bahkan oleh seluruh anggota masyarakat. Adapun yang dimaksudkan dengan sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (U.U No 23 tahun 1992).
Kesehatan dipandang sebagai sumber daya yang memberikan kemampuan pada individu, kelompok, dan masyarakat untuk meningkatkan kemampuan mengelola bahkan merubah pola hidup, kebiasaan dan lingkungan. Hal ini sesuai dengan arah pembangunan kesehatan kita yang meninggalkan paradigma lama menuju paradigma sehat, dalam rangka menuju Indonesia Sehat 2010 (Ahmad Djojosugitjo, 2001).
Tujuan pelayanan kesehatan adalah tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang memuaskan harapan dan kebutuhan derajat masyarakat (consumer satisfaction), melalui pelayanan yang efektif oleh pemberi pelayanan yang memuaskan harapan dan kebutuhan pemberi pelayanan (provider satisfaction), pada institusi pelayanan yang diselenggarakan secara efisien (institutional satisfaction). Interaksi ketiga pilar utama pelayanan kesehatan yang serasi, selaras dan seimbang, merupakan paduan dari kepuasan tiga pihak, dan ini merupakan pelayanan kesehatan yang memuaskan (satisfactory healty care) (Ahmad Djojosugitjo, 2001).
Upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan adalah langkah terpenting untuk meningkatkan daya saing usaha Indonesia di sektor kesehatan. Hal ini tidak ringan karena peningkatan mutu tersebut bukan hanya untuk rumah sakit saja tetapi berlaku untuk semua tingkatan pelayanan kesehatan mulai dari Puskesmas Pembantu dan Puskesmas, baik di fasilitas pemerintahan maupun swasta (Ahmad Djojosugitjo, 2001).
Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa masyarakat pengguna pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta semakin menuntut pelayanan yang bermutu. Tak dapat dipungkiri bahwa kini pasien semakin kritis terhadap pelayanan kesehatan dan menuntut keamanannya (Sulastomo, 2005).
Berbagai fakta menunjukkan adanya masalah serius dalam mutu pelayanan kesehatan di Indonesia. Hal ini disebabkan karena belum adanya sistem pengendali mutu yang terbaik yang dapat diterapkan. Pemahaman secara lebih mendalam tentang good governance merupakan salah satu upaya terhadap perwujudan pelayanan kesehatan yang lebih bermutu (Laksono, 2005).
Upaya peningkatan mutu adalah aksioma yang lemah capaian individunya, pada umumnya mencerminkan kegagalan sistem atau ketidakmampuan dari suatu organisasi memandang dan mengimprovisasikan sistem jaminan mutu. Gagasan peningkatan kualitas mutu merupakan tantangan di dalam suatu organisasi pelayanan kesehatan (Sulastomo, 2006).
Rumah sakit merupakan suatu tempat untuk melakukan upaya meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan. Masyarakat telah menganggap bahwa rumah sakit adalah harapan terakhir bagi orang yang sedang sakit. Bahkan ada sebagian masyarakat yang berperilaku untuk cepat-cepat berobat ke rumah sakit, jika mereka menderita suatu penyakit tertentu. Agar dicapai tingkat pelayanan kesehatan yang berkualitas, rumah sakit mengupayakan itu dengan meningkatkan berbagai fasilitas pelayanan (Sudarwanto, 1995).
Peningkatan mutu sebagai salah satu upaya merupakan tujuan fundamental dari pelayanan kesehatan, yakni melindungi pasien, tenaga kesehatan, dan organisasi tersebut. Hal ini merupakan suatu proses dengan output yang baru akan dapat terlihat pada program jangka menengah ataupun program jangka panjang (Sulastomo, 2006).
Pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan bentuk pelayanan yang diberikan kepada klien oleh suatu tim multi disiplin. Pelayanan kesehatan pada masa kini sudah merupakan industri jasa kesehatan utama dimana setiap rumah sakit bertanggung gugat terhadap penerima jasa pelayanan kesehatan. Keberadaan dan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan ditentukan oleh nilai-nilai dan harapan dari penerima jasa pelayanan tersebut. Disamping itu, penekanan pelayanan kepada kualitas yang tinggi tersebut harus dapat dicapai dengan biaya yang dapat dipertanggungjawabkan (Ely Nurachma, 2007).
Berdasarkan hal tersebut di atas maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti dan menganalisis beberapa aspek yang mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan di RS Massenrempulu Kabupaten Enrekang.
- Batasan Masalah
Mutu pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh beberapa aspek namun karena aspek keterbatasan yang dimiliki peneliti maka pada penelitian ini hanya dibatasi pada aspek jumlah petugas, ketanggapan petugas, kehandalan petugas dan ketersediaan/kelengkapan fasilitas pelayanan.
- Rumusan Masalah
“Bagaimana mutu pelayanan kesehatan pasien rawat inap ditinjau dari aspek jumlah petugas, ketanggapan petugas, kehandalan petugas, dan ketersediaan/kelengkapan fasilitas di RSU Massenrempulu Kabupaten Enrekang ?”
- Tujuan Penelitian
- Tujuan Umum
Untuk mengetahui beberapa aspek yang mempengaruhi mutu pelayanan pada pasien rawat inap di RSU Massenrempulu Kabupaten Enrekang.
- Tujuan Khusus
- Untuk menganalisis hubungan jumlah petugas, ketanggapan petugas, kehandalan petugas, dan ketersediaan/kelengkapan fasilitas terhadap mutu pelayanan kesehatan pasien rawat inap di RSU Massenrempulu Kabupaten Enrekang
- Manfaat Penelitian
- Manfaat Ilmiah
- Manfaat Institusi
- Manfaat Bagi Peneliti
- Tinjauan Umum Tentang Mutu Pelayanan Kesehatan
- Tinjauan Umum Tentang Rumah Sakit
- Tinjauam Umum Tentang Variabel Yang Diteliti
KERANGKA KONSEP
- Dasar Pemikiran Variabel Penelitian
Beberapa aspek yang mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan akan dijelaskan sebagai berikut.
- Jumlah Petugas
Jumlah petugas merupakan salah satu aspek yang menunjang pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Keadaan petugas yang kurang menyebabkan penyelenggaraan pelayanan dilaksanakan tidak maksimal dan kurang memenuhi kepuasan pasien atas pelayanan yang diberikan. Selain itu, petugas sendiri akan mengalami kewalahan dalam menjalankan tugasnya yang pada nantinya akan menurunkan tingkat kemampuan kerja yang diberikan petugas kepada pasien di rumah sakit.
- Ketanggapan petugas
Ketanggapan petugas berhubungan dengan aspek kesigapan dari petugas dalam memenuhi kebutuhan pasien akan pelayanan yang dinginkan. Tingkat kesigapan dari petugass kesehatan dalam memberikan pelayanan merupakan salahs atu aspek yang mempengaruhi penilaian pasien atas mutu pelayanan yang diselenggarakan.
- Kehandalan petugas
Kehandalan berhubungan dengan tingkat kemampuan dan keterampilan yang dimiliki petugas dalam menyelenggarakan dan memberikan pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Tingkat kemampuan dan keterampilan yang kurang dari tenaga kesehatan tentunya akan memberikan pelayanan yang kurang memenuhi kepuasan pasien sebagai standar penilaian terhadap mutu pelayanan.
- Ketersediaan dan kelengkapan fasilitas
Fasilitas merupakan sarana bantu bagi instansi dan tenaga kesehatan dalam menyelenggarakan pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Keadaan fasilitas yang memadai akan membantu terhadap penyelenggaraan pelayanan kepada pasien.
- Pola Pikir Variabel Penelitian
Berdasarkan dasar pemikiran yang telah dijelaskan sebelumnya di atas maka dapat disusun bagan pemikiran variabel penelitian sebagai berikut
Keterangan
: Variabel independen
: Variabel dependen
- Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
- Mutu Pelayanan Kesehatan
- Jumlah Petugas
- Ketanggapan Petugas
- Kehandalan Petugas
- Ketersediaan/Kelengkapan Fasilitas
- Hipotesis Penelitian
- Hipotesis Null (Ho)
- Tidak ada hubungan jumlah petugas, ketanggapan petugas, kehandalan petugas, dan ketersediaan/kelengkapan fasilitas terhadap mutu pelayanan kesehatan di RSU Massenrempulu Kabupaten Enrekang
- Hipotesis Alternatif (Ha)
- Ada hubungan jumlah petugas, ketanggapan petugas, kehandalan petugas, dan ketersediaan/kelengkapan fasilitas terhadap mutu pelayanan kesehatan di RSU Massenrempulu Kabupaten Enrekang
METODE PENELITIAN
- Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional dengan pendekatan analitik rancangan Cross Sectional Study
- Populasi dan Sampel
- Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien rawat inap di RSU Massenrempulu Kab Enrekang yang telah mendapatkan perawatan
- Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah sebahagian dari populasi yang ditentukan berdasarkan teknik pengambilan sampel secara proporsional stratified random sampling dengan penentuan besar sampel menggunakan rumus sebagai berikut.
n =
Dimana :
n = besarnya sampel dalam penelitian
N = besarnya populasi dalam penelitian
d = tingkat kepercayaan (0,05)
- Pengumpulan Data
- Data Primer
Data primer diperoleh dengan melaksanakan wawancara langsung
- Data Sekunder
Data sekunder diperoleh melalui instansi terkait
- Pengolahan dan Analisa Data
- Pengolahan Data
Pengolahan data penelitian dilaksanakan dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS for windows dengan langkah-langkah sebagai berikut.
- Tahap editing dilakukan dengan tujuan agar data yang diperoleh merupakan informasi yang benar. Pada tahap ini dilakukan dengan memperhatikan kelengkapan jawaban dan jelas tidaknya jawaban
- Pengkodean dimaksudkan untuk menyingkat data yang diperoleh agar memudahkan dalam pengolahan dan menganalisis data dengan memberikan kode dalam bentuk angka. Berdasarkan perhitungan Skala Likert dimana setiap jawaban “Selau” diberi nilai 5, “Sering” diberi nilai 4, kadang-kadang diberi nilai 3, “Pernah” diberi nilai 2 dan jika jawaban “Tidak Pernah” diberi nilai 1.
- Pembuatan/pemindahan hasil koding kuesioner ke daftar koding (master tabel)
- Analisa Data
Analisis data ditujukan untuk mengetahui hubungan variabel independen dengan variabel dependen dengan menggunakan uji Chi Square Test dengan rumus sebagai berikut :
X2 =
Dimana :
O = nilai observasi
E = Nilai ekspektasi (harapan)
df = (c – 1) (r – 1)
Hasil uji statistik dikatakan bermakna jika nilai p < α – 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Jika nilai ekspektif kurang dari 5 maka uji statistik dengan menggunakan rumus Fisher’s Exact Test yaitu :
- Penyajian Data
Data yang telah diolah kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi analisis univariat dan tabel silang analisis bivariat dalam rangka menganalisis hubungan variabel independen terhadap variabel dependen.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
- Hasil Penelitian
- Karakteristik Responden
- Umur
Responden tertinggi berada pada kelompok umur 20 – 29 tahun sebanyak 57 (55,9%) dan terendah pada kelompok umur <>
- Jenis Kelamin
Responden terbanyak adalah perempuan sebanyak 56 (54,9%).
- Pendidikan
Responden tertinggi telah menamatkan pendidikan pada jenjang SMA sederajat sebanyak 52 (51%) dan terendah tidak sekolah dan SMP masing-masing sebanyak 7 (6,9%).
- Pekerjaan
Responden tertinggi dengan status tidak bekerja/URT sebanyak 35 (34,3%) sedangkan yang bekerja tertinggi sebagai wiraswasta sebanyak 31 (30,4%) dan terendah yang bekerja sebagai pegawai swasta sebanyak 3 (2,9%).
- Variabel Penelitian
- Jumlah Petugas
Lebih dominan responden menyatakan jumlah petugas yang memberikan pelayanan di rumah sakit sudah berada pada kategori cukup sebanyak 64 (62,7%).
Skripsi/Thesis
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT
Tinjauan dari Persepsi Pasien
Oleh :
Burhanuddin Gamrin, SKM dan M. Joeharno, SKM
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Terwujudnya keadaan sehat merupakan kehendak semua pihak. Tidak hanya orang-per orang atau keluarga, akan tetapi juga oleh kelompok dan bahkan oleh seluruh anggota masyarakat. Adapun yang dimaksudkan dengan sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (U.U No 23 tahun 1992).
Kesehatan dipandang sebagai sumber daya yang memberikan kemampuan pada individu, kelompok, dan masyarakat untuk meningkatkan kemampuan mengelola bahkan merubah pola hidup, kebiasaan dan lingkungan. Hal ini sesuai dengan arah pembangunan kesehatan kita yang meninggalkan paradigma lama menuju paradigma sehat, dalam rangka menuju Indonesia Sehat 2010 (Ahmad Djojosugitjo, 2001).
Tujuan pelayanan kesehatan adalah tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang memuaskan harapan dan kebutuhan derajat masyarakat (consumer satisfaction), melalui pelayanan yang efektif oleh pemberi pelayanan yang memuaskan harapan dan kebutuhan pemberi pelayanan (provider satisfaction), pada institusi pelayanan yang diselenggarakan secara efisien (institutional satisfaction). Interaksi ketiga pilar utama pelayanan kesehatan yang serasi, selaras dan seimbang, merupakan paduan dari kepuasan tiga pihak, dan ini merupakan pelayanan kesehatan yang memuaskan (satisfactory healty care) (Ahmad Djojosugitjo, 2001).
Upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan adalah langkah terpenting untuk meningkatkan daya saing usaha Indonesia di sektor kesehatan. Hal ini tidak ringan karena peningkatan mutu tersebut bukan hanya untuk rumah sakit saja tetapi berlaku untuk semua tingkatan pelayanan kesehatan mulai dari Puskesmas Pembantu dan Puskesmas, baik di fasilitas pemerintahan maupun swasta (Ahmad Djojosugitjo, 2001).
Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa masyarakat pengguna pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta semakin menuntut pelayanan yang bermutu. Tak dapat dipungkiri bahwa kini pasien semakin kritis terhadap pelayanan kesehatan dan menuntut keamanannya (Sulastomo, 2005).
Berbagai fakta menunjukkan adanya masalah serius dalam mutu pelayanan kesehatan di Indonesia. Hal ini disebabkan karena belum adanya sistem pengendali mutu yang terbaik yang dapat diterapkan. Pemahaman secara lebih mendalam tentang good governance merupakan salah satu upaya terhadap perwujudan pelayanan kesehatan yang lebih bermutu (Laksono, 2005).
Upaya peningkatan mutu adalah aksioma yang lemah capaian individunya, pada umumnya mencerminkan kegagalan sistem atau ketidakmampuan dari suatu organisasi memandang dan mengimprovisasikan sistem jaminan mutu. Gagasan peningkatan kualitas mutu merupakan tantangan di dalam suatu organisasi pelayanan kesehatan (Sulastomo, 2006).
Rumah sakit merupakan suatu tempat untuk melakukan upaya meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan. Masyarakat telah menganggap bahwa rumah sakit adalah harapan terakhir bagi orang yang sedang sakit. Bahkan ada sebagian masyarakat yang berperilaku untuk cepat-cepat berobat ke rumah sakit, jika mereka menderita suatu penyakit tertentu. Agar dicapai tingkat pelayanan kesehatan yang berkualitas, rumah sakit mengupayakan itu dengan meningkatkan berbagai fasilitas pelayanan (Sudarwanto, 1995).
Peningkatan mutu sebagai salah satu upaya merupakan tujuan fundamental dari pelayanan kesehatan, yakni melindungi pasien, tenaga kesehatan, dan organisasi tersebut. Hal ini merupakan suatu proses dengan output yang baru akan dapat terlihat pada program jangka menengah ataupun program jangka panjang (Sulastomo, 2006).
Pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan bentuk pelayanan yang diberikan kepada klien oleh suatu tim multi disiplin. Pelayanan kesehatan pada masa kini sudah merupakan industri jasa kesehatan utama dimana setiap rumah sakit bertanggung gugat terhadap penerima jasa pelayanan kesehatan. Keberadaan dan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan ditentukan oleh nilai-nilai dan harapan dari penerima jasa pelayanan tersebut. Disamping itu, penekanan pelayanan kepada kualitas yang tinggi tersebut harus dapat dicapai dengan biaya yang dapat dipertanggungjawabkan (Ely Nurachma, 2007).
Berdasarkan hal tersebut di atas maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti dan menganalisis beberapa aspek yang mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan di RS Massenrempulu Kabupaten Enrekang.
- Batasan Masalah
Mutu pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh beberapa aspek namun karena aspek keterbatasan yang dimiliki peneliti maka pada penelitian ini hanya dibatasi pada aspek jumlah petugas, ketanggapan petugas, kehandalan petugas dan ketersediaan/kelengkapan fasilitas pelayanan.
- Rumusan Masalah
“Bagaimana mutu pelayanan kesehatan pasien rawat inap ditinjau dari aspek jumlah petugas, ketanggapan petugas, kehandalan petugas, dan ketersediaan/kelengkapan fasilitas di RSU Massenrempulu Kabupaten Enrekang ?”
- Tujuan Penelitian
- Tujuan Umum
Untuk mengetahui beberapa aspek yang mempengaruhi mutu pelayanan pada pasien rawat inap di RSU Massenrempulu Kabupaten Enrekang.
- Tujuan Khusus
- Untuk menganalisis hubungan jumlah petugas, ketanggapan petugas, kehandalan petugas, dan ketersediaan/kelengkapan fasilitas terhadap mutu pelayanan kesehatan pasien rawat inap di RSU Massenrempulu Kabupaten Enrekang
- Manfaat Penelitian
- Manfaat Ilmiah
- Manfaat Institusi
- Manfaat Bagi Peneliti
- Tinjauan Umum Tentang Mutu Pelayanan Kesehatan
- Tinjauan Umum Tentang Rumah Sakit
- Tinjauam Umum Tentang Variabel Yang Diteliti
KERANGKA KONSEP
- Dasar Pemikiran Variabel Penelitian
Beberapa aspek yang mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan akan dijelaskan sebagai berikut.
- Jumlah Petugas
Jumlah petugas merupakan salah satu aspek yang menunjang pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Keadaan petugas yang kurang menyebabkan penyelenggaraan pelayanan dilaksanakan tidak maksimal dan kurang memenuhi kepuasan pasien atas pelayanan yang diberikan. Selain itu, petugas sendiri akan mengalami kewalahan dalam menjalankan tugasnya yang pada nantinya akan menurunkan tingkat kemampuan kerja yang diberikan petugas kepada pasien di rumah sakit.
- Ketanggapan petugas
Ketanggapan petugas berhubungan dengan aspek kesigapan dari petugas dalam memenuhi kebutuhan pasien akan pelayanan yang dinginkan. Tingkat kesigapan dari petugass kesehatan dalam memberikan pelayanan merupakan salahs atu aspek yang mempengaruhi penilaian pasien atas mutu pelayanan yang diselenggarakan.
- Kehandalan petugas
Kehandalan berhubungan dengan tingkat kemampuan dan keterampilan yang dimiliki petugas dalam menyelenggarakan dan memberikan pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Tingkat kemampuan dan keterampilan yang kurang dari tenaga kesehatan tentunya akan memberikan pelayanan yang kurang memenuhi kepuasan pasien sebagai standar penilaian terhadap mutu pelayanan.
- Ketersediaan dan kelengkapan fasilitas
Fasilitas merupakan sarana bantu bagi instansi dan tenaga kesehatan dalam menyelenggarakan pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Keadaan fasilitas yang memadai akan membantu terhadap penyelenggaraan pelayanan kepada pasien.
- Pola Pikir Variabel Penelitian
Berdasarkan dasar pemikiran yang telah dijelaskan sebelumnya di atas maka dapat disusun bagan pemikiran variabel penelitian sebagai berikut
Keterangan
: Variabel independen
: Variabel dependen
- Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
- Mutu Pelayanan Kesehatan
- Jumlah Petugas
- Ketanggapan Petugas
- Kehandalan Petugas
- Ketersediaan/Kelengkapan Fasilitas
- Hipotesis Penelitian
- Hipotesis Null (Ho)
- Tidak ada hubungan jumlah petugas, ketanggapan petugas, kehandalan petugas, dan ketersediaan/kelengkapan fasilitas terhadap mutu pelayanan kesehatan di RSU Massenrempulu Kabupaten Enrekang
- Hipotesis Alternatif (Ha)
- Ada hubungan jumlah petugas, ketanggapan petugas, kehandalan petugas, dan ketersediaan/kelengkapan fasilitas terhadap mutu pelayanan kesehatan di RSU Massenrempulu Kabupaten Enrekang
METODE PENELITIAN
- Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional dengan pendekatan analitik rancangan Cross Sectional Study
- Populasi dan Sampel
- Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien rawat inap di RSU Massenrempulu Kab Enrekang yang telah mendapatkan perawatan
- Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah sebahagian dari populasi yang ditentukan berdasarkan teknik pengambilan sampel secara proporsional stratified random sampling dengan penentuan besar sampel menggunakan rumus sebagai berikut.
n =
Dimana :
n = besarnya sampel dalam penelitian
N = besarnya populasi dalam penelitian
d = tingkat kepercayaan (0,05)
- Pengumpulan Data
- Data Primer
Data primer diperoleh dengan melaksanakan wawancara langsung
- Data Sekunder
Data sekunder diperoleh melalui instansi terkait
- Pengolahan dan Analisa Data
- Pengolahan Data
Pengolahan data penelitian dilaksanakan dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS for windows dengan langkah-langkah sebagai berikut.
- Tahap editing dilakukan dengan tujuan agar data yang diperoleh merupakan informasi yang benar. Pada tahap ini dilakukan dengan memperhatikan kelengkapan jawaban dan jelas tidaknya jawaban
- Pengkodean dimaksudkan untuk menyingkat data yang diperoleh agar memudahkan dalam pengolahan dan menganalisis data dengan memberikan kode dalam bentuk angka. Berdasarkan perhitungan Skala Likert dimana setiap jawaban “Selau” diberi nilai 5, “Sering” diberi nilai 4, kadang-kadang diberi nilai 3, “Pernah” diberi nilai 2 dan jika jawaban “Tidak Pernah” diberi nilai 1.
- Pembuatan/pemindahan hasil koding kuesioner ke daftar koding (master tabel)
- Analisa Data
Analisis data ditujukan untuk mengetahui hubungan variabel independen dengan variabel dependen dengan menggunakan uji Chi Square Test dengan rumus sebagai berikut :
X2 =
Dimana :
O = nilai observasi
E = Nilai ekspektasi (harapan)
df = (c – 1) (r – 1)
Hasil uji statistik dikatakan bermakna jika nilai p < α – 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Jika nilai ekspektif kurang dari 5 maka uji statistik dengan menggunakan rumus Fisher’s Exact Test yaitu :
- Penyajian Data
Data yang telah diolah kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi analisis univariat dan tabel silang analisis bivariat dalam rangka menganalisis hubungan variabel independen terhadap variabel dependen.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
- Hasil Penelitian
- Karakteristik Responden
- Umur
Responden tertinggi berada pada kelompok umur 20 – 29 tahun sebanyak 57 (55,9%) dan terendah pada kelompok umur <>
- Jenis Kelamin
Responden terbanyak adalah perempuan sebanyak 56 (54,9%).
- Pendidikan
Responden tertinggi telah menamatkan pendidikan pada jenjang SMA sederajat sebanyak 52 (51%) dan terendah tidak sekolah dan SMP masing-masing sebanyak 7 (6,9%).
- Pekerjaan
Responden tertinggi dengan status tidak bekerja/URT sebanyak 35 (34,3%) sedangkan yang bekerja tertinggi sebagai wiraswasta sebanyak 31 (30,4%) dan terendah yang bekerja sebagai pegawai swasta sebanyak 3 (2,9%).
- Variabel Penelitian
- Jumlah Petugas
Lebih dominan responden menyatakan jumlah petugas yang memberikan pelayanan di rumah sakit sudah berada pada kategori cukup sebanyak 64 (62,7%).
Skripsi/Thesis
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT
Tinjauan dari Persepsi Pasien
Oleh :
Burhanuddin Gamrin, SKM dan M. Joeharno, SKM
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Terwujudnya keadaan sehat merupakan kehendak semua pihak. Tidak hanya orang-per orang atau keluarga, akan tetapi juga oleh kelompok dan bahkan oleh seluruh anggota masyarakat. Adapun yang dimaksudkan dengan sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (U.U No 23 tahun 1992).
Kesehatan dipandang sebagai sumber daya yang memberikan kemampuan pada individu, kelompok, dan masyarakat untuk meningkatkan kemampuan mengelola bahkan merubah pola hidup, kebiasaan dan lingkungan. Hal ini sesuai dengan arah pembangunan kesehatan kita yang meninggalkan paradigma lama menuju paradigma sehat, dalam rangka menuju Indonesia Sehat 2010 (Ahmad Djojosugitjo, 2001).
Tujuan pelayanan kesehatan adalah tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang memuaskan harapan dan kebutuhan derajat masyarakat (consumer satisfaction), melalui pelayanan yang efektif oleh pemberi pelayanan yang memuaskan harapan dan kebutuhan pemberi pelayanan (provider satisfaction), pada institusi pelayanan yang diselenggarakan secara efisien (institutional satisfaction). Interaksi ketiga pilar utama pelayanan kesehatan yang serasi, selaras dan seimbang, merupakan paduan dari kepuasan tiga pihak, dan ini merupakan pelayanan kesehatan yang memuaskan (satisfactory healty care) (Ahmad Djojosugitjo, 2001).
Upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan adalah langkah terpenting untuk meningkatkan daya saing usaha Indonesia di sektor kesehatan. Hal ini tidak ringan karena peningkatan mutu tersebut bukan hanya untuk rumah sakit saja tetapi berlaku untuk semua tingkatan pelayanan kesehatan mulai dari Puskesmas Pembantu dan Puskesmas, baik di fasilitas pemerintahan maupun swasta (Ahmad Djojosugitjo, 2001).
Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa masyarakat pengguna pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta semakin menuntut pelayanan yang bermutu. Tak dapat dipungkiri bahwa kini pasien semakin kritis terhadap pelayanan kesehatan dan menuntut keamanannya (Sulastomo, 2005).
Berbagai fakta menunjukkan adanya masalah serius dalam mutu pelayanan kesehatan di Indonesia. Hal ini disebabkan karena belum adanya sistem pengendali mutu yang terbaik yang dapat diterapkan. Pemahaman secara lebih mendalam tentang good governance merupakan salah satu upaya terhadap perwujudan pelayanan kesehatan yang lebih bermutu (Laksono, 2005).
Upaya peningkatan mutu adalah aksioma yang lemah capaian individunya, pada umumnya mencerminkan kegagalan sistem atau ketidakmampuan dari suatu organisasi memandang dan mengimprovisasikan sistem jaminan mutu. Gagasan peningkatan kualitas mutu merupakan tantangan di dalam suatu organisasi pelayanan kesehatan (Sulastomo, 2006).
Rumah sakit merupakan suatu tempat untuk melakukan upaya meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan. Masyarakat telah menganggap bahwa rumah sakit adalah harapan terakhir bagi orang yang sedang sakit. Bahkan ada sebagian masyarakat yang berperilaku untuk cepat-cepat berobat ke rumah sakit, jika mereka menderita suatu penyakit tertentu. Agar dicapai tingkat pelayanan kesehatan yang berkualitas, rumah sakit mengupayakan itu dengan meningkatkan berbagai fasilitas pelayanan (Sudarwanto, 1995).
Peningkatan mutu sebagai salah satu upaya merupakan tujuan fundamental dari pelayanan kesehatan, yakni melindungi pasien, tenaga kesehatan, dan organisasi tersebut. Hal ini merupakan suatu proses dengan output yang baru akan dapat terlihat pada program jangka menengah ataupun program jangka panjang (Sulastomo, 2006).
Pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan bentuk pelayanan yang diberikan kepada klien oleh suatu tim multi disiplin. Pelayanan kesehatan pada masa kini sudah merupakan industri jasa kesehatan utama dimana setiap rumah sakit bertanggung gugat terhadap penerima jasa pelayanan kesehatan. Keberadaan dan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan ditentukan oleh nilai-nilai dan harapan dari penerima jasa pelayanan tersebut. Disamping itu, penekanan pelayanan kepada kualitas yang tinggi tersebut harus dapat dicapai dengan biaya yang dapat dipertanggungjawabkan (Ely Nurachma, 2007).
Berdasarkan hal tersebut di atas maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti dan menganalisis beberapa aspek yang mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan di RS Massenrempulu Kabupaten Enrekang.
- Batasan Masalah
Mutu pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh beberapa aspek namun karena aspek keterbatasan yang dimiliki peneliti maka pada penelitian ini hanya dibatasi pada aspek jumlah petugas, ketanggapan petugas, kehandalan petugas dan ketersediaan/kelengkapan fasilitas pelayanan.
- Rumusan Masalah
“Bagaimana mutu pelayanan kesehatan pasien rawat inap ditinjau dari aspek jumlah petugas, ketanggapan petugas, kehandalan petugas, dan ketersediaan/kelengkapan fasilitas di RSU Massenrempulu Kabupaten Enrekang ?”
- Tujuan Penelitian
- Tujuan Umum
Untuk mengetahui beberapa aspek yang mempengaruhi mutu pelayanan pada pasien rawat inap di RSU Massenrempulu Kabupaten Enrekang.
- Tujuan Khusus
- Untuk menganalisis hubungan jumlah petugas, ketanggapan petugas, kehandalan petugas, dan ketersediaan/kelengkapan fasilitas terhadap mutu pelayanan kesehatan pasien rawat inap di RSU Massenrempulu Kabupaten Enrekang
- Manfaat Penelitian
- Manfaat Ilmiah
- Manfaat Institusi
- Manfaat Bagi Peneliti
- Tinjauan Umum Tentang Mutu Pelayanan Kesehatan
- Tinjauan Umum Tentang Rumah Sakit
- Tinjauam Umum Tentang Variabel Yang Diteliti
KERANGKA KONSEP
- Dasar Pemikiran Variabel Penelitian
Beberapa aspek yang mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan akan dijelaskan sebagai berikut.
- Jumlah Petugas
Jumlah petugas merupakan salah satu aspek yang menunjang pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Keadaan petugas yang kurang menyebabkan penyelenggaraan pelayanan dilaksanakan tidak maksimal dan kurang memenuhi kepuasan pasien atas pelayanan yang diberikan. Selain itu, petugas sendiri akan mengalami kewalahan dalam menjalankan tugasnya yang pada nantinya akan menurunkan tingkat kemampuan kerja yang diberikan petugas kepada pasien di rumah sakit.
- Ketanggapan petugas
Ketanggapan petugas berhubungan dengan aspek kesigapan dari petugas dalam memenuhi kebutuhan pasien akan pelayanan yang dinginkan. Tingkat kesigapan dari petugass kesehatan dalam memberikan pelayanan merupakan salahs atu aspek yang mempengaruhi penilaian pasien atas mutu pelayanan yang diselenggarakan.
- Kehandalan petugas
Kehandalan berhubungan dengan tingkat kemampuan dan keterampilan yang dimiliki petugas dalam menyelenggarakan dan memberikan pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Tingkat kemampuan dan keterampilan yang kurang dari tenaga kesehatan tentunya akan memberikan pelayanan yang kurang memenuhi kepuasan pasien sebagai standar penilaian terhadap mutu pelayanan.
- Ketersediaan dan kelengkapan fasilitas
Fasilitas merupakan sarana bantu bagi instansi dan tenaga kesehatan dalam menyelenggarakan pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Keadaan fasilitas yang memadai akan membantu terhadap penyelenggaraan pelayanan kepada pasien.
- Pola Pikir Variabel Penelitian
Berdasarkan dasar pemikiran yang telah dijelaskan sebelumnya di atas maka dapat disusun bagan pemikiran variabel penelitian sebagai berikut
Keterangan
: Variabel independen
: Variabel dependen
- Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
- Mutu Pelayanan Kesehatan
- Jumlah Petugas
- Ketanggapan Petugas
- Kehandalan Petugas
- Ketersediaan/Kelengkapan Fasilitas
- Hipotesis Penelitian
- Hipotesis Null (Ho)
- Tidak ada hubungan jumlah petugas, ketanggapan petugas, kehandalan petugas, dan ketersediaan/kelengkapan fasilitas terhadap mutu pelayanan kesehatan di RSU Massenrempulu Kabupaten Enrekang
- Hipotesis Alternatif (Ha)
- Ada hubungan jumlah petugas, ketanggapan petugas, kehandalan petugas, dan ketersediaan/kelengkapan fasilitas terhadap mutu pelayanan kesehatan di RSU Massenrempulu Kabupaten Enrekang
METODE PENELITIAN
- Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional dengan pendekatan analitik rancangan Cross Sectional Study
- Populasi dan Sampel
- Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien rawat inap di RSU Massenrempulu Kab Enrekang yang telah mendapatkan perawatan
- Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah sebahagian dari populasi yang ditentukan berdasarkan teknik pengambilan sampel secara proporsional stratified random sampling dengan penentuan besar sampel menggunakan rumus sebagai berikut.
n =
Dimana :
n = besarnya sampel dalam penelitian
N = besarnya populasi dalam penelitian
d = tingkat kepercayaan (0,05)
- Pengumpulan Data
- Data Primer
Data primer diperoleh dengan melaksanakan wawancara langsung
- Data Sekunder
Data sekunder diperoleh melalui instansi terkait
- Pengolahan dan Analisa Data
- Pengolahan Data
Pengolahan data penelitian dilaksanakan dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS for windows dengan langkah-langkah sebagai berikut.
- Tahap editing dilakukan dengan tujuan agar data yang diperoleh merupakan informasi yang benar. Pada tahap ini dilakukan dengan memperhatikan kelengkapan jawaban dan jelas tidaknya jawaban
- Pengkodean dimaksudkan untuk menyingkat data yang diperoleh agar memudahkan dalam pengolahan dan menganalisis data dengan memberikan kode dalam bentuk angka. Berdasarkan perhitungan Skala Likert dimana setiap jawaban “Selau” diberi nilai 5, “Sering” diberi nilai 4, kadang-kadang diberi nilai 3, “Pernah” diberi nilai 2 dan jika jawaban “Tidak Pernah” diberi nilai 1.
- Pembuatan/pemindahan hasil koding kuesioner ke daftar koding (master tabel)
- Analisa Data
Analisis data ditujukan untuk mengetahui hubungan variabel independen dengan variabel dependen dengan menggunakan uji Chi Square Test dengan rumus sebagai berikut :
X2 =
Dimana :
O = nilai observasi
E = Nilai ekspektasi (harapan)
df = (c – 1) (r – 1)
Hasil uji statistik dikatakan bermakna jika nilai p < α – 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Jika nilai ekspektif kurang dari 5 maka uji statistik dengan menggunakan rumus Fisher’s Exact Test yaitu :
- Penyajian Data
Data yang telah diolah kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi analisis univariat dan tabel silang analisis bivariat dalam rangka menganalisis hubungan variabel independen terhadap variabel dependen.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
- Hasil Penelitian
- Karakteristik Responden
- Umur
Responden tertinggi berada pada kelompok umur 20 – 29 tahun sebanyak 57 (55,9%) dan terendah pada kelompok umur <>
- Jenis Kelamin
Responden terbanyak adalah perempuan sebanyak 56 (54,9%).
- Pendidikan
Responden tertinggi telah menamatkan pendidikan pada jenjang SMA sederajat sebanyak 52 (51%) dan terendah tidak sekolah dan SMP masing-masing sebanyak 7 (6,9%).
- Pekerjaan
Responden tertinggi dengan status tidak bekerja/URT sebanyak 35 (34,3%) sedangkan yang bekerja tertinggi sebagai wiraswasta sebanyak 31 (30,4%) dan terendah yang bekerja sebagai pegawai swasta sebanyak 3 (2,9%).
- Variabel Penelitian
- Jumlah Petugas
Lebih dominan responden menyatakan jumlah petugas yang memberikan pelayanan di rumah sakit sudah berada pada kategori cukup sebanyak 64 (62,7%).